pemantau bumi skala luas dimulai dengan program Landsat Bila pada suatu citra terdapat set koordinat spasial
(Land Satellite) untuk memantau permukaan bumi. Seri M1, M2,…, MR yang termasuk dalam satu minima dari region
Landsat dimulai dengan Landsat 1 yang beroperasi pada kurun pada citra g(x, y), dan T[n] menyatakan set koordinat (s, t)
waktu 1972-1978 diikuti seri berikutnya kecuali Landsat 6 dimana g(s, t) < n, maka
yang mengalami kegagalan dalam proses peluncuran, hingga
yang terakhir adalah Landsat 7 yang beroperasi sejak 1999 T n s, t g s, t n................................................(2.1)
hingga sekarang. Pada saat ini, Landsat 7 beroperasi dengan
penurunan kemampuan akibat kerusakan pada sistem
sensornya. Saat ini sedang dilakukan program Landsat Data Secara geometris, koordinat T[n] merupakan set
Continuity Mission (LDCM) untuk menjaga kesinambungan koordinat titik g(x, y) yang terletak di bawah bidang g(x, y) =
data pengamatan muka bumi oleh program Landsat. Gambar n. Perendaman region dilakukan dengan peningkatan nilai
2.6 menampilkan satelit yang digunakan oleh seri Landsat 4 secara integer dari n = min + 1 hingga n = max + 1, dimana
dan 5. min dan max menyatakan nilai terendah dan tertinggi dari g(x,
y). Bila Cn(Mi) merupakan set koordinat titik yang berkaitan
2.2. Segmentasi Citra dengan nilai minimum pada tingkat n, Cn(Mi) dapat dilihat
Suatu citra dapat dinyatakan sebagai fungsi dua dimensi, sebagai citra biner yang dinyatakan dengan
f(x, y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f pada
setiap pasangan koordinat merupakan intensitas citra pada titik Cn M i C M i T n...............................................(2.2)
tersebut. Bila koordinat dan intensitas berupa angka tertentu
dan bersifat diskrit, maka citra tersebut disebut citra digital. Untuk mendapatkan nilai minima dari suatu region yang
Setiap lokasi (koordinat) (x,y) pada citra memiliki nilai relatif homogen pada citra biner dapat juga dilakukan dengan
tertentu yang disebut picture elements (pixel). Pada gambar distance transform, yaitu menghitung jarak setiap pixel
juga terdapat informasi spasial yang dapat dikenali sebagai dengan pixel nonzero, atau dapat diartikan sebagai boundary
obyek. Pada penginderaan jauh, analisis citra dilakukan pada yang terdekat. Dengan demikian, maka akan terdapat satu titik
citra dengan overhead perspective (perspektif tampak atas) yang memiliki nilai distance transform yang terbesar pada
yang direpresentasikan secara digital. Karena suatu region, atau pixel yang letaknya paling jauh dari
direpresentasikan secara angka, maka nilainya dapat boundary. Nilai tersebut akan digunakan sebagai nilai minima
dimanipulasi [3]. dari region tersebut. Gambar 1 menunjukkan kelompok citra
Proses segmentasi membagi citra menjadi bagian-bagian biner dan distance transform-nya.
atau obyek-obyek penyusunnya. Segmentasi pada citra
dilakukan hingga obyek yang akan diamati pada kajian dapat
dipisahkan dari obyek lainnya. Secara umum, segmentasi yang
dilakukan secara otomatis merupakan bagian yang tersulit
dalam pemrosesan citra [4]. Algoritma segmentasi untuk citra
secara umum didasarkan pada satu diantara dua sifat dari
hubungan nilai pixel-pixel yang ada pada citra tersebut dengan
nilai pixel yang terdapat di sekelilingnya, yaitu kesamaan nilai
dari pixel dan diskontinuitas nilai dari pixel tersebut. Pada
kategori pertama, pendekatan dilakukan dengan melakukan
pemisahan citra berdasarkan perubahan yang drastis dari nilai
pixel. Untuk mendeteksi diskontinuitas, pada citra digital
(a) (b)
terdapat tiga jenis diskontinuitas, yaitu diskontinuitas titik,
Gambar 1. Matriks Citra Biner dan hasil Distance Transform-nya [5]
diskontinuitas garis, dan diskontinuitas tepian.
Konsep utama dalam segmentasi citra dengan
morfologi watershed mencakup penggunaan deteksi Gambar 1(a) menunjukkan matriks dari suatu citra biner,
diskontinuitas, segmentasi, dan region processing. Konsep sedangkan Gambar 1(b) menunjukkan distance transform dari
watershed didasarkan pada visualisasi citra secara tiga dimensi pixel yang bersesuaian. Pada gambar tersebut, pixel dengan
dalam bentuk koordinat spasial. Dalam satu region, terdapat nilai 1 memiliki nilai distance transform 0 (nol). Pixel 0 pada
tiga titik yang memiliki ciri tersendiri yaitu: posisi kanan atas memiliki nilai transformasi 3 karena terletak
(a) Titik terendah dari suatu region, sejauh 3 pixel dari pixel 1 yang terdekat [5].
(b) Titik dimana bila tetesan air yang jatuh akan menuju
titik terendah pada kondisi (a), III. METODE PEMETAAN BANJIR
(c) Titik dimana tetesan air yang jatuh dapat mengalir ke Metode pemetaan daerah banjir dilakukan dengan
lebih dari satu titik terendah. menggunakan DEM (Digital Elevation Model) wilayah DKI
Pada kondisi (b), nilai titik terendah pada daerah tersebut Jakarta yang merupakan hasil dari pengolahan data kontur
disebut sebagai catchment basin atau watershed, sedangkan DKI Jakarta tahun 2006 dan data satelit Landsat 7 sebagai data
kondisi (c) disebut sebagai watershed lines. Tujuan dari pendukung. Data DEM disegmentasi dengan metode
segmentasi ini adalah untuk mencari watershed lines dari segmentasi watershed untuk mendapatkan prediksi potensi
region-region yang ada pada citra tersebut. banjir. Data Landsat 7 diproses menggunakan band-1, -2, dan
-3 untuk mendapatkan citra true color dan band-1, -4, dan -5
untuk mendapatkan citra termal dari wilayah Jakarta. Setelah Kapitol, Pintu Air Jembatan Merah, Pintu Air Pekapuran,
mendapatkan hasil segmentasi DEM dan citra komposit dari Pintu Air Tangki, dan Pos Pengukuran Waduk Pluit. Sistem
Landsat 7, kedua data diregistrasi agar posisi koordinatnya ini ditunjukkan pada Gambar 3.
bersesuaian sehingga memudahkan pemrosesan lebih lanjut.
Data yang telah teregistrasi kemudian dicropping untuk
menentukan area of interest (daerah pengamatan) sebelum
melakukan analisis. Keluaran yang diharapkan dari proses ini
adalah informasi mengenai potensi banjir di sepanjang DAS
Ciliwung yang berada di wilayah DKI Jakarta. Gambar 2
Menunjukkan alur metode penelitian.
Pengumpulan Data
Segmentasi DEM
Pemrosesan Landsat
Registrasi Data
Data Cropping
Analisis Data
Banjir Februari 2007. Daerah genangan banjir juga dimarking Gambar 4.11 ditumpangkan pada citra prediksi potensi banjir
untuk digunakan sebagai pembanding pada citra prediksi pada Gambar 4.10, terlihat bahwa lokasi (1) merupakan lokasi
potensi banjir. banjir di Matraman Dalam / Manggarai, lokasi (2) adalah
lokasi banjir di Jati Pinggir, Tanah Abang, dan lokasi (3)
bersesuaian dengan lokasi banjir di Menteng. Hasil overlay
(penumpangan) Gambar 11.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka pada penelitian
ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Segmentasi watershed dari data digital elevation model
(DEM) dapat menunjukkan tingkat kerawanan banjir
pada wilayah aliran sungai;
2. Bentuk watershed region pada hasil segmentasi tersebut
Gambar 10. Penandaan hasil segmentasi DAS Ciliwung di wilayah Jakarta
Pusat sebagian bersesuaian dengan wilayah banjir yang terjadi
pada Februari 2007
Tabel 4.1. Informasi daerah genangan banjir 2007.
3. Terdapat perbedaan posisi antara daerah potensi banjir
Attributes of Areabanjir.shp
Location ID Hectares hasil segmentasi dengan data kawasan banjir Februari
Matraman Dalam 18.514 2007 akibat adanya perangkat pengendalian banjir
Kwitang 43.996 (pompa air dan pintu air) yang sudah terpasang pada
Cempaka Putih 6.387
Kebon Kacang 26.889 daerah disekitarnya; dan
Tanah Abang 29.884 4. Perhitungan luas daerah banjir yang didapatkan dari
Pejompongan 27.5 proses segmentasi lebih luas bila dibandingkan dengan
Serdang/Kemayoran 62.188
perhitungan data luas genangan banjir Februari 2007,
Sawah Besar 5.275
Mangga Dua 28.265 yaitu 417,385 hektar berbanding 265,39 hektar.
Gunung Sahari 16.492
DAFTAR PUSTAKA
Pada tabel 4.1, luas keseluruhan dari daerah banjir pada
2007 berdasarkan perhitungan adalah seluas 256,39 hektar. [1] Semedi, J.M., “Tingkat Resiko Banjir di DKI Jakarta Tahun 2002”,
Bila hasil marking genangan banjir yang didapatkan pada Skripsi, Universitas Indonesia, 2005.
[2] Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Sistem Peringatan Dini
Pengendalian Banjir Jakarta”, 2007.
[3] Centre for Space Science & Technology Eduaction in Asia and the
Pacific (CSSTEAP), “Applications of Remote Sensing and Geographical
Information System in Urban Studies”, Indian Institute of Remote
Sensing – National Remote Sensing Agency, 2006.
[4] Kristijono, A., “Metoda Pendugaan Laju Erosi dengan Model Elevasi
Digital Berbasis TIN”, Remote Sensing & Geographic Information
Systems Yearbook, 1994.
[5] Gonzalez, R.C. & Woods, R.E., Digital Image Processing, Prentice
Hall, Inc. United States of America, 2002.
[6] United States Geological Survey (USGS), “Landsat Library Database”,
<www.usgs.gov>.