DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1
DAFTAR ISI
Daftar isi...........................................................................................................................i
2
TUGAS 1
Rencanakan tebal perkerasan kaku bandara apabila diketahui informasi sebagai berikut :
a. Data jenis pesawat dan annual departure -nya
ATR 42 -- annual departure 720 pesawat
Boeing B737-900ER -- annual departure 2250 pesawat
Boeing B737-800 -- annual departure 1900 pesawat
Boeing B737-500 -- annual departure 1500 pesawat
DASH 6 Twin Otter -- annual departure 658 pesawat
McDonald Douglas MD90-30ER -- annual departure 960 pesawat
3
TUGAS 2
Perkerasan lentur runway pada bandar udara di Kota C setelah dilakukan pelapisan ulang
(overlay) maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui nilai PCN dari
perkerasan tersebut setelah dilakukan kegiatan overlay. Data-data pendukung yang diketahui
adalah sebagai berikut.
a. Data jenis pesawat dan annual departure-nya
ATR 42 - annual departure 720 pesawat
Boeing B737-900 ER - annual departure 2250 pesawat
Boeing B737-800 - annual departure 1900 pesawat
Boeing B737-500 - annual departure 1500 pesawat
Dash 6 Twin Otter - annual departure 658 pesawat
McDonald Douglas MD90-30 ER - annual departure 960 pesawat
b. Layout bandar udara
c. Data lendutan pada salah satu segmen perkerasan tersebut, yang diukur dengan alat Heavy-
weight deflectometer (HWD) adalah seperti terlihat pada file access: As-10-28-2.mdb pada
station 1 s/d 20 (chainage 920 s/d 1205).
d. Dari data historis pembangunan perkerasan runway tersebut, diketahui bahwa sebelum
dilakukan overlay, tebal dan jenis struktur perkerasan runway tersebut adalah sebagai
berikut:
4
BAB 1
CBR : 8%
0,7788
1500 xCBR
k= ( 26 )
0,7788
1500 x 8
k= ( 26 )
k =118,819
Mr=2555 x 0,080,64
Mr=507,421
5
Gambar 1.1 Kurva Perencanaan Perkerasan Rigid Dual Wheel Gear
Dari kurva perencanaan perkerasan rigid dual wheel gear, didapatkan tebal slab beton sekitar
19,94 inch.
6
1.2. Menggunakan Program FAARFIELD
a. Menentukan Jenis Perkerasan yaitu Perkerasan Kaku / Rigid
7
Gambar 1.4 Pengecekan Tebal Struktur Desain
8
1.3 Kesimpulan
Dari perbandingan antara penggunaan kurva dengan penggunaan program
FAARFIELD, didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 19,94 inch dan 19,97 inch.
Dari hasil tersebut menunjukkan 2 cara yang berbeda, namun akan mendapatkan nilai
yang kurang lebih sama.
9
BAB 2
Pada evaluasi ini , data chainage yang digunakan adalah dari 920 sampai
1205 , dengan jarak antar station adalah 15 m. Kemudian analisis tersebut
menggunakan drop no.4 dengan maksud bahwa beban yang dimasukkan ke dalam
program merupakan beban terbesar pesawat yang akan dilewati oleh perkerasan
tersebut.
Dalam analisis ini , metode yang digunakan adalah metode LET dan MET
karena metode tersebut sudah cukup untuk memberikan hasil yang baik. Metode FEM
tidak digunakan disebabkan oleh perhitungannya cukup rumit sehingga membutuhkan
waktu untuk menganalisis tiap chainage yang ada.
10
Berikut ini adalah hasil analisis di chainage 1205 berdasarkan program
tersebut.
Gambar 2.1. Hasil Analisis Masing – Masing Metode dengan Program ELMOD
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai dari lendutan hitung
dengan metode MET lebih kecil dibanding dengan metode LET dimana nilai lendutan
hitung metode MET 436,7 sedangkan nilai lendutan hitung metode LET 442,5 di
jarak 0 mm dari sensor yang ada pada alat HWD. Sehingga metode yang digunakan
untuk perhitungan lendutan hitung di chainage berikutnya adalah metode MET dan
hasil dari analisis menggunakan metode berikut dapat dilihat di tabel di bawah ini.
11
Dimana nilai rata-ratanya adalah 254,205 dengan standar deviasi sebesar
255,9 dan nilai maksimum berada di nilai 255,9 sedangkan nilai minimumnya di nilai
252,3.
Dengan nilai modulus lapisan tanah dasar / subgrade sebesar 254,205 MPa,
maka nilai tersebut perlu untuk dikonversi ke nilai CBR dengan menggunakan
formula Huekelom dan Klomp menurut panduan AASHO dengan persamaan berikut :
Sehingga didapat nilai CBR nya adalah sebesar 24,7 % untuk lapisan tanah
asli / subgrade.
12
Setelah dianalisis dengan menggunakan program tersebut, maka didapat
output dengan gambar di bawah ini.
13
Sehingga nilai ketebalan lapisan perkerasan adalah sebesar 65,1 inch dengan
ketebalan surface adalah 3 inch, base 6 inch, dan sub-base adalah 56,1. Angka ini
merupakan tebal ekuivalen perkerasan. Nilai dari evaluation CBR adalah 24,7.
Dengan rekomendasi angka PCN sebagai F/A/W atau F/A/X.
Kemudian data – data pesawat berikut dengan konfigurasi main gear , nilai
P/TC ,berat MTOW, ketebalan perkerasan setelah dievaluasi, dan nilai CBR efektif
dimasukkan ke dalam program COMFAA. Data yang dimasukkan ke dalam program
tersebut dapat dilihat pada gambar di halaman selanjutnya.
14
Gambar 3.2. Data Jenis Pesawat dan Beberapa Variabel Lainnya
15
Setelah itu , maka program ini akan menganalisis nilai PCN tersebut sehingga
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Nilai CBR adalah sebesar 24,7 dengan kategori sub-grade A dan dalam
analisis tersebut, pesawat B737-900 ER membutuhkan perkerasan dengan ketebalan
yang paling besar dengan ketebalan 12,34 nich dimana nilai 6D Thick tersebut tidak
melampui ketebalan perkerasan evaluasi dimana besarnya 65,10 inch. Sehingga dapat
disimpulkan perkerasan flexible kuat menahan beban.
16
Karena nilai thickness for total equiv. covs. masing-masing jenis pesawat
tersebut tidak melebihi nilai evaluation pavement thickness dimana yang terbesar
adalah 13,64, maka dapat disimpulkan perkerasan kuat menahan beban.
Nilai PCN dengan kategori A dengan angka 1381 yang terbesar yang
merupakan dari pesawat DASH-6 TWIN OTTER, maka nilai PCN tersebut adalah
1381,01/F/A/W/T atau 1381,01/F/A/X/T.
Nilai ACN terbesar berdasarkan kategori A adalah sebesar 45,7 yang berasal
dari jenis pesawat McDonald Douglas 90-30 ER.
2.4 Kesimpulan
Dengan nilai PCN > ACN , dimana 1380,1 > 45,7, maka dapat disimpulkan
bahwa struktur perkerasan yang ditinjau telah aman untuk digunakan pada bandara itu
dan diperkirakan dapat menahan beban pesawat seluruhnya yang akan
menggunakannya.
17