Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN

MPK-PERENCANAAN KERJA
ANALISA TAHAPAN PERENCANAAN PENGERJAAN BETON DI PABRIK PT
JAYA BETON INDONESIA PLANT SURABAYA

Dosen Pembimbing:
Berkat Cipta Zega S.pd., M.Eng.

Disusun oleh :
Renaldy Dimas Alfianto ( 19051417083)

D4 TRKBG 2019 B
PROGRAM STUDI D-IV TRKBG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
MPK-PERENCANAAN

Nama Mahasiswa : Renaldy Dimas Alfianto


NIM : 19051417083
Program Studi : D4 Teknik Rekayasa Bangunan dan Gedung 2019
Lokasi Magang : Proyek Pasar Induk Kota Batu, Jl. Dewi Sartika, Temas, Kec. Batu,
Kota Batu, Jawa Timur, 65315
Judul : ANALISA PENGERJAAN BETON DI PABRIK PT JAYA BETON
INDONESIA PLANT SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembuatan beton memiliki beberapa langkah untuk
mencapai kuliatas yang baik dalam hal pemilihan material, dan juga test
material serta benda uji. Langkah tersebut dipergunakan untuk mengetahui
serta menilai hasil beton yang sesuai target.
Struktur beton dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan
pencampur beton, dan dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of
compression) seperti yang tercantum dalam perencanaanya. Hal tersebut
bergantung pada kemampuan daya dukung tanah (supported by soil),
kemampuan struktur yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical
support) (Iii & Teori, 1990).
Beton memiliki banyak material penyusun dimana material tersebut
meliputi agregat kasar, agregat halus, Air, Semen, dengan komposisi 70%-
75% agregat dan campuran semen dan air memiliki komposisi sekitar 25-30%
(Indrika, 2006).
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat
yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambah dengan bahan tambahan lainnya (Indrika, 2006).
Air merupakan salah satu bahan utama dari pembuatan beton. Air
digunakan sebagai pereaksi semen serta sebagai bahan pelumas antar agregat
sehingga adukan beton mudah dikerjakan. Penambahan air yang berlebihan
dapat menurunkan mutu beton dan menyebabkan bleeding (lapisan air tipis
yang mengurangi lekatan antara lapis – lapis beton (Indrika, 2006).
Agregat merupakan material pengisi beton sebesar ± 75 % dari volume
beton. Agregat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu agregat kasar dan agregat
halus. Dalam campuran beton, agregat diperhitungkan dalam kondisi SSD
(saturated surface dry) yaitu keadaan dimana permukaan agregat kering
namun bagian dalamnya terisi penuh oleh air. Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penggunaanagregat yaitu bentuk agregat, tekstur
permukaan butir, ukran maksimum agregat dan gradasi. Agregat untuk beton
ringan juga memiliki beberapa spesifikasi tertentu yang berbeda dengan
agregat beton normal(Indrika, 2006)
Beberapa test dilakukan untuk menguji kualitas beton, uji tersebut
memiliki fungsi yang berbeda seperti slump test dan uji kuat tekan. Slump test
dilakukan untuk mengetahui kekentalan adonan beton, semakin kental adonan
beton semakin kuat beton tersebut. Uji kuat tekan memiliki fungsi dimana uji
ini untuk mengetahui seberapa kuat beton saat ditekan.

1.2. Rumusan masalah dari Praktik Kerja Lapangan


Adapun rumusan masalah dari praktik Kerja Lapangan pada
Universitas Negeri Surabaya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan pembuatan beton spun pile
2. Apa saja material yang akan digunakan dalam pembuatan beton
3. Apa saja tahapan uji kelayakan material yang akan digunakan untuk spun
pile

1.3. Tujuan Prakti Kerja Lapangan


1. Memberikan gambaran langsung tentang penerapan dari teori yang selama
ini diperoleh dari jenjang perkuliahan dan membandingkan dengan kondisi
nyata yang ada dilapangan
2. Mengasah soft skill dan hard skill dari mahasiswa yang melakukan praktik
kerja lapangan
3. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa bagaimana kondisi bekerja
secara langsung dan bagaimana cara melakukannya
4. Melatih mahasiswa bagaimana cara memecahkan masalah dilapangan
dengan teori yang telah dipelajari saat perkuliahan
5. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa selama peksanaan
PKL

1.4.Manfaat Prakit Kerja Lapangan


Berikut ini manfaat dari Prakti Kerja Lapangan mulai dari pihak
penulis, Universitas Negeri Surabaya, dan pihak instansi
Bagi mahasiswa:
1. Mendapatkan pengalaman dan bekal ilmu pada saat akan bekerja
nantinya
2. Dapat menerapkan ilmu yang didapat di instansi dan perkuliahan
untuk bekerja
3. Memperluas relasi didunia kerja yang nantinya dapat digunakan
sebagai informasi mengenai pekerjaan
4. Dapat menerapkan etika yang baik dan professional saat kerja.
Bagi Universitas:
1. Sebagai tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu terjun kedalam
dunia kerja
2. Sebagai tolak ukur mahasiswa bisa memahami materi perkuliahan
yang diterapkan didalam dunia kerja
3. Sebagai tolak ukur penilaian minat pada mahasiswa terhadap dunia
kerja
Bagi pihak instani:
1. Memperoleh tenaga yang dapat menguntungkan dan tidak menutup
kemungkinan peserta PKL dipilih sebagai karyawan jika dinilai
memiliki prestasi, loyalitas dan disiplin kerja yang baik
2. Memberikan bahan masukan dan kritikan untuk meningkatkan
kerja sistem perusahaan
3. Dapat berpartisipasi serta membantu pekerjaan diperusahaan

1.5.Tempat Praktik Kerja Lapangan.


Pelaksanaan praktik kerja lapangan bertampat di Pabrik Jaya Beton
Indonesia yang beralamat di Desa Krikilam Kecamatan Driyorejo Kabupaten
Gresik

1.6.Jadwal Waktu Pelaksanaan PKL


Kegiatan PKL dilaksanakan pada Semester Genap yang berlangsung selama 5
bulan dimulai pada tanggal 14 Febuari sampai 14 Juli 2022. Waktu
pelaksanaan PKL di Pabrik Jaya Beton yaitu setiap hari senin sampai hari
jumat mulai pukul 09:00 sampai 15:00 WIB
BAB II
TEORI

2.1. Semen Portland


Semen berasal dari Bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Definisi semen merupakan bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan
material seperti batu bata dan batu koral (Prasetyadi, 2013).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 15-2049-2004, Semen
Portland adalah semen hindrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
(clinker) Portland terutaman yang terdiri dari kalsium silikat (XCaO.SiO2) yang
bersifat hidrolis dan gigiling Bersama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat ( CaSO4,XH2O) (Prasetyadi, 2013).
SNI Semen Portland sebagai berikut:
1. Semen Portland SNI 15 2049 2004
2. Semen Masonry SNI 15 3758 2004
3. Semen Portland Putih SNI 15 0129 2004
4. Semen Portland Pozzolan (PPC) SNI 15 7064 2004
5. Semen Portland Komposit (PCC) SNI 15 7064 2004
6. Semen Portland Campur SNI 15 3500 2004
Sedangkan SNI 15 2049 2004 semen Portland dan ASTM C150 membagi
kembali semen menjadi beberapa tipe yaitu:
1. Semen tipe I yaitu semen untuk keperluan umum
2. Semen tipe II yaitu semen dengan ketahanan sulfat sedang
3. Semen tipe III yaitu semen dengan kekuatan awal tinggi
4. Semen tipe IV yaiut semen dengan panas hidrasi rendah
5. Semen tipe V yaitu semen dengan ketahanan sulfat tinggi (Irawan,
2013).
Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk adukan pasta semen,
sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir menjadi mortar semen
dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton. Fungsi semen 24
adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi massa yang kompak/padat.
Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat. Walaupun
semen hanya kira-kira mengisi 10% saja dari volume beton. Adapun waktu yang
dibutuhkan semen untuk mulai mengadakan proses pengikatan terbagi menjadi dua
yaitu setting time awal (initial) dan setting time akhir (final). Setting time awal
merupakan waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai
didapat pasta semen yang mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan
sebagian sifat plastisnya) . Setting time akhir merupakan waktu yang dibutuhkan
semen sejak berekasi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang
utuh dan tidak dapat diubah bentuknya.

Menurut SK-SNI T-15-1990-03 semen portland / Ordinary Portland


Cement (OPC) dibedakan menjadi :
 Semen Portland Tipe I
Semen yang digunakan untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. Biasa pemakaiannya untuk
perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat.
 Semen Portland Tipe II
Semen yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang. Biasa pemakaiannya untuk bangunan tepi laut,
dam, bendungan, irigasi dan beron massa.
 Semen Portland Tipe III
Semen yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi. Biasa pemakaiannya untuk
jembatan dan fondasi dengan beban berat.
 Semen Portland Tipe IV
Semen yang dalam penggunaannya menuntut untuk pengecoran
dengan persyaratan panas hidrasi rendah dan diperlukan setting time yang
lama.
 Semen Portland Tipe V
Semen yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan
terhadap sulfat. Biasa pemakaiannya untuk bangunan dalam lingkungan asam,
tangka bahan kimia dan pipa bawah tanah (Cookson & Stirk, 2019).
2.2. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar/beton. Butiran mineral dengan ukuran diameter dan gradasi
butiran tertentu yang apabila dicampur dengan semen dan air akan menghasilkan
beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% volume mortar atau beton.
Tujuan penggunaan agregat sebagai sumber kekuatan dari beton, menghemat semen,
memperkecil tingkat penyusutan beton, mencapai kepadatan beton yang maksimal,
dan memperoleh workability yang baik. Harus dilakukan pengendalian mutu sebelum
digunakan sebagai bagian dari jaminan mutu terhadap beton yang dihasilkan
(Cookson & Stirk, 2019).
Klasifikasi agregat dapat dibedakan atas beberapa kriteria misalnya
berdasarkan besar butirnya, berat jenisnya atau sumbernya
Berdasarkan besar butirnya, agregat dibagi atas 2 jenis yaitu:
 Agregat halus, dengan ukuran butir antara 0,075 mm sampai dengan
4,8 mm
 Agregat kasar, dengan ukuran butir antara 4,8 mm sampai dengan 40
mm
Berdasarkan sumbernya, agregat dibagi atas 3 jenis yaitu:
 Agregat alam, adalah hasil desintegrasi batuan alam
 Agregat pecah, adalah hasil pemecahan batuan alam
 Agregat buatan, adalah hasil suatu proses pembakaran, dan sebagainya.
Berdasarkan beratnya, agregat dibagi atas 3 jenis yaitu:
 Agregat ringan dengan berat jenis sampai dengan 1,8
 Agregat berat dengan berat jenis diatas 2,7

Agregat yang terkandung di dalam beton mempunyai kadar ±74% Mengacu


apada ASTM C330 dan SNI 03-2461.

2.1 1. Agregat Halus


Agregat halus dapat berupa pasir alami atau pasir buatan dari proses
pemecahan batuan dengan kehalusan butir lolos saringan 4,8 (5,0) mm.
Pasir harus memenuhi syarat SNI No. 03-1750-1990 dengan bagian yang
lolos saringan 0,3 mm tidak kurang dari 15% supaya dapat berfungsi
dengan baik terhadap sifat workabilitas dan kepadatan adukan. Agregat
halus harus bersih dari kotoran organik dengan kandungan lumpur
maksimum 5,0%, mempunyai gradasi yang baik, keras, kekal dan stabil.
Selain persyaratan fisis, pasir juga harus memiliki gradasi/susunan butir
yang baik agar dapat menghasilkan mutu beton yang kompak, padat dan
seragam (Cookson & Stirk, 2019).
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras,
bersifat kekal dalam arti tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
terhadap jumlah berat agregat kering. Apabila kandungan lumpur
lebih dari 5%, maka harus dicuci terlebih dahulu.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik
terlalu banyak.
4. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran halus yang
berkeanekaragaman besarnya dan apabila diayak dengan susunan
ayakan yang ditentukan pasal 33 ayat 1 (PBI 1971), harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
b. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80-
90% berat.

2.1 2. Agregat Kasar


Agregat kasar berupa kerikil alami atau batu pecah dari proses
pemecahan batu gunung dengan kehalusan butir lolos saringan 38 (40)
mm. Kerikil harus memenuhi syarat SNI No. 03-1750-1990 tentang
spesifikasi agregat untuk beton, dengan kadar lumpur maksimum
1,0%. Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik, keras, kekal
dan stabil. Selain persyaratan fisik, pasir juga harus memiliki
gradasi/susunan butir yang baik agar dapat menghasilkan mutu beton
yang kompak, padat dan seragam.
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3-4 syarat agregat kasar adalah:
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti
terik matahari dan hujan. Agregat kasar hanya dapat dipakai
apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari
berat agregat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap
berat kering. Disini lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila melampaui 1% maka agregat
tersebut terlebih dahulu harus dicuci sebelum digunakan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
4. Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan bejana
penguji Redelof dengan beton penguji 20 ton harus memenuhi
syarat-syarat:
a. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih
dari 24% berat
b. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih
dari 22% berat.
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang berkeanekaragaman
besarnya dan apabila diayak dengan susunan yang ditentukan
dalam pasal 3.5 ayat 1 PBI 1971, harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat.
b. Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90%-98%
berat.
c. Selisih antara sisa kumulatif di atas dua ayakan yang
beruntun, maksimum 60% dan minimum 10% berat
(Cookson & Stirk, 2019).
2.3. Air
Air merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen,
serta menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat supaya mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Air yang berlebihan dapat menyebabkan banyaknya gelembung air
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.
Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan 25% berat semen saja, namun
kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35.
Secara umum, air yang dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air yang
bila dipakai akan menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton
yang memakai air suling.
Adapun dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi
persyaratan SNI 03-6861-2001 sebagai berikut :
a. Air harus bersih dengan pH sebesar 6-8
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan bahan terapung lainnya yang dapt dilihat
secara visual
c. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
d. Tidak mengandung garam garam yang dapat merusak beton (asam, zat organic, dan
sebagainya) lebih dari 15 gram/liter
e. Kuat tekan mortar dari air contoh minimum 90% dari kuat tekan mortar yang
menggunakan air suling
f. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter
g. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
h. Semua jenis air yang meragukan harus diperiksa di laboratorium

2.4. Besi
PC Wire, PC Bar dan PC Strand berfungsi untuk struktur ataupun beton
precast, seperti memperkuat beton komposit untuk lebih tahan terhadap tarikan.
Karena beton kurang kuat terhadap tarikan maka untuk menutupi kelemahan beton
tersebut diberikanlah tulangan yang menyatu dengan beton sehingga menjadi sebuah
struktur komposit.
Tulangan yang biasa digunakan adalah reinforcing bar seperti tulangan ulir
atapun polos karena tulangan berfungsi untuk menahan tarik maka untuk struktur
yang lebih khusus tulangan tersebut diberikan gaya sebelum menerima beban tarikan
dari luar.
Tulangan yang akan diberikan gaya bukan sembarang tulangan dan
butuh spesifikasi khusus agar tujuan penarikan dan efektif tegangan bisa
tercapai. Atas dasar itulah adanya PC Wire, PC Bar dan PC Strand.
1. PC Wire adalah kawat baja berpenampang bulat diberi lekukan
dipermukaannya yang diproses dari batang kawat baja dengan cara tarik
dingin (cold wire drawing) kemudian dihilangkan sisa tegangannya dengan
proses perlakuan panas (tempering) secara kontinu untuk mencapai sifat
mekanis sesuai dengan yang ditetapkan dan digunakan pada konstruksi beton
pratekan.
2. PC Bar adalah kawat baja karbon tinggi berpenampang bulat dengan
permukaan polos, bersirip, beralur atau berlekuk, dilakukan proses perlakuan
panas, didinginkan dengan cepat (quench) untuk menghasilkan struktur
martensitik kemudian dihilangkan sisa tegangannya dengan proses perlakuan
panas (tempering) secara kontinu untuk mencapai sifat mekanis sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan, digunakan untuk konstruksi beton pratekan.
3. PC Strand adalah gabungan kawat-kawat baja yang dihasilkan dari batang
kawat baja diproses tarik dingin (cold wire drawing) sebanyak tujuh batang
dipilin, dihilangkan sisa tegangannya dengan proses perlakuan panas (stress
relieving) secara kontinu untuk mencapai sifat mekanis sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan dan digunakan pada konstruksi beton pratekan.

2.5. Bahan tambahan


Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton yang ditambahkan pada
adukan beton, sebelum, segera atau selama pengadukan beton. Bahan tambahan untuk
beton dapat berupa bahan kimia tambahan (chemical admixtures) atau bahan mineral
(mineral admixtures) yang dicampurkan ke dalam adukan beton. Tujuannya untuk
mengubah sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras,
misalnya: mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan,
menambah daktilitas, mengurangi retak-retak pengerasan, dan sebagainya. Bahan
tambah biasanya diberikan dalam jumlah relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan
yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat beton.
2.5.1. Bahan Kimia Tambahan (Chemical Admixtures)
Bahan kimia tambahan (chemical admixture) adalah bahan kimia
berupa bubuk atau cairan yang dicampurkan pada adukan beton selama
pengadukan dalam jumlah tertentu untuk mengubah beberapa sifatnya (SK
SNI S-18-1990- 03). jenis-jenis admixtures adalah sebagai berikut.
1. Tipe A : Water Reducing Admixtures Water–Reducing Admixtures adalah
bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
2. Tipe B : Retarding Admixtures Retarding Admixture adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton.
3. Tipe C : Accelerating Admixtures Accelering Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan
kekuatan awal beton yang lebih tinggi.
4. Tipe D : Water Reducing-Retarding Admixtures Water Reducing-Retarding
Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu mengurangi
jumlah air yang diperlukan campuran beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
5. Tipe E : Water Reducing-Accelerating Admixtures Water Reducing-
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu
mengurangi jumlah air untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu
dan mempercepat pengikatan awal.
6. Tipe F : Water Reducing-High Range Admixtures Water Reducing-High
Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi
jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
7. Tipe G : Water Reducing-High Range Retarding Admixtures, Water
Reducing-High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang digunakan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan
juga untuk menghambat pengikatan beton.
2.6. Test Uji Kuat Tekan
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan dalam
setiap satu satuan luas permukaan beton (Indrika, 2006).

Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk memperoleh beban maksimum


yang mampu didukung oleh silinder beton yang dilakukan saat beton berumur 28 hari (Syarif
et al., 2016). Nilai kuat tekan beton didapat dari pengujian standar dengan benda uji yang
lazim digunakan berbentuk silinder. Dimensi benda uji standar adalah tinggi 300 mm,
diameter 150 mm (Iii, 2005).
2.7. Slump Test
Nilai slump biasa digunakan untuk mengukur tingkat workability dan kekentalan
suatu adukan beton segar. Nilai slump yang tinggi mengidentifikasikan bahwa adukan beton
segar tersebut memiliki tingkat workability yang tinggi dan encer adukannya. Semakin
rendahnya nilai slump maka akan semakin sulitnya pekerjaan beton atau workability yang
rendah (Indrika, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metode perencanaan
Metode perencanaan pada parbik JBI dalam membuat beton ready mix ini
harus melalui banyak step pengujian data yang harus sesuai dengan SNI dan strander
dari pabrik JBI sendiri, Langkah-langkah yang harus dilalui meliputi:

3.1.1. Test Uji Pasir


Material yang baru datang akan diuji kelayakan apakah sesuai dengan SNI dan
standar Pabrik JBI.
Test yang dilakukan merupakan uji kadar lumpur, Pada uji pasir, pasir
diletakkan pada gelas ukur dan diberi air sampai penuh kemudian diberi tawas, fungsi
tawas sendiri untuk mempercepat pemisahan lumpur yang terdapat pada pasir,
menurut standar pabrik Jaya Beton Indonesia (JBI) sendiri kadar lumpur pada pasir
tidak boleh lebih dari 3%.
3.1.2. Test Uji Batu
Batu sendiri memiliki 3 jenis ukuran 10-15, 5-10, 10-20. Tiga jenis
ukuran tersebut didapat melalui tes uji kadar lumpur yang sama. Test uji batu
sendiri sama halnya dengan pasir tapi ada sedikit perbedaan dimana test batu
tidak menggunakan tawas namun cukup direndam air dan dilihat secara visual
lumpur akan otomatis terpisah dengan batu atau dengan direndam air dan
kadar lumpur tidak lebih dari 1% .

3.1.3. Test Uji kuat tekan Sampel Beton


Test uji kuat beton sendiri merupakan tes uji tekan pada sampel beton yang
berguna untuk mengetahu seberapa kuat beton tanpa besi bila ditekan. Sampel
yang didapat dari bathcing plant akan dites setiap harinya, guna untuk
memastikan produknya sesuai mutu, adonan beton tanpa zat adiktif ini diambil
dari bathcing plant, setelah itu dicetak dengan ukuran 15x30 cm lalu
didiamkan selama 1-2jam kemudian cetakan dibuka dan didiamkan lagi selang
waktu 1,3,7,14,21,28 hari.
Pada saat sampel sudah memenuhi waktu pengetesan maka akan dicapping
guna untuk meratakan permukaan beton pada saat tes uji kuat tekan yang
berfungsi untuk meratakan beban ke seluruh bodi beton.
Pada pengujian uji kuat tekan sampel beton akan dites dengan alat
compressive strenght, setelah itu hasil akan keluar melalui angka pada alat
tersebut, Adapun standart JBI dalam uji kuat tekan :

Umur 1 Umur 3 Umur 7


Mutu kN Mutu kN Mutu kN
K 500 365,031 K 500 401,534 K 500 547,546
K 600 438,037 K 600 481,841 K 600 657,056
K 700 511,043 K 700 562,148 K 700 766,565
Umur 14 Umur 21 Umur 28
Mutu kN Mutu kN Mutu kN
K 500 657,056 K 500 657,056 K 500 730,062
K 600 788,467 K 600 832,270 K 600 876,074
K 700 919,878 K 700 970,982 K 700 1022,09

Pengetesan pada alat compressive Strenght yang diuji menggunakan sampel


15x30 cm 28 hari menunjukan 977 kN pada standar JBI 28 hari, Berikut
perhitungan Mutu Beton :

Perhitungan Mutu Beton


kN 977 kN
Konversi N 977000 N
konversi kN 98092,36948 kN
Luas penampang 176,625 cm2
kN / cm2 555,3708109 kN/cm2
Konversi Mpa 54,46306936 mpa
mutu beton 669,1214589 K

Pada beton kuat tekan 977 kN


Konversi kN ke N = 977x1000=977000N
Konversi N ke Ton = 977000 x 9,96 = 98092,369 Ton
3,14∗15∗15
Luas permukaan sampel = =176,625 cm2
4
kN /cm2 = 98092,369/ 176,625 = 555,370 kN /cm2
Mpa = 555,370 /10,197 = 54,463 Mpa
Mutu beton 555,370/0,83 = 669,121 K

K 669,121
Dikali 0,83 = kubus 555,37 Kg/cm2

umur 28 555,37 kg/cm2


Luas penampang 17662,5 mm2

Konversi cm2 176,625 cm2


konversi kg 98092,3 Kg/cm2
koversi ton 98,0923 Ton
koversi Kn 976,999 kN

Pada hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa hasil dari uji kuat tekan 977 kN
merupakan mutu beton K - 669,121 dengan standar kN 977 pada tabel yang
tertera, maka sudah sesuai dengan standar pabrik
3.1.4. Test Slump
Slump test merupakan test kekentalan adonan tanpa bahan adiktif, test
kekentalan ini berguna untuk mengetahui seberapa kuat beton tersebut dalam
artian semakin kental beton itu maka semakin kuat beton tersebut. Slump test
yang digunakan untuk standar pabirk JBI menggunakan Slump 5-6 cm yang
berarti beda muka dari alat slump hanya beda 5-6 cm.
3.1.5. Mix desain
Mix desain yang digunakan untuk pengujian Sampel beton di pabrik JBI
menggunakan pedoman buku Ir Tri Mulyono, MT perhitungan sebagai
berikut:

Perhitungan Mix Desain


N
o Uraian Nliai Satuan Tabel/Grafik/Hitungan
1 Kuat tekan yang disyaratkan f'c ( Benda 54,5 Mpa Ditetapkan k=1,64
Uji Silinder
2 Deviasi Standar (s) 5,5 Mpa Table 8.1
3 Nilai tambah 9,02 Mpa 1,64 X 5,5
4 Kuat tekan yang ditargetkan f'cr 63,52 Mpa 54,5+9,02
5 Jenis semen Tipe I   Ditetapkan
6 Jenis agregat      
  Kasar Batu pecah    
  Halus Alami    
7 Faktor Air Semen      
  Faktor Air Semen 0,3   Gambar Grafik 8.3
  Faktor air semen maksimum 0,45   Tabel 8.11
8 Faktor Air semen dipakai 0,3   terkecil
9 Slump 100 mm Tabel 8.2
10 Ukuran Agregat Maksimum 20 mm Tabel 8.3
11 Kadar Air bebas 204 Kg/m3 Tabel 8.4
12 Jumlah Semen 680 Kg/m3 (11)/(8)
13 Jumlah Semen Maksimum -   Tidak ditetapkan
14 Jumlah semen minimum 325 Kg/m3 Tabel 8.19
15 Jumlah semen dipakai 680 Kg/m3 (12)>(14)
16 Faktor air semen yg disesuaikan 0,3   Tetap
17 Susunan butiran Agregat Halus Daerah Gradasi 2   Ditetapkan
18 Susunan butiran Agregat Kasar     diketahui
        Masuk zona 2-3
19 Persentase Agregat Halus 41%   Tabel 8.5.2
20 Berat Jenis Relatif Agregat SSD 2,75   diketahui & hitungan
21 berat isi beton basah 2400 Kg/m3 Grafik 8.6
22 Kadar Agregat Gabungan 1516 Kg/m3 (21)-(15)-(11)
23 Kadar Agregat Halus 621,56 Kg/m3 (19)x(22)
24 Kadar Agregat Kasar 894,44 Kg/m3 (22)-(23)
25 Proporsi Campuran        
  Semen Air Agregat Kondisi SSD
Jumlah Bahan (teoritis)
  (Kg) (Kg) Halus Kasar
  (Kg) (Kg)
  Tiap m3 680 204 621,56 894,44
26 Proporsi Campuran Koreksi        
  Tiap M3 680 171,0805 629,8018856 919,1176
        8,2418856 24,6776

Sifat Agregat Pasir Kerikil


Berat jenis SSD ( gram ) 2,74 2,77
Penyerapan Air (%) 1,074 0,041
Kadar Air ( % ) 2,4 2,8

Kesimpulan dari tabel tersebut menunjukkan kebutuham m3 dalam


pembuatan beton menggunakan 680 Kg Semen, 204 Kg Air, 621,56 Kg agregat halus dan
894,44 Kg agregat Kasar.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Setiap proses untuk persiapan pembuatan Beton pada Pabrik JBI melakukan
beberapa langkah untuk mencapai Hasil, dari hasil yang didapatka meliputi
1. Uji kadar lumpur pasir yang sesuai dengan standar JBI dan SNI JBI
menggunakan pasir yang kadar lumpur di bawah 3% di SNI sendiri
kadar lumpur layak untuk pembuatan beton dibawah 5%
2. Uji kadar Batu, Standar JBI dan SNI sama yaitu tidak lebih dari 1%
namun JBI sendiri hanya diliat dari Visual dikarenakan sudah mengerti
material batu yang banyak mengandung kadar lumpur dan tidak
3. Uji slump sesuai dengan Standar JBI menggunakan test slump 5-6 cm
4. Pada uji kuat tekan sampel 28 hari menunjukkan hasil 977 Kilo Newton
dan perhitungan sendiri sudah tepat dengan mutu K-669,121
menunjukkan hasil di 977 kN dan 54,463 Mpa
5. Pada mix desain sendiri sudah tertera hasil perhitungan dengan m 3
memiliki kebutuhan 680 Kg Semen, 204 Kg Air, 621,56 Kg agregat
halus dan 894,44 Kg. dan sudah terbukti dari hasil uji kuat tekan
memiliki hasil yang melebihi dari standar JBI
4.2. Saran
Lebih diperhatikan lagi pada saat pengujian kuat tekan, pada saat pengujian
kuat tekan atau Comppresive Strenght orang yang menguji tidak menggunakan APD,
setidaknya harus memakai sepatu safety, rompi dan helm safety serta ear protect
DAFTAR PUSTAKA
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). 済無 No Title No Title No Title.
Iii, B. A. B. (2005). Ts313770. 21–24.
Iii, B. A. B., & Teori, L. (1990). 3Ts13397. 9–30.
Indrika, J. (2006). Perancangan Beton Konvensional dan Beton Precast.
Irawan, R. R. (2013). Semen Portland di Indonesia. www.pusjatan.pu.go.id
Prasetyadi, W. P. (2013). Pengaruh Penambahan Pozzolan Pada Ordinary Portland Cement
Terhadap Kualitas Pozzolan Portland Cement. Repository Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 5–19.
Syarif, A., Setyawan, C., & Farida, I. (2016). Analisa Uji Kuat Tekan Beton Dengan Bahan
Tambahan Batu Bata Merah. Jurnal Konstruksi, 14(1), 46–56.
https://doi.org/10.33364/konstruksi/v.14-1.349

Anda mungkin juga menyukai