Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No.

3 Tahun 2014 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING
DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI
LARUTAN PENYANGGA DI SMA N 2 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2013/2014

Kiki Efi Assriyanto1,*, J.S. Sukardjo2, dan Sulistyo Saputro2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta

*Keperluan Korespondensi, telp: 085728818168, email: kikievvy@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah menggunakan metode eksperimen dan inkuiri terbimbing terhadap prestasi
belajar siswa. (2) pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. (3) interaksi antara
model pembelajaran berbasis masalah menggunakan metode eksperimen dan inkuiri
terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi larutan
penyangga.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2  2.
Sampel dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 yang
diambil secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes
verbal untuk kreativitas, metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif, metode angket untuk
prestasi belajar afektif, dan observasi untuk prestasi belajar psikomotor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada metode eksperimen dalam hal peningkatan prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Inkuiri Terbimbing, Eksperimen, Kreativitas,


Larutan Penyangga

PENDAHULUAN pendidikan oleh pemerintah agar sesuai


Bangsa Indonesia memiliki dengan perkembangan zaman dan
harapan yang besar pada untuk menciptakan individu-individu
perkembangan pendidikan karena yang mampu bersaing. Usaha yang
pendidikan merupakan unsur penting telah dilakukan tersebut, antara lain:
dalam kehidupan manusia, yang mampu peningkatan kualitas guru, peningkatan
mempersiapkan warga negara agar sarana dan prasarana, perubahan
membantu dalam pembangunan kurikulum, penyempurnaan sistem
masyarakat dan negara. Sebagaimana penilaian dan penggunaan model dan
tertera dalam Pembukaan Undang- metode pembelajaran yang tepat [1].
Undang Dasar 1945, pendidikan Pembelajaran merupakan
nasional bertujuan mencerdaskan kegiatan utama pendidikan di sekolah
kehidupan bangsa. Untuk itu, yang secara langsung berhubungan
pemerintah berusaha mencapai tujuan dengan peserta didik yang merupakan
tersebut dengan menyelenggarakan input dalam proses belajar mengajar
kegiatan belajar mengajar. dan diharapkan akan menghasilkan
Dengan pendidikan, individu output berupa peserta didik yang
berusaha mengembangkan dirinya memiliki kemampuan yang mencakup
sehingga mampu menghadapi setiap tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
perubahan yang terjadi akibat adanya psikomotorik [2]. Pembelajaran sebagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan suatu upaya untuk membangkitkan
teknologi. Berbagai usaha yang telah inisiatif siswa dan peran siswa dalam
dilakukan untuk memperbaiki sistem belajar.

Copyright © 2014 89
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

Mata pelajaran kimia ilmu pengetahuan yang aktif, efektif dan


merupakan salah satu mata pelajaran interaktif.
yang dianggap sulit di kalangan siswa Penggunaan model
SMA. Belajar dalam ilmu kimia pembelajaran yang tepat merupakan
menekankan pada pengalaman salah satu hal yang penting sebagai
langsung [3]. Hal ini disebabkan siswa sarana dalam kegiatan belajar mengajar
tidak hanya sekedar menerima dan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
menyerap informasi yang diberikan oleh kepada siswa secara efektif dan
guru tetapi siswa melibatkan diri dalam meningkatkan keberhasilan belajar
proses untuk menemukan ilmu itu siswa. Pemilihan model pembelajaran
sendiri dan harus terampil menerapkan juga harus sesuai dengan materi yang
pengetahuannya dalam menghadapi disampaikan karena materi yang
masalah kehidupan dan teknologi. berbeda diperlukan model pembelajaran
Larutan penyangga merupakan salah yang berbeda pula agar pencapaian
satu materi dalam pembelajaran kimia tujuan dan hasil belajar menjadi
yang meliputi sub materi: Komposisi maksimal. Pemilihan model
Larutan Penyangga, pH Larutan pembelajaran juga dipengaruhi oleh
Penyangga, Prinsip Kerja Larutan karakteristik siswa.
Penyangga dan Larutan Penyangga Model pembelajaran adalah
dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi kerangka konseptual yang
Larutan Penyangga ini memerlukan mendeskripsikan dan melukiskan
pemahaman sehingga siswa diharapkan prosedur yang sistematik dalam
dapat menggunakan pola pikir yang mengorganisasikan dalam pengalaman
terstruktur, sistematis melalui tahap- belajar dan pembelajaran untuk
tahap pemecahan yang tepat dan aktif mencapai tujuan belajar tertentu dan
terlibat secara langsung dalam berfungsi sebagai pedoman bagi
memahami konsep. perencanaan pengajaran bagi guru
Berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan aktivitas
peneliti selama melaksanakan Program pembelajaran [4]. Model pembelajaran
Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas yang dapat digunakan oleh guru antara
XI IPA SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran lain model pembelajaran konvensional,
2013/2014 dapat diketahui bahwa kontekstual, kooperatif, kuantum,
pembelajaran kimia kebanyakan masih terpadu dan berdasarkan masalah
menggunakan model atau metode (Problem Based Learning).
pembelajaran yang kurang sesuai Menurut John Dewey, model
dengan materi dan karakteristik siswa. pembelajaran berbasis masalah
Model atau metode yang digunakan (Problem Based Learning) merupakan
guru kurang mendorong siswa untuk ikut suatu cara penyajian bahan pelajaran
terlibat secara langsung dalam proses dengan menghadapkan siswa pada
belajar mengajar tersebut. Hal ini persoalan yang harus dipecahkan atau
menyebabkan hasil yang dicapai kurang diselesaikan dalam rangka mencapai
maksimal dan keaktifan siswa serta tujuan pendidikan [5]. Oleh karena itu,
kemampuan yang dimiliki siswa kurang penggunaan model pembelajaran
terlibat. Selain itu, di SMA N 2 berbasis masalah diharapkan dapat
Sukoharjo memiliki prasarana sarana melatih siswa disiplin dan meningkatkan
yang memadai termasuk laboratorium. pemahaman dalam pelajaran kimia,
Namun, kurangnya pemanfaatan serta mampu membangun kreativitas
laboratorium kimia di SMA N 2 siswa dalam memunculkan ide-ide untuk
Sukoharjo membuat proses membuat soal atau menemukan
pembelajaran kimia kurang optimal. jawaban dari situasi yang ada. Melalui
Oleh karena itu, diperlukan pemilihan model pembelajaran ini, siswa juga
model serta metode pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan
sesuai dan diharapkan dapat digunakan pemahaman yang telah didapat
sebagai sarana untuk menyampaikan sehingga siswa mampu membangun
pengetahuannya sendiri dan

Copyright © 2014 90
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

mengembangkan pengetahuannya yang maka siswa harus mempunyai daya


sederhana hingga pengetahuan yang saing yang tinggi [7]. Siswa yang kreatif
kompleks. mampu melakukan inovasi yang baru
Dalam penggunaan model dalam memecahkan masalah yang
pembelajaran berbasis masalah mereka hadapi dalam kegiatan belajar
mengharuskan siswa mengidentifikasi mengajar maupun dalam kehidupan
permasalahan, mengumpulkan sehari-hari.
informasi dan menggunakan informasi Terdapat interaksi antara model
tersebut untuk memecahkan masalah. pembelajaran Process-Oriented Guided-
Dengan pembelajaran ini siswa Inquiry Learning (POGIL) dan Modified
diharapkan dapat mengembangkan Free Inquiry (MFI), dengan aktivitas
ketrampilan berfikir dalam memecahkan belajar dan kreativitas siswa terhadap
masalah dan menjadi pelajar yang prestasi belajar kognitif, afektif dan
mandiri sehingga prestasi belajar psikomotorik [8]. Penerapan metode
meningkat. Agar pelaksanaan model inkuiri terbimbing memberikan pengaruh
pembalajaran ini lebih afektif, maka terhadap prestasi belajar siswa [9].
dapat dilaksanakan model pembelajaran Berdasarkan uraian tersebut, maka
basis masalah melalui metode peneliti berharap prestasi belajar siswa
eksperimen dan inkuiri terbimbing. dapat ditingkatkan dengan pemilihan
Dengan model berbasis masalah, siswa model dan metode yang tepat yang
akan mampu memecahkan masalah. didukung oleh kreativitas siswa. Oleh
Sedangkan dengan metode eksperimen karena itu, peneliti akan mengadakan
dan inkuiri terbimbing, siswa dapat penelitian dengan judul “Pengaruh
mengamati, menganalisis dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
menyimpulkan hasil pengamatan secara melalui Metode Eksperimen dan Inkuiri
mandiri. Terbimbing Ditinjau dari Kreativitas
Model pembelajaran berbasis Siswa pada Materi Larutan Penyangga
masalah melalui metode eksperimen di SMA N 2 Sukoharjo Tahun Ajaran
dan inkuiri terbimbing akan mengajak 2013/2014”.
siswa terlibat secara langsung untuk
aktif dalam proses belajar mengajar dan METODE PENELITIAN
dapat mengaplikasikan metode ilmiah Penelitian ini dilaksanakan di
sehingga siswa dapat mengembangkan SMA N 2 Sukoharjo, terhadap siswa
pengetahuannya. Metode eksperimen kelas XI IPA semester genap tahun
memberikan kesempatan para siswa ajaran 2013/2014, pada bulan Februari
untuk mengamati, melakukan, 2014. Penelitian ini menggunakan
menganalisis, membuktikan dan metode eksperimen dengan rancangan
menarik kesimpulan [6]. Sedangkan, penelitian desain faktorial 2x2 seperti
metode inkuri terbimbing siswa yang Tabel 1. Rancangan Penelitian
menemukan sendiri suatu konsep maka Model Kreativitas
konsep tersebut akan lebih dipahami Pembelajaran Tinggi Rendah
oleh siswa dan selalu diingat. Berbasis masalah (B1) (B2)
Disamping ketepatan metode inkuiri A1B1 A1B2
penggunaan model dan metode terbimbing(A1)
pembelajaran, kreativitas juga metode A2B1 A2B2
merupakan salah satu faktor pendukung eksperimen(A2)
keberhasilan belajar siswa dan salah
satu karakteristik yang dimiliki oleh Populasi yang diambil pada
individu. Kreativitas adalah hasil dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
interaksi antara individu dan SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran
lingkungannya. Kemampuan kreatif 2013/2014. Sedangkan sampel dalam
dapat ditingkatkan melalui pendidikan. penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
Kreativitas sangat diperlukan untuk 1 sebagai kelas eksperimen I dan XI
meningkatkan kualitas hidupnya. Karena IPA 2 sebagai kelas eksperimen II yang
untuk menghadapi masa globalisasi,

Copyright © 2014 91
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

diambil dengan teknik cluster random HASIL DAN PEMBAHASAN


sampling. Data kreativitas dikelompokkan
Variabel dalam penelitian ini ada dalam 2 kategori yaitu kreativitas tinggi
3 macam yaitu variabel bebas, dan kategori kreativitas rendah. Dengan
moderator dan terikat. Variabel bebas menggunakan kriteria tersebut dari 71
dalam penelitian ini yaitu metode siswa yang terdiri dari 35 siswa kelas
pembelajaran yang meliputi metode eksperimen I dengan metode inkuiri
inkuiri terbimbing dan eksperimen. terbimbing dan 36 siswa kelas
Variabel moderator dalam penelitian ini eksperimen II dengan metode
adalah kreativitas yang dikategorikan eksperimen. Pada kelas eksperimen I,
menjadi kreativitas tinggi dan rendah. nilai terendah 23 dan nilai tertinggi
Variabel terikat pada penelitian ini adalah 34. Sedangkan, pada kelas
adalah prestasi belajar yang diukur eksperimen II, nilai terendah 20 dan nilai
adalah aspek kognitif, afektif dan tertinggi adalah 33.
psikomotor. Data prestasi belajar siswa pada
Metode pengumpulan data materi Larutan penyangga yang meliputi
dalam penelitian ini berupa metode prestasi belajar kognitif, afektif, dan
angket untuk memperoleh data tentang psikomotorik. Deskripsi data penelitian
kemampuan afektif siswa., metode tes mengenai prestasi belajar secara
meliputi tes kognitif dalam bentuk ringkas disajikan pada Tabel 2.
obyektif dan tes verbal untuk mengukur Tabel 2. Rangkuman Deskripsi Data
kemampuan kreativitas., metode Penelitian
observasi untuk mengukur aspek Prestasi Nilai Rata-Rata
psikomotor siswa, serta metode belajar Eksperimen Eksperimen
dokumentasi digunakan untuk I II
mengetahui daftar nama siswa dan Kognitif 84,143 75,278
untuk mengumpulkan data nilai ujian Afektif 62,029 66
akhir semester gasal mata pelajaran Psikomotorik 55,371 55,11
kimia.
Instrumen psikomotorik, tes Dari hasil uji anava terhadap
kognitif dan angket afektif diukur prestasi belajar siswa diperoleh hasil
validitas isinya dengan formula Gregory bahwa:
[10]. Instrumen tes kognitif dan angket 1. Hipotesis Pertama
afektif diukur realiabilitas dengan rumus Beberapa faktor yang
KR20. Tes kognitif dihitung daya beda mempengaruhi prestasi belajar yaitu
soal dan taraf kesukaran soal [11]. faktor internal dan faktor eksternal.
Analisis data yang digunakan uji Faktor eksternal merupakan faktor yang
prasyarat analisis data yakni uji ada diluar individu, salah satu contoh
normalitas, homogenitas, dan uji t- yaitu model dan metode pembelajaran
matching. Uji normalitas yang digunakan [13]. Setiap model pembelajaran
adalah uji Liliefors, uji homogenitas ini mengarahkan kita ke dalam mendesain
digunakan uji Bartlett dan uji t-matching pembelajaran untuk membantu peserta
digunakan untuk megetahui kesamaan didik sedemikian rupa sehingga tujuan
kemampuan awal [12]. pembelajaran tercapai [14]. Dalam
Setelah uji prasyarat memenuhi pemilihan model pembelajaran yang
maka dilakukan uji hipotesis tepat guru memilih model pembelajaran
menggunakan analisis variansi (anava) yang sesuai dengan materi dan dapat
dua jalan dengan sel (2x2) [12]. Tujuan memacu semangat, kemampuan berfikir
dari analisis ini untuk menguji serta kreativitas sehingga siswa dituntut
signifikansi efek dua variabel bebas untuk secara aktif terlibat dalam
terhadap satu variabel terikat dan pengalaman belajarnya. Salah satu
interaksi kedua variabel bebas terhadap alternatif model yang mampu
variabel terikat. mengembangkan ketrampilan berfikir
siswa dalam pemecahan masalah yaitu
model pembelajaran berbasis masalah.

Copyright © 2014 92
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

Model pembelajaran berbasis masalah dikarenakan dengan dihadapkan


itu sendiri dimaksudkan untuk permasalahan yang baru akan
membimbing siswa agar mampu memunculkan rasa ingin tahu dari
menyelesaiakan permasalahan dengan siswa, sehingga pelajaran lebih
menyusun pengetahuan mereka sendiri, menyenangkan dan meningkatkan minat
mengembangkan inkuiri dan ketrampilan siswa terhadap pembelajaran.
berfikir tingkat tinggi [15]. Sementara itu untuk kelas
Metode pembelajaran eksperimen dengan metode
merupakan cara yang dilakukan untuk eksperimen, siswa secara berkelompok
menyajikan suatu materi dalam proses untuk melakukan eksperimen/praktikum
kegiatan belajar mengajar. Dua metode sesuai dengan petunjuk praktikum yang
pembelajaran yang berbeda akan telah diberikan. Setelah praktikum
dimungkinkan mempunyai pengaruh selesai siswa menuliskan hasil
yang berbeda pula terhadap prestasi penelitian yang diperolehnya dan
belajar. Dua metode dalam penelitian mendiskusikan pertanyaan yang telah
yaitu kelas eksperimen pertama dengan disediakan. Setiap kelompok
metode inkuiri terbimbing dan kelas mempresentasikan hasil diskusi. Proses
eksperimen kedua dengan metode kegiatan belajar mengajar diakhiri
eksperimen. dengan guru dan siswa secara
Kelas eksperimen dengan model bersama-sama menarik kesimpulan
pembelajaran berbasis masalah melalui sesuai dengan tujuan pembelajaran.
metode inkuiri terbimbing, siswa secara Pada saat pelaksanaan
berkelompok mendiskusikan hipotesis praktikum di kelas eksperimen dengan
yang berisi konsep-konsep dan metode eksperimen, beberapa siswa
membangun pengetahuannya sesuai terlihat mengalami kejenuhan dimana
dengan tujuan pembelajaran yang telah siswa banyak yang mengobrol diluar
dijelaskan. Kemudian setiap kelompok materi. Saat praktikum siswa melakukan
melakukan praktikum sesuai dengan kegiatan sesuai petunjuk praktikum,
petunjuk praktikum yang telah diberikan namun saat presentasi hasil
dan mencatat hasil pengamatan yang pengamatan antusias siswa kurang
diperoleh. Setiap kelompok terlihat, karena siswa cenderung hanya
mendiskusikan hasil praktikum dan terbatas pada saat menjawab
menguji hipotesis yang telah dibuat pertanyaan yang ada.
pada awal proses kegiatan belajar dan Kelas eksperimen dengan
kemudian menarik kesimpulan. Setiap metode eksperimen ini, siswa hanya
kelompok mempresentasikan hasil mengalami secara langsung tanpa
diskusi. Proses kegiatan belajar berusaha menemukan konsep. Siswa
mengajar diakhiri dengan guru dan lebih pasif karena siswa hanya
siswa secara bersama-sama untuk menyelasaikan masalah sesuai dengan
menarik kesimpulan sesuai dengan arahan dan panduan yang diberikan
tujuan pembelajaran. oleh guru tanpa mampu
Pada saat pelaksanaan mengembangkan pengetahuannya dan
praktikum di kelas eksperimen dengan tanpa memikirkan sendiri langkah untuk
metode inkuiri terbimbing ini, siswa lebih menyelesaikan masalah. Sehingga
termotivasi dalam melaksanakan dapat disimpulkan bahwa kelas
praktikumnya terlihat siswa lebih aktif eksperimen dengan metode inkuiri
dengan mendiskusikan hipotesis dan terbimbing lebih lebih baik daripada
menguji hipotesisnya untuk menemukan metode pembelajaran eksperimen.
konsep dan, tidak terlihat siswa yang Prestasi kognitif siswa yang
mengalami kejenuhan dengan diajarkan dengan model pembelajaran
mengobrol diluar materi dengan teman- berbasis masalah melalui metode
temannya. Selain itu, saat kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
presentasi hasil pengamatan siswa lebih tinggi daripada metode pembelajaran
aktif dapat menanyakan hal-hal yang eksperimen. Hal ini disebabkan karena
belum mereka ketahui. Hal ini metode pembelajaran inkuiri terbimbing

Copyright © 2014 93
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

guru mampu mengajak siswa terlibat optimal, sebaliknya seseorang yang


langsung dalam proses kegiatan belajar memiliki minat pada pembelajaran yang
dalam materi pokok larutan penyangga optimal. Oleh karena itu pendidik harus
sehingga dapat menemukan konsep- mampu membangkitkan minat siswa
konsep dan menyelesaikan masalah. sehingga dapat membentuk sikap yang
Dengan pengalaman belajar siswa yang mampu untuk mencapai keberhasilan
menemukan sendiri suatu konsep belajar siswa. Prestasi belajar afektif
tersebut akan lebih dapat dipahami oleh yang menggunakan metode
siswa dan selalu diingat siswa. Selain itu pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
dengan penemuan konsep mampu baik daripada metode pembelajaran
merangsang keingintahuan siswa dan eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa mendapatkan pengetahuannya metode inkuiri terbimbing dapat
sendiri untuk memecahkan masalah meningkatkan minat dalam proses
yang dihadapi. Siswa juga lebih banyak belajar mengajar sehingga mampu
diberikan kebebasan untuk membentuk sikap yang mampu
mendapatkan informasi sehingga mencapai keberhasilan belajar yang
konsep yang diperoleh lebih banyak. optimal karena siswa dituntut untuk ikut
Hal ini didukung pada aktif dalam pembelajaran dan lebih
perhitungan ANAVA berdasarkan aspek menekankan pada penemuan konsep,
kognitif diperoleh Fobs (9,111)>Ftabel serta mendorong minat siswa untuk
(4,00) yang berarti bahwa H0A ditolak. mengetahui konsep yang dipelajari.
Hal ini berarti penggunaan metode Aspek psikomotorik diperoleh
pembelajaran inkuiri terbimbing dan Fobs(0,172)<Ftabel (4,00) yang berarti
eksperimen memberikan pengaruh yang bahwa H0A diterima. Hal ini berarti tidak
signifikan terhadap prestasi belajar terdapat pengaruh penggunaan model
kognitif siswa pada materi pokok larutan pembelajaran berbasis masalah melalui
penyangga. Dari jumlah rataan yang metode inkuiri terbimbing dan
menunjukkan bahwa rata-rata baris eksperimen yang signifikan terhadap
A1(166,2)>rata-rata baris A2(150,692) prestasi belajar psikomotorik siswa pada
sehingga dapat diketahui bahwa materi pokok larutan penyangga. Dalam
penggunaan metode pembelajaran hal penilaian psikomotorik diambil dari
inkuiri terbimbing lebih baik daripada ketrampilan dalam praktikum di
metode pembelajaran eksperimen. laboratorium.
Berdasarkan aspek afektif Aspek psikomotorik dalam
diperoleh Fobs(60,650)>Ftabel(4,00) yang pembelajaran kimia berkaitan dengan
berarti bahwa H0A ditolak. Hal ini berarti ketrampilan siswa terutama dalam
penggunaan metode pembelajaran penelitian ini kegitan praktikum yang
inkuiri terbimbing dan eksperimen dilakukan pada materi larutan
memberikan pengaruh yang signifikan penyangga. Dari kelas yang dikenai
terhadap prestasi belajar afektif siswa metode inkuiri terbmbing dan metode
pada materi pokok larutan penyangga. eksperimen terlihat bahwa kedua kelas
Dari jumlah rataan yang menunjukkan tersebut antusias, semangat dan
bahwa rata-rata baris A1(140,18)> rata- terampil untuk menyelasaikan kinerja
rata baris A2(124,254) sehingga dapat dalam kegiatan praktikum. Hal ini
diketahui bahwa penggunaan metode menunjukkan tidak ada pengaruh yang
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih signifikan metode pembelajaran inkuiri
baik daripada metode pembelajaran terbimbing dan eksperimen terhadap
eksperimen. prestasi psikomotorik. Meskipun secara
Aspek afektif merupakan salah statistik model tidak mempengaruhi
satu menentukan keberhasilan belajar prestasi psikomotorik, akan tetapi
siswa. Aspek afektif mencakup sikap, penelitian dilapangan prestasi
minat, nilai, konsep diri dan moral dari psikomotorik tetap memberikan
siswa. Seseorang yang tidak memiliki pengaruh meskipun tidak signifikan,
minat pada pelajaran tertentu sulit karena dalam proses pembelajaran
mencapai keberhasilan belajar secara yang melakukan kerja dilaboratorium

Copyright © 2014 94
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

yang menuntut ketrampilan fisik atau mempunyai kreativitas rendah.


gerakan terampil [8]. Demikian pula, siswa yang memiliki
2. Hipotesis Kedua kreativitas rendah juga memungkinkan
Beberapa faktor yang untuk memberikan prestasi belajar
mempengaruhi keberhasilan prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
belajar. Salah satunya yaitu kreativitas tinggi.
siswa, kreativitas dalam penelitian ini 3. Hipotesis Ketiga
menggunakan kreativitas verbal yang Hasil dari anava dua jalan
telah dimiliki siswa kemudian diungkap menunjukkan bahwa Fobs <Ftabel. Pada
melalui tes. Kreativitas juga salah satu anava dua jalan prestasi kogntif
alat ukur untuk mengetahui kemampuan Fobs(0,01)<Ftabel(4,00), prestasi afektif
memecahkan dan menyelesaikan Fobs(0,004)<Ftabel(4,00), dan prestasi
masalah yang dihadapi oleh siswa. psikomotorik Fobs(0,001)<Ftabel(4,00)
Hasil dari anava dua jalan yang berarti bahwa H0AB diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa Fobs <Ftabel. Pada membuktikan bahwa tidak terdapat
anava dua jalan prestasi kogntif interaksi antara penggunaan model
Fobs(0,0005)<Ftabel(4,00), prestasi afektif pembelajaran berbasis masalah melalui
Fobs(0,746)<Ftabel(4,00), dan prestasi metode inkuiri terbimbing dan metode
psikomotorik Fobs(0,742)<Ftabel(4,00) eksperimen dengan kreativitas siswa
yang berarti bahwa H0B diterima. Hal ini terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
membuktikan bahwa tidak terdapat dan psikomotorik pada materi pokok
pengaruh kreativitas terhadap prestasi larutan penyangga kelas XI Semester 2
belajar kognitif, afektif, dan SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran
psikomotorik. Secara teori siswa yang 2013/2014.
memiliki kreativitas tinggi akan Diketahui bahwa untuk prestasi
memperoleh prestasi belajar yang baik, kognitif, afektif dan psikomotorik, dilihat
begitu pula sebaliknya. Namun dalam dari rata-rata siswa dapat disimpulkan
hal ini siswa yang memilki kreativitas bahwa metode pembelajaran dengan
rendah mempunyai prestasi belajar kreativitas tinggi maupun rendah
yang lebih baik daripada anak yang memberikan pengaruh yang sama yaitu
memilki kreativitas tinggi. Hal ini prestasinya akan lebih baik jika diajar
dimungkinkan karena kreativitas bukan menggunakan model pembelajaran
menjadi hal utama dalam keberhasilan melalui metode inkuiri terbimbing.
prestasi belajar. Siswa yang memiliki Tidak ada interaksi antara
kreativitas tinggi yang tidak mau penggunaan model pembelajaran
mengembangkan gagasan baru dan ide berbasis masalah melalui metode inkuiri
barunya untuk memecahkan masalah terbimbing dan metode eksperimen
akan memperoleh hasil yang belajar dengan kreativitas siswa terhadap
yang rendah sehingga dapat prestasi belajar kognitif, afektif dan
mengakibatkan prestasi belajar rendah. psikomotorik, dimungkinkan karena
Selain itu juga, siswa yang memiliki selain penggunaan metode
kreativitas tinggi belum mampu pembelajaran saat proses belajar
menghubungkan pembelajaran dari mengajar dan kreativitas yang dimiliki
hasil selama praktikum dengan teori siswa, masih banyak faktor yang
yang telah diterima.. Sedangkan siswa mempengaruhi proses pencapaian
yang memiliki kreativitas rendah dengan prestasi belajar siswa baik faktor dari
usaha, motivasi, kesungguhan dan dalam maupun dari luar diri siswa.
kemampuan untuk memecahkan dan Faktor internal yang mempengaruhi
menyelesaikan masalah akan prestasi belajar antara lain kesehatan,
memperoleh prestasi belajar yang tinggi. intelegensi, perhatian, motivasi,
Oleh karena itu, siswa yang kedisplinan dan minat. Sedangkan
mempunyai kreativitas tinggi belum faktor eksternal yang mempengaruhi
tentu akan memberikan hasil prestasi prestasi belajar adalah faktor lingkungan
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik belajar baik keluarga, sekolah, dan
yang lebih tinggi daripada siswa yang masyarakat [12].

Copyright © 2014 95
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

KESIMPULAN DAFTAR RUJUKAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat [1] Yamin, M. & Ansari B. I. (2012)
disimpulkan bahwa: Taktik Mengembangkan
1. Terdapat pengaruh penggunaan Kemampuan Individual Siswa.
model pembelajaran berbasis Jakarta: GP Press Group
masalah melalui metode inkuiri
terbimbing dan metode eksperimen [2] Winkel,W.S. (1991). Psikologi
terhadap prestasi belajar pada Pengajaran. Jakarta: Grasindo
aspek kognitif dan afektif siswa
materi larutan penyangga kelas XI [3] Depdiknas. (2006). Panduan
semester 2 SMA Negeri Sukoharjo Pengembangan Pembelajaran IPA
tahun ajaran 2013/2014. Hal ini Terpadu. Jakarta: Departemen
ditunjukan dari rerata marginal Pendidikan Nasional
prestasi kognitif dan afektif siswa
pada metode pembelajaran inkuiri [4] Sagala, S. (2005). Konsep dan
terbimbing lebih tinggi daripada Makna Pembelajaran. Bandung:
metode eksperimen. Tidak terdapat Alfabeta
pengaruh penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah [5] Trianto. (2007). Model-Model
melalui metode inkuiri terbimbing Pembelajaran Inovatif Berorientasi
dan metode eksperimen terhadap Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
prestasi belajar pada aspek Pustaka
psikomotorik siswa materi larutan
penyangga kelas XI semester 2 [6] Roestiyah. (2008). Strategi Belajar
SMA Negeri Sukoharjo tahun ajaran Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
2013/2014.
2. Tidak terdapat pengaruh kreativitas [7] Munandar, U. (2004).
tinggi dan rendah terhadap prestasi Pengembangan Kreativitas Anak
belajar siswa pada aspek kognitif, Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta
afektif dan psikomotorik siswa materi
larutan penyangga kelas XI [8] Widyaningsih, S. Y. Haryono, &
semester 2 SMA Negeri Sukoharjo Saputro, S. (2012). Model MFI dan
tahun ajaran 2013/2014. POGIL ditinjau dari Aktivitas Belajar
3. Tidak terdapat interaksi antara dan Kreativitas Siswa terhadap
metode pembelajaran inkuiri Prestasi Belajar. Jurnal Inkuiri, 1
terbimbing dan metode eksperimen (3), 266-275
dengan kreativitas tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa pada [9] Ibe, Helen, N.N. (2013). Effects of
aspek kognitif, afektif dan Guided-Inquir and Expository
psikomotorik siswa materi larutan Teaching Methods on Senior
penyangga kelas XI semester 2 Secondary School Students’
SMA Negeri Sukoharjo tahun ajaran Performances in Biology in Imo
2013/2014. State. Journal of Education
Research and Behavioral Sciences,
UCAPAN TERIMAKASIH 2 (4), 051-057
Penelitian ini dapat selesai
dengan baik karena bantuan dari [10] Gregory, R.J. (2007). Psychological
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis Testing (History, Principles, and
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Applications). Boston: Allyn And
Sri Martini S, Pd selaku guru kimia SMA Bacon
Negeri 2 Sukoharjo yang telah
mengijinkan penulis untuk [11] Sudijono, A. (2008). Pengantar
menggunakan kelas XI IPA 1 dan XI IPA Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja
2 sebagai kelas eksperimen dalam Grafindo Persada.
penelitian ini.

Copyright © 2014 96
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 89-97

[12] Budiyono. (2009). Metodologi


Penelitian Pendidikan. Surakarta:
Sebelas Maret University Press

[13] Slameto. (2010). Belajar dan


Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta

[14] Joyce, B., Weil, M., & Showers, B.


(1992). Models of Teaching.
Boston: A Division of Simon and
Schuster, Inc.

[15] Arends, R. I. (1997). Classroom


Intruction and Management. New
York: Mc Graw Hill Companies

Copyright © 2014 97

Anda mungkin juga menyukai