Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan

Volume 13(2) Agustus 2019


Halaman 149-168
doi.org/10.33378/jppik.v13i2.115

Analisis Permasalahan Perikanan:


Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong
Kabupaten Majalengka
[Analysis of Fisheries Extension Problems in Cigasog District, Majalengka
Regency]

Jasmine Addinda Putri, Tatty Yuniarti, Ita Junita Puspa Dewi

Sekolah Tinggi Perikanan Jurusan Penyuluhan Perikanan


Jalan Cikaret Nomor 2, Bogor

Abstrak

Penyuluhan perikanan adalah kegiatan strategis untuk sasaran penyuluhan yaitu para pelaku
utama perikanan dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kesejahteraannya. Penyuluhan
memerlukan strategi supaya tepat sasaran dan metoda serta materi yang disampaikan sesuai
dengan permasalahan di lapangan. Penelitian bertujuan menganalisis permasalahan perikanan
di Kecamatan Cigasong menggunakan metoda Participatory Rural Appraisal (PRA). Penelitian
dilakukan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka, pada bulan November 2018. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi sedangkan teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif. Responden yang digunakan adalah 59 dari 142
RTP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kecamatan Cigasong memiliki ketersediaan air
sepanjang tahun dari Sungai Cideres sehingga cocok sebagai lahan pengelolaan usaha
perikanan air tawar; (2) memiliki permasalahan sistem produksi permasalahan kematian massal
akibat tidak ada aklimatisasi dan munculnya hama diakibatkan oleh pelaku utama tidak
memasang biosecurity; (3) sistem usaha perikanan di Kecamatan Cigasong masih belum
memiliki lembaga akses permodalan yang dapat membantu proses pembangunan perikanan;(4)
Kecamatan Cigasong memiliki 1 penyuluh perikanan PNS yang tidak sejalan dengan UU Nomor
19 tahun 2013 dan masih banyak pelaku utama perikanan yang belum tergabung dalam
kelompok. Kecamatan Cigasong memiliki potensi perikanan air tawar dan permasalahan yang
harus segera diselesaikan.

Kata kunci : perikanan; sistem; potensi

Abstract

This research aims to analyze the problems regarding (1) the characteristics and potential of
fisheries areas (2) fisheries production systems (3) fisheries business systems (4) fisheries
extension systems. The study was conducted in Cigasong District, Majalengka Regency, in
November 2018. Data collection techniques used questionnaires, interviews, and observations
while the data analysis techniques used descriptive analysis. The results showed that: (1)
Cigasong Subdistrict has year-round water availability from Cideres River making it suitable as a
land for managing freshwater fisheries; (2) has a problem of the production system of the problem
of mass death due to no acclimatization and the emergence of pests caused by the main actors
not installing biosecurity; (3) fisheries business system in Cigasong Subdistrict still does not have
capital access institutions that can help the fisheries development process; group. Cigasong sub-
district has the potential of freshwater fisheries and problems that must be resolved immediately

Keywords: fisheries; system; potency

Penulis Korepondensi

149
Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Jasmine Addinda Putri | jasmineaddindaputri@gmail.com

PENDAHULUAN keterampilan, kompetensi, mental, dan


Kegiatan perikanan berhubungan komitmen berusaha. Indikator tersebut
dengan pengelolaan dan pemanfaatan dapat ditingkatkan baik melalui faktor
sumberdaya hayati perairan seperti ikan internal yaitu pendidikan formal dan etos
dan tumbuhan air serta pemanfaatan kerja nelayan, serta faktor eksternal
garam. Disebutkan di dalam UU RI No. seperti kegiatan penyuluhan (Noviyanti
31/2004 tentang Perikanan, yang telah et al. 2015). Kegiatan penyuluhan
berubah menjadi UU RI No. 45/2009, ditujukan kepada para pelaku usaha
bahwa kegiatan usaha perikanan agribisnis lainnya serta lembaga tertentu
meliputi kegiatan praproduksi, produksi, yang berada di subsistem jasa
pengolahan sampai dengan pemasaran penunjang untuk meningkatkan
yang terangkai dalam sistem bisnis kesejahteraannya. Metode penyuluhan
perikanan atau dapat disebut sebagai dapat beragam, inovatif dan kreatif
kegiatan agribisnis. Undang-undang sesuai dengan kebutuhan sasaran
tersebut juga menjelaskan bahwa usaha penyuluhan (Suparta 2003).
perikanan ini merupakan kegiatan Pelaku usaha perikanan yang
menangkap atau membudidayakan masih berpotensi untuk berkembang,
(usaha penetasan, pembibitan, salah satunya terdapat di Kecamatan
pembesaran) ikan, termasuk kegiatan Cigasong. Kecamatan Cigasong berada
menyimpan, mendinginkan, di wilayah Kabupaten Majalengka yang
pengeringan, atau mengawetkan ikan juga mempunyai potensi perikanan
dengan tujuan untuk menciptakan nilai berupa sumberdaya alam yang
tambah ekonomi bagi pelaku usaha mendukung serta sumber daya manusia
(komersial/bisnis). yaitu para pelaku usaha perikanan di
Usaha perikanan diharapkan dapat bidang pengolahan dan budidaya
meningkatkan kesejahteraan para perikanan seperti pembenih nila (Rizal et
pelaku usaha perikanan. Pelaku usaha al. 2018). Perencanaan program
perikanan seperti pembudidaya, penyuluhan perlu disusun secermat
pengolah dan nelayan, memerlukan mungkin dengan mempertimbangkan
peningkatan kompetensi dan kapasitas potensi daerah, potensi dan kebutuhan
dirinya untuk mengurus usaha mereka. masyarakat dan peran kelembagaan
Beberapa indikator yang perlu sosial ekonomi yang berkembang di
ditingkatkan antara lain pengetahuan, wilayah tersebut. Perencanaan program

150 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

penyuluhan dimulai dengan kegiatan 142


n=
identifikasi keadaan umum daerah dan 1+142 x (0,10)2
patensi yang dimiliki, kemudian 142
n=
dilakukan identifikasi masalah. Setelah 1+1,42
142
masalah terinventarisir dilakukan n=
2,42
penetapan tujuan berdasarkan prioritas
n = 59 responden
masalah. Kegiatan perencanaan
Keterangan :
dilanjutkan dengan cara pencapaian n = Ukuran sampel
N = Populasi
tujuan berupa strategi implementasi, e = Persentase ketidakpastian karena
monitoring dan evaluasi penyuluhan, kesalahan pengambilan sample yang
masih dapat ditolerir atau diinginkan
kemudian ditindaklanjuti dengan (5%-20%)
Diketahui :
rekonsiderasi (Amanah 2003). Penelitian N = 142 orang
ini bertujuan untuk menganalisis e = 10%

permasalahan perikanan di Kecamatan


Analisis permasalahan perikanan
Cigasong menggunakan metode
dilakukan dengan cara wawancara di
Participatory Rural Appraisal (PRA)
mana responden mengisi kuisioner (data
sebagai langkah awal penyusunan
primer). Data sekunder berupa informasi
bahan materi penyuluhan perikanan.
dari lembaga terkait. Pengolahan data
menggunakan metode deskriptif dan
BAHAN DAN METODE
statistik yang digunakan untuk
Penelitian dilaksanakan selama
menganalisis data yaitu dengan cara
satu bulan dimulai tanggal 1 November
mendiskripsikan atau menggambarkan
2018 sampai dengan 30 November 2018
data yang telah terkumpul sebagaimana
bertempat di Kecamatan Cigasong
adanya tanpa bermaksud membuat
Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa
kesimpulan yang berlaku untuk umum
Barat. Populasi dari penelitian adalah
atau generalisasi (Sugiyono 2000).
pelaku utama perikanan yaitu rumah
Penentuan masalah dilakukan
tangga perikanan (RTP) di Kecamatan
bersama-sama dengan responden,
Cigasong. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metoda Participatory
yang digunakan adalah menggunakan
Rural Appraisal (PRA). Participatory
rumus slovin (Sevilla et al. 1992) dengan
Rural Appraisal merupakan
tingkat kesalahan 10% dan jumlah
“pemahaman kondisi pedesaan secara
sampel yang diambil adalah 59 dari 142
partisipatif”, yakni merupakan
RTP.
pendekatan dalam merumuskan
perencanaan dan kebijakan di wilayah

Vol 13(2) Tahun 2019 151


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

pedesaan dengan cara melibatkan Sumber daya alam pada wilayah


masyarakat seefektif mungkin (Supriatna tersebut berupa 7 sungai. Sungai
2014). tersebut mengairi setiap desa, yang
Masalah yang telah dikumpulkan salah satunya adalah sugai terpanjang di
dianalisis menggunakan metoda pohon Kabupaten Majalengka yaitu Sungai
masalah (tree analysis). Analisis pohon Cideres. Nilai rata-rata debit andalan
masalah menurut Asmoko (2014) adalah Sungai Cideres adalah
model pohon masalah dibuat dengan 594,287 m3.detik-1. Curah hujan rata-rata
cara menempatkan masalah utama pada di Kecamatan Cigasong adalah 171,67
titik sentral atau di tengah gambar. mm (BPS 2017). Curah hujan rata-rata
Selanjutnya, penyebab munculnya Kecamatan Cigasong setahun sekitar
persoalan tersebut ditempatkan di 171,67 mm, curah hujan tertinggi terjadi
bagian bawahnya (alur ke bawah) dan pada bulan Oktober dan November
akibat dari masalah utama ditempatkan mencapai 639 mm dengan hari hujan
di bagian atasnya (alur ke atas). rata-rata 23 hari per bulannya.
Berdasarkan kriteria menurut Schmidt –
HASIL DAN PEMBAHASAN Ferguson termasuk curah hujan tipe E
Hasil setahun hanya dapat 1x tanam padi dan
Kondisi umum Kecamatan penanaman Palawija yang kedua harus
Cigasong antara lain luas wilayahnya hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.
adalah 2.433 ha atau 2,21% dari wilayah Jenis tanah yang terdapat di wilayah
Kabupaten Majalengka. Wilayah ini Kecamatan Cigasong terdiri dari 3 jenis
berada pada ketinggian 300 mdpl (meter yaitu mediteran coklat, regasal coklat
di atas permukaan laut). Kecamatan dan podsolik.
Cigasong terdiri dari 7 desa dan 3 Klasifikasi iklim menurut Schmidt-
kelurahan yaitu : Kelurahan Cigasong; Ferguson berdasarkan jumlah rata-rata
Kelurahan Cicenang; Desa Kawunghilir; bulan basah dan bulan kering lalu dikali
Desa Tajur; Desa Karayunan; Desa 100%. Bulan kering adalah bulan dengan
Kutamanggu; Desa Tenjolayar; Desa rata-rata curah hujan dalam satu bulan
Baribis; Desa Batujaya; dan Kelurahan kurang dari 60 mm/bulan. Bulan basah
Simpeureum. Pemerintahan Kecamatan adalah bulan dengan rata-rata curah
Cigasong terdiri atas 61 Rukun Warga hujan dalam sebulan lebih dari 100
(RW) dan 173 Rukun Tetangga (BPS mm/bulan. Klasifikasi iklim menurut
2018). Schmidt-Ferguson, diperoleh 7 bulan
kering dan 5 bulan basah, sehingga

152 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Tabel 1. Sumber daya alam perikanan Kecamatan Cigasong

Sungai Irigasi Waduk


Debit Debit
Jenis Panjang Luas
Nama (m³ Nama (m³ Nama
Irigasi (km) (m²)
detik-1) detik-1)
Desa Tenjolaya
Cipicung 35 Playangam Induk 0,12 0,30 Embung 0.21
Sokalayar
Cigasong 114 Sekunder 0,12 3,40
Tersier 0,12 1,40
Desa Cigasong
Cideres 2.300 Bunigeulis Induk 0,023 0,4
Cijurey 246 Sekunder 0,023 2,00
Cibodas 170 Tersier 0,023 1,00
Gede Induk 0,103 0,1
Sekunder 0,103 0,14
Tersier 0,103 4,00
Leuwibabi Induk 0,008 0,65
Desa Tajur
Ciawi 235 Babakan Induk 0,021 1,00
Barubutuh Induk 0,021 1,10
Sekunder 0,021 0,5
Canggah Induk 0,021 0,70
Cijambu Induk 0,02 1,20
Cioray Induk 0,022 0,70
Telang Induk 0,02 0,80
Desa Cicenang
Cikoronjo 145 Pamujaan Induk 0,122 3,43
Desa Kawunghilir
Cideres 935
Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam Kabupaten Majalengka, 2018

diperoleh hasil nilai Q sebesar 140. perikanan. Kabupaten Majalengka


Berdasarkan kriteria menurut Schmidt – memiliki potensi yang besar dalam sektor
Ferguson dalam Sasminto dan Sutanhaji perikanan, salah satu kelebihan yang
(2014), curah hujan tersebut termasuk dimiliki dalam pengembangan usaha
curah hujan tipe E (100,0–167,0 daerah perikanan air tawar adalah ketersediaan
agak kering, hutan sabana). air di beberapa daerah yang cukup
Terdapat satu waduk di Desa melimpah meski sedang musim kemarau
Tenjolayar, dan 11 irigasi dengan saluran (Rizal et al. 2018). Data sumber air di
yang berbeda yaitu saluran induk, Kecamatan Cigasong disajikan pada
sekunder dan tersier. Data sumber daya Tabel 1.
air di Kecamatan Cigasong disajikan Kondisi sumber daya manusia
pada Tabel 1. Sumber air ini dapat meliputi jumlah penduduk di Kecamatan
dijadikan sumber air untuk mendukung Cigasong sebanyak 34.200 jiwa. Jumlah
kegiatan budidaya berbagai komoditas rumah tangga perikanan (RTP)

Vol 13(2) Tahun 2019 153


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Tabel 2 Data kelompok perikanan di Kecamatan Cigasong

Tahun Kelas Bidang Jumlah anggota


No. Nama kelompok Usaha
berdiri kelompok L P
1. Sangraja 2016 Pemula Budidaya 12 -
2. Mekar Sari 2008 Madya Budidaya 10 -
3. Rangkas Bitung 1980 Pemula Budidaya 10 -
4. Kurnia 1999 Madya Pengolah 3 7
5. Guna Asih 2012 Madya Pengolah 4 6
6. Bojong 2009 Madya Budidaya 10 -
7. Mitra Harapan 2018 Pemula Pengolah - 10
8. Dukuh Luhur 2004 Pemula Budidaya 10 -
9. Abdi Amanah 2010 Pemula Budidaya 13 -
10 Kubang 2009 Pemula Budidaya 10 -
11. Pesantren Terpadu 2014 Pemula Pengolah - 10
Jumlah 82 33

sebanyak 142 orang yang artinya hanya ikan nila dikenal sebagai ikan yang
0,41% dari total penduduk di Kecamatan sangat kuat terhadap perubahan
Cigasong. RTP tersebut tergabung lingkungan sekitar, dan ekonomis yaitu
dalam 11 kelompok perikanan, namun harganya mampu dijangkau oleh semua
tidak semua RTP tergabung dalam lapisan masyarakat (Djunaedi et al.
kelompok usaha perikanan. Jumlah 2016).
pembudidaya yang belum berkelompok Usaha bidang perikanan lain
adalah 5 orang di Kelurahan Cicenang, 5 adalah pengolahan rampeyek udang
orang di Desa Kawunghilir, 7 orang di rebon dan pindang ikan mas. Usaha ini
Desa Tajur, dan 10 orang di Desa didominasi oleh wanita, yaitu istri-istri
Tenjolayar. Kelompok melaksanakan pembudidaya dan pengolah ikan. Wanita
kegiatan budidaya dengan komoditas memberi kontribusi pendapatan Rumah
ikan nila, lele, mas, tambakan, nilem, Tangga Perikanan sebesar 80% melalui
gurame, dan lain-lain. Nila merupakan kegiatan pengolahan hasil perikanan
salah satu jenis ikan air tawar yang (Tebaiy, Leiwakabessy, dan Wambrauw
mudah dikembangbiakkan memiliki 2017). Peranan wanita dalam perikanan
pertumbuhan yang cepat, efisien dalam sangat dipengaruhi oleh motivasi dalam
penggunaan pakan karena bersifat diri wanita. Kondisi sosial ekonomi yang
pemakan segala (omnivora), selain itu meliputi tingkat pendapatan, tingkat

154 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Tabel 3. Permasalahan perikanan Kecamatan Cigasong

Masalah Umum Masalah Khusus


1. Keterbatasan  Kurangya pengetahuan pelaku utama tentang akses sumber-
modal sumber permodalan
 Belum adanya sosialisasi tentang lembaga permodalan rakyat
yang khusus menaungi sektor perikanan
2. Terjadinya  Kurangnya pengetahuan pelaku utama tentang pengendalian
kematian kualitas air (aklimatisasi)
massal saat  Belum adanya satuan kerja khusus yang menangani permasalahan
tebar benih aklimatisasi suhu saat tebar ikan
3. Munculnya  Kurangya pengetahuan pelaku utama tentang manfaat dan
hama penggunaan biosecurity
 Belum ada pelatihan khusus biosecurity
4. Tidak  Kurangnya kedisiplinan pembudidaya dalam mengelola kualitas air
menerapkan  Teknologi kualitas air masih kurang optimal
cara
pengelolaan
kualitas air
yang baik
5. Adanya  Tidak terjalinnya hubungan kerjasama usaha antar pembudidaya
perbedaan  Perbedaan ekonomi, tingkat pendidikan dan latar belakang
persepsi antar lingkungan
pembudidaya
6. Kurangnya  Kurangnya pengetahuan tentang olahan hasil perikanan terbaru
variasi olahan  Belum ada pelatihan tentang jenis produk olahan hasil perikanan
hasil perikanan

7. Masih banyak  Kurangnya pengetahuan dari pelaku utama tentang manfaat


pembudidaya berkelompok
yang belum  Kurangnya tenaga penyuluh perikanan di Kecamatan Cigasong
terganbung sehingga banyak daerah yang belum terjangkau oleh penyuluh
dalam perikanan setempat yang hanya berjumlah satu orang.
kelompok
8. Pengelolaan  Masih tercampurnya uang pribadi dan keuntungan produksi
keuangan yang  Pembudidaya belum secara profesional mengelola keuangannya
belum optimal

pendidikan, pemenuhan kebutuhan untuk memiliki peluang yang sejajar


hidup (sandang, pangan dan papan) dengan pria (Irawati dan Wahyu 2013).
dipengaruhi oleh motivasi yang berasal Faktor-faktor karakteristik rumah tangga
dari dalam diri wanita nelayan dan dan kondisi sosial ekonomi memiliki
motivasi yang berasal dari pengaruh hubungan dengan peran gender dan
lingkungan. Pemerintah harus memberi pengambilan keputusan dalam rumah
kesempatan kepada wanita nelayan tangga perikanan (Karnaen dan Amanah

Vol 13(2) Tahun 2019 155


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Tabel 4. Uji prioritas masalah

Skala Prioritas Rata-rata


responden perkelompok Urutan
No Akar Masalah Jumlah
Prioritas
A B C D
Tidak tau cara mengelola
1 2 2 2 2 8 2
keuangan
Masih banyak pelaku utama yang
2 belum berkelompok dan 3 3 3 3 12 3
kurangnya kekompakan
Kurangnya variasi olahan hasil
3 4 4 4 4 16 4
perikanan
Perlu adanya bantuan alat
4 1 1 1 1 4 1
sarana prasarana
Belum mempu menyisihkan
5 6 5 5 5 21 5
pendapatan untuk modal
6 Kurangnya relasi pemasaran 5 6 6 7 24 6
Belum mampu menghitung
7 7 7 7 6 27 7
analisis usaha secara pasti
Keterangan : 1=Gawat; 2=Mendesak; 3=Penyebaran; >3=kurang menjadi prioritas

2013). Data RTP yang tergabung dalam Rencana Kerja Penyuluhan (RKPP) dan
kelompok perikanan di Kecamatan programa penyuluhan perikanan. Unsur
Cigasong disajikan pada Tabel 2. yang diperlukan dalam penyusunan
Kondisi sumberdaya alam dan dokumen tersebut salah satunya adalah
sumberdaya manusia tersebut analisis permasalahan sasaran. Hasil
merupakan potensi wilayah yang masih analisis masalah menunjukkan terdapat
bisa dikembangkan dalam bidang delapan pemasalahan umum yang
perikanan. Sasaran utama dari program dominan pada kegiatan usaha perikanan
ini yaitu untuk meningkatkan pendapatan yang dilaksanakan oleh RTP di
kelompok pembudidaya, pengolah, dan Kecamatan Cigasong. Permasalahan
pemasar di sektor perikanan. umum terjadi akibat adanya
Keberadaan penyuluh perikanan sebagai permasalahan khusus. Kedelapan
mediator, motivator dan fasilitator untuk permasalahan tersebut meliputi aspek
sasaran pelaku utama perikanan ekonomi, aspek teknis, dan aspek
diperlukan sebagai upaya untuk penyuuhan. Permasalahan umum dan
mewujudkan program tersebut. khusus secara rinci disajikan pada
Penyuluh dalam melaksanakan Tabel 3.
penyuluhan berpedoman menggunakan

156 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Tabel 5. Uji Prioritas GMP Pembudidaya

Urutan Prioritas Per Responden

Nurhalim
Sutiono
Urutan

Memed
Akar Masalah Jumlah

Karta
Harju

Rudi
Erik

Eba
Prioritas

Pakan mahal 3 2 2 5 4 3 1 1 21 2
Terjadi kematian
massal saat awal tebar 4 3 4 2 1 1 3 2 20 1
benih
Kurangnya
pengelolaan dasar 1 1 3 3 3 4 4 6 25 3
kolam
Belum menerapkan
2 4 1 6 5 5 5 4 32 5
biosecurity
Belum mampu
menyisihkan
6 5 5 7 6 6 7 5 47 6
pendapatan untuk
modal
Kurangnya relasi
7 6 6 1 2 2 2 3 29 4
pemasaran
Belum mampu
menghitung analisis 5 7 7 4 7 7 6 7 50 7
usaha secara pasti

Hasil analisis permasalahan umum permasalahan nomor 4 yaitu perlu


dan permasalahan khusus selanjutnya adanya bantuan alat sarana
diturunkan menjadi uji prioritas. Tujuan prasarana. Urutan prioritas masalah
uji prioritas adalah untuk menentukan perikanan yang harus diselesaikan
ranking permasalahan yang harus secara lengkap disajikan pada Tabel 4.
diselesaikan. Penentuan skala prioritas Ketujuh permasalahan tersebut
masalah menggunakan penilaian Gawat, selanjutnya dilakukan uji prioritas
Mendesak dan Penyebaran (GMP). Akar masalah berdasarkan skala prioritas
masalah ditentukan dengan GMP. Analisis penyebab permasalahan
mewawancarai respoden. Responden dilakukan untuk mengetahui penyebab
menilai sesuai dengan skoring GMP. dari akar permasalahan. Berikut
Hasil uji prioritas masalah menunjukkan disajikan hasil analisis penyebab akar
bahwa urutan prioritas tertinggi yaitu skor permasalahan mengunakan pohon
1 artinya kondisi “Gawat” adalah akar

Vol 13(2) Tahun 2019 157


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Kurangnya
pengetahuan
pengelolaan keuangan

Masih tercampurnya uang pribadi Belum professional mengelola


dan uang produksi keuangan

Modal yang terbatas dan tidak mengetahui analisis usaha yang


pengelolaan keuangan buruk pada baik dan benar
saat proses produksi

Gambar 2. Masalah Ekonomi

Perlu bantuan
alat sapras

Belum optimal
Munculnya banyak lahan
pengelolaan
hama kosong
kualitas air

Kurangnya Belum ada Teknologi tidak memiliki


Kurang disiplin
pengetahuan pelatihan masih alat sarana
pelaku utama
tentang khusus tradisional prasarana
biosecurity

Gambar 3.Masalah teknis pembudidaya

masalah pada ketiga aspek perikanan diminimalisir dengan aklimatisasi suhu.


yaitu ekonomi, teknis, dan penyuluhan. Pengetahuan dan keterampilan
Berdasarkan Tabel 5 dapat aklimatisasi suhu dapat diperoleh dari
disimpulkan bahwa menurut responden pelatihan.
bahwa masalah paling prioritas adalah Gambar 2 menjelaskan akar
terjadi kematian massal saat awal tebar permasalahan kurangnya pengetahuan
benih (urutan prioritas=1). Berdasarkan pengelolaan keuangan disebabkan oleh;
pengamatan di lapangan pelaku utama a) masih tercampurnya uang pribadi
perikanan melakukan tebar benih tidak dengan uang produksi yang diakibatkan
dengan aklimatisasi suhu sehingga oleh modal yang terbatas dan
terjadi kematian massal. Kematian pengelolaan keuangan buruk pada saat
massal saat awal tebar benih dapat proses produksi; b) belum profesionalnya

158 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Kurangnya
variasi olahan

Teknologi
Pengetahuan
masih
olahan terbatas
tradisional

Belum ada Belum ada


pelatihan bantuan sarana
olahan baru prasarana

Gambar 4. Masalah teknis pengolah

Masih banyak pelaku utama


yang belum berkelompok dan
kurangnya kekompakan

Rendahnya tingkat
Kurangnya kerjasama
pengetahuan manfaat
antar anggota
berkelompok

Belum ada kegiatan Kurangnya tenaga penyuluh


yang bertanggung jawab Kurangnya kegiatan
penyuluhan perikanan dan
terhadap satu kecamatan pemberdayaan kelompok dari
sosialisasi dari pihak
dinas perikanan setempat
Pemerintah setempat untuk
atau dinas yang terkait
membangun perikanan

Gambar 5. Masalah sosial

mengelola keuangan disebabkan oleh tradisional; c) banyak lahan kosong


tidak mengetahui analisis usaha yang dikarenakan para pembudidaya tidak
baik dan benar. memiliki alat sarana prasarana.
Gambar 3 menjelaskan akar Gambar 4 menjelaskan akar
permasalahan perlunya bantuan alat permasalahan kurangnya variasi olahan
sapras yang disebabkan oleh: a) yang disebabkan oleh: a) pengetahuan
munculnya hama dikarenakan olahan terbatas dikarenakan belum ada
kurangnya pengetahuan tentang pelatihan olahan baru; b) teknologi masih
biosecurity dan belum ada pelatihan tradisional dikarenakan belum ada
khusus; b) belum optimal pengelolaan bantuan sarana prasarana yang lebih
kualitas air dikarenakan kurang disiplin modern.
pelaku utama dan teknologi masih

Vol 13(2) Tahun 2019 159


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Gambar 6. Pertemuan kelompok Dukuh Gambar 7. Pertemuan kelompok


Luhur Kubang

Gambar 8. Pertemuan kelompok Guna Gambar 9. Pertemuan kelompok


Asih Pesantren Terpadu

Gambar 10. Pertemuan kelompok Abdi Gambar 11. Pertemuan kelompok


Amanah Rangas Bitung

Gambar 5 menjelaskan akar kurangnya kekompakan yang


permasalahan masih banyak pelaku disebabkan oleh: a) rendahnya tingkat
utama yang belum berkelompok dan pengetahuan manfaat berkelompok

160 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Gambar 12. Pertemuan pelaku non- Gambar 13. Pertemuan pelaku non-
kelompok lele kelompok nila

Gambar 14. Pertemuan kelompok Gambar 15. Pertemuan pelaku non-


Kurnia kelompok lele

Gambar 16. Pertemuan kelompok Gambar 17. Seminar RKPP


Mekar Sari Kecamatan Cigasong

dikarenakan belum ada kegiatan jawab terhadap satu kecamatan; b)


penyuluhan perikanan dan sosialisasi kurangnya kerjasama antar anggota
dari pihak pemerintah dan kurangnya dikarenakan kurangnya kegiatan
tenaga penyuluh yang bertanggung pemberdayaan kelompok dari dinas

Vol 13(2) Tahun 2019 161


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

perikanan setempat atau dinas yang pernyataan Andriyanto, Tahapari, dan


terkait. Insan (2012) bahwa aklimatisasi
memberi kesempatan kepada ikan
Pembahasan menyesuaikan diri dengan lingkungan
Permasalahan keterbatasan modal yang baru, dengan tujuan menghindari
disebabkan oleh kurangnya terjadinya stres yang berujung kematian
pengetahuan pelaku utama tentang pada benih yang akan ditebar di kolam.
akses sumber-sumber permodalan dan Pendapat lain juga dinyatakan oleh
belum adanya sosialisasi tentang Arifin, Sunarno, dan Kristanto (1991)
lembaga permodalan rakyat yang khusus bahwa salah satu aspek penting dari
menaungi sektor perikanan. Hal ini usaha budidaya ikan adalah transportasi
ditunjukkan dengan lembaga keuangan ikan hidup tanpa mengakibatkan
yang ada di Kecamata Cigasong hanya kematian ikan yang cukup tinggi dan
terdapat BRI Unit Cigasong dan Bank secara ekonomis menguntungkan.
Jabar Banten Syariah Unit Cigasong, Hasil uji prioritas masalah
belum adanya koperasi perikanan atau perikanan menunjukkan bahwa urutan
lembaga permodalan yang mudah prioritas tertinggi yaitu skor 1 artinya
dijangkau oleh pelaku utama perikanan. kondisi “Gawat” sebagai akar
Hal ini sependapat dengan (Syaukani permasalahan yaitu perlu adanya
2004) dalam “Konsepsi Kelembagaan bantuan alat sarana prasarana. Berbagai
dalam Mewujudkan Sektor Perikanan konsep mengenai pemberdayaan
sebagai Prime Mover Perekonomian masyarakat di bidang ekonomi
Nasional” yang menyatakan bahwa, masyarakat nelayan terhadap kegiatan
keterbatasan modal dan akses budidaya antara lain adalah bantuan
permodalan merupakan permasalahan modal, bantuan pembangunan
pembangunan perikanan. prasarana, bantuan pendampingan,
Terjadinya kematian massal saat penguatan kelembagaan dan penguatan
tebar benih disebabkan oleh kurangnya kemitraan usaha (Kaya, Hutabarat, dan
pengetahuan pelaku utama tentang Hendrarto 2013). Bantuan sarana dan
pengendalian kualitas air (aklimatisasi) prasarana juga merupakan strategi
dan belum adanya satuan kerja khusus dalam rangka kebijakan pengembangan
yang menangani permasalahan kawasan minapolitan bidang budidaya.
aklimatisasi suhu saat penebaran ikan. Strategi lain adalah peningkatan
Fakta kematian benih ikan yang ada di monitoring pada penyediaan prasarana
Kecamatan Cigasong sebading dengan transportasi utama konektivitas

162 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

1) kawasan dengan wilayah yang lebih penyakit pada Balai dengan pemberian
luas; 2) peningkatan daya masyarakat jarong dan babadotan yang merupakan
melalui pemberdayaan; 3) fasilitasi sejenis rumput liar dan diberikan garam
Pemda bersama masyarakat dalam sesuai dosis yang dibutuhkan pada
peningkatan kesadaran generasi milenial proses persiapan kolam. Apabila dalam
akan prospek pengembangan sektor proses kegiatan pembesaran ikan nilem
primer di kawasan; dan 4) perlu terjadi kematian mendadak dilakukan
peningkatan keadilan dalam pembagian pemberian daun sente (Alocasia sp.) dan
bantuan pemerintah, serta fasilitasi daun singkong (Manihot esculenta)
Pemda dalam menjaga kestabilan harga secukupnya (Syamsuri et al. 2017).
pakan ikan (Santoso, Moenek, dan Hasil analisis permasalahan RTP
Nurpahdi 2019). tidak menerapkan cara pengelolaan
Munculnya hama disebabkan oleh kualitas air yang baik disebabkan oleh
kurangya pengetahuan pelaku utama kurangnya kedisiplinan pembudidaya
tentang manfaat dan penggunaan dalam mengelola kualitas air dan
biosecurity dan belum ada pelatihan teknologi kualitas air masih kurang
khusus biosecurity. Hal ini sependapat optimal. Pengelolaan kualitas air dinilai
dengan Sucipto dalam Putro dan Hariyati sangat penting bagi kelangsungan hidup
(2010), biosecurity didefinisikan sebagai ikan. Ikan nila merupakan komoditas
serangkaian usaha untuk mencegah nomor satu pada sektor budidaya.
atau mengurangi peluang masuknya Walaupun ikan nila merupakan jenis ikan
suatu penyakit ke suatu sistem budidaya yang memiliki toleransi tinggi terhadap
dan mencegah penyebarannya dari perubahan lingkungan perairan, namun
suatu tempat ke tempat lain yang masih kualitas air dalam wadah budidaya harus
bebas. Teknik pembesaran ikan nilem tetap dikelola dengan baik agar
(Osteochilus hasselti) di Balai pertumbuhannya tetap optimal. Dalam
Pengembangan dan Pemacuan Stok usaha budidaya ikan nila (Oreochromis
Ikan Gurame dan Nilem (BPPSIGN) sp) ketersediaan air dan kualitas air
Tasikmalaya, Jawa Barat menerapkan merupakan salah satu faktor yang
biosecurity dengan cara pembuatan menentukan keberhasilan dalam usaha
pagar dan kawat di pematang kolam budidaya ikan (Suyanto 1993).
budidaya, mengoptimalkan biosecurity, Adanya perbedaan persepsi antar
penyemprotan pestisida seperti saponin pembudidaya disebabkan karena tidak
dengan dosis 0,5-5 mL.m-2 saat terjalinnya hubungan kerjasama usaha
persiapan kolam. Penanggulangan antar pembudidaya dan perbedaan

Vol 13(2) Tahun 2019 163


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

ekonomi, tingkat pendidikan dan latar pendapatan pelaku usaha (Khairani dan
belakang lingkungan. Kondisi ini tidak Pratiwi 2018).
sejalan dengan Keputusan Menteri Masih banyak pembudidaya yang
Nomor 14 tahun 2012 tentang fungsi belum tergabung dalam kelompok
kelembagaan pelaku utama perikanan disebabkan karena kurangnya
yaitu sebagai wahana kerjasama, pengetahuan. Pelaku utama belum
kelembagaan pelaku utama perikanan mengetahui tentang manfaat
merupakan cerminan dari keberadaan berkelompok. Permasalahan lain adalah
suatu kelompok. Kelembagaan pelaku kurangnya tenaga penyuluh perikanan di
utama perikanan harus dapat berfungsi Kecamatan Cigasong sehingga banyak
sebagai wadah kerjasama antar pelaku daerah yang belum terjangkau oleh
utama dalam upaya mengembangkan penyuluh perikanan setempat yang
kelompok dan membina kehidupan hanya berjumlah satu orang. Menurut
pelaku utama. Pembinaan kelompok Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013
oleh lembaga seperti Dinas Perikanan tentang Pemberdayaan dan
atau Dinas pertanian, dapat menjadikan Perlindungan Petani jumlah penyuluh
suatu kelompok pelaku usaha menjedi yang menangani satu desa adalah satu
lebih dinamis (Simbolon, Amrifo, dan orang penyuluh. Kecamatan Cigasong
Kusai 2017). hanya memiliki satu orang penyuluh,
Permasalahan kurangnya variasi tidak sebanding dengan jumlah desanya.
olahan hasil perikanan disebabkan Penyuluh mempunyai peranan yang
karena kurangnya pengetahuan tentang strategis dalam mengembangkan
olahan hasil perikanan terbaru dan perikanan. Peran penyuluh dalam
belum ada pelatihan tentang jenis produk mengenmabngkan perikanan antara lain
olahan hasil perikanan. Perlu adanya dimulai dari penyampaian informasi
pelatihan atau penyuluhan tentang perikanan, penyaluran sarana produksi
diversifikasi olahan ikan pada pelaku perikanan serta peran penyuluh
utama perikanan untuk meningkatkan perikanan dalam proses pengolahan dan
variasi olahan hasil perikanan dan pemasaran hasil perikanan. Penyuluhan
pendapatan. Upaya peningkatan perikanan ini tidak hanya bergantung
pendapatan dapat dilakukan melalui pada kemampuan penyuluh dalam
diversifikasi olahan (Tarigans 2005). menyampaikan informasi dan inovasi
Diversifikasi olahan dan strategi promosi yang dibawa oleh penyuluh tersebut,
yang tepat dapat meningkatkan omzet tetapi minat yang tinggi dari masyarakat
penjualan sehingga meningkatkan dalam mengikuti dan mencoba

164 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

menerapkan inovasi yang diberikan diakibatkan oleh pelaku utama tidak


penyuluh akan mempengaruhi memasang biosecurity.
keberhasilan kegiatan penyuluhan 3. Sistem usaha kelompok perikanan di
(Safrida, Makmur, dan Fachri 2015). Kecamatan Cigasong masih belum
Pengelolaan keuangan yang memiliki lembaga akses permodalan
belum optimal disebabkan karena masih yang dapat membantu proses
tercampurnya uang pribadi dan pembangunan perikanan.
keuntungan produksi dan pembudidaya 4. Sistem penyuluhan perikanan di
belum secara profesional mengelola Kecamatan Cigasong memiliki 1
keuangannya. Maka dari itu perlu adaya penyuluh perikanan PNS yang tidak
pembelajaran kepada para pelaku utama sejalan dengan UU No 19 tahun 2013
perikanan tentang perhitungan analisis dan masih banyak pelaku utama
kelayakan usaha guna mengetahui perikananyang belum tergabung
tingkat efisiensi ekonomi suatu usaha dalam kelompok.
(Akbar 2003).
PERSANTUNAN
SIMPULAN DAN SARAN Ucapan terimakasih disampaikan
Berdasarkan pembahasan hasil kepada Pimpinan Dinas Perikanan dan
penelitian yang telah dilakukan, dapat Peternakan Kabupaten Majalengka Jawa
disimpulkan sebagai berikut : Barat untuk dukungan data sekunder
1. Karakteristik dan potensi wilayah yang diberikan; Camat Cigasong beserta
perikanan di Kecamatan Cigasong Lurah Cigasong, Lurah Cicenang,
memiliki ketersediaan air sepanjang Kepala Desa Tajur, Kepala Desa
tahun dari Sungai Cideres sehingga Tenjolayar, dan Kepala Desa
cocok digunakan sebagai lahan Kawunghilir atas fasilitas perijinan
pengelolaan usaha perikanan air melakukan penelitian.
tawar beragam segmen usaha dan
komoditas yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA
2. Sistem produksi perikanan di Akbar, Muhammad. 2003. “Analisa
Kecamatan Cigasong Kabupaten Kelayakan Usaha dan Efisiensi
Majalengka Provinsi Jawa Barat pada Penggunaan Alat Tangkap
memiliki 6 Pokdakan dan 4 Poklahsar Purse Seine di Kota Pekalongan
serta memiliki permasalahan [Thesis].” Universitas Diponegoro.
kematian massal akibat tidak ada Amanah, Siti. 2003. “Perencanaan
aklimatisasi dan munculnya hama Program Penyuluhan Perikanan di

Vol 13(2) Tahun 2019 165


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Desa Anturan, Buleleng, Bali.” Irawati, Rusda dan Shinta Wahyu. 2013.
Buletin Ekonomi Perikanan 5(1):1– “Motivasi kerja wanita terhadap
20. kondisi sosial ekonomi di sektor
Andriyanto, Septyan, Evi Tahapari, dan perikanan.” Journal of Economics
Irsyaphiani Insan. 2012. and Policy 6(1):93–105.
“Pendederan Ikan Patin di Kolam Karnaen, Siti Maulina Nuryani dan Siti
Outdoor untuk Menghasilkan Benih Amanah. 2013. “Peranan Gender
Siap Tebar di Waduk Malahayu, Dalam Rumah Tangga Perikanan di
Brebes, Jawa Tengah.” Media Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Akuakultur 7(1):20. Teluknaga, Kabupaten
Arifin, Z., M. T. D. Sunarno, dan A. H. Tanggerang.” Sodality: Jurnal
Kristanto. 1991. “Pengangkutan Sosiologi Pedesaan 1(2):152–64.
Benih Patin (Pangasius pangasius) Kaya, Ivonne, Sahala Hutabarat, dan Ign
dalam Kantung Plastik dengan Boedi Hendrarto. 2013. “Evaluasi
Kepadatan Berbeda.” Bulletin Bantuan Sarana dan Prasarana
Penelitian Perikanan Darat Dalam Rangka Peningkatan
10(2):110–13. Pendapatan Masyarakat Nelayan
Asmoko, Hindri. 2014. “Memahami Pembudidaya Rumput Laut di
analisis pohon masalah.” Kabupaten Seram Bagian Barat,
Maluku.” in Prosiding Seminar
BPS. 2017. Kecamatan Cigasong Dalam
Nasional Masyarakat Pengolahan
Angka 2017. Majalengka (ID): BPS
Hasil Perikanan Indonesia Ke-V,
Kabupaten Majalengka.
Universitas Diponegoro, Semarang.
BPS. 2018. Statistik Daerah Kabupaten
Khairani, Siti dan Raisa Pratiwi. 2018.
Majalengka 2018. Majalengka (ID):
“Peningkatan Omset Penjualan
BPS Kabupaten Majalengka.
Melalui Diversifikasi Produk dan
Djunaedi, Ali, Retno Hartati, Rudhi
Strategi Promosi Pada UMKM
Pribadi, Sri Redjeki, Retno W.
Kerajinan Souvenir Khas
Astuti, dan Bintang Septiarani.
Palembang.” CARADDE: Jurnal
2016. “Pertumbuhan ikan Nila
Pengabdian Kepada Masyarakat
Larasati ( Oreochromis niloticus ) di
1(1):36–43.
Tambak dengan Pemberian
Noviyanti, Rinda, Sugeng Hari Wisudo,
Ransum Pakan dan Padat
Eko Sri Wiyono, Mulyono S.
Penebaran yang Berbeda.” Jurnal
Baskoro, dan Budi Hascaryo. 2015.
Kelautan Tropis 19(2):131–42.
“Pengembangan Kapasitas Diri

166 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Jasmine Adinda Putri, et al.

Nelayan dalam Rangka Tunggul Sutanhaji. 2014. “Analisis


Pembangunan Perikanan Tangkap spasial penentuan iklim menurut
Berkelanjutan di PPN Palabuhan klasifikasi schmidt-ferguson dan
Ratu.” Jurnal Sosial Ekonomi Oldeman di Kabupaten Ponorogo.”
Kelautan dan Perikanan 10(2):251– Jurnal Sumber Daya Alam dan
64. Lingkungan 1(1):51–56.
Putro, Sapto P. dan Riche Hariyati. 2010. Sevilla, Consuelo G., Jesus A. Ochave,
Pengembangan Manajemen Twila G. Punsalan, Bella P. Regala,
Lingkungan Budidaya Ikan Melalui dan Gabriel G. Utiarte. 1992.
Aplikasi Probiotic, Pelet Protein Research methods. Rex Bookstore,
Tinggi, dan Biosecurity untuk Inc.
Peningkatan Kapasitas Produksi Simbolon, Siha, Viktor Amrifo, dan Kusai.
dan Aktivitas Budidaya 2017. “Analisis Dinamika Kelompok
Berkelanjutan. Semarang (ID). Pembudidaya Ikan Hias Air Tawar di
Rizal, Achmad, Rosidah, Anita Nur Kota Pekanbaru Provinsi Riau.”
Azizah, dan Deta Putri. 2018. Berkala Perikanan Terubuk
“Potret Usaha Pembenihan Ikan 45(1):35–47.
Nila (Oreochromis niloticus) di Sugiyono. 2000. Metode Penelitian.
Kabupaten Majalengka Propinsi Bandung (ID): Alfabeta.
Jawa Barat.” Jurnal Kesejahteraan
Suparta, Nyoman. 2003. “Penyuluhan
Sosial 4(1):1–11.
sistem agribisnis suatu pendekatan
Safrida, T. Makmur, dan Hafid Fachri. holistik.” SOCA (Socio-Economic Of
2015. “Peran Penyuluh Perikanan Agriculturre And Agribusiness)
Dalam Pengembangan Sektor 3(2):1–16.
Perikanan Di Kabupaten Aceh
Supriatna, Asep. 2014. Relevansi
Utara.” Agrisep 16(2):17–27.
Metode Participatory Rural
Santoso, Eko Budi, Reydonnyzar Appraisal dalam Mendukung
Moenek, dan Mohamad Nurpahdi. Implementasi Undang-Undang
2019. “Evaluasi Kebijakan Pemerintahan Desa. Widyaiswara
Pengembangan Kawasan Madya pada Badan Pendidikan dan
Minapolitan di Kabupaten Bogor.” Pelatihan Provinsi Banten. Vol. 1.
JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Suyanto. 1993. Nila. Jakarta (ID):
WIDYA PRAJA 45(1):17–32.
Penebar Swadaya.
Sasminto, Retno Ayu dan Alexander
Syamsuri, Aulia Ikhsan, M. Wahyu Alfian,

Vol 13(2) Tahun 2019 167


Analisis Permasalahan Perikanan:
Strategi Penyuluhan Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Vivaldy Phaza Muharta, dan


Akhmad Taufiq Mukti. 2017. “Teknik
Pembesaran Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti) di Balai
Pengembangan dan Pemacuan
Stok Ikan Gurame dan Nilem
(Bppsign) Tasikmalaya, Jawa
Barat.” Journal of Aquaculture and
Fish Health 7(2):3–8.
Syaukani, Marwan. 2004. Konsepsi
Kelembagaan Dalam mewujudkan
Sektor Perikanan Sebagai Prime
Mover Perekonomian Nasional.
Bogor (ID).
Tarigans, Doah Dekok. 2005.
“Diversifikasi usahatani kelapa
sebagai upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani.” Perspektif
4(2):71–78.
Tebaiy, Selvi, Juliana Leiwakabessy, dan
Eddy T. Wambrauw. 2017.
“Kontribusi pendapatan kelompok
usaha perempuan pesisir dalam
pengolahan hasil perikanan di
manokwari.” Jurnal Sumberdaya
Akuatik Indopasifik 1(2).

168 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan

Anda mungkin juga menyukai