Anda di halaman 1dari 15

Artikel Ilmiah

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil


di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
Markus Sembiring1, Yayat Dhahiyat2 dan Bambang Heru2

ABSTRAK
Pengelolaan perikanan tangkap yang selama ini didasarkan pada hasil maksimum
lestari tidak dapat menjawab secara akurat permasalahan ketidakberlanjutan secara
komprehensif. FAO mengisyaratkan perlu dianalisis faktor ekologi, ekonomi, sosial,
teknologi dan hukum-kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil menurut kelima dimensi tersebut,
mengidentifikasi atribut/faktor sensitif serta memberikan rekomendasi strategi dan kebijakan
dalam mendukung keberlanjutannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan teknik Rapfish yang didukung oleh analisis SWOT. Status perikanan
tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat berdasarkan analisis Rapfish cukup berkelanjutan
dengan nilai indek keberlanjutan perikanan (IKP) rata-rata 55,79. Penelitian ini juga berhasil
mengidentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi keberlanjutan perikanan tangkap
skala kecil di Kabupaten Langkat. Rekomendasi kebijakan terpenting berdasarkan anlisis
SWOT adalah meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam
pelestarian sumber daya perikanan dan kelautan. Tesis ini menegaskan pentingnya
memperhatikan keterpaduan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-
kelembagaan dalam pengelolaan perikanan.
Kata kunci : status keberlanjutan, perikanan tangkap skala kecil, langkat, rapfish, analisis swot

Sustainability Analysis of Small Scale Capture Fisheries in Langkat District


North Sumatera Province
Markus Sembiring1, Yayat Dhahiyat2 and Bambang Heru2

ABSTRAC

Marine capture fisheries management had been based on the maximum sustainable
yield can't be accurately answered unsustainability problem comprehensively. FAO suggests
factors need to be analyzed ecological, economic, social, technological and legal-
institutional. This study intends to determine the status of small scale fisheries in the
perspective of sustainability according to the five dimensions, identify attributes / factors are
sensitive and provide recommendations strategies and policy in support of sustainability. The
method used in this research is survey method with Rapfish technique that supported by the
SWOT analysis. Status of small-scale fisheries in Langkat by analysis Rapfish enough
sustainable with fisheries sustainability index values average 55.79. This study also identified
attributes (factors) important and sensitive. The most important policy recommendation by
SWOT analysis is to increase the participation of local institutions in society with the
preservation of fisheries and marine resources. This thesis confirms the importance of
attention to ecological integrity, economic, social, technological and legal-institutional
structures for fisheries management.
Key word : sustainability status, small scale fisheries, langkat, rapfish, swot analysis

2
1
Markus Sembiring (cus_5250@yahoo.com; fax (022) 2508871, Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Padjdjaran, Jl. Sekeloa Selatan I, Bandung)
2
Dosen pada Program Pascasarjana Universitas Padjdjaran
Rapfish : Rapid Appraissal for Fisheries; SWOT : Strengths Opportunites Weakness and Threats
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut,
memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam (UU No.45/2009). Potensi
perikanan yang dimiliki merupakan sumber pendapatan negara disamping menjadi sumber
mata pencaharian sebagian besar masyarakat di kawasan pantai terutama nelayan. Atas dasar
inilah perikanan perlu dipertahankan keberlanjutannya.
Perikanan tangkap yang merupakan usaha menangkap ikan di perairan, sangat
tergantung pada daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Pada masa lampau
rekomendasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia pada umumnya
didasarkan pada hasil tangkapan maksimum yang lestari (Hermawan, 2006). Pendekatan yang
demikian tidak dapat menjawab secara akurat pertanyaan dan solusi keberlanjutan perikanan
secara komprehensif. Kode etik perikanan yang bertanggung jawab yang diperkenalkan FAO
mengisyaratkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan. Hal ini
sejalan dengan pembangunan berkelanjutan perikanan menurut UU No.45/2009, dimana
pengelolaan perikanan dilakukan secara terencana dan mampu meningkatkan kemakmuran
serta kesejahteraan rakyat dengan mengutamakan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
masa kini dan masa yang akan datang.
Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal
ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih
didominasi oleh usaha perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar 85% (Hermawan, 2006).
Perikanan tangkap skala kecil menurut UU No.45/2009 adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar lima gross ton (GT). Di
Kabupaten Langkat 95% nelayan adalah nelayan skala kecil dan jumlahnya meningkat 1,07%
setiap tahunnya (Diskanla Kab.Langkat, 2010). Peningkatan jumlah nelayan ini berpotensi
memunculkan berbagai konflik dalam persaingan pemanfaatan sumberdaya ikan. Terkait isu
teknologi, nelayan kecil sering kali kalah bersaing dengan nelayan modern. Terkait isu
ekologi, Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Selat Malaka sudah mengalami over fishing
(Balai Besar Riset Sosial Ekonomi, 2006). Kerusakan hutan mangrove juga telah mencapai
70% dari potensi yang ada (PKSPL IPB, 2002).

3
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Jika permasalahan tersebut di atas terus berlangsung, dikhawatirkan akan semakin


menurunkan daya dukung dan daya tampung laut sebagai penyedia sumberdaya ikan
sekaligus akan menyengsarakan nelayan kecil yang tinggal dan mencari nafkah di kawasan
tersebut. Oleh karena itu perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat memerlukan
pengelolaan yang terencana agar dapat berkelanjutan dengan memperhatikan karakteristiknya.
Untuk melihat konsep penilaian keberlanjutan perikanan tersebut, maka perlu dianalisis dari
berbagai dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan (Pitcher
1999; Pitcher and Preikshot 2001). Kelima aspek keberlanjutan ini dapat dijadikan salah satu
dasar untuk melihat status keberlanjutan suatu kawasan perairan. Menjadikan rujukan dalam
penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap skala kecil di kawasan
tersebut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dan sangat penting dilakukan mengingat
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil tersebut dapat mencerminkan arah perkembangan
perikanan nasional dimasa yang akan datang.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sembilan wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Langkat, yakni
Kecamatan Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat,
Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan,
mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2012.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan alat
analisis teknik Rapfish yang didukung oleh analisis SWOT untuk merumuskan strategi dan
prioritas kebijakan. Teknik Rapfish (Rapid Appraissal for Fisheries) dikembangkan oleh
University of British Columbia Canada, yang merupakan analisis untuk mengevaluasi
sustainability dari perikanan secara multidisipliner. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi
yaitu menempatkan sesuatu nilai (skor) pada atribut yang terukur dengan menggunakan Multi-
Dimensional Scaling (MDS). Aspek dalam Rapfish menyangkut aspek dari ekologi, ekonomi,
teknologi, sosial dan hukum-kelembagaan. Penentuan rekomendasi strategi dan kebijakan
dilakukan dengan analisis SWOT (Rangkuti, 1999).

4
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data


Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer dikumpulkan secara intensif dengan menggunakan wawancara
terstruktur terhadap nelayan skala kecil, observasi dan dokumentasi di lokasi terpilih. Data
sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur dan wawancara dengan pengelola
perikanan. Data tersebut dapat diperoleh dari dinas, lembaga atau instasi terkait dalam
pengelolaan perikanan tangkap seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Institusi
Penelitian Perikanan, Universitas, Dinas Perikanan dan Kelautan, Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), Organisasi Nelayan (HNSI), Koperasi Nelayan dan Badan Pusat Statistik.

Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh nelayan skala kecil yang ada di pesisir
Kabupaten Langkat. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
(Lynch,1974) dan proporsional sampling (Rubbin dan Luck,1987), dimana penelitian ini
tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Adapun kriteria perikanan
tangkap skala kecil yang akan dijadikan sampel adalah (Charles, 2001, Smith, 1983 dan UU
No.45/2009); 1) total investasi awal ≤ 30 juta rupiah, 2) kepemilikan aset sendiri (bukan
perusahaan atau milik pengusaha besar), 3) kapal dan alat tangkap dioperasikan sendiri, 4)
wilayah penangkapan dalam zona I, 5) lama trip penangkapan 1 hari (one day fishing), 6)
teknologi paling tinggi dalam operasi penangkapan hanya menggunakan motor temple (10-25
PK, panjgan 5-10 m dan paling besar lima gross ton).

Analisis Data
Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan responden selanjutnya
diolah dengan software microsoft exel, dan aplikasi Rapfish dalam templete excel. Hasil
olahan data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan diagram untuk kemudian
dianalisis secara deskriptif. Analisis Rapfish dalam hal ini menggunakan algoritma ALSCAL
(Fauzi dan Anna, 2002) yang pada perinsipnya membuat nilai error terkecil pada proses
iterasi. Proses iterasi merupakan pengulangan penghitungan untuk melihat pengaruh
kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut. Secara detail prosedur analisis dengan teknik
Rapfish ini akan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengumpulan data perikanan lokasi studi melalui data statistik.
5
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

2. Analisis data pengamatan lapangan dengan studi literatur.


3. Melakukan scoring aspek keberlanjutan perikanan dengan wawancara terstruktur
(pengisian kuisioner) terhadap responden.
4. Melakukan analisis Multi-Dimensional Scaling (MDS) dengan template excel untuk
menentukan ordinasi dan algoritma ALSCAL untuk menentukan nilai stress.
5. Melakukan rotasi untuk menentukan posisi perikanan pada ordinasi baik dan buruk.
6. Melakukan sensitivity analysis (Leverage analysis) dan Monte Carlo analysis untuk
memperhitungkan aspek ketidakpastian.
Untuk menentukan strategi dan rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap skala
kecil yang berkelanjutan di Kabupaten Langkat dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats).

Model yang digunakan


Seluruh atribut yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara multidimensi.
Titik yang menjadi acuan tersebut adalah baik (good) dan buruk (bad), dimana titik ekstrim
good (100) dan titik ekstrim bad (0). Kemudian dibagi menjadi empat selang kategori atau
status (Susilo, 2003).
Tebel 1. Selang Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil
No Selang Indek Keberlanjutan Status Keberlanjutan
1. 0 – 25 Buruk
2. 25,01 – 50 Kurang
3. 50,01 – 75 Cukup
4. 75,01 – 100 Baik
Metode MDS mempunyai tahapan sebagai berikut :
1) Standarisasi (normalisasi). Variable yang mempunyai unit dan besaran yang berbeda
harus distandarisasi terlebih dahulu agar dapat dianalisis.
2) Pengukuran jarak multidimensi. Dalam penelitian ini jarak antara alat tangkap terhadap
titik pusat koordinat dapat dilihat.
3) Analisis reduksi dimensi. Analisis ini juga dilakukan alogaritma ALSCAL dengan
template excel. Posisi objek dalam ruang multidimensi di atas diplotkan kembali pada
ruang dua dimensi.
6
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

4) Pengukuran nilai stress. Stress merupakan ‘nilai simpangan baku’ dari metode MDS.
Makin kecil stress tentunya makin baik. Nilai stress terbesar yang masih dapat diterima
adalah 25% (Fauzi dan Anna,2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan skala kecil di Kabupaten Langkat
diidentifikasi berjumlah 16 jenis. Alat tangkap tersebut adalah bubu, ambai, alat penangkap
kerang, alat penangkap kepiting, pukat udang, dogol (termasuk lampra), jaring insang hanyut,
jaring insang tetap, jaring insang lingkar, jaring insang tiga lapis, jaring angkat, serok dan
songko, rawai dasar tetap, pancing ulur, pancing cumi dan jala. Umumnya semua jenis alat ini
di dapatkan di setiap kecamatan.
Hasil analisis Rapfish kelima dimensi dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan 5,
sedangkan atribut sensitif setiap dimensi dapat dilihat pada Gambar 1a sampai dengan 5a.
Garis horizontal pada Gambar 1 sampai dengan 5 menunjukkan status keberlanjutan
perikanan sesuai dengan definisi selang indeks pada Tabel 1, sedangkan garis vertikal
menunjukkan perbedaan dari skor atribut atau indikator diantara kegiatan perikanan tangkap
dievaluasi. Untuk menggambarkan keabsahan Rapfish secara statistik dailakukan dengan
pengukuran nilai stress dan r-squared (squared correlation) dari masing-masing dimensi.
Persyaratan nilai stress secara statitik haruslah kurang dari 25% sedangkan r-squared
mendekati 100%.
Tabel 2. Pengukuran statistik nilai stress dan r-squared dengan MDS
No Dimensi Stress (%) r-squared (%)
1 Ekologi 21,23 92,31
2 Ekonomi 16,45 94,47
3 Sosial 17,20 91,17
4 Teknologi 19,59 88,07
5 Hukum-Kelembagaan 18,07 93,70
Sebagai contoh nilai stress yang diperoleh dari penelitian pada dimensi ekonomi sebesar
16,45%. Hal ini menurut prosedur Multidimensional Scaling (MDS) sudah memenuhi
goodness of fit karena nilai stress yang diperoleh kurang dari 25% dan selang kepercayaan
yang diberikan sudah cukup tinggi yakni 94,47%.

7
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Dimensi Ekologi
Gambar 1 menunjukkan ordinansi Rapfish yang menggambarkan posisi keberlanjutan
setiap alat tangkap berdasarkan indeks keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di lokasi
penelitian. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap berada pada selang 26-50 atau
mempunyai status kurang berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Gambar 1 Gambar 1a
Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap Analisis distribusi sensitivitas atribut
skala kecil dimensi ekologi pada dimensi ekologi
Analisis laverage (Gambar 1a) memperlihatkan bahwa atribut proporsi ikan yang dibuang,
perubahan ukuran ikan yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir dan perubahan jenis ikan
yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap
keberlanjutan perikanan skala kecil. Hal ini sangat mendasar mengingat penurunan ukuran
dan jenis ikan salah satu indikasi penting bahwa telah terjadi penurunan stok ikan. Apabila hal
ini dibiarkan maka kerusakan sumberdaya tidak akan dapat dicegah karena bisa saja ikan-ikan
yang tertangkap merupakan ikan-ikan yang belum dewasa dan sempat memijah sehingga
proses penambahan stok melalui pemijahan terhenti.
Kebijakan terkait dengan atribut sensitif tersebut adalah peningkatan selektifitas alat
tangkap. Penggunaan alat tangkap yang selektif disamping bermanfaat bagi pengelolaan
sumberdaya perikanan juga bermanfaat secara ekonomi, karena dengan menggunakan alat
tangkap yang selektif diharapkan akan diperoleh ukuran ikan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan demikian ikan yang berhasil ditangkap juga merupakan ikan yang bernilai lebih
tinggi walaupun jumlahnya lebih sedikit. Terkait atribut proporsi ikan yang dibuang, pada saat
8
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

penelitian dilakukan tidak ditemui adanya ikan yang di buang. Ini berarti semua hasil
tangkapan memiliki nilai ekonomi bagi nelayan skala kecil di lokasi penelitian.

Dimensi Ekonomi
Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi ekonomi dapat dilihat pada
gambar 2. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap berada pada selang 51-75 atau
mempunyai status cukup berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Gambar 2 Gambar 2a
Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap Analisis distribusi sensitivitas atribut
skala kecil dimensi ekonomi pada dimensi ekonomi
Analisis laverage (Gambar 2a) memperlihatkan bahwa atribut alternatif pekerjaan dan
pendapatan, tingkat subsidi terhadap perikanan, penerimaan keuntungan dari penerimaan dan
pendapatan perkapita merupakan atribut yang dominan mempengaruhi skor keberlanjutan
perikanan skala kecil yang dikaji. Oleh karena itu kebijakan hendaknya diarahkan pada
pengembangan mata pencaharian tambahan/ alternatif pada saat musim paceklik (tidak bisa
melaut) sehingga nelayan tidak bertumpu hanya pada sektor penangkapan ikan di laut,
pengurangan pemberian subsidi, pembatasan wilayah pemasaran dan mengurangi investasi
dari luar yang bersifat profit semata.

Dimensi Sosial
Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi sosial dapat dilihat pada
gambar 3. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap pada dimensi sosial berada pada
selang 51-75 atau mempunyai status cukup berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).
9
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Gambar 3 Gambar 3a
Posisi status keberlanjutan perikanan Analisis distribusi sensitivitas atribut
tangkap skala kecil dimensi sosial pada dimensi sosial
Analisis laverage (Gambar 3a) memperlihatkan bahwa atribut tingkat pendidikan nelayan,
pengetahuan lingkungan perikanan dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya
perikanan merupakan tiga atribut yang secara berurutan sangat berpengaruh terhadap status
keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap skala kecil. Oleh karena itu kebijakan hendaknya
diarahkan pada 1) peningkatan pendidikan dan pengetahuan para nelayan sehingga dapat
dengan cepat mengadopsi/menyerap informasi demi perbaikan kualitas lingkungan dan
peningkatan kesejahteraan mereka, 2) peningkatan partisipasi keluarga dalam memberi nilai
tambah produk perikanan.

Dimensi Teknologi
Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi teknologi dapat dilihat pada
gambar 4. Ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi teknologi berada pada selang
26-50 atau status kurang berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1). Hasil analisis
sensitivitas (Gambar 4a di bawah) memperlihatkan bahwa atribut selektivitas alat tangkap dan
ukuran kapal penangkapan merupakan atribut yang dominan mempengaruhi keberlanjutan
perikanan skala kecil. Oleh karena itu kebijakan hendaknya diarahkan pada penggunaan alat
tangkap yang lebih selektif, pembatasan armada penangkapan yang melakukan penangkapan
di perairan patai, penegasan zona penangkapan dan pengembangan sarana penangkapan ikan
skala kecil bagi nelayan yang menggunakan sampan atau perahu tampa mesin.

10
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Gambar 4 Gambar 4a
Posisi status keberlanjutan perikanan Analisis distribusi sensitivitas atribut
tangkap skala kecil dimensi teknologi pada dimensi teknologi

Dimensi Hukum-Kelembagaan
Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi hukum-kelembagaan dapat
dilihat pada gambar 5. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap pada dimensi
hukum-kelembagaan berada pada selang 51-75 atau mempunyai status cukup berkelanjutan
(indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Gambar 5 Gambar 5a
Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap Analisis distribusi sensitivitas atribut
skala kecil dimensi hukum-kelembagaan pada dimensi hukum-kelembagaan

11
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Hasil analisis sensitivitas (Gambar 5a) memperlihatkan bahwa atribut demokrasi dalam
penentuan kebijakan, ketersediaan peraturan informal pengelolaan perikanan dan ketersediaan
peran tokoh masyarakat lokal merupakan atribut yang paling berpengaruh terhadap
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil. Oleh karen itu kebijakan hendaknya diarahkan
pada melibatkan nelayan dalam penentuan kebijakan dan meningkatkan peran dari
keberadaan tokoh masyarakat lokal dalam pelestarian ekologi dan sumber daya ikan (SDI).
Peran kelembagaan serta tokoh masyarakat lokal menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan
pengelolaan sumberdaya perikanan, seperti sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat,
panglima laut di Aceh

Simulasi Monte Carlo kelima dimensi Rapfish


Simulasi Monte Carlo dalam Rapfish diperlukan untuk mengatasi aspek
ketidakpastian. Menurut Fauzi dan Anna (2005), ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain dampak kesalahan skoring akibat minimnya informasi, dampak dari
keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian, kesalahan dalam data entry dan
tingginya nilai stress yang diperoleh. Hasil simulasi Monte Carlo dengan 25 kali ulangan pada
setiap dimensi dapat dilihat pada Gambar 6a,6b,6c,6d dan 6e. Hasil simulasi Monte Carlo ini
menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten
Langkat berkumpul di satu titik, walaupun dengan pola yang menyebar pada masing-masing
alat tangkap pada tiap dimensi. Artiya dengan 25 kali pengulangan, beberapa faktor
ketidakpastian hasil analisis Rapfish di atas masih dapat digunakan dalam penentuan status
keberlanjutan sesuai dengan kaidah MDS (multidimentional scaling).

12
Analisis Keberlanjutan Perikana
nan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (M
(Markus Sembiring)

Gambar 6.. Hasil


H sumulasi Monte Carlo dari setiap dimensi
ensi

Status Kerberlanjutan Perik


rikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten
nLLangkat.
Perbedaan nilai status
tus keberlanjutan dari kelima dimensi di w
wilayah penelitian
diperlihatkan pada gambar diagram
diag layang di bawah ini.
Ekologi
80
60 49.02
40
65.54
bagaan 57.4
Hukum-Kelemba 20 Eko
Ekonomi

43.99
63.02
Teknologi Sos ial

Gambar 7
Diagram layang status keberla
rlanjutan perikanan tangkap skala kecil berdasa
dasarkan lima dimensi

Analisis Rapfish pada limaa di


dimensi menunjukkan indek keberlanjutann perikanan tangkap
skala kecil di Kabupaten Lang
ngkat cukup berkelanjutan, dengan nilai rata-rrata IKP 55,79 atau
berada pada selang 51-75.. Nilai atau indeks semakin keluar (mende
ndekati angka 100)
menunjukkan status keberlanj
anjutan yang semakin bagus, sebaliknya jika
ka semakin ke dalam
(mendekati titik 0) menunjukka
ukkan status keberlanjutan yang semakin buruk
buruk. Analisis Rapfish
pada setiap dimensi memperl
perlihatkan bahwa di antara kelima dimensi da
dalam penelitian ini
ternyata dimensi teknologii dan
d ekologi merupakan dimensi yang pa
paling buruk status
keberlanjutannya, dengan IKP
P < 50 yaitu 43,99 dan 49,02 (kurang berkelanj
lanjutan).

13
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

Analisis SWOT Untuk Rekomendasi Strategi dan Kebijakan


Hasil analisis SWOT yang dilakukan dengan metode skoring terhadap atribut-atribut
paling sensitif /atribut kunci pada setiap dimensi, didapatkan 12 rekomendasi strategi
kebijakan, yakni :
1. Meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam pelestarian sumber
daya perikanan dan kelautan.
2. Penguatan kelembagaan lokal dalam pemantauan/ pengawasan kerusakan ekosistem,
pencemaran perairan serta jalur penangkapan khusunya pukat langge
3. Mengembangkan partisipasi nelayan dan tokoh masyarakat dalam penentuan kebijakan
dan pengelolaan SDI yang berkelanjutan
4. Mengembangkan alat tangkap yang selektif agar jenis dan ukuran ikan yang tertangkap
sesuai dengan kebutuhan pasar
5. Peningkatan sosialisasi peraturan perundangan dan penegasannya dalam
operasionalisasi pemantauan/ pengawasan jalur penangkapan khusunya pukat langge
6. Pengembangan sarana dan prasarana penangkapan ikan skala kecil yang tepat guna
(mengurangi subsidi)
7. Mengelola komitmen nelayan menuju pola hidup yang lebih baik
8. Peningkatan taraf pendidikan formal dan non-formal nelayan
9. Mengembangkan usaha pengolahan ikan dan parawisata bahari sebagai mata pencaharian
alternatif
10. Penambahan jumlah personil, sarana dan prasarana penegakan hukum
11. Meningkatkan produksi perikanan dengan pengembangkan usaha perikanan tangkap
skala kecil
12. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui koperasi

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Analisis Rapfish pada lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-
kelembagaan) menunjukkan status cukup berkelanjutan (IKP rata-rata 55,79 atau berada
pada selang 51-75).

14
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

2. Atribut/ faktor yang paling berpengaruh adalah selektivitas alat tangkap dan ukuran kapal
penangkapan (dimensi teknologi). Menurunnya jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan 10
tahun terakhir (dimensi ekologi). Alternative pekerjaan dan pendapatan serta tingkat
subsidi terhadap perikanan (dimensi ekonomi). Tingkat pendidikan nelayan, pengetahuan
lingkungan perikanan dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
(dimensi sosial). Demokrasi dalam penentuan kebijakan, ketersediaan peraturan informal
pengelolaan perikanan dan ketersediaan peran tokoh masyarakat lokal (dimensi hukum-
kelembagaan).
3. Hasil analisis SWOT didapatkan duabelas rekomendasi startegi kebijakan. Prioritas utama
adalah meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam pelestarian
sumber daya perikanan dan kelautan.

Saran
1. Penggunaan teknik Rapfish dalam penelitian ini dapat menjawab persoalan yang terjadi,
tapi dalam penelitian sejenis dikemudian hari atribut dari masing-masing dimensi dapat
lebih diperkaya.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait analisis dugaan stok SDI, MSY dan analisis
usaha masing-masing alat tangkap, sehingga secara teknis konsep pengelolaan dapat lebih
dipertajam.
3. Perlu segera ada instrumen kebijakan untuk mengatasi keadaan sumberdaya perikanan
yang sudah mencapai tangkap lebih (over exploited, dan over harvested) agar sumberdaya
perikanan tetap berkelanjutan.
4. Rekomendasi strategi kebijakan hasil penelitian ini perlu didukung regulasi yang
demokratis bagi semua pihak khususnya nelayan, kelembagaan lokal dan tokoh
masyarakat untuk pengelolaan perikanan tangkap skala kecil yang berkelanjutan.

15
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.2006. Indikator Kinerja Sektor
Kelautan dan Perikanan Volume I: Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
BBRSE. Jakarta. Hal 105-107.
Charles, T. 2001. Sustainable Fisheriy System. Blackwell Science.UK.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Langkat. 2010. Data Base Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Langkat 2010. Stabat.
Hermawan,M.2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil (Kasus Perikanan Pantai
di Serang dan Tegal. Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
FAO.1999. Indicator for Sustainable Development of Marine Capture Fisheries. FAO
Technical Guidelines for Responsible Fisheries. FAO of The United Nation. Rome.
Fauzi, A. dan S.Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan :
Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan DKI Jakarta). Jurnal Pesisir
dan Lautan Vol. 4 (3). pp: 43-55.
Fauzi, A dan S.Anna. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang No.45 tahun 2009. Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan. Jakarta.
Pitcher, T.J. and D. Preikshot. 2001. RAPFISH : A Rapid Appraisal Technique to Evaluate
The Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research Report, Fisheries Center
University of British Columbia, Vancouver.
Pitcher, T.J. 1999. Rapfish, A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, And Its Application to
the Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Circular No. 947:47
pp.
Rangkuti, F. 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Rubin, R.S.,and D.J.Luck. 1987. Marketing Research. seventh edition. Prentice-Hall Inc. New
Jersey.
Smith. I.R. 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. International Center for
Living Aquatic Resources Management (ICLARM), Manila.
Susilo, S. B. 2003. Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil : Studi Kasus Kelurahan
Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Disertasi
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan

16

Anda mungkin juga menyukai