Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISTIK BITUMEN ASBUTON BUTIR

UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS


Furqon Affandi
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294
furqon_a@yahoo.com
Diterima:6Nopember2008;Disetujui:19Nopember2008

RINGKASAN
Indonesia saat ini masih melakukan import asphalt dari beberapa negara lain
guna memenuhi kebutuhan aspal bagi pembangunan dan pemeliharaan jalan
setiap tahunnya. Sementara itu di pulau Buton, provinsi Sulawesi Tenggara
terdapat aspal alam yang dikenal dengan asbuton yang sudah diproduksi sejak
tahun 1926. Produk asbuton sampai tahun 1987 berupa asbuton butir
konvensional dengan ukuran butir maksimum 12,5 mm, dimana kinerja perkerasan
yang menggunakan asbuton butir konvensioanal ini kurang memuaskan, sehingga
tahun 1987 produksi Asbuton praktis terhenti. Pada awal tahun 1990 sampai
sekarang diproduksi lagi asbuton butir yang mempunyai ukuran butir maksimum
lebih kecil, dengan pengiriman yang dikemas dalam karung plastik tahan air, yang
digunkan untuk campuran beraspal panas maupun dingin. Tulisan ini menguraikan
hasil pengkajian di laboratorium tentang karakteristik bitumen asbuton butir
untuk campuran beraspal panas, ditinjau dari fungsinya bitumen asbuton butir
dalam campuran, bentuk keruntuhan benda uji campuran beraspal dengan asbuton
butir dengan alat uji Marshall, analisa gradasi agregat akibat dari penambahan
asbuton butir dalam campuran dan analisa durability dengan metoda Cantabrian.
Hasil percobaan dan pengkajian menunjukkan bitumen yang ada dalam asbuton
butir sangat sulit untuk memisahkan diri dari mineralnya, sehingga tidak bisa
menyelimuti dan mengikat antar agregat yang ada. Dari percobaan kelarutan
bitumen asbuton butir dengan minyak tanah yang dipanaskan pada 90C selama
satu jam, hanya sekitar 55% bitumennya yang larut. Dengan demikian bitumen
asbuton butir tersebut tidak bisa bekerja efektif pada campuran beraspal
sebagaimana halnya aspal keras.Hal ini ditunjukkan oleh bentuk keruntuhan
campuran beraspal dengan asbuton butir pada pengujian stabilitas dengan alat
Marshall yang terbelah menjadi dua bagian. Hal ini mempengaruhi kinerja
campuran beraspal dan perkerasan tersebut dan perlu segera diatasi diantaranya
melalui penggunaan produk asbuton ekstraksi, agar kinerja campuran beraspal
dengan asbuton lebih baik serta pemanfaatan kekayaan alam berupa asbuton
lebih efektif.

Kata Kunci: Asbuton butir, Campuran beraspal, Pengujian Marshall, Ekstraksi,


Stabilitas
SUMMARY
Indonesia has imported asphalt from other countries to meet the need for road
construction and annual maintenance. Meanwhile in Buton Island, Southeast
Sulawesi Province, there is natural asphalt known as asbuton that has been
produced since 1926. Asbuton was produced in convensional granular asbuton
with maximum granular size of 12.5 mm since 1987. In that case, pavement
performance using convensional granular asbuton was unsatisfactory, its
production was practically ceased in 1987. In the early 1990 granular asbuton has
been reproduced in a smaller granular size, packed in the water proved plastic bag
it was used either in the hot or cold asphalt mixes. This paper describes the
laboratory research result on the properties of granular asbuton for hot mix in
terms of the function of granular asbuton in the mixture. The failure of asphalt mix
specimen with granular asbuton using Marshall test, the analysis of aggregate
gradation resulted from granular asbuton addition in the mixture, material loosing
by Cantabrian Method were also xamined. The experiments show that the bitumen
in granular asbuton is difficult to separate from its mineral so it cannot coat and
bind the aggregates. The solubility experiment of granular asbuton using kerosene
heated 90oC for one hour, only about 55% of bitumen was dissolved. Therefore,
asbuton bitumen is functionally ineffective in asphalt mixture as petroleum
bitumen. Consequently, it influences the performance of asphalt mix and
pavements. It is proved that the bituminous mix failure using granular asbuton in
marshall test was splitted into two parts. Considering the above result, asbuton
extraction granular of asbuton should be developed and will be applied for
achieving better performance of asphalt mix and for effective utilization of
asbuton.

Key Words : granular asbuton, bituminous mixes, Marshall test, extraction,


stability

PENDAHULUAN kebutuhan aspal dalam


melaksanakan pembangunan serta
Pada saat saat ini Indonesia pemeliharaan jalan. Hal ini
masih melakukan impor aspal dikarenakan produksi aspal minyak
minyak dalam jumlah yang cukup yang dihasilkan dari dalam negeri
banyak pertahunnya dari beberapa masih jauh dari jumlah yang
negara lain guna memenuhi dibutuhkan, yaitu hanya sekitar
600.000 ton pertahunnya atau Penggunaan utamanya ialah untuk
sekitar 50% dari kebutuhan campuran beraspal dingin, dengan
nasional. jenis campuran yang disebut
Untuk memenuhi kebutuhan Lasbutag (Lapis asbuton agregat)
pembangunan dan pemeliharaan dan Latasbum (Lapis tipis asbuton
jalan tersebut, tentunya perlu murni).
dilakukan pemanfaatan bahan Sejak Tahun 1987 penggunaan
bahan lain yang tersedia di dalam asbuton praktis terhenti, dikarenakan
negeri, diantaranya ialah banyaknya ketidak berhasilan dari
pemanfaatan aspal alam yang konstruksi perkerasan yang
dikenal dengan asbuton (aspal menggunakan asbuton ini.
batu Buton) yang terdapat di Ketidakberhasilan ini dikarenakan
provinsi Sulawesi Tenggara. diantaranya oleh produksi asbuton
Di luar negeri aspal alam ini yang tidak seragam kualitasnya,
sejak lama telah digunakan untuk ukuran butir yang dipandang
keperluan pembangunan jalan masih terlalu besar sehingga
seperti di Trinidad , di Perancis menyulitkan bahan pelunak untuk
dan Italy (OFlaherty; 1988). Di meremajakan aspal yang ada
Indonesia asbuton yang dalam asbuton, serta kadar air
merupakan aspal alam yang dalam asbuton yang masih tinggi
terdapat di Pulau Buton, Sulawesi sebagai akibat pengiriman dalam
Tenggara terdapat dalam jumlah bentuk curah. Pada awal tahun
yang cukup besar. Beberapa 1990-an, pengembangan dan
sumber mengatakan bahwa deposit penelitian asbuton terus dilanjutkan,
Asbuton itu mencapai sekitar 200 guna mendapatkan produk
juta ton, bahkan ada yang asbuton yang bisa menghasilkan
memperkirakan deposit nya itu campuran beraspal panas yang
sampai 600 juta ton, yang telah lebih baik dari sebelumnya.
diexplorasi sejak tahun 1924 dan Beberapa produk yang dihasilkan
dimanfaatkan untuk konstruksi antara lain ialah asbuton halus,
perkerasan jalan sejak tahun 1926 mikro asbuton, asbuton butir dan
semasa pemerintahan Belanda. asbuton yang diekstrak sebagian.
Sampai tahun 1987 asbuton Produk produk tersebut dikirim
butir konvensional, yaitu berupa dalam kemasan karung plastik
butiran asbuton dengan ukulan yang kedap air dengan kadar
butir maksimum 12,5 mm dan aspal yang lebih seragam,
dikirim dalam bentuk curah, sehingga diharapkan kualitas
pernah digunakan di Indonesia. asbuton ini bisa memberikan
campuran beraspal yang kualitasnya yang sudah menyatu sekali. Bila
lebih baik dari sebelumnya. lapisan itu digali kemudian didapat
Melihat keperluan bahan aspal bongkahan bongkahan asbuton maka
serta program pembangunan jalan asbuton itu tetap merupakan
di Indonesia, pemanfaatan asbuton kesatuan antara bitumen dan
ini perlu ditingkatkan terus, melaui butiran butiran mineral tersebut,
penelitian dan pengembangan bahkan bila dihancurkan sampai
produk asbuton maupun produk ukuran yang kecil pun tetap
campuran beraspal agar bitumen dan butiran mineral
penggunaan asbuton ini betul tersebut masih tetap menyatu.
betul effektif dan efisien. Proporsi bitumen dan mineral
pada asbuton ini berkisar sekitar
15% - 30% aspal dan mineral
KAJIAN PUSTAKA sekitar 85% sampai 70%.
Secara umum asbuton itu bisa
Asbuton dan perkembangannya dibedakan atas dua wilayah besar,
yaitu dari Kabungka yang ditandai
Asbuton merupakan bahan
dengan sifatnya yang cukup keras
alam yang terjadi berjuta juta
dibandingkan dengan asbuton
tahun yang lalu. Ada beberapa
yang berasal dari Lawele yang
pendapat ahli geologi mengenai
mempounyai sifat yang lebih
terbentuknya Asbuton di Pulau
lunak. Perbedaan ini disebabkan
Buton ini. Sebagian besar para
oleh sifat bitumen yang
akhli geologi berpendapat bahwa
dikandungnya, dimana bitumen
terjadinya asbuton berawal dari
yang ada pada deposit Kabungka
adanya minyak bumi yang
mempunyai nilai penetrasi yang
kemudian terdestilasi secara
keras < 10 dmm dibanding
alamiah karena adanya intrusi
dengan aspal yang berasal dari
magma. Bagian - bagian yang
Lawele dengan nilai penetrasinya
ringan dari minyak bumi telah
bisa mencapai 30 dmm bahkan
menguap, residu yang berupa
lebih.
bitumen terdesak mengisi lapisan
batuan yang ada disekitarnya Asbuton yang pertama tama
melalui patahan dan rekahan dipergunakan sejak jaman Belanda
(Qomar; 1996). Sebagaimana yang ialah Asbuton dari Kabungka,
kita lihat sekarang asbuton itu dikarenakan fasilitas jalan dan
berupa lapisan lapisan yang terdiri pelabuhan yang telah tersedia
dari aspal dan butiran mineral serta asbuton dari daerah tersebut
lebih mudah dipecah dalam proses terbagi dalam dua bagian besar.
produksinya. Bagian yang pertama merupakan
Pada waktu waktu yang lalu produk asbuton butir, tetapi
sampai tahun 1987 an, untuk dengan ukuran butir yang lebih
campuran beraspal dengan kecil dari ukuran butir asbuton
asbuton butir konvensional ini, konvensional, diantaranya ialah
seperti Lasbutag dan Latasbum asbuton halus, asbuton mikro
digunakan bahan peremaja antara dengan usuran butir maksimum
lain Minyak bakar atau Flux Oil nya 4,75 mm, 600 m (James;
(Departemen Pekerjaan Umum; 1996), dan Buton Granular Asphalt
(1),(2)
; 1983) yang dimaksudkan dengan ukuran butir maksimumnya
untuk melunakkan serta 2,36 mm (Departemen Pekerjaan
meremajakan sifat sifat aspal Umum(3); 2005), yang dikirim
tersebut. Namun hal ini sangat dalam kemasan plastik yang tahan
sulit dicapai, dimana peremaja air, sehingga pengaruh air bisa
berupa minyak bakar (Bunker Oil) dihindari. Dengan ukuran butir
tidak bisa melepaskan bitumen dan yang lebih kecil, diharapkan
kemudian menjaganya agar tetap butiran asbuton akan lebih
lunak. Diperlukan waktu 254 hari tersebar secara merata dalam
bagi bahan peremaja jenis minyak campuran beraspal serta bahan
bakar untuk bisa mencapai peremaja akan lebih mudah
bitumen asbuton dalam butiran, masuk dan melunakkan bitumen
dan sebagai konsekwensinya tidak yang ada dalam asbuton dan
tercapainya campuran beraspal kemudian bisa meningkatkan
yang baik (Akotto, 1996). Begitu kinerja dari campuran beraspal
juga kesulitan serupa disampaikan tersebut. Begitu juga halnya
oleh Purwadi dalam laporan yang dengan pengiriman dalam kantong
disampaikan oleh Akoto, sehingga plastik tahan air, agar bahan
Purwadi menyarankan untuk peremaja sewaktu akan
dipergunakan bahan peremaja melunakkan aspal yang ada pada
yang lebih encer lagi. asbuton tidak terhalangi oleh
Berdasarkan pengalaman lapisan air yang ada, sehingga
pengalaman pada tahun tahun diharapkan bahan peremaja akan
sebelumnya, pada awal tahun bekerja lebih efektif lagi.
1990-an, pengembangan produksi Jenis yang kedua dari produk
asbuton berjalan kembali, dan asbuton ini, ialah asbuton hasil
dihasilkan beberapa jenis produk ekstraksi, dimana asbuton diproses
asbuton yang pada dasarnya melalui pemisahan antara bitumen
dan mineralnya, yang selanjutnya b = persen agregat lolos saringan
sebagian dari kandungan mineral 2,36 mm dan tertahan
ini dibuang, sehingga tinggal saringan 0,075 mm
asbuton yang masih mengandung c = persen agregat lolos saringan
mineral yang lebih sedikit dari 0,075 mm
aslinya. Produk jenis ini, yang K = 0,15 untuk agregat lolos
umum dihasilkan mempunyai saringan 0,075 mm antara
perbandingan antara aspal dan 11 15 persen.
mineralnya sekitar 60% bitumen 0,18 untuk agregat lolos
dan 40% mineral. saringan 0,075 mm antara 6
10 persen
Campuran Beraspal Panas. 0,20 untuk agregat lolos
saringan 0,075 mm kurang
Campuran beraspal panas
dari 5 persen
merupakan campuran antara
F = 0 2,0 persen, didasarkan
agregat dengan gradasi tertentu
pada tinggi rendahnya
yang dipanaskan terlebih dahulu
penyerapan agregat. Dalam
dengan aspal pada kadar tertentu
keadaan data tidak ada bisa
yang juga dipanaskan pada suhu
dipergunakan nilai 0,7.
tertentu, diaduk, dihampar dan
dipadatkan pada suhu tertentu Umumnya aspal yang
untuk mendapatkan perkerasan dipergunakan untuk ini ialah aspal
yang baik. minyak yang merupakan hasil
Kadar aspal didapat dari residu dari proses penyulingan
percobaan Marshall, namun minyak bumi. Aspal minyak ini
sebagai pendekatan bisa akan menyelimuti seluruh butiran
digunakan rumus sebagai berikut agregat serta berfungsi sebagai
(Asphalt Institute MS No 2; 1993). perekat antar agregat sekaligus
P = 0,035 a + 0,045 b + K c + F mengisi rongga yang ada antar
(1) agregat sehingga campuran akan
Dimana lebih awet. Pemanasan aspal
P = Perkiraan kadar aspal tersebut dimaksudkan untuk
terhadap campuran , persen memudahkan penyelimutan agregat
berat terhadap campuran oleh aspal serta memudahkan
a = persen agregat tertahan pemadatan campuran beraspal di
saringan 2,36 mm lapangan, sehingga dikenal suhu
pencampuran dan suhu pemadatan.
Suhu pencampuran dan pemadatan
tergantung pada grade aspal yang kemudahan pembagian ukuran
dipergunakan, tetapi yang menjadi butir ini didasarkan pada
pegangan ialah viskositas aspal presentase berat suatu agregat
tersebut, dimana suhu untuk pada ukuran tertentu. Hal ini
pencampuran ialah suhu yang sudah umum dengan catatan
memberikan viskositas aspal agregat tersebut mempunyai berat
antara 170 20 centistokes jenis yang seragam, tetapi bila
kinematic (cst), sedangkan berat jenis antara fraksi agregat
viskositas untuk pemadatan antara satu dengan yang lainnya berbeda
250 30 cst. (Asphalt Institute, lebih dari 0,2 maka pada gradasi
MS No 2; 1993) tersebut harus dilakukan koreksi.
Hal lain yang disyaratkan pada (Asphalt Institute; MS No 2;
aspal ialah kelekatanya terhadap 1993).
agregat, dimana tidak boleh Pada saat ini salah satu jenis
kurang dari 95% (Spesifikasi asbuton yang dipergunakan untuk
Umum Bidang Jalan dan Jembatan campuran beraspal ialah Asbuton
, April 2005) Kadar aspal yang butir dengan ukuran butir
sesungguhnya dari campuran maksimum 2,36 mm yang terbagi
beraspal ditentukan berdasarkan atas tiga tipe berdasarkan nilai
metoda Marshall dengan penetrasi dan kandungan
memasukkan faktor faktor lain bitumennya, sebagaimana terlihat
seperti stabilitas, kelelehan (flow), pada Tabel 1.
rongga dalam campuran, rongga Persyaratan gradasi gabungan
terisi aspal. Agar aspal dalam dari agregat, mineral asbuton
campuran bekerja efektif, maka serta bahan pengisi (bila
disyaratkan penyerapan air diperlukan) diperlihatkan pada
terhadap agregat tidak lebih dari Tabel 2. (Puslitbang Jalan dan
3% (Departemen Pekerjaan Jembatan; 2007). Disini berarti
Umum (3);2005). bahwa mineral yang ada pada
Agregat pada campuran butiran asbuton, bisa melepaskan
beraspal mempunyai statu gradasi diri dari aspal dan bercampur
tertentu, dimana gradasi ini dengan agregat, sebagaimana
menggambarkan pembagian halnya pada campuran beraspal
ukuran butir sesuai yang diinginkan, panas tanpa asbuton.
tetapi untuk kepraktisan dan
Tabel 1.
Sifat sifat asbuton butir yang disyaratkan
Pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan

Sifat - sifat asbuton butir Tipe Tipe Tipe


5/20 15/20 15/25
Kadar bitumen Asbuton 18 22 18 22 23 27
Ukuran butir asbuton
- Lolos saringan No 8 ( 2,36 mm) % 100 100 100
- Lolos saringan no 16 ( 1,18 mm) % Min 95 Min 95 Min 95
Kadar air % Maks 2 Maks 2 Maks 2
Penetrasi aspal asbuton pada 25 C, 100 g, 5 dtk; 0,1 mm < 10 10 18 10 18

Tabel 2.
Gradasi Agregat Gabungan Asbuton Campuran Beraspal Panas

Ukuran ayakan % Berat Lolos


( mm) AC WC Asb AC BC Asb AC Base Asb
37,5 100
25 100 90 100
19 100 90 100 Maks 90
12,5 90 100 Maks 90
9,5 Maks 90
4,75
2,36 28 58 23 49 19 45
1,18
0,60
0,075 4 10 48 37
Daerah Larangan
4,75 - - 39,5
2,36 39,1 34,6 26,8 30,8
1,18 25,6 31,6 22,3 28,3 18,1 24,1
0,6 19,1 23,1 16,7 20,7 13,6 17,6
0,3 15,5 13,7 11,4

PERCOBAAN LABORATORIUM tanah, prilaku campuran lepas


antara agregat dengan asbuton
Untuk mengetahui lebih rinci
butir, kinerja campuran beraspal
dari konstribusi asbuton butir
panas dengan seratus persen
untuk campuran beraspal panas
bahan pengikatnya dari bitumen
dengan asbuton, maka dilakukan
asbuton butir, bentuk keruntuhan
beberapa percobaan yang
campuran beraspal dengan
menyangkut sifat asbuton butir
asbuton butir, ketahanan terhadap
dan bitumennya, pelarutan
pelepasan butir dengan metoda
asbuton butir dengan minyak
Cantabrian. Percobaan tersebut
dilakukan juga pada campuran Kinerja campuran agregat
beraspal panas dengan dengan asbuton butir
menggunakan aspal keras pen 60.
Untuk mengetahui pengaruh
Untuk keperluan tersebut, aspal dari asbuton butir terhadap
telah digunakan asbuton butir campuran agregat, dilakukan
yang mempunyai ukuran maksimum pencampuran asbuton butir
2,36 mm serta penetrasi 17 dmm dengan agregat yang mengacu
dan kadar bitumen 25%. pada campuran AC wearing
Sifat asbuton butir yang seperti yang ditunjukkan pada
digunakan pada percobaan ini, Tabel 2. dimana jumlah asbuton
butir sedemikian rupa sehingga
sebagaimana ditunjukkan pada
kadar aspal dalam campuran
Tabel 3. sebesar 6%.
Gradasi dari agregat terlihat pada
Gambar
Tabel 3.
Sifat bitumen asbuton butir

Sifat asbuton butir Nilai Satuan


Penetrasi 17 Dmm
Kadar bitumen 25 %
Berat Jenis 1,93 -

Gradasi Spesifikasi AC - Wearing

100.0
90.0
(%)

80.0
Lolos (%

70.0
ProsenLolos

60.0
50.0
Prosen

40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0,0750,3 0,6 2,36 4,75 9,5 12,7
19,0
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 1. Gradasi agregat campuran


Kadar aspal yang digunakan permukaanya rata dan tidak cepat
didasarkan pada kadar aspal luruh. Setelah 24 jam dibiarkan
perkiraan berdasarkan rumus (1) seperti itu, campuran dengan
diatas, sehingga didapat kadar asbuton butir ini digaruk sedikit
aspal sebesar 5,9 % yang saja dengan sekop pengaduk
dibulatkan menjadi 6%. menjadi lepas kembali karena
Jumlah agregat yang tidak ada ikatan antara butir
digunakan pada pencampuran ini agregat dengan butir agregat
sebesar 1200 gram, sehingga lainnya. Begitu juga sewaktu
untuk mencapai kadar aspal agregat dituangkan dari wadah
sebesar 6% yang semuanya tadi ke tempat lainnya, campuran
didapat dari bitumen asbuton tersebut dengan mudah mengalir,
butir, maka berat asbuton butir seperti terlihat pada Gambar 2.
yang ditambahkan sebesar 75.4
gram.
Dari hasil pencampuran secara
panas, dimana agregat dipanaskan
sampai 160 C, dan kemudian
asbuton dicampurkan dengan
agregat panas tersebut, sambil
diaduk sampai 5 menit dan
temperatur dijaga pada 150C,
terlihat asbuton butir tersebut
tidak mencair apalagi menyelimuti
agregat yang ada. Butiran -
butiran agregat setelah
pengadukan masih tampak tidak
terselimuti. Hal ini menunjukkan
bahwa asbuton butir tidak
memberikan kontribusi terhadap
pelekatan dengan agregat pada
campuran.
Selanjutnya campuran tersebut
dibentuk menjadi gundukan kecil Gambar 2. Keadaan campuran
dan dibiarkan dalam wadah yang agregat dengan asbuton butir yang
datar serta dipukul pukul dengan tetap lepas
sekop pengaduk agar
Pembuatan jenis campuran yang Pelarutan bitumen asbuton
sama dilakukan dengan butir dengan minyak tanah
menggunakan aspal minyak pen Untuk melihat tingkat
60, dimana terlihat semua agregat kemudahan atau kesulitan
terselimuti aspal dan setelah pengeluaran bitumen yang ada
dibiarkan dalam wadah selama 24 dalam butiran asbuton, dilakukan
jam, campuran tersebut percobaan pelarutan , dimana
asbuton butir sebanyak 500 gram
mempunyai ikatan yang kuat antar
yang dimasukkan dalam Bekker
agregatnya sehingga sewaktu glass berdiameter 10 cm,
hendak dituangkan ke tempat lain, ditambah minyak tanah sehingga
campuran tetap ditempatnya semua asbuton butir terendam
menjadi satu kesatuan seperti. oleh minyak tanah tersebut dan
Hal ini diperlihatkan pada Gambar permukaan minyak tanah setinggi
3. lebih kurang 5 cm dari permukaan
asbuton butir. Kemudian asbuton
butir dan minyak tanah itu diaduk
dan dipanaskan pada temperatur
90 C selama 1 ( satu ) jam, serta
selanjutnya adukan asbuton butir
dan minyak tanah tersebut
dituangkan ke baker glass lain
yang dilengkapi dengan kertas
saring, seperti terlihat pada
Gambar 4. Dari percobaan
tersebut, ternyata hanya sekitar
55% bitumen yang ada dalam
Gambar 3. Keadaan campuran asbuton larut dengan minyak
agregat dengan aspal keras, yang tanah. Hal ini menunjukkan
tampak terikat
sulitnya aspal yang ada dalam
asbuton keluar dari butiran
Ini menunjukkan hal yang sangat tersebut walaupun sudah di
penting, karena bitumen pada larutkan dengan cara tersebut
asbuton butir tidak bisa berfungsi diatas. Hal ini menunjukkan pula
sebagai pengganti fungsi aspal bahwa aspal yang ada dalam
minyak. asabuton sangat sulit dimobilisir
keluar dari butiran mineralnya.
Koreksi gradasi sebagai
pengaruh perbedaan berat
jenis agregat
Dikarenakan adanya mineral
pada asbuton butir, maka selama
ini asbuton butir diperhitungkan
pada gradasi agregat campuran,
sehingga pengaruh adanya
mineral asbuton butir ini akan
merubah bentuk gradasi agregat
campuran sebagai mana
diperlihatkan pada Gambar 5.
Selanjutnya dikarenakan berat
jenis mineral asbuton sekitar 1,9
yang jauh lebih kecil dari nilai
berat jenis agregat pada
umumnya yaitu sekitar 2,6 dan
mineral tidak bisa lepas dari
asbuton butirnya sendiri, maka
gradasi campuran beraspal
Gambar 4. Pengujian kelarutan
dengan asbuton butir mengalami
bitumen dari asbuton butir perubahan dan koreksi sebagai
mana terlihat pada Gambar 6.

Gradasi Spesifikasi. AC - Wearing


Dengan Adanya Mineral Asbuton
100.0
(%)

90.0
80.0
Lolos (%

70.0
Lolos

60.0
50.0
Prosen

40.0
Prosen

30.0
20.0
10.0
0.0
0,075 0,6 2,36 4,75 9,5 12,7
19,0
0,3
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 5. Gradasi agregat campuran dengan anggapan mineral asbuton butir


bisa terpisah dari butiran asbuton
Gradasi Agregat Campuran Dengan Memperhitungkan
Koreksi Dari Butiran Asbuton
100.0
90.0

(%)
80.0
olos (%
Lolos 70.0
60.0
Prosen L

50.0
Prosen

40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0,075 0,6 2,36 4,75 9,5 12,7
19,0
0,3
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 6. Gradasi campuran agregat dengan asbuton butir.

Terlihat dari Gambar 1, Gambar 5 pertama pada campuran beraspal


dan Gambar 6 terlihat adanya dengan asbuton butir dimana
perubahan gradasi yang cukup bahan pengikatnya seratus persen
berarti sekiranya mineral asbuton didapat dari bitumen yang ada
dianggap sebagai agregat lepas dalam asbuton butir yang
dan bila asbuton butir digunakan ditambahkan, sedemikian rupa
untuk menghitung gradasi sehingga kadar aspalnya mencapai
campuran dengan memperhitungkan 6%. Begitu juga pada campuran
perbedaan berat jenisnya. lainnya dilakukan hal yang serupa,
dimana kadar aspalnya sama
Bentuk keruntuhan campuran dengan yang pertama yaitu 6%,
beraspal dengan alat Marshall tetapi aspal yang dipergunakan
ialah aspal keras.
Untuk mengetahui bentuk
Dari percobaan tersebut,
keruntuhan pada campuran
terlihat beberapa hal yang
beraspal dengan asbuton butir,
menunjukkan perbedaan yang
dilakukan pengujian kuat tekan
sangat berarti :
atau stabilitas benda uji dari
Pertama, benda uji hasil
campuran beraspal dengan
pemadatan dengan alat pemadat
menggunakan metoda Marshall.
Marshall pada campuran dengan
Pembuatan benda uji dilakukan
menggunakan seratus persen
pada dua jenis campuran, yaitu
bahan pengikat dari asbuton butir,
memperlihatkan kurangnya
lekatan yang terjadi, ditandai
dengan banyaknya bagian bagian
campuran tersebut yang lepas,
sedangkan pada campuran
dengan bahan pengikat aspal
minyak hal tersebut tidak terjadi,
sebagai mana terlihat pada
Gambar 7. Hal ini sekali lagi
menunjukkan tidak adanya ikatan Gambar 8. Bentuk kehancuran
yang baik dari bitumen yang ada benda uji setelah pengujian Marshall
dalam asbuton, dikarenakan
bitumennya masih terikat dengan Ketahanan terhadap
butiranya sendiri. pelepasan butir dengan
Kedua, setelah dilakukan metoda Cantabrian
pengujian kekuatan stabilitas dari Untuk melihat ketahanan dari
benda uji, bentuk kehancuran dari campuran terhadap pelepasan
benda uji setelah mengalami butir, dilakukan pengujian dengan
beban maksimum, benda uji metoda Cantabrian, dimana benda
sedikit menjadi agak lonjong tanpa uji dimasukkan kedalam alat
diikuti belahnya benda uji tersebut pengujian abrasi untuk agregat
menjadi dua bagian. Pada benda (Loss Angeles Abrasian Machine),
uji dengan bahan pengikat tetapi tidak disertai bola bola
asbuton butir, bentuk kehancuran besi. Selanjutnya mesin diputar
benda uji tersebut ialah benda uji sebanyak 500 putaran dan diamati
terpisah menjadi dua bagian, setiap 50 putaran, dengan
sebagaimana terlihat pada mencatat presentase dari berat
Gambar 8. bagian yang lepas terhadap berat
awal sebelum pengujian dilakukan.
Hasil pengujian Cantabrian dari
benda uji dengan menggunakan
asbuton butir dan aspal minyak,
memperlihatkan bagian yang lepas
dari campuran dengan asbuton
butir jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan campuran
Gambar 7. Lepasnya campuran yang menggunakan aspal minyak,
setelah pemadatan Marshall yaitu pada campuran dengan
asbuton mencapai 48,5% yang tidak terselimuti oleh
sedangkan pada campuran bitumen yang ada dalam asbuton,
dengan aspal minyak hanya hal ini menunjukkan bitumen
sekitar 11 %. Hasil pengujian ini dalam asbuton tidak bisa keluar
dapat dilihat pada Gambar 9 dan dari butirannya sendiri yang
Gambar 10. mengandung mineral. Ada dua hal
yang menjadi perhatian dari
keadaan ini, yaitu disamping
bitumen yang ada pada asbuton
tidak bisa berfungsi sebagaimana
harusnya yaitu sebagai bahan
perekat dan pelumas sewaktu
pemadatan, juga mineral asbuton
tidak bisa lepas dari butiran
tersebut. Hal ini terlihat juga
sewaktu campuran sudah
Gambar 9. Bentuk benda uji sebelum dibiarkan 24 jam, campuran
dan setelah pengujian Cantanbro dengan asbuton butir dengan
mudah lepas kembali, sedangkan
Pelepasan Butir Campuran Asbuton dan
Aspal Keras
yang dengan aspal minyak cukup
60.00 terikat dengan baik. Begitu juga
50.00
Asbuton
sewaktu pembuatan benda uji
Prosen Lepas

40.00 Aspal Keras Marshall, masih adanya material


30.00
pada campuran dengan asbuton
20.00
butir yang lepas dari benda uji
tersebut. Hal ini juga terlihat dari
10.00

percobaan kelarutan yang


0.00
0 100 200 300 400 500 600
Putaran dilakukan dengan minyak tanah
sebagai mana kami uraikan diatas,
Gambar 10. Pelepasan butir antara dimana hanya sekitar 55%
campuran dengan asbuton butir dan bitumen yang larut pada
aspal keras
percobaan tersebut, itupun setelah
mengalami pemanasan dan
ANALISA DAN PEMBAHASAN
pengadukan selama 90 menit. Hal
Pencampuran antara agregat ini sejalan dengan apa yang
dengan asbuton butir seperti yang dilakukan oleh Zamhari sebagai
diuraikan diatas, tidak mana dilaporkan oleh Akoto,
menghasilkan permukaan agregat sewaktu melakukan percobaan
pelarutan. Ini menunjukkan asbuton tidak bisa lepas dari
betapa sulitnya bitumen yang ada bitumennya.
dalam asbuton bisa keluar dan Dikarenakan gradasi mengalami
melepaskan diri dari butirannya koreksi yang disebabkan oleh
sewaktu dicampur dengan agregat berat jenis yang berbeda, maka
walaupun ditambah sebagian hal ini meyebabkan pula luas
aspal minyak pada suatu permukaan agregat termasuk
campuran beraspal. Apalagi bila butiran asbuton akan menjadi
pencampuran dilakukan di Unit lebih besar, selanjutnya ini
Pencampur Aspal (Asphalt Mixing menunjukkan ketebalan lapisan
Plant ; AMP) dimana waktu film aspal akan menjadi lebih tipis
pencampuran hanya sekitar 40 untuk statu kadar aspal tertentu,
detik. dan sebagai akibatnya akan
Dengan demikian berdasarkan menjadikan campuran beraspal
hasil tersebut diatas, maka rentang terhadap oksidasi dan
perhitungan gradasi agregat keawetan.
campuran dengan memperhitungkan Dari bentuk kehancuran yang
gradasi dari mineral asbuton terjadi pada percobaan Marshall,
dirasa kurang tepat. Dikarenakan terlihat campuran dengan asbuton
aspal pada asbuton butir dan butir menunjukkan kurangnya
mineralnya tidak bisa lepas, maka ikatan antar agregat dari bitumen
yang ada, yang ditunjukkan oleh
perhitungan gradasi agregat
belahnya benda uji menjadi dua
campuran harus dilakukan atas
bagian.
gradasi asbuton butir tersebut,
Hasil pada percobaan
dengan melakukan koreksi Cantabrian menunjukkan bahwa
terhadap gradasi yang dibuat, campuran dengan asbuton
dikarenakan berat jenis butiran mempunyai ketahanan terhadap
asbuton hanya sekitar 1,9 yang keawetan yang lebih rendah
jauh lebih kecil dari berat jenis dibandingkan campuran beraspal
agregat pada umumnya sekitar dengan aspal minyak. Sekali lagi
2,6. hal ini dikarenakan aspal pada
Terlihat pada percobaan ini, asbuton belum bisa bekerja
bahwa gradasi akan mengalami seperti aspal minyak.
perubahan yang berarti bila Berdasarkan uraian diatas,
gradasi campuran didasarkan pada persoalan utamanya ialah
mineral asbuton yang bisa lepas bagaimana menghasilkan produk
dari bitumen dan bila mineral asbuton sehingga aspal dan
mineralnya menjadi terpisah, dan dalam campuran berasal bisa
aspal dari asbuton ini yang bekerja secara maksimum
dimanfaatkan untuk campuran sebagaimana harusnya dalam
beraspal. Saat ini tengah suatu campuran beraspal.
dikembangkan jenis produk Di tinjau dari pemanfaatan
asbuton yang menghasilkan aspal kekayaan alam, asbuton yang
saja dari asbuton tersebut, dengan merupakan kekayaan alam yang
tingkat kandungan aspalnya yang tidak bisa diperbaharui lagi, akan
larut > 99%, atau hanya menjadi lebih efektif
mengandung kadar mineral yang pemanfaatannya.
lebih kecil dari 1% yang disebut
dengan asbuton murni. Hal ini
sesuai dengan salah satu KESIMPULAN DAN SARAN
persyaratan aspal minyak, dimana
kelarutan aspal minyak untuk Kesimpulan
perkerasan jalan minimum 99%.
- Asbuton sebagai kekayaan alam
Selanjutnya aspal dari jenis
Indonesia, sudah seharusnya
produksi ini disesuaikan
dan selayaknya dimanfaatkan
tingkatannya dengan kebutuhan
untuk konstruksi perkerasan
suatau jenis perkerasan dan iklim
jalan seperti yang dilakukan
dimana bahan tersebut akan
saat ini, apalagi kita masih
digunakan, misalnya dicampur
kekurangan aspal untuk
dengan aspal minyak dengan
pembangunan dan pemeliharaan
perbandingan tertentu, mengingat
jalan.
sifat aspal dari asbuton ini
- Bitumen dari butiran asbuton
bervariasi.
Langkah kearah ini sebenarnya butir sangat sulit terpisah dari
telah ada yang melakukan, dimana mineralnya, apalagi kalau
asbuton dilarutkan dan hanya diharapkan dari proses
selanjutnya sebagian mineralnya pencampuran dengan aspal
dikurangi, tetapi kandungannya minyak pada suatu campuran
masih cukup tinggi sekitar 40%. beraspal.
Dari hal tersebut diatas, asbuton - Dilihat dari bentuk keruntuhan
sebagai kekayaan alam kita sudah campuran beraspal yang
selayaknya dan seharusnya menggunakan butiran asbuton,
dimanfaatkan dengan menggunakan maka kecenderunganya seolah
teknologi yang tepat. Dengan olah campuran menjadi getas.
demikian bitumen yang berada
- Bitumen yang ada dalam sebagai bahan pada
asbuton butir tidak dapat campuran beraspal untuk
dianggap sebagai substitusi perkerasan jalan, Jurnal
aspal minyak dalam statu Jalan Jembatan, Volume
campuran beraspal. 23 No 3, November 2006.
- Berat jenis yang berbeda Affandi, Furqon dan Ruswandi,
antara asbuton butir dan Unang, 2006, Asbuton Murni
agregat, menyebabkan gradasi sebagai alternatif pengganti
campuran akan berubah aspal minyak untuk
dengan sangat berarti. perkerasan jalan, Konferensi
- Ketahanan campuran dengan Regional Teknik Jalan ke 9
asbuton batir terhadap (KRTJ -9) Makasar Juli 2006.
pelepasan butir, lebih rendah Akoto, Baffour, 1996, Some of the
dari campuran dengan aspal factors which influence the
minyak. field ferformance of natural
- Penggunaan asbuton lentur asphalt, One day seminar on
masih belum efektif dalam asbuton technology ;
suatu campuran beraspal, Proceeding Volume 1;
karena aspal yang terdapat Ujung Pandang 26th
dalam asbuton belum bisa September, 1996.
bekerja secara maksimum. Asphalt Institute Manual Series No
2, Mix Design Method for
Saran Asphaltic Concrete and Other
Hot Mix Types; 1993.
Perlu segera diupayakan
Departemen Pekerjaan Umum (1),
pemanfaatan asbuton, melalui
1983, Direktorat Jenderal Bina
teknologi pengolahan ekstraksi,
Marga, Petunjuk pelaksanaan
sehingga aspal dari asbuton pada
lapis asbuton agregat
suatu campuran beraspal akan
(Lasbutag) No 09/PT/B/1983,
bekerja efektif dan juga agar
Jakarta.
pemanfaatan bahan asbuton
Departemen Pekerjaan Umum (2),
menjadi efisien. 1983, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Petunjuk
DAFTAR PUSTAKA pelaksanaan lapis tipis
Affandi, Furqon, Hasil
2006, asbuton murni (Latasbum)
Pemurnian Asbuton Lawele No 11/PT/B/1983, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum (3), Traing of Trainer,
2005, Spesifikasi Umum Pendampingan Teknis
Bidang Jalan dan Jembatan, Pemanfaatan Asbuton;
2005, Jakarta. Formula Campuran Kerja
James, 1996, The use of Asbuton Asbuton Campuran Beraspal
in road construction ; One Panas, Februari 2007,
day seminar on asbuton Jakarta.
technology ; Proceeding Qomar, Samsyul, 1996,
Volume 1; Ujung Pandang Penambangan dan
26th September, 1996. pengolahan asbuton; One
OFlaherty, CA, Highway day seminar on asbuton
Engineering, volume 2, Third technology ; Proceeding
Edition; 1988. Volume 1; Ujung Pandang
Puslitbang Jalan dan Jembatan 26th September, 1996.
dengan Direktorat Jenderal
Bina Marga, 2007, Modul

Anda mungkin juga menyukai