Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASPAL ASBUTON

Disusun oleh :

Syifa Putri Salsabila Yahya

1B – KSI / 171121061

Program Studi D3 - Teknik Kontruksi Sipil

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul
“Aspal Modifikasi Asbuton“.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut
tentang Aspal Modifikasi Asbuton serta keunggulan aspal tersebut.

Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan pada semua pihak, serta teman-teman yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Bandung, 09 Maret 2018

Syifa Putri Salsabila Yahya


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan aspal sebagai salah satu bagian dari konstruksi perkerasan jalan, baik
untuk pemeliharaan, peningkatan, maupun pengembangan aksesibilitas transportasi jalan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan pembangunan. Aspal sebagai bahan pengikat dalam suatu
konstruksi jalan merupakan material penting dalam suatu konstruksi jalan. Oleh karena itu

Indonesia merupakan salah satu penghasil aspal alam (Asbuton – Aspal Buton), aspal alam
yeng terkandung dalam deposit alam yang terdapat di pulau Buton Sulawesi Tenggara. Dengan
jumlah deposit asbuton yang mencapai 650 2 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai Negara
penghasil aspal alam terbesar di dunia. Sampai saat ini pemanfaatan asbuton masih tidak sebanding
dengan deposit yang begitu banyak dikarnakan belum di eksplorasinya teknologi yang lebih baik
untuk pengolahan serta penggunaan dari asbuton tersebut. Asbuton memiliki kelebihan, yaitu titik
lembeknya tinggi dari dan ketahanan Asbuton yang cukup tinggi terhadap panas, sehingga
membuatnya tidak mudah meleleh. Namun dari segi mutu, Asbuton dirasa masih kalah bersaing
dengan aspal minyak. Kadar aspal Asbuton yang bervariasi, mudah pecah, dan harganya yang
lebih mahal menjadi alasan kenapa Asbuton menjadi jarang dipakai.
BAB II
Pembahasan

2.1 Aspal

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan
bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan
kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).

Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan terbagi dua jenis yaitu aspal
alam dan aspal buatan.

1. Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melewati serangkaian
proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang berbentuk batuan bisa diperoleh di Pulau
Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal alam yang bersifat plastis bisa ditemukan di Danau Pitch,
Republik Trinidad. Sedangkan aspal yang memiliki wujud berada di sekitar perairan
segitiga Bermuda. Berbeda dengan segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni,
kandungan aspal yang terdapat di Pulau Buton dan Danau Pitch tidak murni dan tercampur
dengan mineral yang lain.
2. Aspal buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi yang diproses sedemikian rupa
menggunakan metode tertentu yang relatif rumit. Seluruh rangkaian proses pengolahan
tersebut biasanya dilaksanakan di pabrik khusus pembuatan aspal.

2.2 Asbuton
Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang
terdapat di Indonesia tepatnya di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara pada tahun 1924.Asbuton mulai
digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun 1926. Berdasarkan data yang ada, asbuton
memiliki deposit sekitar 677 juta ton atau setara dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton
merupakan deposit aspal alam terbesar di dunia.
Penggunaan aspal buton (asbuton) dinilai dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur
jalan dan jalantol di Indonesia. Keunggulan aspal buton antara lain stabilitas perkerasan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan aspal minyak. Asbuton juga lebih tahan retak akibat cuaca
maupun lingkungan. Selain itu, asbuton juga dinilai dapat menghemat ketebalan perkerasan hingga
22% serta memiliki produk samping dengan manfaat besar seperti high oil, bentonit, mineral
(fosfat dankapur). Karena itu, pemerintah pun mengeluarkan Permen No. 35/2006 tentang
peningkatan pemanfaatan asbuton untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan. Asbuton
berpotensi tinggi untuk digunakan di seluruh jalan Indonesia. Saat ini deposit asbuton yang masih
tersedia mencapai 650 jutaton atau setara 170 juta ton aspal minyak.

Aspal Buton dapat digunakan untuk:


1. Perkerasan/lapisan permukaan sebagai pengganti /mengurangi penggunaan aspal minyak.
2. Asbuton Tile (Tegel Asbuton).
3. Block Asbuton untuk trotoar dan lain-lain.
4. Mengekstraksi bitumen dari Asbuton.
5. Melapis bendung/embung agar kedap air.
6. Cocok untuk konstruksi berat karena aspal hasil ekstraksi dari asbuton tidak
mengandungparafin dan sedikit kadar sulfur sehingga kualitasnya lebih tinggi.

Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu aspal (bitumen) dan mineral.
Pemanfaatan unsur ini dalam pekerjaan pengaspalan akan mempengaruhi kinerja perkerasan aspal
yang direncanakan.

Terjadi pasang surut penggunaan Asbuton seiring dengan kebutuhan akan bahan aspal dan
perkembangan teknologi. Asbuton pernah diproduksi mencapai 500.000 ton/tahun. Pada tahun
delapan puluhan produksi Asbuton mengalami titik nadir. Sedangkan pada periode sembilan
puluhan, Asbuton yang dihasilkan tidak optimal akibat kegagalan konstruksi yang disebabkan oleh
penggunaan teknologi yang tidak tepat. Namun demikian, sesuai dengan Renstra Departemen
Pekerjaan Umum 2005-2009, Asbuton dipatok sebanyak 556.000 ton untuk digunakan pada
pemeliharaan jalan nasional. Disamping itu, sekitar 550.000 km jalan-jalan provinsi, kabupaten,
dan kota serta jalan lainnya berpeluang untuk menerapkan Asbuton dalam lapisan aspalnya.
2.2.1 Jenis Asbuton

Jenis Asbuton yang telah diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun belakangan
ini adalah:

1. Asbuton Butir
Jenis Asbuton berdasarkan besar butir dan kadar aspal yang dikandungnya dapat
dibedakan seperti tertera pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jenis Asbuton Butir yang telah diproduksi

Jenis Asbuton/merk produksi

Konv.* Halus.* Mikro.* BR BG LG Satua


Uraian ) ) ) A A A n

20- 25-
13-20 20 25 20 25 40 %
Kadar aspal

>6 6 2 <2 <2 <2 %


Kadar air

Ukuran butir
12.5 4.75 2.36 1.18 1.18 9 mm
maks.

curah ktg ktg krng krg krg –


Kemasan

*) tahun 2004 sudah tidak diproduksi lagi

2. Asbuton Murni Full Ekstraksi


Asbuton jenis ini merupakan bitumen murni hasil ekstraksi asbuton menggunakan
beberapa cara, antara lain dengan bahan pelarut atau cara lain seperti menggunakan
teknologi air panas. Asbuton murni hasil ekstraksi dapat digunakan langsung sebagai
pengganti aspal keras atau sebagai bahan aditif yang akan memperbaiki karakteristik aspal
keras. Mineral asbuton merupakan limbah dari proses ekstraksi. Selain dapat dimanfaatkan
sebagai filter dapat juga digunakna sebagai bahan stabilisasi tanah.

3. Asbuton Pra Campur (pre-blended)


Asbuton pra campur (pre-blended) merupakan gabungan antara Asbuton butir
hasil refine Asbuton dengan kadar bitumen 60% sampai 90% dengan aspal minyak pen 60
dalam komposisi tertentu.
Asbuton jenis ini dapat dikatakan sebagai aspal minyak yang dimodifikasi,
sehingga dalam campuran dapat langsung digunakan untuk dicampur dengan agregat.

2.2.2 Keunggulan

Deposit Asbuton dalam jumlah besar dapat menjamin pasokan kebutuhan akan aspal. Dari
pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil campuran beraspal yang ditambah asbuton
menghasilkan campuran beraspal yang bermutu baik dengan kecenderungan sebagai berikut:

 Stabilitas Marshall campuran beraspal yang lebih tinggi


 Stabilitas dinamis campuran beraspal yang lebih tinggi
 Meningkatkan umur konstruksi (dari hasil uji fatigue)
 Lebih tahan terhadap perubahan temperatur
 Nilai modulus yang meningkat

Kecenderungan tersebut terjadi karena Asbuton mengandung bahan aromatik dan resin yang
tinggi, sehingga di dalam campuran Asbuton mempunyai:
 Daya lekat yang lebih tinggi (anti stripping)
 Kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, penentu kebijakan memberikan pernyataan bahwa Asbuton:

 Cocok digunakan untuk lokasi temperatur tinggi (tropis)


 Cocok digunakan untuk heavy loaded highway.
Namun, dalam penerapan kebijakan penggunaan asbuton untuk peningkatan kualitas campuran
beraspal untuk perkerasan harus ditunjang pengendalian mutu yang ketat. Hal ini disebabkan
karena dari beberapa kasus diperoleh data bahwa pelaksana lapangan kurang memahami pengaruh
penggunaan asbuton dalam campuran beraspal.

Kebijakan pemerintah tentang peningkatan penggunaan Asbuton akan berdampak pada


menurunnya impor aspal keras. Hal ini akan berimbas pada kondisi pasar Asbuton, sehingga
menjadi lebih stabil. Keadaan tersebut akan terwujud dengan jalan mengoptimalkan tahap
produksi dan menjaga kestabilan mutu, sehingga kepercayaan pengguna Asbuton juga akan
meningkat. Kondisi ini dapat mengatrol nilai ekonomis dari sebuah produk, bahkan perekonomian
negara secara keseluruhan.

2.2.3 Prinsip Kerja


Pada pekerjaan pengaspalan, secara garis besar pemasokan Asbuton ke dalam lapisan beraspal
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Dicampur dengan agregat dan aspal menggunakan unit pencampur aspal mekanis,
yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk menghasilkan campuran yang sifatnya panas atau
memakai alat semi mekanis seperti beton molen atau paddle mixer untuk campuran dingin.
Langkah berikutnya adalah menghamparkannya menggunakan cara mekanis(finisher),
sedangkan untuk campuran dingin digunakan cara manual, selanjutnya dipadatkan
menggunakan alat pemadat baku, sehingga diperoleh kepadatan yang disyaratkan dalam
spesifikasi.
 Ditebarkan di atas lapis agregat pada pekerjaan lapis penetrasi macadam dengan satu atau
dua lapis. Setelah itu dipadatkan menggunakan pemadatbaku, sehingga diperoleh kepadatan
sesuai spesifikasi.

Asbuton di dalam lapisan beraspal akan berfungsi sebagai berikut:

 Bahan tambah yang akan meningkatkan kemampuan lapisan beraspal saat beban lalu lintas
bertambah. Umumnya Asbuton yang digunakan adalah jenis butir dengan penetrasi bitumen
rendah;
 Pengganti aspal keras. Asbuton yang umumya digunakan adalah jenis murni hasil ekstraksi
atau Asbuton butir jenis LGA pada pekerjaan lapis macadam;
 Bahan tambah dan pengganti (substitusi) sebagian dari aspal keras yang digunakan. Asbuton
yang umumnya dipakai adalah jenis butir dengan penetrasi bitumen tinggi, seperti LGA atau
jenis pra campur.

2.2.4 Penggunaan Asbuton


Pada dasarnya Asbuton dapat digunakan pada setiap jenis lapisan beraspal. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kekakuan dengan batas fleksibilitas yang cukup untuk menahan beban lalu lintas
tanpa mengalami kerusakan di luar rencana. Oleh karena itu, penggunaan Asbuton pada pekerjaan
pengaspalan adalah sebagai berikut:
 Campuran beraspal panas digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.
 Campuran beraspal hangat digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.
 Campuran beraspal dingin digunakan untuk lapis antara aus dan pondasi.
 Lapis tipis Asbuton pasir.
 Lapis tipis Asbuton.
 Lapis penetrasi macadam Asbuton.

Berdasarkan hasil penelitian skala laboratorium dan skala uji coba lapangan, diperoleh fakta bahwa
campuran beraspal yang menggunakan Asbuton memiliki sifat teknik yang lebih tinggi daripada
campuran tanpa Asbuton. Namun, untuk setiap tipe campuran sebaiknya dibedakan peruntukannya
sesuai dengan kondisi lalu lintas dan lingkungan.

Untuk campuran panas dengan Asbuton butir atau aspal yang dimodifikasi Asbuton (Asbuton pra-
campur atau semi ekstraksi ) atau bitumen modifikasi (Asbuton murni atau full ekstraksi),
sebaiknya digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dan padat, yaitu untuk lalu lintas
rencana > 10 juta ESA atau LHR > 2000 kendaraan dan jumlah kendaraan truk lebih dari 15%.
Terutama untuk ruas-ruas jalan yang memiliki temperatur lapangan maksimum di atas 60 ºC
seperti jalan nasional. Sedangkan untuk campuran hangat dengan Asbuton butir sebaiknya
digunakan untuk jalan yang melayani lalu lintas berat, yaitu untuk lalu lintas rencana 1 sampai 10
juta ESA atau LHR < 2000 kendaraan dan jumlah truk maksimum 15% seperti jalan nasional dan
provinsi.
2.2.4 Modifikasi Asbuton
Perkembangan teknologi sudah berkembang sangat pesat dan tidak kalah perkembangan
teknologi asbuton juga sudah sejak lama dikembangkan dari pemakaian secara konvensional.
Berikut merupakan modifikasi aspal asbuton
a. Asbuton campuran panas
1. Campuran beraspal panas dari aspal minyak dengan bahan tambah atau bahan substitusi
asbutob BGA (sesuai spesifikasi khusus Asbuton campuran panas Bina Marga 2006).
Prinsip penggunanaannya adalah campuran beraspal panas minyak pen 60/70 ditingkatkan
kualitasnya serta dikurangi jumlah penggunaan aspal minyak dengan menambahkan BGA.
Ada beberapa tipe BGA yang dapat digunakan, yaitu tipe BGA 5/20 (nilai penetrasi
bitumen sekitar 5 dmm dan kadar bitumen sekitar 20%)
2. Asbuton campuran panas dengan bahan pengikat asbuton BGA yang diremajakan (sesuai
“Pd T-07-2004-B Asbuton Campuran Panas”). Keunggulan dari asbuton jenis ini adalah
dapat menggunakan bahan peremaja berupa minyak berat yang relative lebih murah atau
bahkan limbah. Limbah yang terkontaminasi mineral agregat atau sendimen tanah lainnya
tetap dapat digunakan karena minyak tersebut dapat diperhitungkan sebagai filter atau
bagian dari agregat pada perkerasan jalan.
3. Campuran beraspal panas Asbuton Lawele berupa campuran beraspal panas aspal minyak
pen 60 dengan substitusi Asbuton Lawele. Substitusi relative tinggi yaitu di atas 50% dari
kebutuhan bahan pengikat aspal, sedangkan sisanya tetap dari aspal minyak pen 60.
Keuntungan dari penggunaan campuran ini adalah pemrosesan Asbuton Lawale yang
banyak mengandung minyak ringan (sekitar 7% dan bitumen sekitar 183) relative lebih
mudah disbanding memprosesnya menjadi BGA. Pada pemrosesan Asbuton Lawale ini,
dilakukan penguapan air dan minyak ringan sehingga di peroleh nilai penetrasi bitumen
60-80 dmm. Ini lebih mudah disbanding harus menjadikannya BGA dengan nilai penetrasi
di bawah 20 dmm dan kadar minyak ringan dibawah 1%
b. Asbuton campuran hangat
Campuran beraspal hangat adalah campuran yang dengan berbagai cara dilakukan
pencampuran dengan suhu 30 oC dibawah pencampuran beraspal panas. Tujuan utamanya
adalah mengurangi emisi gas CO2(ramah lingkungan, mengurangi penyebab Global
Warming).
Cara yang ada pada campuran beraspal hangat saat ini adalah:

1. Dengan cara mekanis yaitu dengan memodifikasi alat pencampur (Asphalt Mixing
Plan) agar pencampuran dapat dilakukan pada dua batch. Batch pertama untuk
agregat halus dengan 2/3 aspal. Selanjutnya ke dua campuran tersebut digabung
Temperatur pencampuran sekitar 120 C sedangkan temperature pemadatan sama
dengan campuran beraspal panas. Kendala pada campuran ini jarak
tempuh darilokasi pencampuran dengan lokasi penghamparan pendek karena rentan
g dari temperature pencampuran dengan temperatur pemadatan juga pendek.
2. Dengan cara membusakan aspal menggunakan alat khusus. Aspal panas dibusakn dengan
disemburkan bersamaan dengan air. Dalam kondisi membusa ini volume aspal menjadi
20 kali lebih besar sehungga dapat dicampur dengan agregatpada temperature sekitar
120o c. cara pembusaan lainnya adalah dengan menambahkan 2% zeolit. Pada keaadaan
panas, zeolit melepaskan air sehingga terjadi pembusaan aspal. Temperature pamadatan
relative sama dengan campuran beraspal panas.
3. Dengan cara penambahan additive yaitu wax sekitar 2% atau gabungan dari keduanya.
Dengan penambahan ini temperature percampuran dan juga temperature pemadatan
menjadi lebih rendah sekitar 300 C dari campuran beraspal panas. Jarak tempuh dari
lokasi penghamparan relative sama dengan jarak tempuh campuran beraspal panas.
Namun kendalanya additive wax dapat menurunkan kualitas aspal sedangkan additive
wax dapat menurunkan kualitas aspal sedangkan additive
c. Asbuton campuran dingin
1. Asbuton campuran dingin aspal emulsi
Merupakan campuran dingin aspal emulsi bergradasi rapat (DEGEM) yang diberi
bahan tambah asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Asbuton campuran dingin aspal
emulsi Bina Marga 2006). Kualitas relative sama dengan campuran dingin aspal emulsi.
Pengerjaan tidak harus menggunakan AMP melainkan dengan Pan Mixer atau Beton
Molen sehingga cocok untuk daerah terpancil/ pulau-pulau kecil yang tidak terjangklau
AMP. Untuk lalu lintas ringan. Uji coba lapangan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di
Muna tahun 2006.
2. Asbuton campuran dingin aspal cair (Lasbutag versi baru)
Merupakan campuran dingin aspal cair (Cut Back Asphalt/MC-800) yang diberi
bahan tambah asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Lastubag Bina Marga 2006).
Kualitas relative lebih tinggi dari campuiran dingin aspal cair darin aspal minyak.
Pengerjaan tidak harus menggunakan AMP melainkan dengan Pan Miser atau Beton
Molen sehingga cocok untuk daersah terpencil/pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau
AMP. Untuk Lalu lintas ringan. Uji coba lapangan dilakukan oleh Peslitbang Jalan dan
Jembatan yang didanai oleh Kementrian Riset dan teknologi melalui program Riset
Unggulan terpadu di jalan Lingkungan di Cisaranten kulon bandung pada tahun 2006.

2.2.4 Pengujian Asbuton


Aspal buton (Asbuton) dikatakan aspal yang baik jika telah mengalami pengujian dan
menghasilkan data yang sesuai dengan syarat yang ditetapkan. Berikut merupakan tabel pengujian
asbuton

Anda mungkin juga menyukai