Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Teknologi Pemanfaatan ASBUTON Sebagai Bahan Perkerasan Jalan”

Disusun Oleh :
Abdul Rohman Fauzi
2020731150022

Perguruan Tinggi Universitas Jayabaya


Tahun 2020/2021
Angkatan 51
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas Makalah ini dengan baik serta
tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu“Teknologi Pemanfaatan ASBUTON sebagai bahan
perkersan Jalan” itu sangat berarti untuk perkembangan pembutan perkerasaan jalan,
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Teknologi Pemanfaatan
ASBUTON sebagai bahan perkersan Jalan. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini.

1
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………….…..1
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………….……2
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….……2
1.2 Deskripsi Teknologi………………………………………………………………….……2
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………….……...3
Bab III Penutup………………………………………………………………………….…….7
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………8

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia terdapat banyak daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak
memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP) sehingga tidak
memungkinkan diterapkan campuran beraspal panas. Selain itu, sumber daya manusia di
daerah terpencil juga memiliki keterbatasan sehingga perlu dikembangkan suatu
pelaksanaan campuran beraspal yang relatif pelaksanaannya sederhana serta tidak
mengharuskan adanya ketersediaan AMP di daerah.

Salah satu usaha untuk menyederhanakan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan di


daerah seperti yang telah disebutkan di atas adalah dengan mengembangkan spesifikasi dan
pedoman Asbuton Campuran Panas Dihampar Dingin (Cold Paving Hot Mix Asbuton,
CPHMA). Aspal Buton (Asbuton) merupakan salah satu material lokal yang
membanggakan Indonesia.

Teknologi Asbuton terus dikembangkan baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik
penghamparan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR
diantaranya yakni campuran beraspal dengan Asbuton, Cold Paving Hot Mix Asbuton
(CPHMA), Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), Butur Seal, Cape Buton Seal dan
Asbuton Campuran Aspal Emulsi.

Pemanfaatan material lokal dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan


merupakan langkah awal menuju kemandirian bangsa melalui swasembada bahan
konstruksi. Pemanfaatan material lokal secara tidak langsung juga meningkatkan
pendapatan negara, dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

1.2 Deskripsi Teknologi


CPHMA dapat didefinisikan sebagai campuran beraspal yang mengandung Asbuton
dan bahan tambah lain bila diperlukan, yang sudah dicampur dengan baik di pabrik dan
dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan dalam pembuatan perkerasan
jalan beraspal.

Teknik pencampuran serta proporsi bahan dalam campuran menjadi menjadi


kewenangan produsen asal menghasilkan campuran yang memenuhi persyaratan.
Pencampuran dilakukan di pabrik secara panas kemudian dipasarkan dalam keadaan siap
dihampar dan dipadatkan secara dingin (temperatur udara) sebagai perkerasan jalan
beraspal. Pemasaran dapat dilakukan dalam bentuk kemasan maupun dalam bentuk curah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang
terdapat di pulau Buton dan sekitarnya. Dengan jumlah deposit Asbuton yang mencapai 650
juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil aspal alam terbesar di dunia. Kadar
aspal yang terkandung dalam Asbuton bervariasi, antara 10-40%. Ini merupakan kadar aspal
yang cukup besar dibandingkan dengan kadar aspal alam negara-negara lain seperti Amerika
(12-15%) dan Prancis (6-10%). Namun, dengan potensi SDA yang begitu besarnya, Indonesia
masih belum bisa untuk mencukupi kebutuhan aspal dalam negeri. Ini disebabkan karena
Asbuton, sebagai bahan baku pembuatan konstruksi jalan, masih belum banyak digunakan.
Dari segi mutu, Asbuton dirasa masih kalah bersaing dengan aspal minyak. Kadar aspal
Asbuton yang bervariasi, mudah pecah, dan harganya yang lebih mahal menjadi alasan kenapa
Asbuton menjadi jarang dipakai.
Namun seiring dengan terus melonjaknya harga aspal minyak sejak 2002 lalu, maka
penggunaan Asbuton saat ini dinilai lebih murah dan efisien. Asbuton juga memiliki kelebihan,
yaitu titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan Asbuton yang cukup tinggi
terhadap panas, sehingga membuatnya tidak mudah meleleh. Sesuai dengan keluarnya
Peraturan Menteri PU No.35/2006, saat ini pemerintah juga bertekad untuk menggalakkan
penggunaan aspal buton (Asbuton) pada pekerjaan perbaikan, pembangunan dan peningkatan
jalan di 14 provinsi tahun ini.
Melihat potensi yang ada, maka saat ini dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan
untuk bisa memaksimalkan penggunaan Asbuton di tanah air, khususnya penggunaan Asbuton
sebagai bahan baku perkerasan jalan.
Perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar. Lapis permukaan biasanya dibagi menjadi lapis aus dan lapis pengikat
yang diletakkan secara terpisah. Lapis pondasi dan lapis pondasi bawah juga dapat diletakkan
dalam bentuk komposit yang terdiri dari material-material yang berbeda, yaitu pondasi atas
(upper base) dan pondasi bawah (lower base), atau pondasi bawah bagian atas (upper subbase)
dan pondasi bawah bagian bawah (lower subbase).
Aspal Beton (AC) adalah campuran untuk perkerasan yang terdiri dari agregat kasar, agregat
halus, bahan pengisi (filler) dan aspal dengan proporsi tertentu. Lapisan ini harus bersifat kedap
air, memiliki nilai struktural dan awet. Lapisan Aspal Beton (Asphalt Concrete) dapat dibagi
kedalam 3 macam campuran sesuai dengan fungsinya, yaitu (Sukirman,2003) :
1. Laston Lapis aus (Asphalt Concrete-Wearing Course, AC-WC)

4
Gambar 1. Konstruksi Lapisan Pondasi Atas (Base), Lapisan Pengikat (Binder Course) dan
Lapisan Permukaan (Wearing Course)
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat
agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Sumber : Buku VI Spesifikasi Umum 2010 Perkerasan Aspal


Agregat
Agregat yang merupakan bahan utama untuk struktur jalan, adalah sekumpulan butir-butir batu
pecah dan pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. Lapis perkerasan
mengandung 90-95% agregat berdasarkan persen berat, atau 75-85% agregat berdasarkan
persen volume. Agregat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dari kotoran, bahan-bahan
organik atau bahan lain yang tidak dikehendaki, karena akan mengurangi kinerja campuran.
(Hary C., 2015)
5
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras dan kompak.
Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir. Agregat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal
ini pada perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh
karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan
akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Kualitas
suatu agregat sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dikandungnya. Diantara sifat-sifat yang
ada yaitu strength atau kekuatan, durability atau keawetan, adhesiveness atau daya rekat
terhadap aspal dan workability atau kemudahan dalam pelaksanaan.
Asbuton Modifikasi (Retona)
Refinery buton asphalt (retona) adalah asbuton Kabungka atau Lawele yang telah dikurangi
jumlah mineral di dalamnya (dengan cara semiekstraksi menggunakan bahan kimia) dan
dicampur dengan aspal minyak. Selanjutnya, siap untuk dicairkan di dalam tangki aspal AMP
dengan atau tanpa tambahan aspal minyak lagi untuk dipompa ke dalam pugmillyang berisi
agregat. (Soehartono, 2015)
Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 merupakan aspal alam buton dengan aspal minyak yang
diolah menjadi satu menggunakan alat dengan spesifikasi berupa bitumen minimal 90% dan
mineral maksimal 10%.

6
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknologi Pemaanfaatan Asbuton sebagai bahan perkersaan jalan sangan baik dan bagus untuk
kedepannya.khusunya bagi Indonesia.

7
Daftar Pustaka
http://elearning.litbang.pu.go.id/teknologi/tekonologi-asbuton-cphm
https://knpts.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/STUDI-EKSPERIMENTAL-
KARAKTERISTIK-MARSHALL-CAMPURAN-AC-BC-MENGGUNAKAN-ASBUTON-
MODIFIKASI-TIPE-RETONA-BLEND-55-SEBAGAI-BAHAN-PENGIKAT.pdf

Anda mungkin juga menyukai