Anda di halaman 1dari 23

PEMANFATAN SUBSTANDAR KARBONAN AGREGAT

UNTUK CAMPURAN BERASPAL


Dr. Ir. H. R. Anwar Yamin, MSc, ME
Puslitbang Jalan dan Jembatan
Jl. A. H. Nasution 264 Bandung
e-mail : ayplg@yahoo.com

Abstrak
Pembangunan konstruksi perkerasan jalan pada umumnya menggunakan bahan
standar yang berasal dari bahan alam seperti batu dan pasir. Namun demikian,
tidak semua daerah memiliki cadangan bahan yang mencukupi untuk digunakan
sebagai bahan perkerasan atau mutu bahan yang ada di bawah standar (sub-
standard). Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan rekayasa teknis dalam
pemanfaatan bahan sehingga bahan lokal yang substandar atau bahan buangan
industri (waste materials) dapat dioptimalisasikan penggunaannya untuk
perkerasan jalan, baik pada campuran beraspal maupun untuk lapis pondasi jalan.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengoptimalisasikan penggunanaan batu
karang kristalin yang merupakan agregat substandard yang terdapat di Propinsi
Papua Barat khususnya di Kabupaten Fak Fak dan Sorong. Dari studi ini
diketahui bahwa agregat dari quarry yang terdapat di Fak Fak dan Sorong sangat
baik digunakan untuk lapis pondasi Klas A tetapi tidak boleh digunakan sebagai
agregat untuk campuran beraspal karena memiliki kelekatan terhadap aspal yang
tidak begitu baik sehingga dapat dikelompokan sebagai agregat substandar untuk
campuran beraspal. Preblended agregat dengan larutan semen (1 semen : 5 air)
dapat meningkatkan daya lekatnya terhadap aspal, tetapi hal ini tidak efektif
dilakukan di lapangan. Daya lekat antara agregat substandar dengan aspal dapat
dinaikan dengan hanya penambahan 0,01% surfaktan ke dalam aspal pen 60.
Agregat dari quarry Batu Gantung-Fak Fak yang sedianya tidak diperbolehkan
untuk digunakan sebagai bahan campuran beraspal dapat direkomendasikan untuk
digunakan asalkan pada aspal pen 60 yang digunakan ditambahkan 0,01%
surfaktan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, aspal yang sudah ditambahkan
surfaktan tidak direkomendasikan untuk ditambahkan aditif anti stripping lagi.
Kata Kunci : Agregat lokal, substandar, Papua Barat, surfaktan, campuran
beraspal
Abstract
Construction of road pavement generally uses standard natural materials
such as stone and sand. Unfortunately, not all areas have sufficient reserves
of materials to be used as pavement material or just have sub-standard
material. Toovercome this, it is needed a technical engineering in the
utilization of local materials so that sub-standard material sor industrial
waste materials can be effectively used in road pavement, either for asphaltic
mixtures or road base materials. The purpose of this study is to optimize the
use of cristaline coral sub-standard aggregate deposited in of West Papua
Province, especially in Fak Fak and Sorong districs. From this study known
that the aggregate from quarry of Fak Fak and Sorong is suited for use as the
Class A base layer but should not be used as aggregate for asphalt mixture
because its bonding to bitumen is not so good that it can be classified as sub-
standard aggregate for asphaltic mixtures. Althought preblended aggregate
with cement solution (1 cement: 5 water) can increase aggregate bonding to
the asphalt, but this is not effectively carried out in the field. The bonding
between sub-standard aggregate and asphalt can be increased by the
addition of only 0.01% surfactant into the asphalt pen 60. Aggregate of
quarry of BatuGantung –Fak Fak which initially was not allowed to be used
as asphalt mixture material can be recommended for use on asphaltic
mixtures as long as 0.01% of surfaktant was added into asphalt of pen 60
used. To obtain good results, additive anti-stripping is not recommended to
be added into asphalt-surfactant blend.
Keywords : Local aggregate, sub-standard, West Papua, surfactant, asphaltic
mixture
sisi lain, pekerjaan perbaikan jalan
juga selalu dilakukan untuk menjaga
PENDAHULUAN
agar jalan tersebut dapat selalu
Pembangunan konstruksi berfungsi dan selalu dalam kondisi
perkerasan jalan pada umumnya baik. Pembangunan dan perbaikan
menggunakan bahan standar yang jalan tentu saja membutuhkan bahan,
berasal dari bahan alam seperti batu sehingga kebutuhan bahan jalan
dan pasir. Bahan tersebut digunakan setiap tahun juga meningkat. Namun
sebagai bahan untuk lapis pondasi demikian, tidak semua daerah
jalan yang tanpa atau dengan bahan memiliki cadangan bahan yang
pengikat atau untuk campuran mencukupi untuk digunakan sebagai
beraspal. Agar biaya konstruksi bahan perkerasan pada struktur
dapat ditekan, selain hal di atas, perkerasan jalan atau mutu bahan
penggunaan bahan setempat atau yang ada di bawah standar (sub-
lokal perlu diprioritaskan. Namun standard). Selain itu, peningkatan
demikian untuk itu perlu dilakukan kebutuhan bahan jalan tidak dapat
upaya-upaya agar bahan sub standard diimbangi dengan ketersediaan
ini dapat dioptimalkan sumber bahan, khususnya agregat.
penggunaannya. Untuk memenuhi kebutuhan agregat
Saat ini, menurut (BPS, 2011) di suatu daerah dengan cara
panjang jalan di Indonesia adalah mendatangkan agregat dari tempat
sekitar 348.241 km yang terdiri dari lainnya tentu saja akan meningkatkan
jalan berkapis penutup (paved road) biaya. Untuk mengatasi hal tersebut,
dan jalan tanpa penutup (unpaved perlu dilakukan rekayasa teknis
road). Seperti yang ditunjukkan pada dalam pemanfaatan bahan sehingga
Gambar 1, dari tahun ke tahun bahan lokal yang substandar atau
panjang jalan ini terus bertambah. Di bahan buangan industri (waste
materials) dapat dioptimalisasikan
penggunaannya untuk perkerasan Secara khusus Geological Society,
jalan, baik pada campuran beraspal UK mendifinisikan bahwa agregat
maupun untuk lapis pondasi jalan adalah partikel batuan yang dapat
(Fred, 1993). digunakan sebagai bahan perkerasan
500000
jalan dengan atau tanpa bahan
450000 Aspal Bukan Aspal Jumlah pengikat (Collins et al. 1985).
Panjang Jalan (km)

400000
350000
300000 Agregat digunakan pada seluruh
250000
200000
jenis dan lapis perkerasan kecuali
150000
100000
untuk tanah dasar. Agregat alam
50000 dapat digunakan sebagai bahan
0
7 0 3 6 9 2 5 8
perkerasan jalan baik secara langsung
198 199 199 199 199 200 200 200
Tahun atau melalui tahapan proses terlebih
dahulu. Agregat merupakan bahan
Gambar 1. Panjang Jalan di Indonesia utama pembentuk lapis perkerasan,
dari Tahun ke Tahun menurut Please et al. (1968) dalam
(diolah dari data BPS,
setiap meter persegi perkerasan jalan
2011)
terdapat 1,3 ton agregat dan karena
Tujuan dari studi ini adalah untuk agregat merupakan bagian terbesar
mengoptimalisasikan penggunanaan (95%) bahan pembentuk campuran
batu karang kristalin yang merupakan beraspal serta memberikan
agregat substandard yang terdapat di sumbangan terbesar pada daya
Propinsi Papua Barat khususnya di dukung perkerasan maka kualitas dan
Kabupaten Fak Fak dan Sorong. sifat-sifat fisik agregat sangat
STUDI PUSTAKA mempengaruhi kinerja perkerasan
(TAI, 1993).
Material Untuk Perkerasan
Berdasarkan sumbernya, agregat
Lapis perkerasan jalan dibuat dapat dikelompokan dalam tiga
untuk meningkatkan daya dukung kelompok, yaitu agregat alam
tanah dasar sehingga dapat memikul (natural aggregates), agregat buatan
beban lalu lintas yang melewatinya. (artificial aggregates) dan agregat
Pada umumnya bahan untuk struktur hasil pemrosesan (by-product
perkerasan terdiri dari agregat dan aggregates). Agregat alam adalah
bahan pengikat (binder). agregat yang secara alamiah terdapat
Agregat adalah komponen padat di alam. Agregat ini dapat digunakan
dan keras dengan ukuran yang sebagai bahan perkerasan jalan
bervariasi yang merupakan material dengan atau tampa pemrosesan.
utama dalam konstruksi perkerasan Agregat buatan adalah jenis agregat
jalan dan berfungsi sebagai penahan yang dibuat melalui proses kimia atau
beban serta mengisi rongga. Setiap thermal (Sherwood, 1995), contoh
material dapat menjadi bahan jalan dari agregat jenis ini adalah baru bata,
asalkan memenuhi persyaratan alwa dan lain sebagainya. Agregat
spesifikasi yang ada. Tidak ada hasil pemrosesan adalah agregat yang
batasan khusus material apa yang dihasilkan sebagai produk sampingan
dapat digunakan sebagai bahan jalan. (waste materials) dari suatu proses
industri. Contoh dari agregat jenis ini
adalah abu terbang (fly ash), slag dan Seperti telah diuraikan di atas
lain sebagainya. bahwa semua agregat dapat
digunakan sebagai bahan jalan sejauh
memenuhi spesifikasi. Semua
agregat, tanpa memperhatikan
sumber, metode pemerosesan dan
mineraloginya, harus cukup
memberikan kekuatan geser terhadap
beban yang diberikan. Karena agregat
memiliki kohesi yang rendah, maka
kekuatan gesernya hanya tergantung
pada sifat saling kunci antar agregat
(aggregate interlocking) itu sendiri.
Sifat saling kunci ini sangat penting
terutama bila agregat tersebut
digunakan sebagai bahan perkerasan
dengan tanpa bahan pengikat
(unbound layer). Oleh sebab itu,
agregat yang berbentuk kubikal lebih
disukai dari pada agregat yang bulat.
Selain harus kubikal, agregat yang
akan digunakan untuk lapis
perkerasan jalan harus memenuhi
persyaratan tertentu. SHRP (TAI,
1996) menyebutkan ada dua sifat
penting agregat yang harus diketahui.
Kedua sifat itu adalah sifat yang
merupakan kesepakatan (consensus
properties) dan sifat yang berasal dari
sumber agregat (source properties).
Consensus properties agregat adalah
sifat utama agregat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan
campuran beraspal berkinerja tinggi.
Yang termasuk dalam sifat-sifat ini
adalah angularity, kepipihan dan
kadar lempung dalam agregat. Source
properties agregat biasanya
digunakan untuk mengetahui kwalitas
sumber-sumber agregat. Yang
termasuk dalam source properties ini
adalah kekerasan, keawetan dan
kandungan material yang tidak
diinginkan dalam agregat.
Tidak semua agregat memenuhi substandar dapat berasal dari agregat
kedua sifat tersebut di atas, terutama alam antara lain adalah batu karang,
source properties-nya. Untuk itu, pasir laut, batu apung dan lain
dalam hal penggunaanya, agregat ini sebagainya. Sedangkan agregat
dapat dicampur dengan bahan substandar buatan dapat berupa
pengikat sehingga membentuk agregat yang sengaja dibuat,
lapisan agregat yang terikat kuat oleh contohnya alwa, batu bata, genting
bahan pengikat (bound layer). dan lain sebagainya, dan ada pula
yang berasal dari sisa produksi
(waste) contohnya slag, tailing.
Agregat Substandar
Dengan beberapa perbaikan atau
Pada umumnya agregat kasar desain struktural yang sesuai, banyak
yang digunakan untuk bahan jalan bahan lokal yang tidak memenuhi
berasal dari batuan beku dan biasanya spesifikasi tetapi menunjukkan
batuan sedimen tidak layak sebagai kinerja lapangan yang cukup
agregat pada konstruksi jalan, hal ini memadai, khususnya untuk jalan
disebabkan karena struktur batuan bervolume lalu lintas rendah.
sedimen tidak seragam, tidak
Batu karang
memiliki kekuatan, mudah
terpengaruh oleh cuaca dan Batu karang termasuk batuan
mengandung bahan organik yang sedimen atau endapan yang terdapat
cukup tinggi. Walaupun begitu, pada umumnya disekitar kepulauan
karena batuan sedimen memiliki dan pantai yang mempunyai
banyak variasi dan bentuk sehingga temperatur air laut tinggi sepanjang
beberapa diantaranya memiliki tahun. Batu karang dapat berbentuk
tekstur dan penampakan seperti massif (batu gunung) hingga batu
batuan beku dan mereka memiliki karang terumbu (coral reef). Batu
cukup kekuatan untuk digunakan karang umumnya berupa batu kapur
sebagai agregat bahan jalan. sehingga agregat yang berasal dari
batuan ini memiliki kandungan kimia
Agregat yang digunakan sebagai
berupa CaO yang paling besar
bahan jalan diharuskan memenuhi
sehingga masuk dalam kelompok
sifat-sifat tertentu yang disyaratkan
batuan kapur. Batu karang yang
dalam spesifikasi. Selanjutnya
berupa batu kapur yang massif secara
agregat memenuhi sifat diistilahkan
geolgi disebut sebagai batuan kapur
sebagai agregat standar. Sedangkan
kristalin. Sedangkan batu karang
yang tidak memenuhi disebut sebagai
terumbu akan bersifat ambyar bila
agregat substandar. Sifat-sifat yang
dipecahkan, oleh sebab itu batuan
umumnya tidak sesuai spesifikasi
seperti ini disebut sebagai batuan
yang berlaku, antara lain karena
kapur koral.
ketidaksesuaian gradasi, sifat
plastisitas dan kekuatan.
Agregat substandar dapat berasal Bahan Pengikat
dari agregat alam ataupun agregat
Jenis bahan pengikat yang
buatan. Beberapa contoh agregat
umumnya digunakan pada perkerasan
jalan antara lain (Austroads Inc,1998) pengikat cocok untuk digunakan
adalah : dengan material tertentu.
- Bahan-bahan organik non- Menurut AUSTROAD (1998),
bituminus, seperti semen dan kapur. faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan bahan pengikat
- Garam
sehubungan dengan material yang
- Bahan-bahan yang merupakan akan digunakan adalah persentase
turunan dari minyak bumi. lolos saringan no. 200 dan Indeks
- Polimer Plastisnya (IP). Gambar 2 dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk
Bila akan digunakan bahan menentukan jenis bahan pengikat
pengikat dari turunan minyak bumi, yang akan digunakan berkenaan
aspal emulsi adalah bahan bahan dengan sifat material yang ingin
pengikat yang paling banyak ditingkatkan sifat-sifatnya.
digunakan hampir pada seluruh jenis
agregat. Aspal Emulsi Kationik
sangat baik digunakan sebagai bahan Surfaktan (Surfactant)
pengikat pada material berbutir tetapi
Surfaktan adalah senyawa yang
tidak cocok digunakan untuk jenis
dapat menurunkan tegangan
bahan yang memiliki sifat kohesi
permukaan cairan, tegangan
(Ingles et al. 1972).
permukaan antara dua cairan, atau
antara cair dengan benda padat atau
Pemilihan Bahan Pengikat sebagai agen pembasahan, agen
pembusaan atau anti pembuasaan,
Seperti telah diuraikan di atas agen pengemulsi atau sebagai agen
bahwa ada beberapa macam bahan dispersan (Jean, 2002). Istilah lain
pengikat, oleh sebab itu bahan yang biasa digunakan sebagai
pengikat yang cocok untuk pengannti kata surfaktan adalah
digunakan harus ditentukan terlebih tensioactif (Perancis), tenside
dahulu karena tidak sama bahan (Jerman) ataupun tensioactivo
(Spanyol).
Gambar 2. Kriteria Pemilihan Bahan Pengikat (AUSTROAD, 1998)
Surfaktan umumnya berupa campuran air-minyak. Kelompok
senyawa organik yang bersifat hidrofobik (kelompok ekor) dari
amphiphilic (Jean, 2002). Ini berarti surfaktan yang tidak larut dalam air
bahwa surfaktan mengandung akan memperpanjang dirinya hingga
kelompok hidrofobik (ekor) dan keluar dari fase air ke arah udara atau
kelompok hidrofilik (kepala mereka), ke arah fase minyak. Sedangkan
seperti yang diilustrasikan pada kelompok kepala larut air sehingga
Gambar 3. Oleh karena itu, molekul tetap dalam fase air. Hal inilah yang
surfaktan mengandung bahan yang menyebabkan kenapa surfaktan dapat
tidak larut dalam air (water memodifikasi sifat permukaan air
insoluble) tetapi larut dalam minyak pada interface antara air dengan
(soluble). udara atau air dengan minyak.
Salah satu kegunaan surfaktan
adalah untuk menurunkan tegangan
permukaan air pada interface antara
cair-gas. Penurunan tegangan
permukaan tergantung pada jumlah
molekul teradsorbsi per satuan luas
yang diistilahkan sebagai kelebihan
permukaan. Hubungan yang
menghubungkan tegangan permukaan
dan kelebihan permukaan dikenal
sebagai isoterm Gibbs.
Molekul surfaktan akan terdifusi Gambar 3. Ilustrasi Senyawa Surfaktan
(menyebar) dalam air dan terserap
Surfaktan dapat diklasifikasi
pada interface antara udara dan air
berdasarkan komposisi jumlah
atau antara minyak dan air dalam
atomnya atau berdasarkan komposisi HIPOTESIS
dari ekornya ataupun berdasarkan
Hipotesis yang digunakan dapat
komposisi dari kepalanya.
studi ini adalah bahwa batu kapur
Berdasarkan jumlah atomnya,
kristalin dari quarry Fak Fak dapat
surfaktan dapat dikelompokan
digunakan sebagai bahan untuk
sebagai surfaktann yang monoatomik
campuran beraspal.
(inorganik) dan poly atomik
(organik). Berdasarkan ekornya,
surfaktan dapat mimiliki satu atau METODOLOGI
dua buah ekor . Ekor dari surfaktan
dapat berupa sebuah rantai Studi ini dilakukan dengan
hidrokarbon seperti hidrokarbon melalui pengujian laboratorium.
aromatik (Arenes), alkana (alkil), Pengujian dilakukan untuk
alkena, sikloalkana, alkuna base, atau mengetahui sifat-sifat agregat yang
berupa sebuah rantai alkil eter diambil dari beberapa quarry di
ataupun sebuah rantai fluorocarbon Propinsi Papua Barat. Pengujian
ataupun sebuah rantai siloxane. campuran beraspal juga dilakukan
Berdasarkan muatan yang di untuk mengetahui sifat-sfat campuran
kepalanya, surfaktan dapat yang menggunakan agregat tersebut.
diklasifikasikan sebagai surfaktan Spesifikasi Bina Marga 2010 (Bina
non ionik atau ionik. Surfaktan yang Marga 2010) digunakan sebagai
non-ionik tidak memiliki muatan di acuan yang harus dipenuhi oleh
kepala. Kepala dari surfaktan yang campuran beraspal yang dihasilkan.
bermuatan ion negatif disebut HASIL PENGUJIAN
anionik dan jika muatan positif
disebut kationik. Jika surfaktan Sampel agregat yang diambil dari
memiliki kepala yang mengandung masing-masing deposit di Propinsi
dua ion sekaligus, maka surfaktan ini Papua Barat berupa bongkahan,
disebut amphoteric atau zwitterionic. agregat kasa ataupun halus
tergantung jenis agregat yang
Pada perkerasan jalan, banyak terdapat dan berpotensi akan
jenis surfaktan yang ada di pasaran digunakan sebagai bahan jalan di
dapat digunakan sebagai aditif untuk daerah tersebut. Sifat agregat dari
aspal. Penambahan surfakan ke dalam masing-masing daerah diberikan pada
aspal yang dapat berfungsi untuk Tabel 1 dan Tabel 2. Penampakan
menurunkan tegangan permukaan visual dari agregat yang diambil
aspal, menaikan efek pembasahan seperti yang diberikan pada Gambar 4
pada aspal ataupun untuk mengubah dan Gambar 5.
muatan ion dari pada aspal. Dengan
penambahan surfakan pada aspal,
diharapkan aspal tersebut akan lebih PEMBAHASAN
mudah melekat pada agregat dan
ikatan antar keduanya akan lebih Anilisis Sifat Agregat
kuat. Dari Tabel 1, diketahui bahwa
agregat-agregat dari Papua, baik yang
berasal dari quarry Fak Fak atapun
quarry Sorong adalah sangat keras (natural properties) yang sangat baik
(Los Angeles Abration Value, LAAV: dengan nilai abrasi antara 20 – 37%
20% – 37%). Masalah yang dan berat jenis bulk berkisar antara 2,
umumnya terdapat pada agregat- 2,5 dan penyerapan kurang dari 1%.
agregat ini adalah kurangnya daya Namun demikian agregat dari
lekat agregat (< 95%) terhadap aspal. quarry-quarry ini memiliki kelekatan
Berdasarkan hasil uji ini, bahan- terhadap aspal lebih kecil dari 95%,
bahan dari quarry-quarry tersebut lebih kecil dari nilai minimum
tidak memenuhi sifat bahan yang kelekatan yang disyaratkan dalam
disyaratkan dan tidak boleh spesifikasi (> 95%). Masalah yang
digunakan karena dapat dikempokan umumnya terdapat pada agregat-
sebagai agregat substandar. Namun agregat ini adalah kurangnya daya
demikian, mengingat sifat-sifat yang lekat agregat (< 95%) terhadap aspal.
tidak terpenuhi tersebut bukan natural Berdasarkan hasil uji ini, bahan-
properties dari agregat, maka usaha- bahan dari quarry-quarry tersebut
usaha untuk memperbaiki sifat-sifat tidak memenuhi sifat bahan yang
tersebut dengan melakukan rekayasa disyaratkan dan tidak boleh
bahan di laboratorium dapat digunakan karena dapat
dilakukan. dikelompokan sebagai agregat
substandar. Dari sifat-sifat ini dapat
Dari analisis kimia (Tabel 2)
disimpulkan bahwa agregat dari tiga
yang dilakukan pada agregat Fak Fak
quarry yang terdapat di Fak Fak
dan beberapa agregat Sorong
sangat baik digunakan untuk lapis
dikatahui bahwa agregat dari quarry-
pondasi Klas A tetapi tidak boleh
quarry ini dominan dengan mineral
digunakan sebagai agregat untuk
kapur. Agregat-agregat ini bersifat
campuran beraspal. Namun demikian,
massif dan tidak ambyar pada saat
mengingat sifat-sifat yang tidak
dipecahkan. Berdasarkan hal
terpenuhi tersebut bukan natural
tersebut, agregat dari quarry-quarry
properties dari agregat, maka usaha-
ini dapat dikelompokkan sebagai
usaha untuk memperbaiki sifat-sifat
kapur kristalin.
tersebut dengan melakukan rekayasa
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa bahan di laboratorium dapat
agregat dari quarry Fak Fak dan dilakukan.
Sorong memiliki sifat natural

Tabel 1. Sifat Agregat dari Quarry Fak Fak dan Sorong – Papua Barat
Hasil Pengujian
No Jenis Pengujian Quarry Fak Fak Quarry Sorong Satuan
Mabuni Batu KM. KM
Buni Gantung Sakartemen 14+000 86+500
1 Berat jenis halus          
  Berat jenis (Bulk) 2.661 2.667 2.663 - -  
Berat jenis kering perm.
2.677 2.677 2.680 - -
  jenuh  
  Berat jenis semu 2.704 2.693 2.710 - -  
(Apparent)
  Penyerapan (Absorption) 0.597 0.361 0.658   - %
2 Berat jenis kasar          
  Berat jenis (Bulk) 2.581 2.524 2.543 2.639 2.468  
Berat jenis kering perm.
2.618 2.584 2.595 2.689 2.538
  jenuh  
Berat jenis semu
2.680 2.687 2.681 2.778 2.652
  (Apparent)  
  Penyerapan (Absorption) 1.440 2.412 2.023 1.890 2.812 %
3 Abrasi 20.40 22.97 25.88 22.99 23.22 %
4 Kelekatan < 95 < 95 < 95 < 95 < 95 %
5 Batas Atterberg       - -  
Batas Cair (LL) NP NP NP - - %
Batas Plastis (PL) NP NP NP - - %
Inderks Plastis (IP) NP NP NP - - %
Tabel 2. Komposisi Kimia Agregat dari Quarry Fak Fak dan Sorong – Papua Barat
Nama Quarry Satuan
Parameter Fak Fak Sorong
Kimia
Batu Mabuni Sakartemen KM. 14 KM.86
Gantung Buni
SiO2 0.98 4.72 10.41 3.85 0.59 %
Al2O3 0.34 0.40 0.814 2.31 0.18 %
Fe2O3 0.18 0.43 0.54 7.56 0.10 %
CaO 53.19 51.03 47.63 45.27 53.57 %
MgO 0.74 0.83 1.31 1.19 0.89 %
Na2O 0.01 0.00 0.03 0.02 0.01 %
K2O 0.06 0.07 0.08 0.23 0.01 %
TiO2 0.06 0.06 0.10 0.19 0.05 %
MnO 0.01 0.01 0.01 0.02 0.00 %
P2O5 0.02 0.01 0.03 0.01 0.01 %
SPO3 0.02 0.02 0.03 0.16 0.01 %
H2O 0.26 0.36 0.58 0.34 0.14 %
HD 42.95 41.52 38.53 40.03 43.85 %

. menunjukkan bahwa agregat tersebut


seharusnya dapat melekat erat dengan
Dari susunan komposisi kimia
aspal karena aspal bermuatan listrik
agregat seperti yang ditunjukkan pada
negatif. Tetapi kenyataannya
Tabel 2, diketahui bahwa agregat dari
kelekatan agregat-agregat ini
quarry Fak Fak sangat dominan
terhadap aspal lebih kecil dari 95%.
mengandung Kalsium dikikuti oleh
Ada dua hal yang diduga menjadi
kandungan silika dan alumina atau
penyebabnya, yaitu kurang kuatnya
magnesium. Dengan demikian secara
ion positif dari agregat atau karena
elektrostatis, agregat-agregat ini
absorbsinya yang terlampau kecil
bermuatan listrik positif. Hal ini
sehingga aspal sulit untuk melekat.
a. Batu Gantung b. Sakartemen c. Mabunibuni

Gambar 4. Contoh Agregat dari Beberapa Quarry Fak Fak di Papua Barat

KM.86+500 : Quarry BSP KM. 14+000 : Quarry Hutan Lindung

Gambar 5. Contoh Agregat dari Beberapa Quarry Sorong di Papua Barat


Kelekatan Agregat-Aspal menurunkan tegangan permukaan
atau meningkatkan daya lekat aspal,
Kelekatan agregat terhadap aspal
yaitu dengan penambahan surfactant,
adalah suatu sifat yang masuk dalam
aditif adhesive promotor ataupun
katagori konsesus properties (TAI,
kombinasi dari keduanya pada aspal.
1996), artinya dengan suatu
intervensi nilai dari parameter ini Penambahan kapur, semen
dapat diubah atau ditingkatkan. ataupun mill powder pada agregat
Dalam hal ini, nilai kelekatan agregat untuk meningkatan kelekatannya
mungkin dapat ditingkatkan sehingga terhadap aspal dibatasi hanya
agregat tersebut dapat digunakan maksimum 2% saja. Hal ini
untuk campuran beraspal. bertujuan apabila kelekatannya dapat
ditingkatan dengan penambahan
Untuk tujuan tersebut, dalam
bahan ini, campuran beraspal yang
penelitian ini akan digunakan bahan
dihasilkan nantinya tidak begitu kaku
tambah yang dapat menaikan
sehingga cenderung tidak akan getas
kandungan ion positif pada agregat,
karena adanya penambahan bahan ini.
yaitu dengan menggunakan kapur,
Pembatasan ini juga sejalan dengan
semen ataupun mill powder. Bila cara
spesifikasi Bina Marga seksi 6.3
ini tidak berhasil, alternatif lainnya
(Bina Marga, 2010), dimana untuk
yang dapat dilakukan adalah dengan
campuran aspal panas penambahan
filler aktif seperti kapur semen kering (Kondisi A), agregat dalam
ataupun fly ash maksimum hanya 2% Saturated Surface Dry, SSD (Kondisi
terhadap berat agregat. B) dan pada kondisi agregat kering
tetapi kapur, semen ataupun mill
Dalam penelitian ini, pada
powder yang akan ditambahkan
agregat dari quarry Batu Gantung
dibuat dalam bentuk larutan dengan
Fak Fak ditambahkan kapur, semen
menggunakan air dengan proporsi 1 :
ataupun mill powder. Penambahan
5 (Kondisi C). Hasil dari masing-
bahan-bahan ini dilakukan dengan
masing kondisi pengujian seperti
tiga cara, yaitu : pada kondisi agregat
yang diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Partikel Halus Aktif pada Kelekatan Agregat Quarry Batu
Gantung
Kondisi Partikel Halus Aktif (%
Penambahan terhadap Berat Agregat)
Kapur
0% 1% 2%
Kondisi A < 95% < 95% < 95%
Kondisi B - < 95% < 95%
Kondisi C - < 95% < 95%
Semen
Kondisi A < 95% < 95 < 95
Kondisi B - < 95 < 95
Kondisi C - > 95 > 95
Mill
Kondisi A < 95% < 95% < 95%
Kondisi B - < 95% < 95%
Kondisi C - < 95% < 95%
Catatan :
Kondisi A : Agregat kering + Partikel halus aktif
Kondisi B : Agregat SSD + Partikel halus aktif
Kondisi C : Agregat kering + Larutan partikel halus aktif
Tabel 4. Pengaruh Surfaktan pada Kelekatan Aspal Pen 60

Kadar Sulfaktan Dalam Aspal

Quarry Agregat 0% 0,05% 0,1% 0,2%

Persentase Kelekatan

Batu Gantung < 95% > 95 > 95 > 95

KM 14 < 95% > 95 > 95 > 95

Dari Tabel 3 ini dapat diketahui cara lain yaitu dengan menurunkan
bahwa penggunaan kapur, semen tegangan permukaan aspal agar aspal
ataupun mill powder yang tersebut memiliki keenceran yang
dicampurkan secara kering ataupun memadai sehingga pada saat bertemu
pada agregat dari quarry Batu dengan permukaan agregat partikel
Gantung Fak Fak dengan kondisi aspal dapat pecah dan menutupi
kering jenuh permukaan (SSD) tidak permukaan agregat dengan luasan
akan meningkatkan daya lekat antara yang lebih besar. Penurunaan
agregat tersebut dengan aspal. Bila tegangan permukaan aspal dapat
bahan tambah ini (kapur, semen dilakukan dengan penambahan bahan
ataupun mill powder) dilarutan pengencer berupa surfaktan
terlebih dahulu dalam air dengan (sulfactant). Pada Tabel 4 dapat
perbandingan 1 : 5, lalu baru dilihat juga bahwa penambahan
dicampur dan diaduk secara merata surfaktan dapat menaikan kelekatan
dengan agregat (agregat pada kondisi antara agregat dari quarry Batu
kering), hanya larutan yang dibuat Gantung Fak Fak dengan aspal dari
dengan menggunakan 1% ataupun lebih kecil dari 95% menjadi lebih
2% semen saja yang dapat besar dari 95%. Peningkatan ini
meningkatkan daya lekat antara tidak saja terjadi pada agregat dari
agregat dengan aspal. Sehingga quarry Batu Gantung Fak Fak tetapi
dengan demikian agregat dari quarry juga terjadi pada agregat dari quarry
Batu Gantung Fak Fak dapat Sorong lainnya seperti yang
digunakan untuk campuran beraspal ditunjukkan pada Tabel 4.
asalnya dilakukan perawatan terlebih
Walaupun surfaktan dapat
(pretreatment) dengan mencampuran
meningkatkan kelekatan antara
agregat tersebut dengan air semen
agregat dengan aspal, Surfaktan juga
(1 semen : 5 air).
ternyata meubah sifat reologi aspal,
Pretreatment untuk seperti yang ditunjukkan pada Tabel
meningkatkan kelekatan agregat 5 dan Gambar 6, sampai Gambar 9.
terhadap aspal dengan cara di atas
Pada Gambar 6 dapat dilihat
mungkin saja dapat menimbulkan
bahwa penambahan surfaktan dalam
kesulitan dalam penerapannya di
aspal Pen 60 akan menurunkan
lapangan. Oleh sebab itu, untuk
tingkat kekerasan aspal, semakin
mencapai tujuan yang sama dicoba
banyak surfaktan yang ditambahkan kandungan fraksi minyak ringan
semakin lembek aspalnya yang dalam aspal tersebut sehingga akan
ditunjukkan dengan semakin menaikan tingkat kehilangan berat
besarnya nilai penetrasi aspal aspal (Loss on Heating, LoH) pada
tersebut. Bila aspal Pen 60 memiliki saat pemanasan. Pada Gambar 8
syarat batas rentang antara 60 – 70 dapat dilihat bahwa menaikan
(Bina Marga, 2010), maka penambahan surfaktan dari 0,01% ke
penambahan surfaktan sampai 0,2% akan menaikan persentase LoH
dengan 0,2% ke dalam aspal minyak aspal dari 0,013% ke 0,043%. Bila
Pen 60 tidak merubah klasifikasi dari batas LoH dalam spesifikasi adalah
aspal tersebut. Dengan semakin 0,8% (Bina Marga, 2010), maka
encernya aspal, semakin mudah aspal penambahan surfaktan sampai
tersebut pecah pada saat bertemu dengan 0,2% ke dalam aspal minyak
dengan permukaan agregat dan Pen 60 masih dapat diterima.
semakin luas pula permukaan agregat
Walaupun dari segi penetrasi dan
yang dapat diselimutinya. Dengan
kehilangan berat penambahan 0,2%
demikian akan semakin kuat dapat
atau mungkin dengan kadar yang
kelekatan antara keduanya.
lebih tinggi lagi masih dapat diterima,
Penambahan surfaktan dalam tetapi dari segi titik lembek aspal
aspal minyak dimaksudkan untuk yang dihasilkannya hal ini belum
mengencerkan aspal sehingga tentu dapat diterima, karena semakin
tegangan permukaan aspal tersebut tinggi penambahan surfaktan dalam
diharapkan juga akan menurun aspal, akan semakin turun titik
dengan menurunnya tingkat lembek aspal tersebut. Pada Gambar
kekentalan aspalnya. Pada Gambar 7 9 dapat dilihat bahwa penambahan
ditunjukkan pengaruh penambahan dari 0,01% sampai 0,04% akan
surfaktan pada viskositas aspal. Pada menurunkan titik lembek aspal
gambar ini dapat dilihat bahwa menjadi 48,2o C sampai 47,2o C.
kekentalan aspal akan semakin Bila batasan titik lembek aspal Pen 60
menurun sejalan dengan persetase yang disyaratkan dalam spesifikasi
penambahan surfaktan dalam aspal adalah 48,o C maka penambahan
tersebut. surfaktan sampai dengan 0,015%
masih dapat diterima.
Penambahan surfaktan dalam
aspal tentu saja akan menaikan
Tabel 5. Pengaruh Surfaktan pada Sifat Aspal Pen 60
Kadar Sulfaktan Kehilangan
No. Dalam Aspal Penetrasi Titik Lembek Berat Viskositas
(%) (dmm ) (oC) (%) (Poises)

1. 0,00 65,0 49,0 0.0130 280,5


2. 0.01 66.2 48.1 0.0185 276,2
3. 0.02 66.4 47.9 0.0147 273,0
4. 0.03 66.5 47.5 0.0153 265,2
5. 0.04 66.8 47.2 0.0203 251,7
6. 0.20 67.2 47.8 0.0434 -

67.6
67.2
67.2
66.8
66.8 66.5
66.4
Penetrasi (0,1 mm)

66.4 66.2
66.0
65.6
65.2 65
64.8
64.4
64.0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.2
Kadar Sulfactant (%)

Gambar 6. Pengaruh Surfaktan terhadap Kekerasan Aspal


300
295
Viskositas Absolut (Poises) 290
285 280.5
280 276.2
275 273
270 265.2
265
260
255 251.7
250
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.2
Kadar Sulfactant (%)

Gambar 7. Pengaruh Surfaktan terhadap Kekentalan Aspal

0.050
0.046 0.04
0.042
Loss on Heating (%)

0.038
0.034
0.030
0.026
0.022 0.02
0.018 0.01 0.02
0.01 0.01
0.014
0.010
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.2
Kadar Sulfactant (%)

Gambar 8. Pengaruh Surfaktan terhadap LoH Aspal


Gambar 9. Pengaruh Surfaktan terhadap Titik Lembek Aspal
Seperti yang telah dibuktikan di Tabel 6. Pengaruh Penambahan
atas bahwa penambahan surfaktan Surfaktan 0,01% pada Sifat
dapat merubah sifat rheologi aspal, Aspal Pen 60
agar perubahan sifat aspal pen 60 No Sifat NilaiSyarat
yang terjadi akibat penambahan
surfaktan masih masuk rentang sifat 1. Penetrasi (dmm ) 66.2 60 - 70
yang disyararatkan dalam Spesifikasi 2. Titik Lembek ( C)o
48,1 Min 48
Umum Bina Marga 2010 dan karena
3. Kehilangan Berat (LoH,0,0185 < 0,8
penambahan surfaktan kurang dari %)
0,01% adalah sangat sulit dilakukan
maka penambahan surfaktan yang 4. Viskositas 135oC, poise276,2 -
direkomendasikan untuk tujuan 5 Temperatur : -
penelitian ini adalah antara 0,01% - Pencampuran (oC)*153-159
-0,015%. Sifat-sifat aspal yang - Pemadatan (oC)* 141-146
dihasilkan akibat dari penambahan
surfaktan sebesar 0,01% ini Catatan : * Temperatur pencampuran dan
diresumekan dari tabel sebelumnya pemadatan 5oC lebih rendah
seperti yang diberikan pada Tabel 6. dari aspal pen 60 original
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa, Untuk penambahan surfaktan
penambahan surfaktan 0,01% ke 0,01% ini, temperatur pencampuran
dalam aspal pen 60 relatif dan pemadatan campuran yang
menghasilkan aspal yang sifat- didapat masing-masing dalam rentang
sifatnya masih memenuhi persyaratan 153oC – 159oC dan 141oC – 146oC.
Spesifikasi Bina Marga 2010 sebagai Rentang temperatur ini adalah 5oC di
aspal pen 60. bawah rentang untuk aspal pen 60
original yang digunakan (157oC –
164oC dan 143oC – 150oC). Hal ini
disebabkan karena akibat
penambahan surfaktan, viskositas
aspal turun dari 280,5 poises ke pemadatan seperti yang diberikan
276,2 poises. pada Tabel 6.
Analisis Campuran Beraspal
Setelah daya lekat antara agregat
dengan aspal dapat ditingkatkan
dengan penambahan 0,01% surfaktan
ke dalam aspal pen 60, selanjutnya
dalam penelitian ini akan dilihat juga
apakah penambahan surfaktan ini
juga masih dapat menghasilkan
campuran beraspal panas dengan
sifat-sifat yang disyaratkan. Untuk
itu, benda uji campuran beraspal
dibuat dengan menggunakan aspal Gambar 10. Gradasi AC-BC Benda Uji
yang diencerkan dengan yang Digunakan
menggunakan 0,01% surfaktan dan
diuji sifat-sifat campurannya. Dalam Selanjutnya benda uji ini diuji
penelitian ini, campuran beraspal sifat-sifatnya untuk mengetahui
dengan menggunakan aspal original apakah quarry Batu Gantung-Fak Fak
(pen 60) dan aspal yang yang notabene memiliki sifat yang
menggunakan bahan aditif anti baik tetapi hanya memiliki sifat
stripping (sebanyak 0,2%) dan kelekatan terhadap aspal yang kurang
kombinasinya dengan 0,01% baik (<95%, lihat Tabel 1) dapat
surfaktan digunakan sebagai digunakan sebagai bahan untuk
pembanding. campuran beraspal panas hanya
dengan menambahkan 0,01%
Benda uji campuran beraspal surfaktan ke dalam aspal yang akan
yang digunakan dibuat dengan digunakan atau masih memerlukan
menggunakan agregat dari quarry lagi penambahan aditif anti stripping.
Batu Gantung dan aspal-aspal seperti Sifat campuran beraspal yang
yang disebutkan di atas. Benda uji dihasilkan dari bahan-bahan tersebut
dibuat dengan gradasi agregat dalam seperti yang diberikan pada Tabel 11.
batasan yang sesuai dengan gradasi Dalam tabel ini diberikan juga sifat
AC-BC Bina Marga (Bina Marga, campuran yang dibuat dengan
2010) seperti yang diberikan pada menggunakan aspal Pen 60 original
Gambar 10. Untuk mendapatkan dan yang mengandung sebanyak
gradasi ini, agregat dari quarry Batu 0,2% aditif anti stripping serta yang
Gantung harus dipecahkan lagi di menggunakan bahan tambah
laborarorium. Benda uji campuran kombinasi, yaitu 0,01% surfaktan dan
beraspal dibuat dengan menggunakan 0,2% aditif anti stripping.
75 tumbukkan pada temperatur
Tabel 11. Sifat AC-BC dari Agregat Quarry Batu Gantung dengan Aditif Aspal

Nilai
Spesifikasi
No
Bahan Pengikat Bina
Sifat Campuran
Marga
Penetrasi Penetrasi Penetrasi Penetrasi 2010
60 60 60 60

1. Kadar aspal, (%) 5,5 5,5 5,5 5,5

2. Stabilitas, kg 1075 1271 1111 1075 Min. 800

3. Kelelehan, mm 4,3 4,7 3,6 5,3 Min. 3

4. Marshall Quotient, kg/mm 250 270 312 206 Min. 250

5 VMA, % 14,1 17,7 17,8 14,7 Min. 14

6 VIM, % 3,6 3,6 3,6 4,6 3,5 – 5,0

7 VFB,% 66,4 68,9 69,2 62,5 Min. 63

8 Kepadatan, kg/m3 2,4 2,4 2,4 2,3 -

9 Stabilitas sisa, % 86,4 98,2 88,2 71,2 Min. 90

Dari Tabel 11 dapat dilihat stabilitas Marshall sisa campuran


bahwa bila dari quarry Batu Gantung beraspal yang dibuat dengan
ini digunakan untuk campuran menggunakan agregat dari quarry
beraspal dengan menggunakan aspal Batu Gantung ini. Ada dua hal yang
pen 60 sebagai bahan pengikatnya, diduga menjadi penyebabnya,
maka walaupun campuran beraspal pertama bahwa aditif anti stripping
yang dihasilkan cukup kuat tetapi tidak dapat meningkatkan daya lekat
campuran ini tidak memiliki daya aspal pen 60 terhadap agregat
tahan yang baik terhadap air yang memang memiliki daya lekat
ditunjukan dengan rendahnya nilai terhadap aspal pen 60 yang kurang
stabilitas Marshall sisanya (86,4%). baik. Kedua, tidak semua jenis
Nilai ini berada di bawah nilai agregat cocok (compatible) dengan
stabilitas Marshall sisa yang aditif anti stripping yang digunakan.
disyaratakan dalam Spesifikasi
Penggunaan agregat dari quarry
Umum Bina Marga 2010.
Batu Gantung dan dengan
Penambahan aditif anti stripping penambahan 0,01% surfaktan dalam
yang disyaratkan dalam Spesifikasi aspal pen 60 yang digunakan sebagai
Umum Bina Marga 2010 sebanyak bahan pengikat (binder) dapat
0,2% relatif tidak menaikan stabilitas menghasilkan campuran beraspal
campuran beraspal dan juga ternyata yang lebih baik dari bila
tidak banyak membantu menaikan menggunakan binder dari pen 60
saja. Hal ini ditunjukan dengan sisa ini diduga disebabkan karena
naiknya nilai stabilitas Marshall dan kandungan surfactant dalam aditif
Marshall Quotiennya. Selain itu, anti stripping menjadi lebih banyak
juga dapat menaikan daya tanah (> 0,01%) atau mungkin juga ada
campuran terhadap penuaan (nilai ketidakcocokan antara kedua bahan
VFB) dan pengaruh air (nilai ini sehingga kombinasinya
stabilitas sisa). Akibat penambahan memberikan efek negatif pada
0,01% surfaktan ini nilai stabilitas campuran beraspal khususnya pada
sisa Marshallnya berubah dari daya tahannya terhadap air.
86,4% (< 90%) menjadi 98,2%
Dari hal tersebut di atas dapat
(>90%). Dengan demikian, akibat
disimpulkan bahwa penambahan
penambahan 0,01% surfaktan,
0,2% aditif anti stripping tidak
agregat dari quarry Batu Gantung
banyak menaikan stabilitas Marshall
Fak Fak yang sedianya tidak
sisa campuran beraspal yang dibuat
diperbolehkan untuk digunakan
dengan menggunakan agregat dari
sebagai bahan campuran beraspal
quarry batu Gantung yang memiliki
karena memiliki daya lekat yang
daya lekat yang jelek terhadap aspal
kurang baik terhadap aspal pen 60
pen 60, kecuali mungkin bila aditif
dapat direkomendasikan untuk
anti stripping tersebut mengandung
digunakan asalkan pada aspal yang
cukup surfactant. Dengan
digunakan diturunkan tegangan
menggunakan agregat tersebut,
permukaannya terlebih dahulu yaitu
penambahan 0,01% surfaktan dalam
dengan jalan menambahkan 0,01%
aspal pen 60 dapat menghasilkan
surfaktan ke dalam aspal pen 60
campuran beraspal dengan sifat yang
tersebut.
memenuhi spesifikasi. Untuk
Guna tetap mengikuti Spesifikasi mendapatkan hasil yang baik, aspal
Umum Bina Marga 2010 atas yang sudah ditambahkan surfaktan
penggunaan aditif anti stripping tidak direkomendasikan ditambahkan
maka dalam penelitian ini juga aditif anti stripping lagi.
dicoba penambahan 0,2% bahan
Uraian-uraian tersebut di atas
tersebut ke ke dalam aspal pen 60
membuktikan hipotesis yang
yang sudah terlebih dahulu
digunakan pada studi ini adalah
ditambahkan 0,01% surfaktan.
benar, yaitu batu kapur kristalin dari
Campuran beraspal yang dibuat
quarry Fak Fak dapat digunakan
agregat dari quarry Batu Gantung-
sebagai bahan untuk campuran
Fak Fak yang notabene memiliki
beraspal.
daya lekat terhadap aspal yang
kurang baik dan bahan pengikat ini
ternyata memiliki nilai stabilitas PENUTUP
Marshall dan Marshall Quotiennya
yang relatif sama dengan bila Dari hasil pengujian dan analisis
menggunakan aspal pen 60, tetapi yang dilakukan, beberapa
memiliki nilai stabilitas Marshall sisa kesimpulan yang dapat ditarik dari
yang lebih rendah (71,2%). penelitian ini adalah sebagai berikut :
Rendahnya nilai stabilitas Marshall
 Agregat dari quarry yang  Campuran beraspal yang dibuat
terdapat di Fak Fak dan Sorong dari agregat quarry Batu
sangat baik digunakan untuk lapis Gantung-Fak Fak dan aspal pen
pondasi Klas A tetapi tidak boleh 60 ataupun aspal pen 60
digunakan sebagai agregat untuk ditambah dengan 0,2% aditif anti
campuran beraspal karena stripping memiliki sifat yang
memiliki kelekatan terhadap masuk Spesifikasi Umum Bina
aspal yang tidak begitu baik. Marga 2010 kecuali nilai
stabilitas Marshall sisa (< 90%),
 Preblended agregat Fak Fak
tetapi campuran yang
secara kering ataupun dalam
menggunakan pen 60 ditambah
kondisi kering jenuh permukaan
0,01% surfaktan dapat memenuhi
(SSD) dengan kapur, semen
seluruh sifat yang disyaratkan.
ataupun mill powder y tidak
meningkatkan daya lekatnya  Stabilitas Marshall sisa campuran
terhadap aspal. beraspal yang dibuat dengan
menggunakan agregat yang
 Preblended agregat dengan
memiliki daya lekat kurang baik
larutan semen (1 semen : 5 air)
belum tentu dapat lebih besar dari
dapat meningkatkan daya
90% walaupun pada aspal pen 60
lekatnya terhadap aspal.
yang digunakan sudah
 Penambahan surfaktan ke dalam ditambahkan 0,2% aditif anti
aspal pen 60 dapat meubah sifat stripping, kecuali mungkin bila
reologi aspal tersebut, tetapi aditif anti stripping tersebut
penambahan dalam jumlah yang mengandung cukup surfaktant.
sangat kecil (0,01% - 0,015%)
 Agregat dari quarry Batu
perubahan sifat reologi aspal
Gantung-Fak Fak yang sedianya
yang dihasilkannya masih masuk
tidak diperbolehkan untuk
dalam rentang spesifikasi aspal
digunakan sebagai bahan
pen 60.
campuran beraspal dapat
 Penambahan surfaktan hanya direkomendasikan untuk
0,01% ke dalam aspal pen 60 digunakan asalkan pada aspal pen
dapat memperbaiki kelekatan (> 60 yang digunakan ditambahkan
95%) antara agregat quarry Batu 0,01% surfaktant.
Gantung-Fak Fak dan Sorong
 Untuk mendapatkan hasil yang
dengan aspal tersebut.
baik, aspal yang sudah
 Temperatur pencampuran dan ditambahkan surfaktan tidak
pemadatan campuran beraspal direkomendasikan untuk
akibat dari penambahan 0,01% ditambahkan aditif anti stripping
surfaktan ini masing-masing lagi.
adalah 5oC lebih rendah dari
temperatur untuk aspal pen 60
original, yaitu dalam rentang
153oC – 159oC dan 141oC –
146oC
Rekayasa laboratorium yang Ingles, O. G and Metcalf, J. B.,
dilakukan untuk mengoptimalkan (1972). Soil Stabilization,
penggunaan agregat substandar dari Principles and Practice,
quarry Fak Fak dan Sorong sebagai Butterworths, Sydney-
bahan untuk campuran beraspal Melbourne-Brisbane.
belum terbukti secara skala proyek.
Jean Louis Salager, (2002),
Untuk itu, pilot project perlu
Surfactants, Types and Uses,
dilakukan dan diamati selama dua
Laboratory of Formulation,
musim untuk pembuktian lebih lanjut.
Iterfaces Rheology and Processe,
Universidad De Los Andes,
Venezuela.
DAFTAR PUSTAKA
Please A. and Pike D.C., (1968), “
AUSTROAD, (1998), “Guide to
The Demand of Road
Stabilization in Road works”,
Aggregates”, Transport and Road
Austroad Inc. First Edition,
research Laboratory, Crowthorne,
Sydney.
UK, RL. 185.
Austroads Incorporated, (1998),
Sherwood, P.T., (1995), Alternative
Guide to Stabilization in
Materials in Road Construction,
roadworks. Australia.
Thomas Telford Publication,
Bina Marga, (2010), Spesifikasi London
Umum Buku III, Direktorat
The Asphalt Institute, (1996),
Jeneral Bina Marga Kementrian
Superpave Mix design, SHRP -
Pekerjaan Umum.
Superpave Manual Series No.2.
Collins, I and Fox, R. A., (1985),
The Asphalt Institute, (1993), “Mix
“AGGREGATES : Sand, Gravel
design Methods – For Asphalt
and Crushed Rock Aggregates
Concrete and Other Hot Mix.
for Construction Purposes”,
Geological Society, Engineering www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
Geology, No. 1. Special tabel=1&id_subyek=17&notab=1
Publication, England. 1
Fred Waller, (1993), Use of Waste
Materials in Hot Mix Asphalt ,
ASTM STP-1193.

Anda mungkin juga menyukai