OLEH
NAMA NIM
MUHAMMAD FADHILAH 190405109
Selain itu, terdapat unit CF SILO dalam rancangan pabrik ini. CF Silo
merupakan sebuah silo yang digunakan untuk menyimpan bahan baku alternatif
sebelum diumpankan ke dalam sistem produksi. CF Silo dapat memastikan
kelancaran aliran bahan baku alternatif dan menghindari adanya kontaminasi
dengan bahan baku lainnya.
Dalam rancangan pabrik ini, perlu diperhatikan pula faktor-faktor seperti
efisiensi produksi, penggunaan energi, serta aspek lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen
Semen adalah istilah umum yang dikenal di seluruh dunia sebagai
Ordinary Portland Cement (OPC). Seiring berjalannya waktu, Semen Khusus
telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi yang spesifik. Selain
itu, untuk aplikasi berat yang spesifik, semen yang mengembangkan kekuatan
lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat dan dengan evolusi panas yang
rendah juga telah dikembangkan. (Deodalkar,2016)
Semen merupakan suatu material bangunan yang biasa digunakan pada
pekerjaan konstruksi yang memiliki sifat adhesif dan kohesif. Semen adalah
produk pabrik dengan skala atau kapasitas besar. Jenis semen yang beredar cukup
banyak macamnya, namun yang banyak digunakan masyarakat adalah semen
Portland. Semen jenis ini memiliki daya pengikatan awal yang cepat sehingga
memiliki kuat tekan yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat, akan
tetapi semen jenis ini memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap air laut dan
asam, oleh karena itulah diperlukan produk semen yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut (Hargono,2009)
2.2 Jenis-jenis Semen
Menurut Dunuweera,2018. Ada lebih dari sepuluh jenis semen yang
digunakan untuk tujuan konstruksi, dan mereka berbeda dalam komposisi mereka
dan diproduksi untuk penggunaan yang berbeda, semen dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu:
1. Rapid Hardening Cement (RHC)
RHC dari memiliki kandungan kapur yang tinggi adalah untuk
mencapai kekuatan yang tinggi pada awal penggunaan. Ini digunakan dalam beton
ketika bekisting harus dibongkar lebih awal. Karena pengerasan semen terjadi
karena pembentukan CaCO3 dengan menyerap CO2 atmosfer oleh CaO,
peningkatan CaO menghasilkan pembentukan CaCO3 yang lebih tinggi bahkan
pada tahap awal sehingga dapat menyebabkan pengerasan yang cepat.
2. Low-heat Cement (LHC)
LHC mengurangi jumlah C3A, yang digunakan untuk membuat
konstruksi beton besar seperti bendungan gravitasi. LHC memiliki rasio kekuatan
tekan terhadap panas hidrasi setidaknya 7 pada usia 13 minggu. Rasio berat CaO
ke SiO2 biasanya antara 0,8 dan 1,5, tetapi persentase berat Al 2O3 kurang dari
10%.
3. Blast Furnace Slag Cement (BFSC)
BFSC disiapkan dengan menggiling klinker dengan sekitar 60% slag.
BFSC menyerupai sifat semen Portland dan digunakan untuk pekerjaan di mana
pertimbangan ekonomi dominan.
4. White Cement (WC)
Menjaga Fe2O3 di bawah 0,5% diinginkan untuk membuat WC, dan
sebagai hasilnya, kaolin dan pasir digunakan sebagai pengganti tanah liat lain
dalam pembuatan WC. Abrasivitas partikel pasir dengan ukuran <45 µm juga
memastikan pengikisan yang lebih sedikit pada mesin penggiling baja krom yang
digunakan untuk menggiling bahan mentah, yang sebaliknya akan mencemari
campuran dengan Fe dan Cr. Biasanya, pasir digiling secara terpisah
menggunakan media penggiling keramik untuk menghindari kontaminasi
kromium. WC mahal dan oleh karena itu digunakan dalam aplikasi estetika seperti
dinding tirai precast dan panel permukaan dan permukaan teraso.
5. Portland Pozzolan Cement (PPC)
PPC disiapkan dengan menggiling klinker puzolanik dengan semen
Portland. Ini digunakan dalam struktur laut, pengolahan air limbah, dan untuk
meletakkan beton di bawah air seperti di jembatan, dermaga, dan bendungan.
6. Air-entraining Cement (AEC)
AEC diproduksi dengan menambahkan agen pengentrain udara yang
bersifat surfaktan seperti garam alkali dari resin kayu, deterjen sintetik dari jenis
alkil-aryl sulfonat, lignosulfat kalsium yang berasal dari proses sulfite dalam
pembuatan kertas, serta garam kalsium dari lem dan protein lain yang diperoleh
dalam pengolahan kulit binatang, lemak hewan dan sayuran, minyak dan
asamnya, agen basah, serbuk aluminium, dan hidrogen peroksida, selama
penggilingan klinker.
7. Hydro-phobic Cement (HPC)
HPC disiapkan dengan menambahkan bahan kimia tahan air. Mereka
dipersiapkan khusus untuk digunakan di daerah yang sering hujan untuk
mencegah penyerapan air selama penyimpanan. Partikel HPC dilapisi dengan zat
nonpolar, biasanya dengan menyerap asam oleat, asam stearat, dan sebagainya, ke
partikel semen. Ketika teradsorpsi, molekul surfaktan ini merakit diri dengan
koordinasi dengan kation permukaan melalui gugus asam karboksilat mereka
sehingga memungkinkan rantai hidrokarbon nonpolar untuk membentang dari
partikel.
2.3 Spesifikasi Bahan Baku
2.3.1. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur bersifat berpori, mudah larut, dan kurang tahan
terhadap cuaca sehingga dapat mengurangi kualitas bangunan. Kapasitas
serapnya yang tinggi baik sebagai akuifer air tanah di daerah penelitian.
Penting untuk menjaga kondisinya sehingga dapat menjadi daerah
tangkapan air. Kegiatan pengeboran yang luas dan terus-menerus dapat
menghilangkan akuifer yang menyebabkan kesulitan dalam mengakses air
bersih.
Berdasarkan petrologi dan sifat teknik dari batu kapur, tidak terlalu
baik untuk digunakan sebagai pengganti batu bata, karena memiliki
kekuatan tekan yang sangat rendah dengan porositas yang tinggi. Kondisi
ini akan mempengaruhi bangunan oleh beban dan pergerakan massa.
(Wahidah,2017)
Tabel 2. 1 Komposisi Kimia Batu Kapur
Kadar
Komponen
(%)
CaCO3 96
SiO2 0,5-50
Al2O3 0,1-20
Fe2O3 0,2-5,9
0,02-
Mn2O3
5,9
0,02-
CaO
0,15
MgO 0,1-10
K2O 20-55
Na2O 0,2-6
SO3 0,3-5
Cl 0,0-1,5
TiO2 0,0-0,7
P2O5 0,0-0,8
Loss on Ignition 2-44
(LOI)
Sumber: Alsop, 2019.
Pada tabel 2.1. dapat dilihat komposisi kimia pada batu silika.
Tabel 2. 1 Komposisi kimia batu silika
Kadar
Komponen
(%)
SiO2 96,24
Al2O3 1,13
Fe2O3 0,99
CaO 0,83
MgO 0,19
Lainnya 0,62
Sumber: Abbasi dkk., 2020
2.3.4 Pozzolan
Pozzolan adalah material silisium yang dapat digunakan
sebagai pengganti semen yang murah pada campuran mortar. Beberapa
bentuk ozzolan terjadi secara alami dan yang lainnya dibuat oleh manusia.
Pozzolan berpartisipasi dalam reaksi semen dengan hidroksida kalsium
(yaitu kapur) dan alkali lainnya. Penggunaan Pozzolan dengan kapur dalam
konstruksi bangunan bata batu berasal dari zaman prasejarah. Pozzolan
efektif dalam menurunkan panas hidrasi mortar, yang meningkatkan
kerjanya dan daya tahannya. Pozzolan juga tahan terhadap reaksi sulfat dan
alkali-silika, yang membuatnya bermanfaat digunakan dalam proyek beton
besar seperti jembatan dan bendungan. (Alkadi,2011)
2.4 Bahan Baku Alternatif
2.4.1 Waste Paper Sludge Ash (WPSA)
Bahan baku alternatif dapat menunjang industri semen dan
mengurangi penggunaan batu kapur sebagai bahan baku utama pembuatan
semen. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah Waste paper sludge
ash (WPSA). WPSA adalah bahan semen yang beberapa komponennya
mengalami hidrasi lebih cepat dari yang lain. Kapur bebas dalam waste
paper sludge ash bereaksi dengan air segera setelah direndam dan
memberikan larutan pori yang sangat alkalin, yang kemudian menghasilkan
pelepasan fase yang lebih reaktif seperti Al2O3 dan SiO2 dalam sistem (E.
Mozaffari). Karakterisasi fisik, kimia, dan mineralogi dari waste paper
sludge ash menunjukkan bahwa sebagai serbuk halus, ia kaya akan kalsium,
silikon, dan aluminium. Jumlah elemen lainnya rendah , kecuali untuk MgO
(5%).
Kadar
Komponen
(%)
CaCO3 43,51
SiO2 25,7
Fe2O3 0,87
Al2O3 18,86
MgO 5,15
SO3 1,05
Na2O 1,56
K2O 1,31
Sumber: Rahma, 2015.
2.4. Proses Pembuatan Semen
2.4.1 Proses Kering (Dry Process)
Dalam proses kering, bahan baku digiling menggunakan ball mill
atau vertical mill. Hasil penggilingan kemudian disaring atau langsung
diumpankan ke preheater, tergantung jenis mill yang digunakan, dan ditarik
melalui separator sebelum diumpankan ke preheater yang berfungsi sebagai
pengering dan tempat awal terjadinya kalsinasi. Kalsinasi akan diselesaikan di
kiln, dan menghasilkan kiln feed yang siap untuk diproses menggunakan kiln
untuk menghasilkan klinker.
Beberapa pabrik semen dengan proses kering menggunakan precalciner untuk
memastikan kalsinasi berlangsung secara sempurna dan bertahap di luar kiln,
dengan reaksi akhir di unit kiln. Keberadaan suspension preheater memperlebar
jarak jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan antara proses kering dan
basah. Contohnya, konsumsi bahan bakar pada proses basah adalah 1500 Kcal/kg
terak, sementara pada proses kering hanya 800 Kcal/kg terak dengan preheater 4
tahap. Oleh karena itu, proses kering memiliki kelebihan dalam efisiensi
penggunaan bahan bakar (Yasjudan, 2021)
1. Pemanasan Awal
Preheater digunakan untuk memanaskan bahan baku hingga suhu
kalsinasi atau disosiasi CO2 dimulai, dilakukan di luar kiln untuk
mempersingkat panjang kiln.
2. Pembakaran
Proses pembakaran terjadi pada rotary kiln, tempat bereaksinya bahan
baku yang sudah melalui pemanasan awal. Bahan baku dibakar hingga
suhu 1500℃ dan dihasilkan klinker.
3. Pendinginan
Klinker keluar dari kiln pada suhu 1500°C dan perlu didinginkan
hingga suhu yang dapat ditangani oleh konveyor seperti sabuk, rantai, dan
elevator yang terletak di bawah 100-200°C. Pendingin yang digunakan
adalah grate cooler, yang berbentuk seperti ruangan dan terletak tepat di
bawah kiln. Klinker yang telah berhasil dibakar akan jatuh langsung ke
dalam grate cooler untuk didinginkan hingga suhu sekitar 150°C.
3.6. Proses Pembentukan Semen
Setelah klinker didinginkan, langkah selanjutnya adalah menggilingnya
bersama pozzolan. Proses penggilingan dilakukan pada unit Vertical Cement Mill
yang menggunakan separator efisiensi tinggi. Tujuan penggunaan separator
efisiensi tinggi adalah untuk meningkatkan efisiensi operasi penggilingan, dengan
cara mengurangi konsumsi daya dan meningkatkan kemampuan pemisahan
material.
Pada proses penggilingan ini, klinker dan pozzolan dimasukkan ke dalam
Vertical Cement Mill dan dihancurkan oleh roller yang berputar di sekitar table.
Material hasil penggilingan selanjutnya melewati separator untuk memisahkan
antara material yang halus dan kasar. Material halus yang dihasilkan selanjutnya
dibawa oleh gas panas menuju bagian cyclone dan bag filter. Sedangkan material
kasar yang terpisah akan kembali digiling bersama fresh feed.