Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN LIMBAH SLUDGE KERTAS

PT. ADIPRIMA SURAPRINTA PADA PEMBUATAN PANEL DINDING


Aan Fauzi
Ferry Indraharja
Mahasiswa D3 Teknik Sipil FTSP - ITS
Email: an_d3teksi@ce.its.ac.id
Estutie Maulani
Dosen Diploma Teknik Sipil, FTSP ITS
ABSTRAK
Limbah yang dipakai dalam penelitian ini adalah limbah industri pengolahan
kertas PT. Adiprima Suraprinta yang berupa sludge dan perharinya mencapai 350
ton yang terdiri dari 10% air, sedangkan limbah fly ash dihasilkan dari sisa
pembakaran batu bara oleh industri pembangkit listrik PT. Prima Electric Power.
Limbah sludge kertas dan fly ash dapat dijadikan bahan tambah campuran untuk
pembuatan panel dinding. Penambahan sludge pada pembuatan panel dinding
diharapkan dapat mengurangi penggunaan pasir sedangkan penggunaan fly ash
diharapkan dapat mengurangi penggunaan semen.
Untuk membuat panel dinding langkah awal yang dilakukan adalah pengambilan
bahan baku yaitu Portland Cement (PC), pasir (Ps), sludge kertas (Slg),dan fly
ash (Fa). Bahan-bahan tersebut dilakukan uji kimia dan uji fisik. Dilanjutkan
dengan merencanakan komposisi campuran dengan prosentase bahan tambah
sludge (25%, 30%, 35%) dari pasir serta (10%, 20%) fly ash dari PC. Kemudian
dilakukan pembuatan dan uji tekan umur 7, 14 dan 28 hari terhadap benda uji
mortar dari komposisi yang direncanakan dengan tujuan mencari komposisi
optimal. Setelah itu dibuat benda uji balok (50cm x 10cm x 10cm) untuk
mendapatkan kuat lentur dan dibuat benda uji silinder (D = 15cm dan t = 30cm)
untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas dari komposisi optimal untuk
mendapatkan ketebalan elemen dinding, kemudian diaplikasikan pada elemen
dinding dengan ukuran 150cm x 50cm x 5cm.
Dari hasil evaluasi ternyata komposisi 19 (0,9 PC : 0,1 Fa : 3,9 Ps : 2,1 Slg)
mempunyai kuat tekan benda uji mortar umur 28 hari sebesar 33,33 kg/cm2
berarti 33,32% lebih tinggi dari yang direncanakan (25 kg/cm2). Nilai modulus
elastisitasnya sebesar 29858,5 kg/cm2, dari hasil uji modulus elastisitas
didapatkan ketebalan elemen dinding 5 cm. Sedangkan dari hasil uji kuat lentur
balok didapatkan nilai tegangan lentur balok sebesar 8,60 kg/cm2. Sehingga
komposisi 19 dapat digunakan pada campuran panel dinding.
Kata kunci: Sludge, Fly Ash, Panel Dinding

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk kebutuhan sandang, pangan, dan
papan
juga
semakin
meningkat.
Produktivitas akan pemenuhan kebutuhan
hidup khususnya untuk tempat tinggal juga
semakin
bervariasi.
Perumahan
dan
permukiman selain merupakan salah satu
dasar kebutuhan manusia juga mempunyai
fungsi yang strategis sebagai pusat
pendidikan
keluarga
dan
pembinaan
generasi muda. Terwujudnya kesejahteraan

ISBN No.978-979-18342-0-9

rakyat dapat ditandai melalui pemenuhan


kebutuhan permukiman dan perumahan yang
layak. Hal ini mendorong minat manusia
untuk menentukan pilihan kualitas rumah
yang ditinjau dari segi kekuatan dan
ekonomis menurut kemampuannya.
Sekarang ini kemajuan pembangunan juga
menentukan munculnya inovasi-inovasi baru
tentang komponen bangunan. Saat ini
komponen bangunan seperti panel dinding
untuk rumah sederhana juga sudah banyak
dikembangkan. Ditinjau nilai ekonomis

B-113

Aan Fauzi, Ferry Indraharja, & Estutie Maulani

karakteristik bahan panel dinding mempunyai kemudahan pemasangan sehingga


waktu pembangunan dapat lebih cepat.
Panel dinding dapat dibuat dari campuran
semen, agregat, dan air (beton). Disamping
bahan-bahan tersebut, dapat juga diberi
bahan tambahan untuk mendapatkan beton
dengan mutu dan sifat-sifat tertentu.
Demikian pesatnyanya pengetahuan tentang
beton, sehingga saat ini telah banyak
dilakukan penelitian tentang beton dengan
menggunakan
material-material
baru,
perlakuan-perlakuan
tertentu
ataupun
bahan-bahan tambahan lainnya. Bahanbahan tambahan tersebut dapat juga
digunakan sebagai campuran pada pembuatan panel dinding antara lain seperti
limbah padat pabrik kertas (sludge) dan
limbah hasil pembakaran batu bara (fly
ash). Limbah padat sludge dihasilkan dari
pengolahan
kertas oleh PT. Adiprima
Suraprinta dengan produksi limbah perharinya mencapai 71 truk/hari atau setara
dengan 350 ton yang terdiri dari 70% air
sedangkan limbah fly ash dihasilkan oleh PT.
Prima Electric Power.
Berdasarkan permasalahan diatas maka
timbul pemikiran untuk membuat inovasi
baru tentang campuran panel dinding. Salah
satu alternatifnya yaitu pembuatan panel
dinding untuk rumah sederhana dengan
campuran semen portland, fly ash, pasir,
dan sludge. Penggunaan limbah sludge dan
fly ash sesuai fungsinya diharapkan dapat
mengurangi
permasalahan
tentang
penanganan limbah, dapat mengurangi
bahan dasar pembuat beton, dan diharapkan
produknya menjadi lebih ekonomis serta
limbah tersebut mempunyai bahan yang nilai
jualnya tinggi.
Dalam penelitian ini dapat diambil manfaat
untuk menangani limbah serta memberikan
produk baru dalam pembuatan panel dinding
dengan campuran semen portland, fly ash,
pasir, dan sludge. Diharapkan produk
tersebut juga dapat dinikmati oleh
masyarakat umum sebagai komponen
bangunan rumah pada khususnya RSS
(Rumah Sehat Sederhana).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sludge
Sejak tahun 1980-an industri pulp dan kertas
terus tumbuh dan berkembang sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat
akan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

berbagai jenis kertas. Pulp adalah hasil


pemisahan serat dari bahan baku berserat
(kayu maupun non kayu) melalui berbagai
proses pembuatannya (mekanis, semikimia,
kimia). Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa
dan hemiselulosa) sebagai bahan baku
kertas (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulp).
Kemajuan teknologi dalam industri pulp dan
kertas yang semakin pesat disamping
berdampak positif pada pertumbuhan
ekonomi, yakni antara lain menambah
devisa
negara
dan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, juga memiliki
dampak negatif yaitu masalah pengolahan
limbah dan terjadinya eksploitasi sumber
daya alam (SDA) yang berlebihan.
Industri pulp dan kertas merupakan industri
penghasil limbah padat dengan kuantitas
cukup besar (sumber, PT. Adiprima
Suraprinta dengan jumlah produksi limbah
sludge + 350 ton per hari yang terdiri dari
70% air). Kontributor terbesar dari limbah
padat pabrik kertas adalah sludge (lumpur)
yang berasal dari instalasi pengolahan air
limbah (IPAL). Selama ini hampir sebagian
besar limbah padat tersebut lebih banyak
digunakan sebagai tanah urugan disekitar
pabrik.
Limbah
padat
ini
(sludge)
mengandung bahan yang berserat tinggi
serta sisa-sisa bahan pengisi termasuk
logam, adanya kandungan logam tersebut
memungkinkan limbah padat tersebut dapat
berfungsi sebagai agregat (Ir. Didik Bambang
Supriyadi, MT, 2006).
2.2. Fly Ash
Fly ash atau abu terbang adalah hasil dari
proses pembakaran batu bara, berupa
butiran halus,ringan, bundar, tidak porous
dan bersifat pozolanik. Proses terjadinya fly
ash adalah dari batu bara yang dihancurkan
sampai berupa serbuk, serbuk batu bara
tersebut dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran, sisa pembakaran yang ada
diantaranya abu dasar (bottom ash) 20% dan
abu terbang (fly ash) 80%.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
di Puslitbang Pemukiman (Hidayat Y.S
dkk,tahun 1987 Pemanfaatan Abu Terbang
untuk Pekerjaan Beton) ternyata abu
terbang dapat digunakan sebagai bahan
pengganti sebagian semen. Dalam pekerjaan
beton abu terbang yang digunakan untuk
mengganti sebagian semen optimum 20%

B-114

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas


PT. Adiprima Suraprinta Pada Pembuatan Panel Dinding

Berdasarkan jenis batu bara yang digunakan


sebagai bahan bakar, abu terbang dapat
dibagi dalam dua kelas yaitu:
Kelas F, abu terbang yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara jenis antrasit
pada suhu 15600 C; abu terbang ini
mempunyai sifat pozolan.
Kelas C, abu terbang yang dihasilkan dari
pembakaran ligmit atau batu bara
dengan kadar carbon + 60 % (sub
bituminous); abu terbang ini mempunyai
sifat pozolan dan sifat menyerupai semen
dengan kadar kapur di atas
2.3. Pasir
Penggunaan pasir sebagai agregat halus
untuk membuat campuran panel dinding
harus dipilih dengan kualifikasi yang baik,
ciri agregat halus yang baik adalah sesuai
dengan persyaratan yang ada dalam
Peraturan Beton Indonesia tahun 1971:
1. Kadar lumpur atau bagian yang lebih
kecil dari 70 mikron (0,074) maksimum
5%.
2. Kadar
organik
yang
terkandung
ditentukan dengan mencampur pasir
(agregat halus) dengan larutan Natrium
Sulfat (NaSO4) 3%, jika dibandingkan
dengan warna standar/pembanding tidak
lebih tua dari warna standar.
3. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan
dalam PBI-1971 pasal 3.5 ayat 1 harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Sisa diatas ayakan 4 mm minimum 2%
berat.
Sisa diatas ayakan 1 mm minimum 10%
Sisa diatas ayakan 0.25 mm berkisar
antara 80% dan 90%
2.4. Semen
Semen merupakan bahan campuran yang
secara kimiawi aktif setelah berhubungan
dengan air. Semen memegang peranan
penting dalam pembuatan beton karena
akan menentukan karakteristik dari beton
itu sendiri.
2.5. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk
memicu proses kimiawi semen, membasahi
agregat dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton. Air yang digunakan sebagai
campuran beton adalah yang terbebas dari

ISBN No. 978-979-18342-0-9

senyawa senyawa berbahaya, yang


tercemar garam, minyak, gula, atau bahan
kimia lainnya. Perbandingan jumlah air
dengan semen yang biasa disebut Faktor Air
Semen (Fas ) penting unutk diperhatikan.
Jika air yang berlebihan akan menyebabkan
banyaknya gelembung air setelah proses
hidrasi, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai
seluruhnya,
sehingga
akan
mempengaruhi kekuatan beton.
2.6. Panel dinding
Campuran beton yang terdiri dari semen
Portland, pasir, dan air dapat dibuat sebagai
bahan dinding. Pengertian campuran beton
itu sendiri adalah campuran bahan perekat
hidrolis (semen), air, dan agregat dengan
atau tanpa bahan tambah lainnya yang tidak
dapat merugikan sifat beton
tersebut.
Dalam
penelitian
ini
dicoba
untuk
menambahkan sludge sebagai bahan pengisi
tambahan untuk mengurangi penggunaan
pasir sebagai agregat alami. Sedangkan
penambahan fly ash dimaksudkan untuk
mengurangi pemakaian semen portland (PC)
dan juga mempercepat proses pengerasan
pada beton.
Pada penelitian yang dilakukan ini terdapat
pemodelan panel dinding beton dengan
campuran sludge dan fly ash. Pemodelan
bahan
campuran
dinding
tersebut
diharapkan menghasilkan kuat tekan sesuai
syarat ASTM C.496 dan SII 0285-80.

3. METODE PENELITIAN
3.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. semen portland
2. sludge kertas diambil dari limbah
pengolahan
kertas.
Sludge
dikeringkan, dihaluskan, dan diayak
untuk menghasilkan ukuran butir 40
mesh
3. fly ash diambil dari limbah
pembakaran batu bara
4. Pasir sesuai dengan grading zone 2
5. Air PDAM
3.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Mesin pengaduk dan alat pemadat

B-115

Aan Fauzi, Ferry Indraharja, & Estutie Maulani

2. Alat cetak mortar 5cm x 5cm x 5cm


3. Alat cetak silinder D=15 cm; t=30 cm
4. Alat cetak panel dinding (150 cm x
50 cm x 5 cm)
5. Mesin uji tekan dan lentur dan alatalat bantu lain
3.3. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimental dengan melakukan
pengujian sifat fisik dan kimia bahan baku
dan membuat benda uji mortar 5cm x 5cm x
5cm dari beberapa variasi komposisi
campuran sebagai berikut :
1. Campuran 1 : 5 dan 1 : 6
2. Sludge kertas 25%, 30% dan 35%
3. Fly ash 0%, 10% dan 20%
4. Faktor air semen 0,8
lalu diuji kuat tekannya untuk mendapatkan
komposisi terpilih, membuat benda uji
silinder ukuran D=15cm,t=30cm untuk
mendapatkan nilai modulus elastisitas dari
komposisi terpilih dan digunakan untuk
menentukan ketebalan elemen dinding,
membuat panel dinding dari komposisi
terpilih dengan ukuran 150cm x 50cm x
tebal cm lalu diuji kuat lenturnya.
3.4. Cara Kerja
Benda uji mortar dibuat dengan cara
mencampurkan semen, fly ash, pasir, sludge
dari beberapa variasi komposisi dan faktor
air semen (fas) yang ditentukan. Setelah
campuran homogen, dimasukkan ke dalam
cetakan mortar ukuran 5cm x 5cm x 5cm
dengan setiap 1/2 bagian dirojok sebanyak
32 kali. Biarkan selama 1menit lalu cetakan
dilepas. Untuk perawatannya dengan cara
membasahi permukaan mortar.
Benda uji silinder dibuat dengan cara
mencampurkan semen, fly ash, pasir,
sludge, dan fas dari komposisi terpilih.
Semen, fly ash, pasir, dan sludge
dimasukkan kedalam mesin pengaduk lalu
mesin
dinyalakan
sampai
campuran
homogen.
Setelah
homogen,
mesin
dimatikan kemudian ditambah dengan fas,
mesin dinyalakan kembali sampai campuran
homogen. Setelah campuran homogen,
dimasukkan kedalam cetakan silinder ukuran
D=15cm dan t=30cm dengan setiap 1/3
bagian dirojok sebanyak 25 kali. Setelah 3
hari, cetakan silinder dilepas lalu direndam
kedalam air untuk perawatan.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Benda uji panel dinding dibuat dengan cara


memasukkan semen, fly ash, pasir, dan
sludge kedalam mesin pengaduk lalu aduk
sampai
homogen.
Setelah
homogen,
ditambahkan dengan fas lalu diaduk kembali
sampai
homogen.
Setelah
homogen,
campuran dimasukkan kedalam cetakan
panel ukuran 150cm x 50cm x 5cm. Untuk
perawatan dengan cara ditutup dengan
karung goni basah.
3.5. Metode pengujian
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada
umur 7, 14, 28 hari untuk mendapatkan
komposisi terpilih.
Pengujian kuat
tekan dan modulus
elastisitas silinder dilakukan pada umur 28
hari dari komposisi terpilih.
Pengujian kuat lentur elemen dinding
dilakukan pada umur 28 hari untuk
mendapatkan komposisi terpilih.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5. Hasil uji bahan dasar
Data hasil pengujian pasir, sludge, fly ash
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 1
UJI FISIK PASIR
Jenis Pengujian
Hasil Uji
Standar
Berat Jenis
2,62
Kadar Lumpur
3,64 %
<5%
SII 0052-80
Kuning
Kadar Zat Organik
SII 0077-75
bening
Air resapan
2,77 %
Kelembaban
0,76 %
Kehalusan
3,62
Berat Volume
1,32
Lepas
gr/cc
Analisa ayakan : lewat komulatif (%)
Ukuran ayakan
(%)
(mm)
4,76
1,86
2,38
4,74
1,19
12,73
0,59
35,5
SK. SNI T-150,297
29,2
1990-03
0,149
10,86
0
6,1
Total
100

Dari tabel 1 di atas dapat dikatakan bahwa


pasir yang digunakan dapat memenuhi
syarat SII 0052-80 karena kadar lumpur lebih
kecil dari 5% dan kadar zat organiknya
kuning bening. Dari analisa ayakan pasir
yang digunakan termasuk zone 2.

B-116

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas


PT. Adiprima Suraprinta Pada Pembuatan Panel Dinding

TABEL 2
UJI KIMIA SLUDGE
Jenis Pengujian
Hasil Uji
Standar
(mg/L)
Arsenik (As)
0,002
5,0
Barium (Ba)
0,222
100,0
Cadmium (Cd)
0,004
1,0
Chromium (Cr)
0,007
5,0
Cooper (Cu)
0,006
10,0
Kep.04/Bap
Lead (Pb)
0,04
5,0
eda
Mercury (Hg)
0,0002
0,2
/09/1999
Selenium (Se)
0,002
1,0
Silver (Ag)
0,01
5,0
Zinc (Zn)
0,03
50,0
TABEL 3
UJI FISIK SLUDGE
Jenis Pengujian

Hasil Uji

Berat Jenis
Berat Volume

1,67
0.57 gr/cc

Diameter Butiran

Lolos ayakan No.


08 (2,36 mm)

Standar

TABEL 5
UJI FISIK FLY ASH
Jenis
Pengujian
Berat Jenis
Berat Volume
Kehalusan

5%

Sulfur Trioksida (SO3)

1,52%

1,5%

Na2O

0,77%

Ada

SII 0013-81

TABEL 6
HASIL UJI KUAT TEKAN KOMPOSISI CAMPURAN
1 : 5 UMUR 28 HARI

Kode
komposisi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Standar
SiO3+Fe2O3 +
Al2O3 =70%

23,01%

Lolos ayakan
No.230(0,053mm)
56,9 %

Tidak
Syarat

4.2. Hasil uji mortar


Data hasil pengujian benda uji mortar dapat
dilihat dari tabel dan grafik dibawah ini :

Tidak Ada
Syarat

Aluminium Oksida
(Al2O3)

Standar

2,49
0.70 gr/cc

Dari hasil uji fisik yang tercantum pada


table 5 didapat berat jenis Fly ash 2,49 dan
berat volume 0,70 gr/cc. Kehalusan Fly ash
memenuhi SII 0013-81 dimana lolos ayakan
No. 230 (0,053mm) 56,9 %.

Berdasarkan hasil uji kimia yang tercantum


pada tabel 2, limbah sludge kertas
PT. Adiprima Suraprinta memenuhi batas
maksimal kandungan zat berbahaya pada
limbah sesuai dengan Kep.04/Bapeda/09/
1999. Sehingga limbah sludge kertas dapat
dipakai sebagai bahan tambahan campuran
beton.
TABEL 4
UJI KIMIA FLY ASH
Jenis Pengujian
Hasil Uji
Silikat (SiO3)
55,97%
Besi Oksida (Fe2O3)
10,30%

Hasil Uji

Sludge
(%)
0
25

30

35

Fly Ash
(%)
0
0
10
20
0
10
20
0
10
20

Kuat Tekan
2

(kg/cm )
76,00
46,67
42,67
37,33
40,00
37,33
36,00
38,67
36,00
34,67

Dari hasil uji kimia yang tercantum pada


tabel 4, dapat dikatan bahwa Fly ash dapat
digunakan sebagai bahan pengganti sebagian
semen, karena kandungan kimia Fly ash
memenuhi syarat SK SNI S-15-1990-F jumlah
kandungan
silikat,
besi
oksida dan
aluminium
lebih
besar
dari
70%
(SiO3+Fe2O3+Al 2O3 =70%)
Grafik 1 : Analisa kuat tekan komposis campuran
1 : 5 umur 28 hari

Dari tabel dan grafik di atas dapat dikatakan


bahwa kekuatan tekan mortar pada
komposisi campuran 1 : 5 dipengaruhi oleh

ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-117

Aan Fauzi, Ferry Indraharja, & Estutie Maulani

jumlah sludge dan fly ash yang digunakan


(komposisi campuran). Jumlah sludge dan
fly ash yang digunakan berbanding terbalik
dengan kuat tekan mortar, ini berarti
semakin banyak pemakaian sludge dan fly
ash semakin turun kuat tekannya.
Kuat tekan rata-rata yang disyaratkan untuk
panel dinidng ini sebesar 25 kg/cm2. Jadi
dalam hal ini untuk campuran 1 : 5
komposisi 1 s/d 10 dapat memenuhi syarat.
Nilai kuat tekan terendah pada komposisi 10
sebesar 34,67 kg/cm2 masih lebih tinggi
38,68% dari kuat tekan yang disyaratkan
sebesar 25 kg/cm2.

pemakaian sludge dan fly ash semakin turun


kuat tekannya.
Pada komposisi 20 nilai kuat tekannya lebih
rendah dari yang disyaratkan sedangkan
pada komposisi 19 nilai kuat tekannya
sebesar 33,33 kg/cm2 lebih tinggi 33,32%
dari kuat tekan yang disyaratkan.
Hasil uji penyerapan air untuk komposisi
campuran 1 : 5 dan 1 : 6 diberikan pada
grafik 3 dan 4. Grafik 3 memperlihatkan
bahwa penambahan sludge dalam adonan
mengakibatkan mortar mengalami kenaikan
persen penyerapan airnya. Semakin besar
penambahan sludge semakin besar nilai
penyerapan airnya.

TABEL 7
HASIL UJI KUAT TEKAN KOMPOSISI CAMPURAN
1 : 6 UMUR 28 HARI

Kode
komposisi
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Sludge
(%)
0
25

30

35

Fly Ash
(%)
0
0
10
20
0
10
20
0
10
20

Kuat Tekan
(kg/cm2)
70,67
45,33
41,33
37,33
40,00
38,67
36,00
37,33
33,33
24,00

Grafik 3 : Analisa resapan komposisi campuran


1: 5 umur 60 hari

Dari grafik 3 dapat dilihat, dengan komposisi


campuran semen : agregat =
1 : 5, maka
semua persen sludge (25%, 30%, 35%) yang
dapat disubstitusikan sebagai agregat
pengganti pasir memenuhi syarat uji
penyerapan air nilainya dibawah 25% (nilai
tertinggi pada komposisi 10 dengan 35%
sludge dan 20% fly ash sebesar 11,96%)

Grafik 2 : Analisa kuat tekan komposisi campuran


1: 5 umur 28 hari

Dari tabel dan garfik diatas juga dapat


dilihat, kuat tekan mortar 1 : 6 dipengaruhi
juga oleh jumlah sludge dan fly ash yang
digunakan (komposisi campuran). Jumlah
sludge dan fly ash yang digunakan
berbanding terbalik dengan kuat tekan
mortar, ini berarti semakin banyak

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Grafik 4 : Analisa resapan komposisi campuran


1: 5 umur 60 hari

Dari grafik 4 dapat dilihat, dengan komposisi


campuran semen : agregat = 1 : 6, maka
semua persen sludge (25%, 30%, 35%) yang
dapat disubstitusikan sebagai agregat
pengganti pasir memenuhi syarat uji

B-118

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas


PT. Adiprima Suraprinta Pada Pembuatan Panel Dinding

penyerapan air nilainya dibawah 25% (nilai


tertinggi pada komposisi 20 dengan 35%
sludge dan 20% fly ash sebesar 18,74% ).
Dari analisa mortar ukuran 5cm x 5cm x 5cm
pada campuran 1 : 5 dan 1 : 6 dapat
dikatakan bahwa campuran 19 yang terdiri
dari 0,9 PC : 0,1 fly ash : 3,9 pasir : 2,1
sludge merupakan campuran optimal karena
dilihat dari nilai kuat tekan (umur 28 hari)
yang lebih besar 25% dari kuat tekan
rencana dan dilihat dari pemakaian material
yang lebih hemat dari campuran dinding
beton yang memakai PC dan pasir. Sehingga
dari campuran 19 dapat dibuat benda uji
silinder (ukuran d = 15cm, t = 30cm) untuk
mengetahui nilai kuat tekan silinder dan
modulus elastisitas serta. Dari nilai modulus
elastisitas silinder, didapatkan ketebalan
elemen dinding. Setelah ketebalan elemen
dinding diketahui maka diaplikasikan dengan
membuat benda uji elemen dinding.

t3 =

t 3 = 10,57

t = 3 10,57
t = 2,197 2,2cm
Dipakai tebal elemen dinding = 5 cm.
Selanjutnya dibuat benda uji elemen dinding
ukuran 150cm x 50cm x 5cm.
4.4. Hasil Uji Panel Dinding
Hasil pengujian panel dinding dapat dilihat
dari tabel berikut :
TABEL 9
HASIL UJI KUAT LENTUR ELEMEN DINDING UMUR
28 HARI DARI KOMPOSISI 19
Satuan
Nilai

4.3. Hasil Uji Silinder


Hasil pengujian kuat tekan silinder dapat
dilihat dari tabel berikut ini :
TABEL 8
HASIL UJI KUAT TEKAN SLINDER UMUR
28 HARI DARI KOMPOSISI 19
Benda
Uji

beban
hancur
(kg)

Kuat
Tekan
(kg/cm 2)

19

7000

39,61

( 25%
Sludge;
10% Fly
Ash )

6500

36,78

7500

42,44

Komposisi

5
q L4

384 E I
5
q L4
l =

384 E 1 50 t 3 4
5
0,4 150
12
l =

384 29858,52 1 50 t 3
12

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Panjang Elemen Dinding

Cm

150

Lebar Elemen Dinding

Cm

50

Tebal Elemen Dinding

Cm

Beban Lentur Maksimal

Kg

31,61

Cm3

208,33

Momen Perlawanan
Penampang
Kuat
Tekan
Rata-rata
(kg/cm2)

39,61

Dari tabel 8 diatas dapat dikatakan bahwa


kuat tekan rata-rata silinder umur 28 hari
pada komposisi 19 masih lebih besar 58,44%
dari kuat tekan rencana.
Nilai modulus elastisitas silinder sebesar
29858,52 kg/cm2 yang didapatkan dari
pengujian dan beban angin maksimal = 40
kg/m2 (PBBI) dipakai untuk mencari
ketebalan elemen dinding dengan cara
sebagai berikut :

l =

5
0,4 150 4

384 29858,52 1 50 2
12

Jarak Perletakan

Lo

Cm

140

Momen Lentur

Kg cm

1106,35

Tegangan Lentur

lt

Kg/cm2

5,31

Dari tabel 9 diatas dapat dikatakan bahwa


beban hancur maksimal yang dapat diterima
elemen dinding sebesar 31,61 kg, berarti
elemen dinding mampu menahan beban
sebesar 42,15 kg/m2 > 40 kg/cm2(beban
rencana/beban angin) dan mempunyai nilai
tegangan lentur sebesar 5,31 kg/cm2.
5. KESIMPULAN
1. Bahan baku fly ash dan sludge dapat
digunakan sebagai campuran pada
pembuatan panel dinding.
2. Hasil uji kuat tekan mortar umur 28 hari
pada komposisi 19 merupakan komposisi
optimal karena mempunyai kuat tekan
sebesar 33,33 kg/cm2 dan lebih besar
33,33% dari kuat tekan rencana sebesar
25 kg/cm2.
3. Dari uji modulus elastisitas silinder
sebesar 29858,52 kg/cm2 dapat dipakai

B-119

Aan Fauzi, Ferry Indraharja, & Estutie Maulani

untuk mencari ketebalan elemen dinding.


Sehingga dari perhitungan, diambil nilai
ketebalan elemen dinding sebesar 5 cm.
4. Hasil uji kuat lentur elemen dinding pada
umur 28 hari dengan komposisi 19
mampu menahan beban
sebesar
42,15 kg/m2 > 40 kg/cm2 (beban
rencana/beban angin) dan mempunyai
nilai
tegangan
lentur
sebesar
5,31 kg/cm2.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyono, Tri Ir, MT, (2004) Teknologi
Beton, Yogyakarta : Andi
2. AH, Andriati, Aan Sugiarto, dan Sunarya
Suritman, (2004) Pemanfaatan Limbah
Industri Untuk Panel Beton Ringan
Berlubang,
Puslitbang
Pemukiman,
Badan Litbang PU, Dep. Pekerjaan
Umum. Jurnal Penelitian Permukiman
Vol. 20 No. 2.2004. 33-40
3. Supriyadi, Bambang Didik, (2006)
Pemanfaatan Limbah Padat (sludge)
Pabrik Kertas Sebagai Bata Beton
(Batako) Untuk Mereduksi Kuantitas
Limbah. FTSP ITS, Teknik Lingkungan,
Surabaya.
4. ASTM C 330-89 ( Standart Spesifikasi
Beton Dengan Agregat Ringan )
5. ASTM C 496-90 ( Standart Test Method
for Splitting Tensile Strength of
Cylindrical Concrete Speciment )
6. SK SNI - 09-1993-03 (Tata Cara Rencana
Pembuatan campuran Pembuatan Beton)
7. SII 0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat)
8. SK SNI S - 15 - 1990 - F (Spesifikasi Abu
terbang Sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton)

ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-120

Anda mungkin juga menyukai