Anda di halaman 1dari 11

STABILISASI DENGAN

BITUMEN
Fenomena stabilisasi tanah dengan aspal (bitumen) berbeda dengan kapur maupun semen. Stabilisasi tanah berbutir
halus dengan menggunakan aspal adalah fomena penahan air. Dalam stabilisasi tanah-aspal, mengurangi masuknya air
kedalam tanah, sehingga kapasitas dukung tanah menjadi terjaga. Selain itu, aspal juga dapat menambah sifat
keawetan, hal ini karena aspal yang mengurangi masuknya air kedalam tanah mengurangi perubahan volume tanah
yang merugikan. Bila tanahnya granuler seperti pasir, sirtu, batu pecah, maka terdapat dua mekanisme dasar yaitu air
dan kohesi. Selimut aspal pada tanah granuler memberikan perlindungan yang mencegah penetrasi air kedalam
butiran, sehingga dapat menjaga kekuatan tanah. Mekanisme yang kedua yaitu adhesi. Adhesi memberikan perekat
antara partikel-partikel, sehingga aspal berfungsi sebagai semen atau zat perekat, yang menambah kuat geser dari
komponen kohesi. Jadi, jika aspal digunakan untuk stabilisasi tanah granuler, maka akan memberi kohesi pada tanah
dan jika aspal diberikan pada tanah kohesif, aspal berfungsi sebagai penahan air yang mencegah masuknya air
kedalam tanah sehingga kuat geser tanah terjaga.
Dalam stabilisasi tanah-aspal,tanah digemburkan lebih dahulu dan dicampur dengan aspal sampai kedalaman tertentu.
Kadang-kadang stabilisasi dilakukan dengan cara aspal agak kental atau cair disemprotkan pada tanah yang telah disiapkan
untuk jalan. Aspal dibiarkan sendiri meresap kedalam tanah.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
• TIPE-TIPE STABILISASI ASPAL

Terdapat beberapa tipe stabilisasi aspal, yaitu stabilisasi dilakukan dengan mencampur bahan tertentu dengan aspal, misalnya campuran pasir-aspal, tanah-

kapur-aspal, kerikil atau agregat batu pecah-aspal.

1.Pasir-aspal. Pasir dan aspal dicampurkan dengan perbandingan tertentu yang membuat partikel-partikel pasir menjadi tersementasi satu sama lain,

sehingga menambah kekuatan dan kestabilan.

2.Tanah-kapur-aspal. Tanah dicampur dengan kapur dan aspal,dengan perbandingan tertentu yang setelah dipadatkan akan mempunyai sifat-sifat lebih stabil.

Kapur digunakan jika tanah mempunyai indeks stabilitas PI>10.

3.Kerikil atau agregat batu pecah-aspal. Campuran batu pecah bergradasi baik dengan aspal yang setelah pemadatan memiliki sifat-sifat lebih stabil terhadap

pengaruh air,bila digunakan sebagai lapis fondasi (base) atau lapis fondasi bawah (subbase). Stabilisasi kerikil dengan aspal juga dapat dilakukan,bila

material alam tidak memenuhi syarat sebagai komponen struktur perkerasan. Fungsi aspal adalah memperbaiki sifat-sifat kerikil yang mengandung butiran

halus berplastisitas tinggi, sehingga campuran material berkurang dan lebih tahan terhadap kenaikan kadar air.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
•BAHAN
1. Aspal

Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan hasil dari industri perminyakan. Aspal
merupakan materiaal untuk perekat,yang berwarna coklat gelap sampai hitam, dengan unsur pokok yang dominan adalah
bitumen.

Macam-macam aspal yang dapat digunakan untuk stabilisasi adalah : semen aspal panas, aspal cutback, dan aspal
emulsi. Aspal cutback adalah suatu bahan yang dibuat dari aspal dengan campuran minyak pelarut untuk mereduksi
kekentalan secara merata dan digunakan pada temperatur rendah. Emulsi aspal atau sering disebut aspal emulsi terdiri dari
3 unsur dasa yaitu air,aspal dan bahan pengemulsi, dimana pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk cair. Dalam
praktek, aspal emulsi jarang digunakan untuk stabilisasi material dengan kadar butiran halus yang tinggi. Tipe dan kelas
aspal yang digunakan bergantung pada karakteristik agregat dan kondisi iklim. Umumnya semen aspal lebih cocok untuk
material dengan kandungan butiran halus rendah, sedangkan aspal cair cocok untuk material dengan kandungan butiran
halus yang tinggi.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
2.Tanah
Hampir sembarang tanah anorganik dapat digunakan untuk stabilisasi aspal, namun aspal lebih cock bila digunakan untuk stabilisasi
tanah berbutir kasar. Bahan organik asam, yang sering terdapat pada tanah-tanah di hutan dan dasar sungai, tidak cocok untuk
stabilisasi aspal.
a.Tanah berbutir halus
Problem utama stabilisasi tanah dengan tanah berbutir halus dengan plastisitas tinggi adalah kesulitan dalam pencampuran dua bahan
tanah dan aspal agar merata. Untuk itu tanah, tanah harus cukup lembaba agar dapat membantu penyebaran aspal kedalam tanah.
Tanah berbutir halus dari area gersang yang mempunyai ph dan kadar garam yang tinggi, tidak memberikan hasil yang baik untuk
distabilisasi dengan aspal (Lambe,1962).
b.Pasir
Stabilisasi aspal dapat bekerja dengan baik bila material yang distabilisasi tanah atau material granuler. Hingga saat ini, stabilisasi
pasir dengan aspal telah banyak digunakan. Fungsi aspal adalah untuk memberikan kohesi pada massa tanah sekaligus pelindung
terhadap air pada partikel-partikel lempung yang mungkin berada antara butiran pasir. Pasir harus tidak banyak mengandung butiran
halus. Jika material yang distabilisasi adalah pasir bersih bergradasi seragam, maka mungkin masih dibutuhkan unntuk
mencampurkannya dengan materiaal halus yang lain untuk menambah tahanan gesernya.
STABILISASI DENGAN
3. Air
BITUMEN
Sembarang air dapat digunakan dalam stabilisasi aspal,namun air laut harus dihindari. Seperti halnya pada tipe-tipe
stabilisasi yang lain, air digunakan dalam pemadatan.
4. Garam
Konsentrasi garam atau zat organik yang terlalu tinggi akan mengganggu adhesiantara aspal dan tanah, sehingga
menghasilkan hasil stabilisasi tidak efektif.
Tanah yang bisa distabilisasi dengan bitumen menurut Guide to Stabilizatoin in Roads Works (1970) harus
memenuhi persyaratan pada tabel-tabel berikut :
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
•PERENCANAAN KADAR ASPAL
Pada prinsipnya terdapat tiga langkah perancangan kadar aspal (Hicks,2002) :
a.Lakukan uji sifat-sifat indeks tanah dan klasifikasikan bahan yang akan distabilisasi.
b.Pilih tipe aspal dengan mempertimbangkan aspal yang akan distabilisasi, iklim dan alat-alat pelaksana
yang tersedia.
c.Tentukan kadar aspal, kadar air optimum,dan berat volume kering (kepadatan) maksimumnya.
Perancangan campuran untuk stabilisasi aspal harus meyakinkan komposisi campuran,gunak memenuhi
kriteria perancangan dan parameter yang dibutuhkan. Sebagai petunjuk awal untuk menggunakan benda
uji guna menetapkan kadar aspal, umumnya pada tanah granuler membutuhkan kadar aspal sekitar 2-5%
terhadap berat keringa tanah.
Sebagai petunjuk awal, kadar emulsi bitumen/ aspal yang digunakan untuk stabilisasi dapat diliat pada
tabel berikut ini.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN

Kadar emulsi aspal atau aspal cutback yang akan digunakan dilapangan harus didasarkan dari hasil uji
stabilitas marshal. Nilai minimun stabilitas marshal untuk tanah dasar adalah 500 Ib (departement of the army and
air force, 1994). Jika setelah dicampur tanah dan aspal tidak menunjukan perbaikan nilai stabilitas, maka gradasi
tanah harus diubah, atau tipe aspal lain harus digunakan.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
•KRITERIA
Beberapa kriteria umum berdasarkan pada nilai CBR dan/atau kekuatan dan stabilitas pada kondisi terendam. Di
Australia, untuk material lapisan fondasi (base course), kriteria nilai kuat tekan bebas berkisar antara 75 psi dan 150 psi,
namun nilainya menjadi 250 psi setelah waktu perawatan dan perendaman yang berbeda. Nilai minimum CBR untuk material
jalan adalah 50%, namun umumnya disarankan CBR minimum sekitar 80% (Ingles dan Metcalf,1972)

Di Amerika syarat diterimanya material dsitabilisasi didasarkan pada uji Hubbard dilapangan, seperti yang ditunjuk
pada tabel berikut :
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
•PELAKSANAAN DILAPANGAN
1.Stabilisasi Dengan Semen Aspal Panas
Stabilisasi dengan semen aspal panas pada umumnya dilakukan pada lokasi pusat pencampur. Di area ini, material campuran
dipanaskan dan diaduk secara merata. Pada perinsipnya penghamparan material campuran sama halnya dengan penghamparan
semen aspal panas (hot mix asphalt concrate) pada pembangunan perkerasan jalan konversional. Material dipanaskan antara 270
sampai 300 f. Campuran di bawa kelokasi proyek menggunakan truk angkut dan digelar dengan mesin penyebar aspal.
Pemadatan dilakukan secara 3 tahap, yaitu penggilasan untuk "penguraian", penggilasan "antara" dan penggilasan "final".
penggilasan untuk penguraian penting dan harus dilakukan segera. Jika terlambat„ kepadatan yang diinginkan sulit tercapai_
Natnun, jika terlalu cepat, aspal panas akan terdorong, tergeser dan mungkin retak oleh penggilasan. Penggilasan untuk penguraian
dilakukan dengan menggunakan mesin penggilas roda baja tandem. Pengaturan waktu penggilasan bergantung pada temperatur
campuran dan kualitas material campurannya. Untuk campuran batu pecah kualitas tinggi, penggilasan untuk penguraian dilakukan
pada temperatur sekitar 250 — 2750F, sedang untuk campuran batu tak dipecah, batu bulat, dan pasir, temperatur penggilasan
sekitar 2250F. Aspal pasir atau aspal dengan kandungan pasir tinggi biasanya membutuhkan temperatur pemadatan 2000F atau
kurang. Penggilasan "antara" dilakukan dengan penggilas roda baja yang dapat digetarkan atau penggilas coda karet untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Penggilasan final dilakukan dengan mesin penggilas roda baja statis.
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
2. Stabilitas Dengan Aspal Cair
Bila aspal sebagai bahan stabilisasi digunakan dalam bentuk cair, maka stabilisasi dapat dilakukan melalui pusat
pecampuran di lokasi tertentu atau langsung di area proyek. Pencampuran yang dilakukan di lokasi pusat pencampuran umumnya
lebih baik hasilnya, karena proses pencampuran dapat dikontrol dengan baik. Selain itu, di tempat ini memungkinkan
pencampuran aspal dilakukan pada kondisi panas, sehingga kekentalan aspal cair dapat dikontrol. campuran diangkut ke lokasi
proyek dan dihamparkan dengan mesin perkerasan aspal atau mesin perata (mesin grader, spreader). Aspal cutback dan aspal
emulsi memerlukan waktu untuk penguapan sebelum dilakukan pemadatan supaya bahan pelarut menguap.
Stabilisasi dengan aspal cair yang dicampur langsung di tempat dilakukan melalui tahap-tahap: pencampuran, penguapan
dan pemadatan. Satu lapis material yang distabilisasi tebalnya dibatasi maksimum 15 cm. Jika lebih tebal, maka diperlukan
penyingkiran material di bagian atas. Sebelum material aspal dicampurkan, tanah yang akan distabilisasi harus digaruk dan
digemburkan sampai kedalam maksimum 15 cm. penggarukan harus hati-hati supaya lapisan yang berada di bagian bawah dari
lapisan distabilisasi tidak terganggu. Kedalaman penghancuran tanah tidak boleh lebih dalam dari kedalaman penggarukan.
Bentuk material yang digemburkan disesuaikan dengan tampang melintang dan elevasi yang dikehendaki Kemudian, air
ditambahkan secara bertahap, sebagian air dicampur bersama-sama dalam campuran untuk menghindari konsentrasi air di dekat
permukaan. Setelah penambahan air selesai, pencampuran diteruskan sampai air terditribusi merata dalam campuran.
Penyebaran aspal cair, umumnya dilakukan dengan Cara menyemprotkan aspal dari alat penyebar aspal yang terletak
didepan alat pencampur. Kecepatan distribusi aspal pada campuran tanah-aspal harus cukup agar memenuhi jumlah aspal yang
dihasilkan dalam perancangan campuran. Aspal harus secara merata dicampur dengan tanah dengan menggunakan motor grader
atau mesin pencampur yang lain. Alat lain sebaiknya tidak lewat di atas material campuran yang masih basah. Sebagian dari
cairan (air dari aspal emulsi dan pelarut dari aspal cutback) yang membuat campuran mudah mengalir harus hilang sebelum
dipadatkan. Jika tidak, material campuran biasanya tidak kuat mendukung beban mesin penggilas. Pengurangan kadar cairan
sering terjadi pada Saat pencampuran, namun waktu penguapan tambahan kadang-kadang diperlukan yang bergantung pada
macam campuran (penguapan campuran material berbutir halus lebih lama daripada campuran berbutir kasar).
STABILISASI DENGAN
BITUMEN
Pada akhir pekerjaan ini, permukaan lapisan harus sesuai dengan elevasi dan bentuk yang ditentukan.
Pemotongan pada permukaan ringan selama pemadatan perlu dilakukan agar bentuk dan elevasi permukaan
sesuai dengan gambar rencana.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam stabilisasi aspal agar berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :

1. Bahan penstabil harus diatur hingga merata.

2. Tanah harus dipadatkan pada kadar air yang seragam.

3. Harus diyakinkan proses aerasi aspal emulsi atau aspal cutback agar air yang berlebihan atau uap air dapat
dihilangkan.

4. Volume arus lalu lintas harus dibatasi, sebelum permukaan perkerasan ditutup dengan lapisan permukaan.

Anda mungkin juga menyukai