Anda di halaman 1dari 7

Layangan Bunyi

Layangan bunyi atau pelayangan bunyi adalah terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan


bunyi tersebut adalah efek dari interferensi gelombang bunyi. Bunyi termasuk sebagai
gelombang dan sebagai salah satu sifat gelombang yaitu dapat berinterferensi, demikian juga
pada bunyi juga mengalami interferensi. Peristiwa interferensi dapat terjadi bila dua buah
gelombang bunyi memiliki frekuensi yang sama atau berbeda sedikit dan berada dalam satu
ruang dengan arah yang berlawanan. Interferensi semacam ini sering disebut interferensi ruang.
Interferensi dapat juga terjadi jika dua gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi sama atau
berbeda sedikit yang merambat dalam arah yang sama, interferensi yang terjadi disebut
interferensi waktu.

Bentuk Gelombang Layangan Bunyi Atau Pelayangan Bunyi

Fenomena pelayangan terjadi sebagai akibat


superposisi dua gelombang bungi dengan beda frekuensi yang kecil
Gambar (a) menunjukkan pergeseran yang dihasilkan sebuah titik di dalam ruang di mana
rambatan gelombang terjadi, dengan dua gelombang secara terpisah sebagai sebuah fungsi dari
waktu. Kita anggap kedua gelombang tersebut mempunyai amplitudo sama. Pada gambar (b)
menunjukkan resultan getaran di titik tersebut sebagai fungsi dari waktu.
Dalam peristiwa interferensi gelombang bunyi yang berasal dari dua sumber bunyi yang
memiliki frekuensi yang berbeda sedikit, misalnya frekuensinya f1 dan f2, maka akibat dari
interferensi gelombang bunyi tersebut akan kita dengar bunyi keras dan lemah yang berulang
secara periodik.
Terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan bunyi tersebut adalah efek dari interferensi
gelombang bunyi yang disebut dengan istilah layangan bunyi atau pelayangan bunyi. Kuat dan
lemahnya bunyi yang terdengar tergantung pada besar kecil amplitudo gelombang bunyi.
Demikian juga kuat dan lemahnya pelayangan bunyi bergantung pada amplitudo gelombang
bunyi yang berinterferensi.
Banyaknya pelemahan dan penguatan bunyi yang terjadi dalam satu detik disebut frekuensi
layangan bunyi yang besarnya sama dengan selisih antara dua gelombang bunyi yang
berinterferensi tersebut. Besarnya frekuensi layangan bunyi dapat dinyatakan dalam persamaan :
fn = N = | f1 – f2 |
dengan :
N = banyaknya layangan bunyi tiap detiknya
f1 dan f2 = frekuensi gelombang bunyi yang berinterferensi
fn = frekuensi layangan bunyi

Pipa organa adalah sebuah elemen penghasil suara. Pipa tersebut akan beresonansi
(mengeluarkan suara) pada nada tertentu ketika ada aliran udara yang ditiupkan pada tekanan
tertentu. Piano-piano mekanik yang yang sering terlihat di greja atau konser musik klasik punya
banyak pipa organa. Masing-masing pipa punya ukuran dan disetting untuk skala nada tertentu.

Pipa organa ternyata punya sifat yang unik. Pada tahun 1877, Seorang ilmuwan Lord Rayleigh
melakukan pengamatan dua pipa organa yang identik. Fisikawan asal negeri Ratu Elisabeth ini
menemukan keanehan. Ketika kedua pipa ditiup bersamaan bunyi yang dihasilkan cenderung
pelan, tidak jelas dan tidak berisik (saling meniadakan). Akan tetapi ketika diantara kedua pipa
organa tersebut di beri sekat penghalang bunyi yang dihasikan bisa terdengar keras dan jernih.

Pipa Organa Terbuka

Pipa organa terbuka adalah sebuah kolom udara yang kedua ujung penampangnya terbuka.
Apabila pipa ini ditiup, udara dari dalam pipa organa itu membentuk pola gelombang stasioner.
Ciri dari pipa ini adalah kedua ujungny langsung berhubungan dengan udara luar.

Rumus rumus dalam Pipa Organa Terbuka

Nada Dasar Karena l = ½ λ ⇒ λ =

2l maka rumus

Pada Nada dasar dalam frekuensi nada dasarnya

pipa organa terbuka fo  = v/2l


terbentuk 1 simpul dan 2

perut dan terjadi 1/2

gelombang. Dengan

damikian panjang pipa

sama dengan setengah


gelombang

Nada Atas Pertama

Pada frekuensi nada atas

pertama atau harmonik Karena l = λ ⇒ λ

kedua terbentuk 2 simpul = l maka rumus

dan 3 perut dan terbentuk frekuensi nada dasarnya

sebuah gelombang. Dengan


f1  = v/l
demikian panajang pipa

sama dengan satu panjang

gelombang.

Frekuensi Nada Atas

Kedua

Karena l = 1½ λ ⇒ λ =
Pada frekuensi nada ini
2/3 l maka rumus
dalam pipa organa
frekuensi nada dasarnya
terbentuk 3 simpul dan 4

perut (1,5 gelombang). Jadi f2  = 3v/2l

Panjang pipa organa sama

dengann 1, 5 gelombang.

f2 = (n+1)v/2l
Frekuensi Nada Atas Ke n
dengan n = 1,2,3 dst
Pipa Organa Tertutup

Pipa organa tetutup adalah sebuah kolom udara yang salah satu ujungnya tertutup dan ujung
yang lain terbuka. Apabil pipa organan ini ditiup akan dihasilkan pola gelombang stasioner
dimana ujung yang tertutup selalu menjadi titik simpulnya. Sobat tahu klarinet? Klarinet
(clarinet) adalah alat musik tiup dengan corong tiup tunggal. Alat ini berbentuk pipa dengan dua
ujung, satu ujung terbuka dan satu ujung tertutup. Kalau sobat sering lihat Squidward di

spongebob, pasti tahu klarinet itu apa. 

Rumus rumus dalam Pipa Organa Tertutup

Pada pipa organa tertutup, karena ujunganya tertutup dan merupakan simpul, maka dalam pipa
organa ini untuk nada dasar dan nada atas jumlah simpul dan perut yang terjadi dalam pipa
tersebut adalah sama. Berikut rumus selengkapnya.

Nada Dasar

Berbeda pada pipa organa

terbuka, nada dasar dalam Karena l = ¼ λ ⇒ λ =

pipa organa tertutup 4l maka rumus

terbentuk 1 simpul dan 1 frekuensi nada dasarnya

perut dan terjadi ¼ fo = v/4l

gelombang. Dengan

demikian panjang pipa

sama dengan ¼ gelombang


Nada Atas Pertama

Pada frekuensi nada atas

pertama atau harmonik Karena l = ¾ λ ⇒ λ

kedua terbentuk 2 simpul = 4/3 l maka rumus

dan 2 perut dan terbentuk ¾ frekuensi nada dasarnya

gelombang. Dengan
f1 = 3v/4l
demikian panajang pipa

sama dengan ¾ panjang

gelombang.

Frekuensi Nada Atas

Kedua

Karena l = 1½ λ ⇒ λ =
Pada frekuensi nada ini
2/3 l maka rumus
dalam pipa organa
frekuensi nada dasarnya
terbentuk 3 simpul dan 3

perut (5/4 gelombang). Jadi f2 = 4v/5l

Panjang pipa organa sama

dengann 5/4 gelombang.

f2 = (2n+1)v/2l
Frekuensi Nada Atas Ke n
dengan n = 1,2,3 dst

Contoh Soal

(soal ujian nasional 2002)


Pipa organa terbuka A dan pipa organa tertutup B ditiup secara bersamaan. Jika pada pipa organa
terbuka menghasilkan nada atas petama dan nada tersebut sama dengan nada dasar pada pipa
organa tertutup B. Dalam kondisi yang sama, jika panjang pipa organa A adalah 40 cm, maka
berapa panjang pipa organa B?

a. 75 cm c. 30 cm e. 10 cm

b. 40 cm d. 24 cm

Pembahasan dalam soal di atas hanya diketahui 2 hal yaitu

:: frekuensi nada atas pertama Organa A = frekuensi nada dasar organa B

:: panjang pipa organa A adalah 40 cm

Jika F1a adalah frekuensi nada atas pertama pipa organan A dan la adalah panjang pipa tersebut
maka

F1a = v/la…… (1)

Jika F0b adalah frekuensi nada dasar pertama pipa organan B dan lb adalah panjang pipa tersebut
maka

F0b = v/4lb……… (2)

Karena frekuensinya sama maka

F1a = F0b
v/la = v/4lb (coret v)
4lb = la
4lb = 40
lb = 10 cm Jadi panjang pipa organa B adalah 10 cm… (jawaban E)
Latihan Soal
1. Pipa Organa terbuka panjangnya 40 cm menghasilkan nada dasar dan membuat
layangan bunyi dengan garpu tala yang frekuensinya 420 Hz. Apabila cepat rambat
bunyi di udra 340 m/s, tentukan banyaknya layangan bunyi tiap sekon.

2. Saat cuaca mendung, seorang anak mendengar bunyi guntur 1,5 sekon setelah terlihat
kilat. Jika cepat rambat bunyi di udara adalah 320 m/s, tentukan jarak sumber petir
dari anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai