SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Biologi
Oleh :
AGUNG LAKSONO
NPM. 1211060074
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Biologi
Oleh :
AGUNG LAKSONO
NPM. 1211060074
Agung laksono
ABSTRAK
ii
MOTTO
1
Departemen Agama RI, “Al-Hikmah Al-Qura’an Terjemahanya”,( Jawa Barat: Penerbit
Dipenogoro, 2005), h. 367
v
PERSEMBAHAN
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
skripsinya. Penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan kasih syang
penulis kepada:
1. Ayahanda Suwarsono, S.Pd dan Ibunda Maryam yang memberikan kasih sayang
yang tak ternilai oleh suatu apapun, dukungan moral, spiritual, dan material
2. Adik-adik ku tercinta Nurul Roh Yana, Arif Darmawan, Adiba Kanza Az-Zahra,
Isro Ar-Rosyad yang selalu memacu semangatku untuk terus belajar dan
dukungan yang selama ini diberikan, semoga kita bisa membuat orang tua kita
3. Keluarga Besar Subarjan dan Mardi Utomo yang senantiasa memberi dukungan
4. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah
vi
RIWAYAT HIDUP
Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi yaitu putra pertama dari
bapak Suwarsono, S.Pd dan ibu Maryam. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh
penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 90/VII Sungai Merah II tamat dan berijazah
Singkut tamat dan berijazah pada tahun 2009, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Raden Intan Lampung melalui jalur SPMB-PTAIN. Pada bulan Agustus 2015
penulis Kuliah Kerja Nyata di Sendang Rejo, Kecamatan Sendang Agung Kabupaten
Negeri 23 Bandar Lampung. Penulis tercatat aktif dalam beberapa organisasi yang
telah terlatih dari semasa SMA yaitu Sekretaris Umum Pramuka Ambalan Buya
dan Keguruan tahun 2013-2014, Sekretaris Umum UKM INKAI IAIN Raden Intan
Lampung tahun 2013-2015, Wakil Sekretaris Umum Informasi dan Teknologi HMI
Cabang Bandar Lampung Komisariat Tarbiyah, dan Departemen Diklat BPL HMI
Cabang Bandar Lampung. Prestasi yang telah di peroleh penulis yaitu Juara I
vii
PORSENI SMP/MTs Kabupaten Sarolangun Cabang Karate tahun 2007, Juara 1
O2SN SMA Kabupaten Sarolangun tahun 2010 dan 2011 , Juara 3 Kejuaraan
Metro Cup), Juara 3 Walikota Bandar Lampung Cup, dan South East Asian
Surakarta.
viii
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW. Berkat petunjuk dari Allah jualah akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku ketua jurusan pendidikan
Biologi.
3. Ibu Nurhaida Widiani, M.Biotech selaku pembimbing I dan ibu Yessy Velina,
4. Bapak/ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan
5. UKM INKAI IAIN Raden Intan Lampung, Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
ix
Cabang Bandar Lampung yang telah menjadi wadah berproses dan menjadi
6. Kawan 6 cm Ryo Waldi, Ratna Sari, Aris Kurniawan, Ahmad Agus Saputra, dan
Siti Anisa, Menjalani medan proses bersama menuntut ilmu selama dalam
Lichen, serta Thofan Aradika P, Tri Anggoro, Nizron, Amanda Diah P, Cika
Dian S
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Allah SWT, semoga jerih payah dan amal bapak-bapak dan ibu-ibu serta teman-
teman sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca
Agung Laksono
NPM. 1211060074
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ........ i
ABSTRAK ............................................................................................. ........ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
xi
3. Kelembaban Tanah ............................................................................ 26
4. Suhu Tanah ........................................................................................ 26
5. pHTanah ............................................................................................. 26
6. Insentitas Cahaya ............................................................................... 27
7. Ketinggian .......................................................................................... 27
G. Peran Lichen .............................................................................................. 28
1. Lichen sebagai Bioindikator .............................................................. 28
2. Lichen sebagai Makanan .................................................................... 30
3. Lichen sebagai Obat-obatan ............................................................... 31
H. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 32
DAFTAR PUTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTA TABEL
Tabel Halaman
Lichen ..................................................................................................... 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.5GambarUsnea australis.................................................................... 23
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar
95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7
juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi,
yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah
spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli
Indonesia.1
Kekayaan flora yang besar di Indonesia antara lain merupakan akibat dari
1
Cecep Kusmana, Agus Hikmat, “ Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia”. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5No. 2 (Desember 2015), h. 187-198
2
Kuswata Kartawinata, “Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia”.
Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X, LIPI ( 23 Agustus 2010), h.23
2
dapat diartikan sebagai keanekaragaman mahluk hidup di bumi, baik daratan, lautan,
lingkungan yang memungkinkan berbagai jenis tumbuhan lain dari lumut sampai
dunia.Iklim tropis, posisi geografis yang melingkar di antara Asia dan Australia telah
menghasilkan area fauna dan flora yang tidak dapat dibandingkan. Di kepulauan
Indonesia terdapat lebih dari 1.500 spesies burung, 500-600 jenis mamalia, 8.500
jenis ikan, 40.000 jenis pohon dan sejumlah bentuk-bentuk kehidupan lainnya dalam
jumlah yang sangat banyak.Dari sejumlah jenis tumbuhan yang ada di beberapa
Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis tumbuhan yaitu terdapat kurang
lebih 30 ribu jenis dari 40 ribu jenis tumbuhan yang ada di dunia. Sekitar 26% telah
dibudidayakan dan sisanya 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Lebih dari 8000
jenis merupakan tumbuhan yang berkhasiat obat dan baru 800-1200 jenis saja yang
baru dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional dan jamu”.4 Kelimpahan
3
Regina Rosita Butarbutar, Soemarno, “Pengaruh Aktivitas Wisatawan Terhadap
Keanekaragaman Tumbuhan Di Sulawesi”. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies,
Vol.1, No.2 (April 2013), h. 87-96.
4
Irpan Fahrurozi,”Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dan di hutan Terfragmintasi Kebun Raya Cibodas Serta Pemanfaatnya oleh Masyarakat
Lokal”. (Skripsi Sarjana Sains Bidang Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2014), h. 1
3
keanekaragaman hayati tidak lepas dari kondisi lingkungan yang mendukung dalam
Artinya: “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-
tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu”(Q.S:An-Nahl:10).5
dirasakan oleh Manusia di permukaan bumi air yang langsung turun dari langit agar
dapat dijadikan air minum, dan keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain
sebagainya serta dengan air juga udara yang panas menjadi sejuk menyegarkan
badan. Sedangkan nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan
banyak peneliti yang menekuni penelitian mengenai jenis Lichen. Lichen merupakan
tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi. Mereka dapat
5
Departemen Agama RI, “Al-Hikmah Al-Qura’an Terjemahanya”,( Jawa Barat: Penerbit
Dipenogoro, 2005), h. 268
4
Lichen yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis lumut
yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang, dan sesungguhnya berbeda dari
lumut yang biasa dilihat. Lichen merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga
secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Organisme ini biasanya
hidup secara epifit pada pohon-pohon, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub
mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di udara dan air hujan. Talus Lichen tidak
pencemaran udara. Lichen adalah spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah
zat kimia dari air hujan dan polusi udara. Adanya kemampuan ini menjadikan Lichen
sebagai bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu
6
Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien
Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 54-66
7
Rosna Yalang, Sari Rahayu Rahman, Wirnangsi D.Uno, “Identifikasi Jenis Lichenes Di
Kawasan Pegununganduasen Tohupodaa Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten
Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. h. 1-9
5
Lichen sangat berguna dalam menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam
waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara pada suatu daerah telah tercemar atau
tidak, dapat di lihat dari pertumbuhan Lichen yang menempel di pohon-pohon atau
batu. Lichen memiliki ketahanan terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim.
Pertumbuhan Lichen di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, antara lain suhu
Lichen yang berada pada suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan
respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan Lichen yang tumbuh
subur di daerah yang tidak tercemar.9 Lichen diketahui merupakan tumbuhan yang
peka terhadap pencemaran udara. Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah
menurun maka beberapa jenis Lichen akan menghilang seiring dengan meningkatnya
konsentrasi polusi di udara. Kematian Lichen yang sensitif dan peningkatan dalam
jumlah spesies yang lebih tahan dalam suatu daerah dapat dijadikan peringatan dini
mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.
8
Rosna Yalang, Sari Rahayu Rahman, Wirnangsi D.Uno, Op. Cit, h. 7
9
Dewi W. K. Baderan, Wirnangsi D. Uno, Yuliani Usuli, “Lumut Kerak Sebagai Bioindikator
Pencemaran Udara (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah
Kota Gorontalo)”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. h. 1-11
10
Ahmad Bashri, et al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI
Kediri
6
lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis (genus) Lichen yang dapat
memerlukan biaya yang besar dan penanganan khusus. Karna Lichen tidak memiliki
katikula sehingga zat-zat dan dari air hujan dan polusi udara akan terserap oleh
Lichen. Identifikasi udara suatu daerah tercemar atau tidak, dapat dilihat dari
Lichen.
Sumber polusi udara dapat berasal dari sumber alami, seperti gunung berapi
dan sumber buatan oleh perbuatan manusia, seperti gas buangan industri dan
dari sumber buatan. Masalah pencemaran buatan di perkotaan semakin lama akan
11
Efri Roziaty, Op Cit. h. 55
12
Bioindikator atau biologiindikator atau Biological indicator merupakan organisme atau
komunitas, yang reaksinya dianggap mampu mengevaluasi situasi atau kondisi yang memberitahukan
adanya “sesuatu” dalam suatu ekosistem. Bioindikator mengidikasikan bahwa adanya benda – benda
asing seperti bahan – bahan fi sika dan kimia yang mengalami perubahan jika ada ataupun tiada,
jumlah, morfologi,fisiologi atau tingkah laku dimana spesies tersebut mengindikasikan adanya
“sesuatu” di luar batas
13
Kwanda Timoticin, “Pembangunan Permukiman Yang Berkelanjutan Untuk Mengurangi
Polusi Udara.” Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 1, Juli 2003.h. 20-27
7
komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga terjadi
penurunan kualitas udara sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
Dalam lingkup kajian ekologi Lichen berada pada posisi penting dalam ranah
ekologi, Lichen memiliki nilai penting bagi kelestarian ekosistem. Lichen merupakan
peran penting Dalam kehidupan Lichen mempunyai beberapa peranan, yaitu sebagai
tumbuhan perintis, sebagai indikator adanya polusi udara, sebagai bahan penyamak
kulit, bahan pewarna, dan bahan kosmetik serta di daerah tundra berperan sebagai
komponen fisik maupun hayati yang berpengaruh terhadap kehidupan organism yang
ada di dalamnya. Manusia seperti halnya mahluk hidup lainnya selalu berinteraksi
juga interaksi antara organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak
sederhana melainkan suatu proses yang kompleks, karena di dalam lingkungan hidup
terdapat banyak komponen yang disebut komponen lingkungan biotik dan abiotik.
14
Anikhotul Ihrom, Ani Sulistyarsi, “Biomonitoring Pencemaran Udara Menggunakan
Bioindikator Lichenes Di Kota Madiun.” Florea Vol. 2 No. 2, Nopember 2015 h.43-46
8
Dalam konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu unit
Komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling
Lichen merupakan salah satu bagian dari ranah ekologi. Lichen sebagai faktor biotik
Manusia sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai orang lain)
dengan makhluk hidup yang lain dalam konteks tertentu yang mampu berinteraksi
terhadap lingkungan dapat mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu alam tetap lestari
15
Lingkungan memiliki arti luas mencakup semua hal yang ada di luar organism yang
bersangkutan, misalnya radiasi matahari, suhu, curah hujan, kelembaban, tepografi, parasit, predator
dan kometitor, interaksi-interaksi yang terjalin itu adalah bagian dari Ekologi ekosistem yakni cabang
ekologi yang berkenaan dengan analisis ekosistem dipandang dari sudut struktural dan fungsional
termasuk hubungan antara unsur-unsur biotik dan abiotik.
16
Departemen Pendidikan Naional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,(Jakarta: Balai
Pustaka,2010)
9
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)
(Q.S. Ar-Rum: 41).17
Dampak perubahan kondisi ekologi suatu lingkungan, mampu mempengaruhi
tumbuhan Lichen. Pengetahuan tentang dunia tumbuhan tingkat rendah, dan ekologi
bertambah yang berdampak pada aspek lingkungan, ekonomi, aspek sosial dan
menyimpang.
sebagai bahan acuan belajar peserta didik, diharapkan bukan hanya sekedar teori yang
17
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 408
18
Indriyanto, Op.Cit, h. 24.
10
mempercaayai dan saling membantu. bahan ajar diambil dari lingkungan social dan
budaya yang dihadapi peserta didik.19 Kegiatan praktikum juga, terkadang membuat
efek kejenuhan bagi peserta didik sehingga perlu adanya solusi yang efektif dan
inovatif, dimana ruang lingkup pembelajaran dilakukan di dalam ruangan atau di luar
ruangan.
Salah satu metode yang ditawarkan dalam kegiatan praktikum adalah dengan
penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif Guru dalam
Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi
19
Widyastono. Herry, “Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum
2004,2006,ke Kurikulum 2013 ”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 16.
20
penerapan keterampilan proses siswa secara teori sangat kurang sehingga siswa
menunjukkan ketidakmampuan mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri, namun saat ada
penambahan proses pembelajaran melalui Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran
biologi dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa.
11
yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, iklim dan sinar matahari.21
Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri
masih sedikit dilakukan sehingga pada penelitian ini akan dikaji lebih mendalam
pencemaran udara. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Kampus IAIN
Raden Intan Lampung dan Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar
morfologi talus, penutupan talus dan kemampuan Lichen menyerap air di Kampus
IAIN Raden Intan Lampung yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran
udara.
B. Identifikasi Masalah
21
I Ketut Ardana, “Pemahaman Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Dengan Memanfaatkan
Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Biologi Di SLTP”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII (Juli 2004), h. 96-108
12
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui kualitas udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
13
F. Manfaat Penelitian
3. Menjadi salah satu sumber rujukan dalam kegiatan praktikum khususnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keanekaragaman
yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu
itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan.
rendah.
1
Bitenia Elen Kuni, Gusti Hardiansyah dan Idham, “Etnobotani Masyarakat Suku Dayak
Kerabat Di Desa Tapang Perodah Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau”. Jurnal Hutan
Lestari. Vol. 3 (3) (2015). h. 383–400
16
bertahap. Ketinggian bersama faktor lain seperti iklim dan kesuburan tanah akan
Keterangan3:
Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan
algae dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme yang dapat membentuk
kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain pada komponen – komponenya.
Alga memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis sedangkan fungi mengambil air
dan mineral lainnya dari lingkungan. Sedangkan helotisme maksudnya pada awalnya
menguntungkan tapi selanjutnya fungi bersifat parasit pada alga dikarenakan hanya
Lichen merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi
cendawan memberikan air dan garam-garam kepada ganggang. Dapat juga hubungan
antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang
timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaannya saja Fungi dan alga
bersimbiosis membentuk Lichen baru hanya jika bertemu dengan jenis yang tepat.
bahan obat – obatan (Parmelia sulcata) dan beberapa spesies Usnea untuk obat batuk,
dan Cetraria islandica untuk obat diabetes, paru – paru dan katarak. Fungsi lainnya
4
Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien
Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 54-66
5
Dina Astuti B.Lawira, Marini S. Hamidun, Sari Rahayu Rahman, “Keanekaragaman Jenis
Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo”. Program
Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
18
dari lichen adalah sebagai indikator, misal dari genus Cetraria sebagai indikator
adanya.
Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan
seksama maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen
merupakan suatu komposisi organisme yaitu jamur dan alga atau cyanobakteri. Dua
jenis organisme ini hidup saling berhubungan yang dinamakan simbiosis, alga
menyerap air dan mineral dari udara, proteksi dari perubahan fisik, suhu, dan
intensitas sinar matahari tinggi. Dengan menyerap mineral dari udara sehingga Lichen
Lichen dapat hidup bergantung pada kelembaban atmosfer: hujan, kabut &
kehidupannya tetapi udara yang mengandung air telah bercampur dengan polutan
yang terlarut, sehingga polutan yang terlarut merusak jaringan pada Lichen.
fisiologi yang memerlukan respon yang cepat. Cara paling mudah melihat suatu
19
daerah tercemar atau tidak dapat diketahui dari Lichen di daerah tersebut. Sehingga
indikator biologi Lichen dapat diketahui dengan mudah oleh semua orang.
C. Morfologi Lichen
dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. bagian
utama lichen adalahtalus yang merupakan jaringan vegetatif. Keberadaan talus dapat
terangkat atau tegak lurus dari substratnya, terjumbai, tergantung atau talus juga dapat
terlihat tubuh secara rapat atau jarang pada substrat. Struktur morfologi Lichen yang
tidak memiliki lapisan kutikula, stomata dan organ absorptif, memaksa Lichen untuk
bertahan hidup di bawah cekaman polutan yang terdapat di udara. Jenis Lichen yang
toleran dapat bertahan hidup di daerah dengan kondisi lingkungan yang udaranya
tercemar.
Talus Lichen terdiri dari empat bentuk tubuh utama yaitu foliose, crustose,
1. Foliose
Talus Foliose bentuknya seperti daun. Korteks bagian atas adalah bagian lapisan
alga yang dibungkus oleh hifa dan pada banyak spesies terpenetrasi oleh jamur
haustoria. Medulla menempati bagian terbesar dari talus dan terletak persis
dibawah lapisan alga. Medula terdiri dari dari hifa yang beranyaman ke
prosenkim lebar dengan individu hifa yang berbeda. Korteks bawah, bila ada
20
terletak dibawah talus dan strukturnya menyerupai korteks atas namun lebih tipis
dan sering tertutup dengan hifa rhizoidal atau rambut-rambut yang membentuk
tomentum. Jadi struktur talus lichen foliose mirip dengan struktur daun, dengan
korteks atas dan bawah mewakili lapisan epidermal daun dan dengan lapisan alga
2. Crustose
keras.Crustose bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada kulit batang pohon.
Berbentuk seperti coret coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.
Lichen yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu
melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk
3. Squamoluse
Talus squamoluse bentuknya seperti neraca atau timbangan yang berbentuk dari
banyak lubang-lubang yang kecil (squamules). Talus ini memiliki bentuk seperti
talus crustose dengan pingiran yang terangkat ke atas di atas tempat hidupnya.
4. Fruticose
Talus fruticose bentuknya seperti silinder, tegak dan bercabang. Pada tipe ini
substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lichen ini mempunyai
stenospora.
D. Klasifikasi Lichen
1. Kelas Ascolichenes
berumur pendek dan dapat hidup bebas, misalnya Dermatocarpon (Gambar 2.3)
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Kelas : Ascholicenes
Ordo : Verrucariales
Family : Verrucariaceae
Genus : Dermatocarpon
Gambar 2.3. Dermatocarpon miniatum
Spesies: Dermatocarpon miniatum Sumber : http://www.discoverlife.org
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Verrucariales
Family : Verrucariaceae
Lichen ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan mempunyai aksus
yang berdinding tebal, contoh : Usnea yang berbentuk semak kecil dan banyak
(Gambar 2.5), dan Parmelia yang berupa lembaran-lembaran seperti kulit yang
hidup pada pohon-pohon dan batu-batu (Gambar 2.6), dengan klasifikasi sebagai
berikut :
23
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Usneaseae
Genus : Usnea
Gambar 2.5. Usnea australis
Spesies : Usnea australis
Sumber : http://farm6.staticflickr.com
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
2. Kelas Basidiolichenes
Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium, yang
(Gambar 2.7). Lichen dipisahkan dari fungi dan dijadikan suatu golongan yang
Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae dengan tiga genus Cora, Corella
dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu Scytonema dan tidak berbentuk
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Basidiolichenes
Ordo : Polyporales
Family : Thelephoraceae
Genus : Cora
Gambar 2.7. Cora pavonia
Sumber : http://luirig.altervista.org
Spesies : Cora pavonia
Imperfecti (Deuterolichens). Golongan ini tidak membentuk spora fungi dan talus
tersusun dari hifa atau massa padat yang seringkali terlihat menyerupai sebuk atau
E. Habitat Lichen
Lichen terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada habitat yang berbedabeda,
biasanya dalam lingkungan yang agak kering. Lichen tumbuh pada batang dan
stabil.
Corticolous, Terricolous.
25
1. Saxicolous
Saxicolous adalah jenis Lichen yang hidup di batu. Menempel pada substrat
2. Corticolous
Corticolous adalah jenis Lichen yang hidup pada kulit pohon. Jenis ini sangat
terbatas pada daerah tropis dan subtropis, yang sebagian besar kondisi
lingkungannya lembab.
3. Terricolous
Terricolous adalah jenis Lichen terestrial, yang hidup pada permukaan tanah.
Lichen tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, tahan terhadap
kondisi kekurangan air dalam jangka waktu yang lama, tahan terhadap panas
terik. Jika cuaca pana, Lichen akan berubah warna seperti kekeringan, tetapi
tidak mati. Jika disirami air maka Lichen akan hidup kembali. Pertumbuhan
thalus sangat lambat, dalam satu tahun biasanya kurang dari 1 cm. tubuh buah
substrat cenderung Lichen yang tumbuh juga relatif seragam. Mereka tumbuh di
lingkungan dengan kondisi iklim yang berbeda dan dengan substrat yang
berbeda. Mereka mampu dengan cepat menyerap dan menyiapkan air dari
6
Efri Roziaty, Op Cit. h. 60-61
26
yang “keras” seperti gurun dan kutub, dan terpapar pada suatu permukaan yang
datar, dinding, atap, dahan/ranting pohon dan material buatan manusia lainya
seperti gelas, logam dan lain sebagainya. Lichen ini merupakan vegetasi perintis
sebagai berikut :
1. Suhu Udara
Lichen serta jumlah jenis Lichen tersebut. Lichen memiliki kisaran toleransi suhu
yang cukup luas. Lichen dapat hidup baik pada suhu yang sangat rendah atau pada
suhu yang sangat tinggi. Lichen akan segera menyesuaikan diri bila keadaan
lingkungannya kembali normal. Salah satu contohnya alga jenis Trebouxia tumbuh
27
baik pada kisaran suhu 12-24°C, dan fungi penyusun Lichen pada umumnya tumbuh
2. Kelembaban udara
3. Kelembaban Tanah
juga dipengaruhi oleh adanya pohon pelindung terutama apabila pohonnya rapat.
4. Suhu Tanah
Suhu tanah adalah faktor yang mempengaruhi tumbuhan. Suhu yang rendah
mempengaruhi rata-rata penguapan air dan pertumbuhan dari akar. Suhu udara yang
rendah pada musim dingin mendorong pernafasan yang cepat. Sementara suhu tanah
yang rendah mengurangi kecepatan penguapan air oleh akar. Dalam keadaan seperti
ini tumbuhan yang tumbuh sangat lambat atau mati sebagai akibat kelebihan air yang
keluar. Suhu tanah dipengaruhin oleh suhu udara. Intensitas cahaya matahari yang
5. pH Tanah
Tanah dikatakan netral (tidak bersifat asam atau basa) apabila memiliki pH =
6. Intensitas Cahaya
cahaya, ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, juga ada
berbanding langsung dengan sinar sampai tingkat maksimum. Titik ini yang
yang berlainan.
7. Ketinggian
karena faktor ketinggian sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan yang
lain. Ketinggian tempat ini sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan
suhu udara. Curah hujan sangat berkorelasi positif dengan ketinggian, sedangkan
G. Peranan Lichen
Lichen memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia antara lain
sebagai berikut :
pencamaran udara adalah Lichen, ini dapat dilihat dari kepekaannya terhadap
berbagai jenis polutan di udara dan reaksinya terhadap emisi-emisi polutan yang
tanpa menyeleksinya sebagai akibat tidak terdapat katikula pada Lichen sehingga
memudahkan polutan untuk masuk kedalam talus, hal ini mendorong Lichen untuk
menyerap air dan nutrisi secara langsung serta proses regenerasi dan asimilasi
terbatas sebagai akibat ketersediaan air dalam Lichen seluruhnya berfungsi untuk
kelembaban.
Secara Fisiologi berkurangnya filter pada pada saat mengabsorsi dan respirasi
terhadap gas CO2, terjadinya perubahan kandungan air dalam talus, menurunya fiksasi
menurunya kandungan klorofil dan leaching potasium serta magnesium dari talus.
30
Jenis Lichen yang paling peka terhadap SO2 adalah dari jenis Lobaria
amplissima, hal ini sejalan dengan penambahan jumlah konsentrasi SO2 yang diikuti
oleh berkurangnya keberadaan jenis Lichen terutama dari jenis corticolous. Oleh
karena itu kita jarang menemukan Lichen pada daerah yang tercemar. Tingkat
ada beberapa sifat Lichen yang ideal sebagai bioindikator antara lain :
c. Tidak memiliki kutikula, sehingga mempermudah air, larutan dan logam serta
Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah menurun maka beberapa jenis lichen akan
31
mengindikasikan atau mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari emisi
terhambatnya pertumbuhan lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis
sebanyak 12 jenis. Lichen yang tidak teridentifikasi terdiri atas 3 jenis Lichen, terdiri
atas 2 jenis Lichen dengan tipe morfologi crustose dan 1 jenis Lichen dengan tipe
morfologi foliose8, yang ditemukan talus Crustose Tipe talus Crustose merekat kuat
pada substratnya, Foliose yang menyerupai daun dan mudah dilepas9, 1 jenis Lichen
Talus dari lichen belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas,
karena lichen memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-
gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebih dahulu
7
Efri Roziaty, Op. Cit
8
Pratiwi . Mungki Eka, “Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Studi
Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur Dan Tegakan Mahoni Cikabayan)”.
Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, h. 23
9
Prayanka. Adinda, “Keanekaragaman Lumut Kerak Tiga Taman Kota Di Jakarta Selatan
Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara”. Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014, h. 9
10
Yalang Rosna .Wirnangsi D Uno. Sari Rahayu Rahman, “Identifikasi Jenis Lichenes Di
Kawasan Pegunungan Duasen Tohupodaa Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten
Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. 2015. h. 6-8
32
Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari
biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichen sebagai
Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose Lichen digoreng atau dimakan
mentah. Lichen juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput,
serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai
sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina
stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichen dari jenis Lobaria
linita.
Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichen juga
digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan Lichen
obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam
ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan
herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan
homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua
diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichen memiliki sifat antibiotik.
Substrat dari Lichen yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai
digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia
dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat
lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus
tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak Lichen yaitu : lecanoric,
H. Kerangka Berfikir
udara yang terdiri atas campuran berbagai gas dan debu memiliki komposisi yang
relatif konstan dan udara normal ini berkualitas baik. Namun, bila terjadi kontaminan
pada konsentrasi yang sudah melebihi ambang batas maka komposisi udara tersebut
Apabila batas tersebut dilampaui akan timbul berbagai kerugian karena terjadi
akan tetapi beberapa tumbuhan dan hewan yang mempunyai kepekaan terhadap
perubahan lingkungan dapat dipakai sebagai petunjuk secara dini untuk mengetahui
34
adanya pencemaran udara. Tumbuhan yang peka tersebut dapat digunakan sebagai
indikator biologi.
Salah satu tumbuhan yang peka terhadap kondisi lingkungan ialah Lichen.
masuk kedalam talus. Talus akan mengalami kerusakan apabila polusi udara yang
tinggi.
Lichen corticolous
Bioindikator
BAB III
METODE PENELITIAN
sampel, pengukuran suhu udara harian dan kelembaban udara dilakukan di Kampus
IAIN Raden Intan Lampung dan Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode Transek1 dan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, pisau atau
pinset, kamera digital, thermohygrometer, lup, pita meter, timangan digital dan buku
kertas label, selotip, kantong koleksi, tali rafia, dan amplop spesimen.
1
Fachrul, Melati Ferianita. “Metode Sampling Bioekologi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.
13-14.
35
D. Cara Kerja
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Lichen ini adalah 6 plot di Kampus IAIN Raden Intan Lampung
dan 6 plot Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung.
2. Pengambilan Sampel
jarak antar plot sepanjang 50 m. Plot 1 dimulai dari sebelah kiri Transek garis (Line
Transect)2, Transek ditarik dari arah barat ke arah timur berada di depan kampus
IAIN Raden Intan Lampung. Jarak dari pagar pembatas ke plot 1 adalah 15 Meter,
jika Transek garis menabrak gedung maka Peneliti mengambil inisiatif untuk
menggeser garis Transek ke arah Tenggara karna lebih berpotensi untuk menemukan
Jenis Lichen.
Di dalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada. Kemudian
dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel Lichen. Diameter dan keliling batang
untuk mengetahui luas kulit kayu yang diamati. Luas kulit kayu yang diamati
2
Ibid
3
Hutajulu. Rudi Halomoan, “Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak Yang Hidup Pada Kulit
Kayu Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara”, Skripsi Sarjana kehutanan Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor 2015, h. 4.
36
Keterangan :
Sampel Lichen diambil dengan cara dikerik dengan menggunakan Pisau dari
permukaan kulit batang pohon. Pengambilan sampel dilakukan pada kedua sisi
batang pohon. Setelah itu, sampel dimasukan kedalam amplop spesimen dengan
ukuran 110 mm x 230 mm yang telah diberi kode dilakukan pengamatan langsung
untuk melihat warna, bentuk dan penutupan Lichen.4 Adapun parameter yang akan
diamati adalah :
pengamatan keragaman tipe morfologi talus yaitu dengan melihat penutupan Lichen,
warna, bentuk dan kemampuan Lichen dalam menyerap air. Sedangkan jenis data
4
Ahmad Bashri, et al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI
Kediri.
37
faktor biotik yang diperoleh adalah jenis tanaman sebagai substrat bagi Lichen
sedangkan jenis data faktor abiotik yang diperoleh adalah iklim mikro, terdiri dari
berbeda di setiap lokasi pengamatan. Pengukuran dilakukan pada pukul 07.30; 13.30
dan 17.30 WIB.5 Pengamatan ini dilakukan pada saat cuaca sedang cerah atau cuaca
yang sedang.
3. Identifikasi
terhadap sampel yang diperoleh untuk memisahkan antara kotoran dan Lichen, serta
antara Lichen dengan Lichen yang berbeda takson. Setelah dilakukan penyortiran,
5
Ibid.
6
H. Sipman, “Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore”, 2003
38
4. Pembuatan Herbarium
terpisah dari masing-masing spesies, kemudian diberi label yang telah diberi nomor
urut dan nama kolektor yang ditulis dengan pensil. Pengoleksian sampel yang diambil
dipisah dari setiap kawasan lokasi penelitian. Lichen selanjutnya diproses menjadi
dalam amplop kertas yang telah dilipat, kemudian diberi label dengan keterangan
tentang nama jenis (apabila diketahui nama jenisnya), nama kolektor, nomor koleksi,
E. Analisa Data
Keterangan :
Wt = Berat total kertas minyak yang diukur bedasarkan luas kertas minyak yang
7
Ahmad Bashri, et al. Op.Cit
39
berikut :
sebagai berikut:
H’ = -Σ pi In pi
Keterangan:
8
Hardianto Riszki Is, Op.Cit, h.5
9
Ibid
10
Hutajulu. Rudi Halomoan, Loc. Cit
40
warna menjadi pucat atau berubah. Warna lumut kerak misalnya yang berwarna hijau
cerah karena terpapar terus menerus oleh zat-zat pencemar lama kelamaan akan
terpolusi merupakan suatu fenomena yang telah diketahui dan secara umum dapat
11
Dewi W. K. Baderan, Wirnangsi D. Uno, Yuliani Usuli, “Lumut Kerak Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan
Kota Tengah Kota Gorontalo)”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Gorontalo. h.8
12
Ahmad Bashri, Et Al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara Pgri
Kediri
41
lokasi penelitian
Pembuatan Herbarium
Melakukan Inventarisasi
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Keberadaan vegetasi berkayu pada plot digunakan Lichen sebagai tempat tumbuh
atau habitatnya. Jumlah vegetasi berkayu yang terdapat pada plot Kampus Institut
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung berjumlah 35 pohon dengan diameter
Pada Plot Pembanding yakni Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota
Bandar Lampung. Jumlah vegetasi sebanyak 30 pohon dengan diameter batang rata-
A B
C D
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian; a dan b, plot penelitian Kampus Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung. c dan d plot penelitian di Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota
Bandar Lampung
44
Sedangkan pada lokasi penelitian pembanding di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi
Hasil pengukuran luas kulit kayu sebagai habitat Lichen pada Kampus Institut
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung (81.5 m²) lebih besar dibandingkan
Hasil Presentase penutupan talus Lichen pada 6 plot yang berada di Kampus
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Pembanding.
Tabel 4.4 persentase penutupan talus Lichen
Lokasi Penelitian
Plot
Kampus Pembanding
I 1.3 1.7
II 1.2 0.3
III 1.3 0.6
IV 0.9 1.3
V 1.3 1.1
VI 1.5 0.6
45
Hasil Rekapitulasi suhu udara dan kelembaban relatif udara harian di Kampus
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Pembanding.
Tabel 4.5 Suhu Udara dan kelembaban relatif udara harian
Lokasi Penelitian
Kampus Pembanding
Kelembaban Udara (%) 81.5 71.8
Suhu udara (ºC) 28.6 30
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan lokasi Pembanding
B. Pembahasan
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yaitu 2.61. Parmelia sulcata merupakan
Lichen yang paling dominan ditemukan di kampus Institut Agama Islam Negeri
Lecanora helva Stizenb merupakan Lichen yang paling dominan ditemukan di lokasi
berbentuk mirip seperti lembaran daun, dengan warna putih kehijauan yang mana
bentuk dari Parmelia sp. yang ditemukan berbentuk bulat seperti lingkaran,
sedangkan bila dilihat dari jauh akan nampak seperti lembaran daun yang telah
mengering. Parmelia sp. ditemukan di tempat yang lembab pada saat di Kampus
Parmelia sp tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, dan tahan
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik Lichen yang
hidup pada batu – batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan apabila turun
hujan akan hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun
kurang lebih 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertemua
peritesium, misalnya Dermatocarpon dan Verrucaria, selain itu Parmelia sp. juga
berupa lembaran – lembaran seperti kulit yang hidup di pohon – pohon dan batu –
batu. Serta memiliki manfaat Parmelia sp. untuk membantu melapukkan batu –
spesies dari ordo Lecanorales, bagian tengahnya berwarna hijau tua dan bagian yang
agak ke pinggir berwarna hijau muda, Lichen ini bentuknya tidak teratur, bagian
tengah Lichen ini terdapat bagian yang menonjol seperti bintil dan memiliki
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung ditemukan 16 spesies Lichen yang terdiri
dari 11 spesies memiliki morfologi talus crustose dan 5 spesies Lichen talus foliose.
terdiri dari 7 spesies memiliki morfologi talus crustose dan 1 spesies Lichen talus
foliose.
Talus crustose memiliki ciri-ciri bentuk seperti kerak yang yang melekat pada
substratnya. Tipe talus foliose memiliki ciri-ciri dengan talus mudah terkelupas dari
substratnya. Perbedaan tipe morfologi talus Lichen dapat dilihat dan ditentukan secara
makroskopis.1
Bentuk talus khususnya untuk talus crustose, akan ditemukan dalam bentuk
yang tidak tetap serta beberapa jenis Lichen memiliki talus yang cenderung berbentuk
menyerupai lingkaran tetapi juga dapat ditemukan pada keadaan tidak beraturan.
Keadaan yang tidak beraturan dapat tumbuh pada permukaan batang kayu, kayu yang
sedangkan secara mikroskopis tipe talus ini memiliki batasan antar lapisan tidak
terlalu terlihat jelas. bahwa lapisan dermis pada kebanyakan tipe talus foliose tidak
dapat dibedakan dengan lapisan atasnya. Namun, pada tipe talus ini terlihat adanya
rizoid, yaitu struktur yang terbentuk dari kumpulan hifa fungi yang berfungsi untuk
struktur ini mirip akar, akan tetapi tidak berperan penting sebagai penyalur bahan
1
Pratiwi. Mungki Eka,” Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Studi
Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur Dan Tegakan Mahoni Cikabayan)”.
(Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 2014), h. 36
49
melingkar/membulat serta bentuk yang tidak teratur. Bentuk talus Lichen dengan
jenis yang sama dengan lokasi pengamatan yang sama dapat berbeda. (Lampiran 1 h.
59-67) Hal tersebut ditentukan oleh faktor tempat tumbuh seperti keadaan permukaan
tempat tumbuh. Pada kulit permukaan batang tanaman yang tidak pecah-pecah,
pertumbuhan talus Lichen dapat utuh dan batas antar koloni terlihat dengan jelas.
Secara umum perkembangan talus Lichen akan cenderung membulat. Pada kulit
batang pohon yang pecah-pecah, perkembangan bentuk talus Lichen cenderung akan
Pada lokasi Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung,
untuk talus berkembang ke segala arah. Hal tersebut akan mempengaruhi bentuk talus
Lichen, sehingga bentuk dan keadaan talus ditentukan oleh keadaan tempat tumbuh
yaitu umur dan sifat tanaman itu sendiri sebagai faktor substrat.
tetapi warna talus dari suatu spesies Lichen tidak selalu memperlihatkan warna yang
50
konsisten. Hal ini dipengaruhi oleh substrat dan kondisi lingkungan sebagai tempat
jumlah dan diameter yang berbeda. Perbedaan jumlah maupun diameter batang kayu
mempengaruhi luasan kulit kayu yang diamati (Tabel 4.1). Diameter batang kayu
yang semakin besar berpotensi ditemukan lebih luas tutupan Lichen. Secara umum,
permukaan kulit kayu di kedua plot contoh tampak lembab dan mengalami
Kondisi iklim mikro yang diukur adalah kelembaban dan suhu udara, hal
kawasan Kampus memiliki suhu udara rata-rata yang relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan lokasi pembanding. Tumbuhan yang tinggi dan luasan yang
dengan talus foliose ditinjau dari faktor lingkungan yaitu kelembaban udara yang
matahari, penggerakan udara, pohon berbanir, dan letak vegetasi batang. Jarak antara
pohon yang berjauhan akan lebih cepat mengalami penguapan sehingga kelembaban
51
lingkungan, yakni: suhu udara harian, dan kelembaban relatif udara harian. Hasil
Intan Lampung memiliki suhu harian sebesar 28.9°C, serta kelembaban relatif udara
harian sebesar 81.5%. Suhu harian di Lokasi Pembanding sebesar 30°C, serta
Suhu yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi dan menurunkan laju
fotosintesis. Jika hal tersebut terus berlangsung akan menyebabkan kematian pada
Lichen. Pengambilan, penahanan, dan pengeluaran air merupakan hal yang sangat
penting dalam Lichen, karena Lichen dapat mengabsorbsi air hujan, air larian, dan air
Maka hasil identifikasi dari penelitian dan disesuaikan dengan teori yang
telah ada pada lokasi pembanding lebih sedikit di temukan Lichen dikarenakan suhu
Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah menurun maka beberapa jenis Lichen
2
Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien
Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 64
3
Pratiwi. Mungki Eka, Op Cit. h. 36
52
dapat mengindikasikan atau mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari
terhambatnya pertumbuhan lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis
Pada daerah dimana pencemaran telah terjadi, jumlah jenis yang ada sedikit
dan jenis-jenis yang peka sekali akan hilang Hal tersebut juga didukung oleh hasil
corticolous yang terdiri dari empat spesies Lichen corticolous dan satu pada tingkat
genus Usnea6.
kekeringan. Hal ini sejalan dengan Lichen yang memperoleh nutrisi dari udara tanpa
polutan untuk masuk kedalam talus . sehingga akan terakumulasi dari zat-zat buangan
yang tidak terurai oleh Lichen, yang diketahui berperan sebagai indikator pencemaran
udara, maka untuk mengetahui tingkat pencemaran udara suatu wilayah dapat
diketahui dengan melihat kondisi talus Lichen. Talus akan mengalami kerusakan
apabila polusi udara yang tinggi, Lichen tidak hanya berfungsi sebagai indikator
4
Efri Roziaty, Op Cit h. 64
5
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Penelitian pada Kampus Institut Agama Islam
Negeri Raden Intan Lampung untuk penguatan Penelitian Skripsi yang dilaksanakan pada bulan
Agustus-November 2016.
6
Dina Astuti B.Lawira, Marini S. Hamidun, Sari Rahayu Rahman, “Keanekaragaman Jenis
Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo”. Program
Studi Biologi, Fakultas Mipa, Universitas Negeri Gorontalo. H. 6-7
53
pencemaran udara akan tetapi mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencemaran
terakumulasi zat – zat buangan yang tidak dapat terurai seperti emisi kendaraan
berkurangnya gas O2 akibat penebangan pohon yang tidak di tanam kembali. Asap
mengandung zat-zat berbahaya semisal NO2, HC, CO2, O3, CO, partikel debu PSP
dan Timbal (Pb)8 Dengan pembuktian bahwa lokasi penelitian pembanding yang
berada di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Way Dadi, Sukarame, Kota
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang ditemukan enam belas spesies
Lichen.
Dari hasil data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di
Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung lebih baik dibandingkan
dengan lokasi Pembanding yaitu di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota
Bandar Lampung.
7
Christanti Istan. Yeane, “Respon Lumut Kerak pada vegetasi pohon sebagai indikator
pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Manggala Wana Bhakti”.Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor, 2007. H. 55-56
8
Imrom, Anikhotul. Ani Sulistyarsih, “ Biomonitoring pencemaran udara menggunakan
Bioindikator Lichenes dikota Madiun”. Floera Volume 2 No.2 (November 2015) h. 43
54
BAB V
A. KESIMPULAN
golong dalam 11 tipe crustose dan 5 tipe foliose. Jumlah nilai indeks
terdiri golong dalam 7 tipe crustose dan 1 tipe foliose. Jumlah nilai indeks
Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung lebih baik
B. SARAN
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat
Ahmad Bashri, et al. Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri. Kediri: Prodi Pendidikan
Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Astuti B.Lawira., Dina. Marini S. Hamidun., dan Sari Rahayu Rahman. 2015.
Keanekaragaman Jenis Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka
Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Program Studi
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Bitenia Elen Kuni, Gusti Hardiansyah dan Idham. 2015. Etnobotani Masyarakat
Suku Dayak Kerabat Di Desa Tapang Perodah Kecamatan Sekadau Hulu
Kabupaten Sekadau. Pontianak: Jurnal Hutan Lestari. Vol. 3.
Christanti Istan. Yeane. 2007. Respon Lumut Kerak pada vegetasi pohon sebagai
indikator pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota
Manggala Wana Bhakti.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Institut Pertanian Bogor.
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi,(cet. I) Jakarta: Bumi Aksara.
H. Sipman, 2003. Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore.
Hardianto Riszki Is, 2015. Respon Lumut Kerak Pada Vegetasi Pohon Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara Di Kawasan Industri Jakarta Timur.
Bogor: Skripsi Sarjana kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi . Mungki Eka, 2006 Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas
Udara (Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur
Dan Tegakan Mahoni Cikabayan). Skripsi Sarjana Kehutanan Pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yalang, Rosna., Sari Rahayu Rahman., Wirnangsi D.Uno. 2015. Identifikasi Jenis
Lichenes Di Kawasan Pegununganduasen Tohupodaa Desa Molanihu
Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Program Studi
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
LAMPIRAN 1
ANALISIS DATA
SILABUS
LAMPIRAN 3
SURAT-SURAT
DOKUMENTASI PENELITIAN
Dokumentasi keanekaragaman jenis Lichen pada lokasi Kampus Institut Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp.
Gambar 1. Parmelia sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Trypetheliales
Family : Trypethelidaceae
Genus : Trypethelium
Spesies : Trypethelium sp.
Gambar 2. Trypethelium sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Trypetheliales
Family : Trypethelidaceae
Genus : Megalospora
Spesies : Megalospora tuberculosa
Gambar 3. Megalospora tuberculosa
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Teloschistales
Family : Physciaceae
Genus : Dirinaria
Spesies : Dirinaria sp.
Gambar 4. Dirinaria sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Parmeliaceae
Genus : Parmotrema
Spesies : Parmotrema sp.
Gambar 5. Parmotrema sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arthoniales
Family : Rosellaceae
Genus : Chiodecton
Spesies : Chiodecton sp.
Gambar 6. Chiodecton sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Sarcographa
Spesies : Sarcographa sp.
Gambar 7. Sarcographa sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arhoniales
Family : Chrysotricaceae
Genus : Chrysothrix
Spesies : Chrysothrix sp
Gambar 8. Chrysothrix sp
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Teloschistales
Family : Physciaceae
Genus : Amandinea
Spesies : Amandinea sp.
Gambar 9. Amandinea sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arthoniales
Family : Rosellaceae
Genus : Chiodecton
Spesies : Chiodecton sp
Gambar 10. Chiodecton sp
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis sp.
Gambar 11. Graphis sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Teloschistales
Family : Physciaceae
Genus : Physcia
Spesies : Physcia sp.
Gambar 12. Physcia sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis glaucescens Fee
Gambar 13. Graphis glaucescens Fee
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Phaeographis
Spesies : Phaeographis sp.
Gambar 14. Phaeographis sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Lecanoraceae
Genus : Lecanora
Spesies : Lecanora helva Stizenb. Gambar 15. Lecanora helva Stizenb.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arthoniales
Family : Rosellaceae
Genus : Chiodecton
Spesies : Chiodecton sp
Gambar 16. Chiodecton sp
Dokumentasi keanekaragaman jenis Lichen pada Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi,
Sukarame, Kota Bandar Lampung
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Lecanoraceae
Genus : Lecanora
Spesies : Lecanora helva Stizenb. Gambar 1. Lecanora helva Stizenb.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Fissurina
Spesies : Fissurina sp. Gambar 2. Fissurina sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis assimilis Nyl. Gambar 3. Graphis assimilis Nyl.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Teloschistales
Family : Physciaceae
Genus : Physcia
Spesies : Physcia sp
Gambar 4. Physcia sp
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arthoniales
Family : Rosellaceae
Genus : Dichosporidium
Spesies : Dichosporidium
Gambar 5. Dichosporidium boschianum
boschianum
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Ostropales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis glaucescens Fee
Gambar 6. Graphis glaucescens Fee
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Trypetheliales
Family : Trypethelidaceae
Genus : Trypethelium
Spesies : Trypethelium sp.
Gambar 7. Trypethelium sp.
Regnum : Fungi
Devisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Arthoniales
Family : Rosellaceae
Genus : Chiodecton
Spesies : Chiodecton sp.
Gambar 8. Chiodecton sp
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM
MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : X
KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
ALOKASI MEDIA, ALAT,
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN
WAKTU BAHAN
Jamur, ciri dan karakteristik, serta peranannya dalam kehidupan
1.1 Mengagumi Fungi/Jamur Mengamati Tugas 4 minggu Foto/gambar
keteraturan dan Ciri-ciri Mengamati berbagai jenis jamur di - x 4 JP berbagai
kompleksitas ciptaan kelompok jamur lingkungan yang pernah siswa macam
Tuhan tentang . dalam hal lihat dari gambar/foto/bacaan Observasi jamur, baik
keanekaragaman morfologi, cara tentang jamur Performa/proses yang edibel
hayati, ekosistem dan memperoleh ilmiah saat siswa dan non-
lingkungan hidup. nutrisi, Menanya melakukan edibel/toksik
reproduksi Berbagai macam jamur, pengamatan Teksbook
1.2 Menyadari dan Pengelompokan bagaimana mengelompokkannya? dengan jamur
mengagumi pola pikir jamur. Apa ciri-ciri dan karakteristik jamur mikroskop LKS
ilmiah dalam Manfaat jamur yang membedakannya dengan Keselamatan pengamatan
kemampuan secara ekologis, organisme lain? kerja jamur
mengamati bioproses ekonomis, Apa peranan jamur dalam Sikap ilmiah mikroskopis
1.3 Peka dan peduli medis, dan kelangsungan hidup di bumi? dalam bekerja LKS
terhadap pengembangan pengamatan
permasalahan iptek Mengumpulkan Portofolio jamur
lingkungan hidup, Data(Eksperimen/Eksplorasi) Laporan tertulis makrsokopis
menjaga dan Mengamati morfologi jamur hasil investigasi LKS
menyayangi mikroskopis dari berbagai bahan berbagai jamur pemanfaatan
lingkungan sebagai (roti, kacang, jagung berjamur, edibel/toksik khamir dalam
manisfestasi dll), jamur cendawan, Sikap ilmiah industri roti
pengamalan ajaran menggambar hasil pengematan, LKS
agama yang dianutnya menandai nama-nama bagian- Tes identifikasi
2.1 Berperilaku ilmiah: bagiannya Tes tertulis berbagai
teliti, tekun, jujur Melakukan pengamatan morfologi pemahaman jamur di alam
terhadap data dan mikroskopis dan makroskopis konsep dan kosa
fakta, disiplin, (khamir dan kapang) kata ilmiah
tanggung jawab, dan
peduli dalam observasi Melakukan pengamatan tubuh tentang dunia
dan eksperimen, buah jamur makroskopis jamur
berani dan santun (cendawan) Gambaran
dalam mengajukan Melakukan percobaan fermentasi menyeluruh
pertanyaan dan makanan dengan jamur. tentang
berargumentasi, peduli Mencari informasi tentang karakteristik,
lingkungan, gotong berbagai jamur yang edibel/bisa morfologi, dan
royong, bekerjasama, dimakan dan jamur yang pengelompokan
cinta damai, toksik/beracun (PR) jamur
berpendapat secara Analisis kasus
ilmiah dan kritis, Mengasosiasikan permasalahan
responsif dan proaktif Menyimpulkan hasil pengamatan peran jamur
dalam dalam setiap tentang perbedaan jamur dengan dalam penyakit,
tindakan dan dalam organisme lain pengobatan,
melakukan Menyimpulkan tentang ciri makanan,
pengamatan dan morfologi berbagai jenis jamur keseimbangan
percobaan di dalam ada yang maikroskopis, bersel ekologi
kelas/laboratorium tunggal(uniseluler), multiseluler,
maupun di luar dan yang memiliki tubuh buah
kelas/laboratorium Menyimpulkan bahwa jamur
2.2 Peduli terhadap memiliki peran penting dalam
keselamatan diri dan kelangsungann hidup di bumi
lingkungan dengan karena cara memperoleh
menerapkan prinsip nutrisinya secara saprofit
keselamatan kerja Menyimpulkan bahwa di alam
saat melakukan terdapat kerumitan namun juga
kegiatan pengamatan tersistematis dengan rapi karena
dan percobaan di kekuatan Sang Pencipta, tiada
laboratorium dan di yang mampu menciptakan
lingkungan sekitar. keindahan selain Tuhan YME
3.6 Menerapkan prinsip
klasifikasi untuk Mengkomunikasikan
menggolongkan jamur Membuat laporan hasil
berdasarkan ciri-ciri pengamatan mikroskopis dan
dan cara makroskopis jamur secara tertulis
reproduksinya melalui sesuai kaidah penulisan yang
pengamatan secara berlaku atau presentasi
teliti dan sistematis. Melaporkan peran jamur dalam
kehidupan, dan memecahkan
4.6 Menyajikan data hasil masalah apabila keberadaan
pengamatan ciri-ciri jamur dalam suatu ekosistem
dan peran jamur terganggu
dalam kehidupan dan
lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
Jumlah pohon, jumlah pohon ditemui Lichen, Jumlah jenis Lichen dan frekuensi perjumpaan terhadap Lichen
Lokasi Penelitian
Kampus Pembanding
Plot Plot
I II III IV V VI I II III IV V VI
Jumlah Pohon 3 6 4 6 8 8 5 6 5 4 5 5
Jumlah Pohon ditemui Lichen 3 6 4 6 8 8 5 5 4 4 5 4
Jumlah jenis Lichen ditemui 6 7 4 5 8 9 1 1 1 1 2 2
Frekuensi perjumpaan (%) 100 100 100 100 100 100 100 83.3 80 100 100 80
Total Frekuensi perjumpaan (%) 100 90.6
Jumlah pohon, jumlah pohon ditemui Lichen, Jumlah jenis Lichen dan frekuensi perjumpaan terhadap Lichen
Lokasi Penelitian
Kampus Pembanding
Plot Plot
I II III IV V VI I II III IV V VI
2
Total Luas tutupan Lichen (m ) 1.3 1.2 1.3 0.9 1.3 1.5 1.7 0.3 0.6 1.3 1.1 0.6
Total Luas kulit kayu (m2) 98 67 76 56 79 113 176 81 125 218 98 130
Jumlah Vegetasi (ind) 3 6 4 6 8 8 5 6 5 4 5 5
Presentase tutupan Lichen
1.3 2 1.7 1.4 1.9 1.5 1 0.4 0.5 0.6 1.2 0.6
terhadap kulit kayu (%)
Total Presentase tutupan Lichen
1.6 0.7
terhadap kulit kayu (%)
Substrat Lichen pada Plot Penelitian di Kampus IAIN Raden Intan Lampung
PENGAMATAN LICHEN
A. Nama:.............................
Kelas: .............................
Amatilah dan gambar tubuh Lichen secara keseluruhan dan sebutkan ciri-
ciri morfologinya.
Catat hasilnya di tabel hasil pengamatan pada lembar kerja.
F. Tabel Hasil Pengamatan
Gambar: Ciri-ciri
a. Nama:
b. Ukuran:
c. Bentuk:
d. Warna:
e. Tekstur:
f. Lain-lain:
Gambar: Ciri-ciri
a. Nama :
b. Ukuran:
c. Bentuk:
d. Warna:
e. Tekstur:
f. Lain-lain:
G. Analisa Data
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
H. Kesimpulan
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
I. Daftar Pustaka
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
1. Termasuk ke dalam kelas apa sajakah Lichen yang kalian amati di atas?
2. Bagaimana cara berkembang biak dari Lichen tersebut?
3. Buatlah siklus hidupnya!
4. Buatlah saran, pesan dan kesan pada pelajaran Biologi!
Persentase Penutupan = Luas permukaan Lichen x 100%
Luas permukaan pohon
Plot 2
Plot 4
1. Persentase Penutupan = 1.4 x 100%
95
= 1.5
2. Persentase Penutupan = 0.7 x 100%
38
= 1.9
3. Persentase Penutupan = 1.2 x 100%
70
= 1.3
4. Persentase Penutupan = 0.7 x 100%
42
= 1.7
5. Persentase Penutupan = 0.6 x 100%
42
= 1.4
6. Persentase Penutupan = 0.6 x 100%
51
= 1.0
Plot 5
1. Persentase Penutupan = 1.9 x 100%
178
= 1.1
2. Persentase Penutupan = 0.9 x 100%
45
= 1.6
3. Persentase Penutupan = 1.4 x 100%
50
= 2.8
4. Persentase Penutupan = 1.9 x 100%
149
= 1.3
5. Persentase Penutupan = 0.8 x 100%
50
= 1.6
6. Persentase Penutupan = 1.4 x 100%
59
= 2.4
7. Persentase Penutupan = 1.3 x 100%
66
= 2.0
8. Persentase Penutupan = 0.5 x 100%
36
= 2.2
Plot 6
1. Persentase Penutupan = 0.6 x 100%
31
= 1.9
2. Persentase Penutupan = 1.9 x 100%
145
= 1.3
Plot 1
Plot 5
Plot 6
Plot N/
Suku Jenis p In.p H’
I II III IV V VI Plot
Chrysotricaceae Chrysothrix sp. 2 2 4 0.055 -2.90 0.16
Graphidaceae Graphis glaucescens Fee 3 3 0.041 -3.20 0.13
Graphidaceae Graphis sp. 2 3 5 0.068 -2.69 0.18
Graphidaceae Phaeographis sp. 1 2 3 0.041 -3.20 0.13
Graphidaceae Sarcographa sp. 2 2 0.027 -3.61 0.10
Lecanoraceae Lecanora helva Stizenb. 1 1 0.014 -4.27 0.06
Megalosporaceae Megalospora tuberculosa Sipman 4 2 6 0.082 -2.50 0.21
Parmeliaceae Parmotrema sp. 3 2 2 7 0.096 -2.34 0.22
Palmeliaceae Parmelia sulcata 2 4 1 3 2 12 0.164 -1.81 0.30
Physciaceae Amandinea sp. 2 2 0.027 -3.61 0.10
Physciaceae Dirinaria sp. 2 3 1 6 0.082 -2.50 0.21
Physciaceae Physcia sp. 3 2 3 8 0.109 -2.22 0.24
Trypethelidaceae Trypethelium sp. 3 2 5 0.068 -2.69 0.18
Rosellaceae Chiodecton sp. 3 1 4 0.055 -2.90 0.16
Rosellaceae Chiodecton sp.2 2 2 0.027 -3.61 0.10
Rosellaceae Chiodecton sp.3 3 3 0.041 -3.20 0.13
Σni 73 0.99 -47.25 2.61
Data Hasil Pengamatan Keanekaragaman Lichen dari Setiap Plot Pembanding
Plot N/
Suku Jenis P In.p H’
I II III IV V VI Plot
Graphidaceae Fissurina sp. 2 2 0.182 -1.71 0.31
Graphidaceae Graphis assimilis Nyl. 1 1 0.091 -2.40 0.22
Graphidaceae Graphis glaucescens Fee 1 1 0.091 -2.40 0.22
Lecanoraceae Lecanora helva Stizenb. 3 3 0.273 -1.30 0.35
Physciaceae Physcia sp.2 1 1 0.091 -2.40 0.22
Trypethelidaceae Trypethelium sp. 1 1 0.091 -2.40 0.22
Rosellaceae Chiodecton sp.3 1 1 0.091 -2.40 0.22
Rosellaceae Dichosporidium boschianum 1 1 0.091 -2.40 0.22
Σni 11 1.001 -17.41 1.98
Alat Dan Bahan Penelitian
Paraf Pembimbing
No Tanggal Hasil Konsultasi
I II
1 Mei 2016 Pengajuan Judul …
2 Mei 2016 Acc Judul …
3 Juni 2016 Pengajuan BAB I-III …
4 Juni 2016 Acc BAB I-III …
5 Juni 2016 Pengajuan BAB I-III …
6 Juli 2016 Acc BAB I-III …
7 November 2016 Pengajuan BAB I-V …
8 Desember 2016 Acc BAB I-V …
9 Desember 2016 Pengajuan BAB I-V …
10 Desember 2016 Acc BAB I-V …