Anda di halaman 1dari 5

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI (XI)

Oleh :

Apt. Sri Rahmayanti AZ, S.Farm.

SMK FARMASI CUT MEUTIA


BANDA ACEH
2020/2021
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

1. Siswa harus masuk laboratorium tepat waktu sesuai dengan jadwal masing-masing.
2. Siswa saat memasuki ruang laboratorium harus sudah siap dengan jas praktikum, buku
petunjuk praktikum, buku kerja yang telah diisi dengan lengkap, alat tulis dan alat-alat lain
yang digunakan untuk praktikum.
3. Sebelum praktikum akan dilaksanakan pretest untuk menguji kesiapan mahasiswa mengikuti
praktikum.
4. Siswa yang datang terlambat dan masih dapat mengikuti pretest, diperkenankan untuk
mengikuti kegiatan praktikum.
5. Siswa yang datang setelah pretest selesai, tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan
wajib inhalen.
6. Nilai minimum pretest adalah 70 dari rentang 0-100. Siswa yang tidak lulus pretest, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan wajib inhalen.
7. Siswa wajib menyelesaikan semua materi praktikum. Jika ada satu atau beberapa materi
praktikum yang terpaksa tidak dapat diikuti oleh mahasiswa maka mahasiswa tersebut harus
inhalen.
8. Siswa yang tidak menyelesaikan semua materi praktikum tidak diperkenankan mengikuti
ujian praktikum.
9. Setiap kali selesai mengerjakan satu materi praktikum, siswa diharuskan untuk meminta
persetujuan (acc) dari dosen atau asisten siswa yang bertugas.
10. Siswa diwajibkan menjaga kebersihan mikroskop, meja praktikum serta alat-alat praktikum
lainnya.
PEMBUATAN SIMPLISIA

Siswa ditugaskan membuat 1 jenis simplisia


Untuk dapat memperoleh simplisia yang bermutu baik maka haruslah diperhatikan tahap-tahap
berikut:
1. Pengumpulan Bahan Baku
Tumbuhan yang akan dibuat menjadi simplisia dapat berasal dari tumbuhan budidaya atau
tumbuhan liar, yang paling baik adalah tumbuhan hasil budi daya. Waktu pengumpulan yang
terbarikadelah bila bagian tumbuhan yang akan dijadikan simplisia kandungan zat akifnya
paling tinggi. Selain musim juga harus diperhatikan waktu dalam sehari, misal minyak atsiri
hendaknya dipanen pada pagi hari. Umur tumbuhan yang baik untuk dipanen juga bervariasi
mulai bulanan sampai tahunan, misalnya daun dipanen ketika tumbuhan dewasa dan akan
berbunga. Bunga dipanen ketika bunga kuncup akan mekar. Rimpang (Zingiberaceae)
dipanen sebelum waktu istirahat (mengering). Daerah tempat tumbuh juga bervariasi
tergantung dari iklim, ketinggian, kelembaban dan sebagainya.

Setelah bahan baku diperoleh maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :


Nama simplisia yang ditugaskan
Tempat pengambilan bahan baku
Umur tanaman
Tanggal pengambilan
Waktu pengambilan (pagi, siang, sore)
Bagian tumbuhan yang diambil

2. Sortasi Basah
Setelah bahan tumbuhan yang akan dibuat menjadi simplisia diperoleh maka dilakukan
sortasi basah yaitu memisahkan bagian bagian yang tidak dikehendaki dari bahan tumbuhan
tersebut. Misal, bunga cengkeh, kuncup bunga cengkeh yang mulai memerah dipisah dari
kuncup bunga yang masih muda, atau dari tangkainya atau dari bunga yang sudah mekar
atau dari fructusnya.
Selanjutnya bahan/ tumbuhan dibersihkan/ dicuci dan ditiriskan.
Pengamatan yang dilakukan pada saat sortasi basah adalah sebagai berikut :

Kebenaran simplisia
Warna simplisia pada waktu segar
Bentuk simplisia (ukuran, panjang, lebar
permukaan, ketebalan, dsb)
Penimbangan berat basah

3. Perajangan
Beberapa jenis tumbuhan perlu mengalami perajangan dengan ukuran tertentu untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Misal, rimpang
(rhizoma).

4. Pengeringan
Pengeringan bertujuan agar simplisia dapat disimpan dalam waktu yang lama dan untuk
menghindari tumbuhnya jamur serta menghindari aktivitas enzim, aktivitas bakteri dan
perubahan kimia lainnya.
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Secara alamiah dapat dilakukan dengan 2 cara pula yaitu dengan panas matahari
langsung. Misalnya, untuk bagian tanaman yang relatif keras (kayu, kulit, biji dan daun
yang mengandung senyawa aktif yang relatif stabil), dan dengan cara diangin-anginkan
misalnya untuk tanaman yang lunak (bunga, daun dan tumbuhan yang mengandung
senayawa aktif yang mudah menguap).
b. Pengeringan dengan panas buatan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu alat atau
mesin pengering yang suhu, kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
Suhu pengeringan tergantung dari sifat bahan/ tumbuhan dan cara pengeringannya, suhu
yang terbaik adalah <600C. Misalnya, tumbuhan yang mengandung senyawa aktif yang
tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu 30-450C.
Pengataman yang harus dilakukan setelah simplisia kering antara lain :
Perubahan warna setelah simplisia kering
Cara pengeringan
Lama pengeringan
Bentuk simplisia (ukuran, panjang, lebar,
ketebalan dan sebagainya)
Kerapuhan

5. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia, bertujuan untuk
memisahkan benda-benda asing. Misal, bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dari
pengotor-pengotor yang masih tertinggal.
Setelah selesai sortasi kering dilakukan pencatatan :

Penimbangan berat simplisia kering


Berat penyusutan tumbuhan
Dan lain-lain

BS
Perhitungan penyusutan/ Rendemen Simplisia = x 100 %
B TS
Keterangan :
BTS = Berat Tumbuhan Segar
BS = Berat Simplisia

Anda mungkin juga menyukai