Anda di halaman 1dari 119

EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS

EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA


TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Yusnia Fairuz
10023111

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014

EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS


EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA
TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam


Mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta

Oleh :
YUSNIA FAIRUZ
10023111

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
ii

HALAMAN PENGESAHAN
Berjudul

EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS


EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA
TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Oleh :
YUSNIA FAIRUZ
10023111
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Pada tanggal : 5 Juni 2014

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Pembimbing

Dekan

Moch. Saiful Bachri, M.Si.,


Ph.D., Apt.

Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,


Ph.D., Apt.

Penguji :
1. Moch. Saiful Bachri, M.Si., Ph.D., Apt.
2. Wahyu Widyaningsih, M.Si., Apt.
3. Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt.

iii

HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Yusnia Fairuz

NIM

: 10023111

Program Studi

: S1 - Farmasi

Fakultas

: Farmasi

Judul Penelitian

:.Efek

Antihiperkolesterolemia

Dari

Ampas

Ekstrak Etanol Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.)


Pada Tikus Diabetes Yang Diinduksi Aloksan
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri dan dari
sepengetahuan saya, tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang
lain atau digunakan untuk penyelesaian studi perguruan tinggi lain, kecuali pada
bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata terbukti
bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya.
Yogyakarta, 5 Juni 2014
Yang Menyatakan,

Yusnia Fairuz
10023111

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dan dia memudahkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi, sebagai suatu rahmat dari pada-Nya. Sungguh dalam demikian ini benarbenar terdapat ayat-ayat (tanda bukti kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.
(QS. Al Jatsiyah : 13)
.. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..
(QS : Al Mujadillah (28) : 11)
..Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan..
(QS : Al Insyirah : 4-6)
Teruntuk :
Allah SWT, sang Maha pemilik ilmu.
Kedua orangtuaku tercinta, Abahku (Isrofan) dan Mamahku (Jamilah),
Ungkapan rasa hormat , bakti dan kasih sayang ku kepadamu abah dan mamahku
serta ungkapan terimakasihku atas semua perhatian dan kasih sayang kalian
kepadaku, terimakasih selalu mendoakan, menasehati, memotivasi dan mendukungku
dalam menggapai semua impian dan cita-citaku.
Kakakku (Amrina Rosyada) dan adikku (Azmi) yang selalu sayang dan perhatian
padaku.
Seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku.
Dan kepada semua teman seperjuangan, serta almamaterku.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efek Antihiperkolesterolemia Dari Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau
(Ulva lactuca L.) Pada Tikus Diabetes Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi Program
Studi Farmasi Fakultas Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah mendorong,
membimbing, memberikan ide-ide, serta membantu dengan tenaga dan waktu. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.

Allah SWT atas karunia, rahmat serta hidayah-Nya, memberikan kelancaran


dalam penyusunan skripsi ini.

2.

Abahku Isrofan dan Mamahku Jamilah, yang dengan sabarnya selalu


memberikan motivasi, membimbing, dan mendoakan penulis untuk
menyelesaikan Skripsi ini.

3.

Alm. Prof. Dr. Mulyadi., Apt. selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan, saran, pengarahan selama penelitian.

4.

Moch. Saiful Bachri, M. Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5.

Wahyu Widyaningsih, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

vi

6.

Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Ibu Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

8.

Kakakku Amrina Rosyada, dan adikku Azmi dan seluruh keluarga penulis,
terima kasih atas segala dukungan dan doanya.

9.

Muhammad Nofriandi yang selalu mendukung dan memberikan semangat


kepada penulis selama penulisan Skripsi hingga detik ini.

10. Miftakh Fauziah, Vita Kurniyawati, Annisa Fikriyah, Ida Setyaningrum,


dan Utami Dwi Rahayu terimakasih untuk kerjasama dan kebersamaan di
tim Bissmillah yang solid ini.
11. Rahmadani Arifirdianti, Sri Wahyuni Kotho, Artie Noor Pratiwi, Nurul
Masyithah, Umiatun Solicha, dan Dina Masturah, terima kasih untuk
kebersamaan, dan telah bersedia menjadi teman dan sahabat yang baik yang
selalu menyemangati dan membantu.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Fakultas Farmasi, khususnya
kelas B, terima kasih atas kebersamaan dan semua dukungannya.
13. Kepala dan seluruh staf Laboratorium Farmakologi UAD khususnya Bapak
Hamam dan Bapak Samidi terimakasih atas bantuan selama penelitian.
14. Segenap pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah
membantu baik secara moril maupun materil dalam penulisan Skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT
sebagai amal ibadah. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangatt penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan kedepan. Amin ya rabbal alamin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
ABSTRACT ........................................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. Kajian Teori ................................................................................................. 4
1.

Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.) ........................................................... 4

2.

Phytomelatonin ......................................................................................... 8

3.

Polisakarida Sulfat .................................................................................... 9

4.

Flavonoid ................................................................................................ 10

5.

Ampas ..................................................................................................... 12

6.

Antioksidan ............................................................................................ 12

7.

Radikal Bebas ......................................................................................... 13


viii

8.

Antioksidan Mengurangi Stres Oksidatif pada Diabetes Mellitus ......... 14

9.

Diabetes .................................................................................................. 15

10.

Metabolisme lemak pada diabetes ...................................................... 18

11.

Kolesterol ............................................................................................ 19

12.

Hiperlipidemia .................................................................................... 23

13.

Glibenklamid ...................................................................................... 25

14.

Penetapan Kadar Kolesterol Darah ..................................................... 26

15.

Aloksan ............................................................................................... 27

16.

Maserasi .............................................................................................. 29

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 30


C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 31
D. Hipotesis..................................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 34
B. Sampel ........................................................................................................ 34
C. Bahan dan Alat yang Digunakan................................................................ 34
1.

Bahan ...................................................................................................... 34

2.

Alat ......................................................................................................... 35

D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 35


1.

Variabel Bebas ....................................................................................... 35

2.

Variabel Terikat ...................................................................................... 35

3.

Variabel Terkendali ................................................................................ 35

E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 35
1.

Identifikasi Ganggang Hijau................................................................... 35

2.

Pengumpulan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Simplisia .............. 36

3.

Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau. ............................. 36

ix

4.

Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ............................. 37

5.

Pembuatan CMC Na 1 % ....................................................................... 39

6.

Penyiapan Larutan Glibenklamid ........................................................... 39

7.

Perencanaan Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ................. 39

8.

Hewan Percobaan ................................................................................... 42

9.

Preparasi sampel ..................................................................................... 44

10.
F.

Penetapan Kadar Kolesterol Total ...................................................... 44

Analisis Data .............................................................................................. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 48


A. Hasil Identifikasi Tanaman Ganggang Hijau ............................................. 48
B. Pembuatan Simplisia dari Ganggang Hijau ............................................... 48
C. Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau.................................. 49
D. Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ................................. 50
E. Penetapan Operating Time (OT) dan Panjang Gelombang Maksimum .... 56
F.

Hasil Uji Penetepan Kadar Kolesterol ....................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70


A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran ........................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ganggang Hijau (Guiry, 2007)................................................................. 4
Gambar 2.

Kadar phytomelatonin tertinggi dalam tanaman terjadi lima jam pasca


fase penggelapan (Kolar dan Machackova, 2001) ................................... 7

Gambar 3.

Struktur phytomelatonin (Alonso et al, 2008).......................................... 8

Gambar 4.

Struktur Flavonoid (Sjahid, 2008).......................................................... 10

Gambar 5.

Struktur kimia senyawa kolesterol (Guyton dan Hall, 2006) ................. 19

Gambar 6. Biosintesis Kolesterol (Lehninger, 2004)............................................... 22


Gambar 7.

Struktur Kimia Glibenklamid (Anonim, 2013) ...................................... 25

Gambar 8.

Struktur kimia aloksan (Anonim,2013).................................................. 28

Gambar 9.

Skema penelitian efek pemberian ampas ekstrak etanol ganggang hijau


terhadap kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan 43

Gambar 10. Reaksi metode CHOD-PAP (Diasys, 2008) ........................................... 45


Gambar 11. Hasil Uji Alkaloid .................................................................................. 50
Gambar 12. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau Pada UV
254 nm. .................................................................................................. 51
Gambar 13. Hasil Uji Molish ..................................................................................... 52
Gambar 14. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Molisch ........................................ 53
Gambar 15. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Barfoed. ....................................... 53
Gambar 16. Hasil uji Barfoed .................................................................................... 54
Gambar 17. Hasil Uji Golongan Flavonoid ............................................................... 55
Gambar 18. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau Pada UV
254 nm. .................................................................................................. 56
Gambar 19. Hasil penetapan operating time .............................................................. 57
Gambar 20. Kurva panjang gelombang maksimum senyawa kuinonimin. ............... 59
Gambar 21. Mekanisme kolesterol dengan metode enzimatik (Anonim, 2012)........ 60

xi

DAFTAR TABEL
Tabel I.

Uji kualitatif golongan flavonoid (Harbone., 1987). ................................ 12

Tabel II.

Patokan Kadar Lipid Darah (mg/dl) yang memerlukan pengobatan


(Kamaluddin, 1993). ................................................................................ 23

Tabel III.

Komposisi sampel, standar, dan blangko yang dianalisis pada penetapan


kadar kolesterol darah .............................................................................. 46

Tabel IV. Tabel Uji Golongan Flavonoid ................................................................. 54


Tabel V.

Hasil penetapan operating time dari kolesterol standar dengan pereaksi


CHOD-PAP pada panjang gelombang 500 nm. ....................................... 58

Tabel VI. Rata-rata kadar glukosa darah yang diperiksa pada hari ke-0 dan ke-3
(Setyaningrum, 2014) ............................................................................... 62
Tabel VII. Rata-rata kadar kolesterol darah yang diperiksa pada hari ke-0 sampai hari
ke-17 ......................................................................................................... 64
Tabel VIII. Tabel Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah ............................. 68

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi ............................................................................. 76
Lampiran 2. Reagen CHOD-PAP (Dyasis) ........................................................... 77
Lampiran 3. Data Kadar Kolesterol Darah ........................................................... 79
Lampiran 4. Data Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah ....................... 84
Lampiran 5. Data Uji SPSS Hari ke-0 .................................................................. 86
Lampiran 6. Data uji SPSS hari ke-3 .................................................................... 90
Lampiran 7. Data uji SPSS hari ke-10 .................................................................. 94
Lampiran 8. Data uji SPSS hari ke-17 .................................................................. 98
Lampiran 9. Dokumen Penelitian ....................................................................... 102

xiii

ABSTRAK
DM adalah gangguan kronis dari karbohidrat, lipid dan metabolisme protein
disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah karena berkurangnya sekresi
insulin. Kekurangan hormon insulin dapat mempengaruhi kerja beberapa enzim
metabolisme lemak. Pada penderita DM selalu di ikuti dengan hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah meningkat
sehingga memicu terjadinya reaksi oksidasi lipid yang akan menghasilkan radikal
bebas. Ganggang hijau mengandung senyawa aktif yang mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ampas ekstrak
ganggang hijau sebagai antihiperkolesterolemia dengan metode induksi aloksan.
Ganggang hijau diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol
96%. Ampas dari ekstrak etanol ganggang hijau digunakan untuk menurunkan kadar
kolesterol yang di induksi aloksan. Sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok kontrol, kelompok
glibenklamid, 3 kelompok diberi ampas dari ekstrak ganggang hijau dosis 100; 200;
400 mg/kgBB (p.o). Aloksan diberikan intraperitoneal pada dosis 120 mg/kgBB
kecuali pada kelompok I. Pengambilan kadar kolesterol darah dilakukan 3 hari
setelah induksi aloksan yang dihitung pada hari ke-0, ke-3, ke-10, ke-17. Dan
dilakukan analisis statistika dengan menggunakan uji ANOVA satu jalan untuk
melihat pengaruh dosis dan waktu pemeriksaan kadar kolesterol darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ampas ekstrak etanol ganggang hijau
mempunyai senyawa aktif polisakarida sulfat dan flavonoid. Pemberian ampas
ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB pada hari ke-14
mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan, hal
ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah senyawa aktif dalam ampas ekstrak
etanol ganggang hijau memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah pada
tikus diabetes.
Kata kunci : Diabetes Mellitus (DM), Hiperglikemia, Hiperkolesterol, Aloksan,
Ganggang Hijau.

xiv

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disorders of carbohydrate, lipid
and protein metabolism. It is caused by an increase in blood glucose levels due to
reduced insulin secretion. Lack of insulin can affect the action of some enzymes of fat
metabolism. So that, patients who suffer from diabetes also suffer from
hypercholesterolemia. Hypercholesterolemia is a condition in which bloods
cholesterol levels increased. Therefore, hypercholesterolemia causes lipid oxidation
reactions that will produce free radicals. Green algae contains active compounds that
have antioxidant activity. This study aims to determine the effect of dregs of green
algae extracts as antihiperkolesterolemic with alloxan induction method.
Green algae is extracted by maceration method using 96% ethanol liquid
filters. Dregs of the ethanol extracts of green algae is used to lower cholesterol levels
in alloxan induction. A total of 30 male Wistar rats were divided into 6 groups:
normal, control, glibenklamid, three groups were given the dregs of extracts of green
algae dose of 100; 200; 400 mg/kgBW (p.o). Alloxan administered subcutaneously at
a dose of 120 mg/kgBW except in group I. Taking blood cholesterol levels performed
for 3 days after induction of alloxan were counted on days 0, 3rd, 10th, 17th. In this
study, statistical analysis such as one-way ANOVA test is used to see the effect of
dose and time of examination of blood cholesterol levels.
The results of this study showed that the dregs from the ethanol extracts of
green algae have active compound sulfate polysacharides and flavonoids. Giving
dregs of ethanol extract of green algae dose of 200 mg/kW and 400 mg/kW on day 14
can lower blood cholesterol levels in alloxan-induced diabetic rats, this is indicated
by a significant difference when compared with the control group.
The conclusion of this study is the active compound in the dresg of ethanol
extracts of green algae have the ability to lower blood cholesterol levels in diabetic
rats.
Keywords: Diabetes Mellitus (DM), Hiperglikemic, Hypercholesterolemia, Alloxan,
Green Algae.

xv

DAFTAR SINGKATAN

ADA

= American Diabetes Association

CMC-Na

= Natrium Carboxy Methyl Cellulose

dL

= desiliter

HDL

= High Density Lipoprotein

HMG Ko-A

= Hidroksil Metil Glutamil Koenzim-A

IDL

= Intermediet Density Lipoprotein

LDL

= Low Density Lipoprotein

VLDL

= Very Low Density Lipoprotein

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah gangguan kronis dari karbohidrat, lipid dan
metabolisme protein di manisfestasikan oleh peningkatan kadar glukosa darah.
Penyakit ini disebabkan oleh catat pada selules penyerapan glukosa karena sekresi
insulin berkurang (Sedigheh et al., 2011). Kekurangan hormon insulin ini dapat
mempengaruhi kerja beberapa enzim metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein
lipase dan lipase sensitif

hormon yang akan berdampak ada penurunan

pemecahan lipoprotein dalam sirkulasi darah (Inawati et al., 2007). Sehingga


kandungan lipoprotein pada penderita diabetes melitus selalu di ikuti dengan
naiknya kadar kolesterol (Hermawan et al., 2004).
Obat diabetes mellitus oral yang digunakan pada saat ini secara umum
mekanisme kerjanya bertujuan untuk menurunkan kadar glukosa darah, tetapi
belum mengandung senyawa antioksidan yang mampu menekan radikal bebas
yang memicu berbagai komplikasi pada penyakit DM (Sutjiatmo, 2011). Untuk
itu, penggunaan bahan-bahan alami dengan kandungan senyawa antioksidan dapat
menjadi solusi alternatif untuk mencegah berbagai komplikasi DM (Evacuasiany,
2004).
Kerusakan sel beta pankreas pada hewan secara selektif dapat ditimbulkan
dengan pemberian aloksan dengan dosis sesuai serta pemberian obat-obat yang
menghambat sekresi insulin dan dengan pemberian antibodi anti insulin sehingga
menyebabkan diabetes pada hewan uji (Ganong, 1998).
1

Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.) adalah rumput laut umum yang terdapat
di seluruh dunia dan dianggap sebagai sumber makanan penting dunia sebagai
sayuran laut. Ulva sp (selada laut) adalah sumber alam yang kaya karbohidrat,
protein, vitamin esensial seperti B1, C, E, dan B9, asam amino, dll. Ulva sp telah
digunakan sebagai obat pada pengobatan tradisional china untuk hiperlipidemia,
pasca stroke dan penyakit uriner (De Padua, 2004).
Melatonin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau menurut Sergio
et al. (2009). Kandungan Melatonin, Polisakarida Sulfat, dan Flavonoid yang ada
dalam ganggang hijau memiliki aktivitas antioksidan menurut beberapa penelitian
yang telah dilakukan (Hanna et al., 2009 ; Ofir et al., 2011 ; Meenakshi et al.,
2009).
Penyarian dengan cara maserasi tidak pernah dapat menarik zat berkhasiat
dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif dalam ampas ekstrak etanol
ganggang hijau apakah dapat menurunkan kadar kolesterol darah setelah
pemberian induksi aloksan pada tikus diabetes.
B. Rumusan Masalah
1.

Senyawa apa yang terkandung dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau?

2.

Apakah ampas ekstrak etanol ganggang hijau dapat menurunkan kadar


kolesterol darah dan berapakah dosis yang sesuai dalam menurunkan kadar
kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan?

3.

Berapakah waktu yang efektif dari ampas ekstrak etanol ganggang hijau
untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi
aloksan?

C. Tujuan Penelitian
1.

Mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam ampas ekstrak etanol


ganggang hijau.

2.

Mengetahui efek penurunan kadar kolesterol darah dari ampas ekstrak etanol
ganggang hijau dan berapakah dosis pemberian yang berpengaruh terhadap
penurunan kadar kolesterol darah.

3.

Mengetahui waktu yang efektif dari ampas ekstrak etanol ganggang hijau
untuk menurunkan kadar kolestrol darah pada tikus diabetes yang diinduksi
aloksan.

D. Kegunaan Penelitian
1.

Memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan pemanfaatan


tanaman di Indonesia, khususnya ganggang hijau sebagai alternatif
pengobatan.

2.

Meningkatkan pemanfaatan Sumber Daya alam (SDA) yang ada di Indonesia


sebagai salah satu bahan untuk sediaan sediaan farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.

Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.)

a.

Klasifikasi Tanaman
Tanaman ganggang hijau seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ganggang Hijau (Guiry, 2007)


Berdasarkan taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ganggang hijau
adalah sebagai berikut : (Guiry, 2007)
Kingdom

: Plant

Divisio

: Thallophyta

Kelas

: Chlorophyta

Ordo

: Ulvales

Familia

: Ulvaceae

Genus

: Ulva

Spesies

: Ulva lactuca

Habitat

: air laut, payau, kayu-kayuan, batu-batuan.

b. Deskripsi Tanaman
Dalam dunia tumbuhan, ganggang termasuk dalam dunia thallophyta
(tumbuhan talus) karena belum memiliki akar, batang dan daun yang jelas.
Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak
dangan bentuk serupa benang atau lembaran. Ganggang mempunyai zat warna
(pigmen), di antaranya klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang bersifat autotrof
(dapat membuat makanannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat
eukaryotic. Habibat hidupnya di air tawar, air laut, dan di tempat kembab,
ganggang yang hidup di air umumnya sebagai plankton. Ganggang hijau
merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya di antara
ganggang lain. Cara reproduksinya adalah dengan fragmentasi dan konjugasi
(Kolar dan Machackova, 2001).
Ganggang ini mempunyai morfologi berupa bentuk tubuh yang tidak
bercabang dan terdiri dari satu atau lebih nukleus. Kloroplas berada di antara
sitoplasma dan vakuola yang di lindungi oleh dinding sel. Kloroplas menyerupai
pita berbentuuk spiral yang terletak di tepi dinding sel. Pirenoid di kelilingi oleh
butiran plastid dan berantai sepanjang kloroplas. Nukleus verada di sitoplasma
dan sering kali bergabung di pusat vakuola. Sitoplasma mengelilingi nukleus dan
verada di sela-sela vakuola. Dinding sel ganggang hijau bersifar lunak dan tidak

berlubang. Dinding tersebut terdiri atas selulosa dengan selaput pektin yang agak
berlendir. Lendir tersebut menyebabkan ganggang hijau terasa licin bila disentuh
(Kolar dan Machackova, 2001)
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk dalam thallophya (tumbuhan
halus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Ganggang
ada yang bersel tunggal dan ada juga yang bersel banyak, bentuk serupa benang
atau lembaran. Mempunyai pigmen klorofil karoten dan xantofil. Cara reproduksi
dengan fragmentasi dan konjugasu (Kolar dan Machackova, 2001). Kelas
Chlorophyta yang lebih di kenal atau populer dengan sebutan alga hijau, yaitu
kelompok dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429 marga dan 6600 jenis.
Secara mikroskopis setiap genus dari Chlorophyta memiliki ciri yang khas,
kloroplas berbentuk jala terdapat pada Hydrodyction dan kloroplas berbentuk
spiral terdapat pada Spyrogira sp, ganggang hiijau memiliki kloroplas berbentuk
butiran. Secara lebih rinci, ganggang hijau memliki kloroplas berbentuk butiran
dengan 1-3 pyrenoids yang membentuk lingkaran utuh dan tidak utuh. Ganggang
hijau berbentuk lembaran seperti daun selada, terdiri dari 2 lapis sel yang
membentuk struktur seperti parenkim.
c.

Kandungan Kimia
Ganggang, seperti tanaman lain, menghasilkan berbagai senyawa metabolit

sekunder. Senyawa tersebut disentesis pada akhir fase pertumbuhan dan/atau


karena perubahan metabolik yang diinduksi oleh kondisi stres lingkungan. Produk
yang dihasilkan meliputi karotenoid, senyawa fenolik, polisakarida, dan asam

lemak tak jenuh. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas biologis seperti


antioksidan, antikanker, antimikroba terhadap bakteri, virus, jamur, sebagai pupuk
organik dan berpotensi untuk bioremidiasi (Shalaby, 2011).
Polisakarida sulfat yang terkandung dalam ganggang hijau adalah kelompok
dari hetero polisakarida yang terdiri dari rhamnose, xylose, glukosa, asam
glukoronat dan sulfat (Leiro et al., 2007).
Ganggang hijau mengandung senyawa melatonin

(Sergio et al., 2009).

Melatolin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau, dimana salah satu
diantaranya adalah ganggang hijau (Kolar dan Machackova, 2001). Melatonin
merupakan sejenis hormon yang merupakan antioksidan yang kuat. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa kadar melatonin tertinggi dalam tanaman adalah
lima jam pasca fase penggelapan. Hasil penelitian tersebut seperti terlihat pada
Gambar 2. :

Gambar 2. Kadar phytomelatonin tertinggi dalam tanaman terjadi lima jam


pasca fase penggelapan (Kolar dan Machackova, 2001)

2.

Phytomelatonin
Phytomelatonin merupakan zat aktif melatonin yang terdapat dalam

tanaman. Melatonin mampu mengatasi radikal bebas (antioksidan), hal ini


dikarenakan melatonin dapat menetralisir zat radikal dengan menyumbangkan
elektronnya. Melatonin merupakan antioksidan yang lebih reaktif dibandingkan
vitamin E atau glutation sehingga lebih efektif mengatasi radikal yang masuk ke
dalam tubuh.
Struktur melatonin seperti di lihat pada Gambar 3. Alkoloid termasuk
metabolik sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik (Alonso et al., 2008).

Gambar 3. Struktur phytomelatonin (Alonso et al, 2008)


Melatonin memiliki nama kimia, yaitu N-acetyl-5-methoxy tryptamine.
Senyawa ini mempunyai bobot molekul (BM) sebesar 232. Melatonin mempunyai
efek yang luas, seperti dalam kelenjar pineal di bawah otak, melatonin berlaku
sebagai sebuah hormon induk yang merangsang keluarnya berbagai hormon
lain. Pada jantung dan sistem peredaran darah, melatonin mengurangi
kemungkinan

terbentuknya

gumpalan-gumpalan

darah

yang

membantu

melindungi dari serangan jantung dan stroke. Melatonin meningkatkan

kemampuan sel-sel darah putih untuk membentuk antibodi. Di seluruh tubuh,


melatonin bertindak langsung atas sel-sel sebagai antioksidan yang melindungi
sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
Melatonin dapat larut dalam pelarut metanol, etanol, dan HCl 0,1 N.
Senyawa ini dapat di identifikasi pada panjang gelombang 280 nm dalam pelarut
etanol (Baghurst dan Bursby, 2008). Melatonin dalam tanaman dapat di pisahkan
dari komponen yang lain yang ada dalam tanaman dengan menggunakan metode
kromografi lapis tipis. Harga RF atau perbandingan antara panjang (cm) dari
bercak hingga batas awal elusi di bagi dengan panjang (cm) dari batas awal elusi
hingga batas akhir elusi pada senyawa melatonin berbeda-beda tergantung pada
fase gerak yang di gunakan.
Melatonin menangkal radikal bebas secara ekstraseluler dimana melatonin
memiliki mekanisme penangkalan dangan cara menangkap senyawa-senyawa
radikal oksigen dan melindungi lipoprotein plasma (Gutteridge, 1995).
3.

Polisakarida Sulfat
Polisakarida Sulfat dari alga memperlihatkan peran penting dalam

menangkal radikal bebas secara in-vitro dan antioksidan untuk melindungi


organisme hidup yang melawan terhadap reaktif oksigen spesies (Qi et al., 2005).
Aktivitas antioksidan dari fraksi murni polisakarida sulfat di evaluasi secara
in vitro dengan pengujian penangkapan radikal superoksida lipid, pengujian
penangkapan radikal hidroksi dan pengujian penangkapan radikal nitrit oksida
(Shonima et al., 2012). Ulva sp banyak mengandung polisakarida, mengandung

10

selulosa dan polisakarida yang larut air seperti kelompok sulfat. Polisakarida
sulfat dari alga laut diketahui mampu menghambat beberapa aktivitas biologi dan
psikologi seperti anti oksidan, antikoagulan, dan antihiperlipidemia (Yu et al.,
2003).
4.

Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar ditemukan di alam

(Harborne., 1999). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur


dasar C6C3C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzene yang terdistribusi dan
dihubungkan dengan C3 yang merupakan rantai alifatik. Struktur flavonoid dapat
dilihat pada Gambar 4. Flavonoid merupakan senyawa fenol alam yang terdapat
pada hampir semua tumbuhan dari bangsa algae hingga gymnospermae.

Gambar 4. Struktur Flavonoid (Sjahid, 2008)


Flavonoid yang ditemukan Fowler et al. (2009) menunjukan aktivitas
biokimia seperti antioksidan, antivirus, antibakteri, dan antikanker. Flavonoid
merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi,
baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung
yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid
membran terhadap reaksi yang merusak (Sjahid, 2008). Flavonoid berperan

11

sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui


kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung
rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon. Pada
penelitian yang telah di lakukkan oleh Meenakshi et al. (2009) diketahui bahwa
Ulva lactuca memiliki kandungan flavonoid dan terbukti mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan.
Hasil dari studi yang dilakukan oleh Zhu et al. (2000) menunjukkan bahwa
senyawa quercetin memiliki aktivitas perlindungan yang bervariasi terhadap
penurunan kandungan -tokoferol dalam LDL sedangkan kaempferol dan morin
kurang efektif dibandingkan dengan myricetin dan quercetin.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, diyakini bahwa
flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang memiliki sifat
antioksidatif serta berperan dalam mencegah kerusakan sel dan komponen
selularnya oleh radikal bebas reaktif.
Penggolongan Jenis Flavonoid
Flavonoid dalam tumbuhan terdapat sebagai campuran, seringkali terdiri
atas flavonoid yang berbeda golongan. Penggolongan jenis flavonoid (Tabel I)
didasarkan pada sifat kelarutan dan reaksi warna. Flavonoid merupakan senyawa
polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubtitusi. Pelarut
polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat
digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005).

12

Pemeriksaan pendahuluan golongan flavonoid dilakukan dengan pereaksi


spesifik. Reaksi yang terjadi antara pereaksi spesifik dan suatu golongan
flavonoid akan menghasilkan warna tertentu.
Tabel I. Uji kualitatif golongan flavonoid (Harbone., 1987).
Golongan
Warna hasil
Pereaksi
Flavonoid
Reaksi
CH3COONa
Antosianidin
Merah
FeCl3
Antosianidin
Biru
CH3COOPb
Jingga
Kalkon
Merah
Auroon
Jingga
Flavon
hingga krem
NaOH 0.1 N
Kalkon dan
Merah
auron
hingga ungu
Flavonol dan
Kuning
Flavon
H2SO4 pekat
Flavonol dan
Kuning
flavon
Flavonol
Jingga
hingga krem
Kalkon
Merah

5.

Ampas
Ampas adalah sisa-sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya dari

hasil penyaringan sediaan yang diperoleh dengan menyaring zat aktif dari
simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian massa
atau serbuk yang terampas di perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Anonim, 2012).
6.

Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dalam kondisi kecil dapat mencegah atau

memperlambat oksidasi radikal bebas. Dalam konsentrasi yang lebih rendah dari

13

zat yang mudah teroksidasi, antioksidan mampu mencegah atau memperlambat


oksidasi tersebut (Halliwel et al., 1995). Menurut Gordon (1990) Antioksidan di
bagi menjadii 2 kelompok yaitu : antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan
radikal bebas membentuk produk yang lebih stabil dan antioksidan sekunder yang
disebut antioksidan pelindung yang berperan dalam mereduksi kecepatan inisiasi
melalui berbagai macam mekanisme dan berperan dalam memperlambat laju
autooksidasi lemak dangan cara mengikat ion logam memecah hidroperoksida
menjadi spesies non radikal, menyerap radiasi ultraviolet dan menginaktifkan
oksigen singlet.
Antioksidan pada umumnya banyak ditemukan pada sayuran, buah-buahan
dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu antioksidan juga bisa disentesis (produksi)
dalam tubuh kita. Contoh antioksidan yang berasal dari makanan adalah vitaminn
E, C, A, Asam Phenolik, selenium, klorofil, karotenoid, flavonoid, glutation,
coenzyme Q10, melatonin, dan licopen, sedangkan yang diproduksi dalam tubuh
meliputi asam urat, HDL, dan asam amino.
Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi kerusakan oksidatif melalui
reaksi dengan radikal bebas, membentuk kelat dengan senyawa logam katalitik
dan menangkap senyawa oksigen (Khilifi et al., 2005).
7.

Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom yang tidak stabil dan sangat reaktif karena

memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital luarnya.
Radikal bersifat bebas dekstruktif dan memicu berbagai penyakit (Pribadi, 2009).

14

Radikal bebas yang diproduksi dalam tubuh normal akan dinetralisir oleh
antioksidan yang ada dalam tubuh, bila kadar radikal bebas terlalu tinggi maka
kemampuan dari antioksidan endogen tidak memadai untuk menetralisir radikal
bebas sehingga terjadi keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas dengan
antioksidan. Radikal bebas dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit
degeneratif diantaranya infark miokard, arteroklerosis, abnormal DNA yang
menyebabkan timbulnya kanker. Radikal bebas berperan penting pada
pembentukan plak antheromathosa. Bila LDL teroksidasi oleh radikal bebas akan
mudah baginya untuk menempel pada dinding dalam arteri dan selanjutnya
menjadi plak. Sehingga cara pencegahan adalah mengurangi kolesterol dan
mengurangi radikal bebas (Guyton dan Hall, 2006).
8.

Antioksidan Mengurangi Stres Oksidatif pada Diabetes Mellitus


Pemberian antioksidan dapat mengurangi stres oksidatif bagi penderita DM-

1 baik kronis maupun akut (Lee, 2002). Sebagian besar antioksidan dalam plasma
dapat berkurang pada pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang
menyebabkan berbagai komplikasi antara lain aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner (Tiwari, 2002).
Antioksidan dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita diabetes.
Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan
adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita
diabetes dibanding kontrol. Pemberian antioksidan dan komponen senyawa
polifenol menunjukkan dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres
oksidatif. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai

15

mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan


stres oksidatif, ROS dan TNF- (Tiwari, 2002).
Pada diabetes melitus, pertahanan antioksidan dan sistem perbaikan seluler
akan terangsang sebagai respons tantangan oksidatif. Sumber stres oksidatif yang
terjadi berasal dari peningkatan produksi radikal bebas akibat autooksidasi
glukosa, penurunan konsentrasi antioksidan berat molekul rendah di jaringan, dan
gangguan aktivitas pertahanan antioksidan enzimatik. Di samping itu, stres
oksidatif juga memiliki kontribusi pada perburukan dan perkembangan kejadian
komplikasi. Pada diabetes anak ditemukan penurunan glutation eritrosit, glutation
total, -tokoferol plasma, dan -karoten plasma secara bermakna. Penurunan
berbagai antioksidan tersebut terkait dengan pembentukan senyawa penanda
adanya stres oksidatif, misalnya peningkatan lipid hidroperoksida, diena
terkonjugasi, dan protein karbonil secara bermakna. Pada diabetes usia 50-60
tahun ditemukan peningkatan peroksidasi lipid sejak onset diabetes (Setiawan et
al., 2005).
9.

Diabetes
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme karena

kurangnya hormon insulin yang ditandai dengan hiperglikemia, gangguan


karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuh. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme
glukosa tubuh. Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam
darah lebih tinggi dari biasa atau normal (normal: 60mg/dL sampai dengan

16

145mg/dL), karena tubuh tidak bisa melepaskan hormon insulin secara cukup
(Maulana, 2009).
Berdasarkan ADA (American Diabetes Association), ada dua cara dalam
menegakkan diagnosis DM, yaitu :
a. Kadar glukosa darah sewaktu (tidak puasa) 200 mg/dL
b. Kadar glukosa darah puasa (keadaan tanpa suplai makanan (kalori)
minimum 8 jam, tetapi tetap boleh minum) 126 mg/dL
Penentuan kondisi diabetes pada tikus didasarkan pada kadar glukosa darah
kondisi normal dan kondisi DM pada manusia. Pada keadaan normal kadar
glukosa darah manusia berkisar pada 70-110 mg/dL, sedangkan kondisi DM bila
kadar glukosa darah puasa lebih besar dari 120 mg/dL. Dengan kata lain kondisi
DM tercapai bila kadar glukosa darah puasa naik melebihi 71% dari kondisi
normal (Tara dan Soetrisno, 2002).
Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association/ World Health
Organization (ADA/WHO), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi empat tipe
berdasarkan penyebab dan proses penyakitnya.
a.

Diabetes Mellitus tipe I (insulin dependent diabetes mellitus)

Pada tipe I, sel pankreas yang menghasilkan insulin mengalami kerusakan.


Akibatnya, sel-sel pada pankreas tidak dapat mensekresi insulin atau dapat
mensekresi insulin hanya dalam jumlah kecil. Kerusakan pada sel-sel
disebabkan oleh peradangan pada pankreas (pancreatitis) yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus atau akibat endapan-endapan besi dalam pankreas
(hemokromatis atau hemosiderosis). Akibat sel-sel tidak dapat membentuk

17

insulin maka penderita tipe I ini selalu tergantung pada insulin. Dari hasil
penelitian, persentase penderita diabetes mellitus tipe I sebesar 10-20 %,
sedangkan penderita diabetes mellitus tipe II sebesar 80-90%.
b.

Diabetes mellitus tipe II (non-insulin dependent diabetes)

Pada tipe II, sel sel pankreas tidak rusak, walaupun mungkin hanya
terdapat sedikit yang normal sehingga masih bisa mensekresi insulin, tetapi dalam
jumlah kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Biasanya,
penderita tipe ini adalah orang dewasa gemuk diatas 40 tahun, tetapi kadangkadang juga menyerang segala umur.
Tipe II merupakan kondisi yang diwariskan (diturunkan). Biasanya,
penderitanya mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Sifat dari gen yang
menyebabkan diabetes tipe ini belum diketahui. Sekitar 25% penderita diabetes
tipe II mempunyai riwayat penyakit keluarga dan hampir semua kembar identik
yang menderita penyakit tipe II, pasangan kembarnya juga menderita penyakit
yang sama.
c.

Diabetes mellitus saat kehamilan

Diabetes mellitus saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk


wanita yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah
hamil. Banyak wanita yang mengalami diabetes kehamilan kembali normal saat
postpartum (setelah kelahiran), tetapi pada beberapa wanita tidak demikian.
Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk
mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal. Jika tidak mampu
menghasilkan lebih banyak insulin, wanita hamil dapat mengalami diabetes yang

18

mengakibatkan perubahan pada metabolisme

glukosa (karbohidrat) dan

metabolisme zat lain (Wijayakusuma, 2004).


10. Metabolisme lemak pada diabetes
Kelainan utama metabolisme lemak pada diabetes mellitus adalah
percepatan katabolisme lemak, disertai peningkatan pembentukan benda-benda
keton, dan penurunan sintesis asam lemak. Pada diabetes mellitus, manifestasi
gangguan metabolisme lemak sedemikian menonjol.
Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang
ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi
ini timbul terutama disebabkan oleh adanya gangguan pada metabolisme
karbohidrat (gula) di dalam tubuh. Gangguan tersebut antara lain disebabkan oleh
adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita diabetes
melitus, gangguan fungsi hormon insulin akan menyebabkan pula gangguan
metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat
turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Peningkatan trigliserida dan
kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi karena
penurunan aktivitas enzim-enzim pemecahan lemak yang kerjanya di pengaruhi
oleh insulin (Nortiningsih, 2004, cit. Fatmawati, 2008).
Trigliserida bersama dengan protein, fosfolipid, dan kolesterol ester
bergabung membentuk kilomikron. Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron
ini akan di hidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dimana asam lemak akan
memasuki sel-sel jaringan, sebagian akan diubah menjadi energi asetil-CoA yang
merupakan

prekursor

pembentukan

kolesterol.

Hiperglikemia,

19

hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia secara bersamaan disebabkan oleh


terjadinya penurunan produksi insulin yang mengakibatkan kerja beberapa enzim
untuk melakukan metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein lipase dan lipase
sensitif hormon teganggu. Enzim lipoprotein lipase yang menghidrolisis
trigliserida dalam sirkulasi tidak terinduksi, sedangkan enzim lipase sensitif
hormon yang menghidrolisis trigliserida dalam jaringan tidak terhambat.
Akibatnya, kadar lemak dalam sirkulasi darah meningkat dan kadar lemak dalam
jaringan adiposa menurun (Tjokroprawiro, 2003).
11. Kolesterol
a.

Definisi dan Manfaat


Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang mempunyai unsur penting

dalam membran plasma dan lipoprotein plasma, juga merupakan prekursor


homon-hormon steroid dan asam lemak (Ganong, 2002). Kolesterol sering
ditemukan dalam bentuk kombinasi dengan asam lemak seperti ester kolesterol.
Struktur kimia kolesterol terdiri dari 27 atom karbon yang berbentuk empat
lingkaran sepert terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur kimia senyawa kolesterol (Guyton dan Hall, 2006)

20

Dalam tubuh manusia terdapat dua macam kolesterol yaitu kolesterol


eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang
diabsobsi setiap hari dari saluran pencernaan sedangkan kolesterol endogen adalah
kolesterol yang dibentuk dalam sel tubuh. Jumlah kolesterol endogen lebih besar
daripada kolesterol eksogen.
Kolesterol ditemukan pada setiap sel yang ada di dalam tubuh, merupakan
zat penting bagi pembentukan organ-organ yang ada di dalam tubuh dan juga
merupakan komponen penting dari semua jaringan tubuh manusia. Oleh karena
itu kolesterol pun dibutuhkan oleh tubuh dan memberikan manfaat (Graha, 2010).
Manfaat kolesterol itu antara lain :
1) Penyumbangan energi yang lebih tinggi daripada protein
2) Pembungkus jaringan saraf
3) Pelapis selaput sel
4) Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid
5) Pembuat garam empedu yang penting untuk mencerna lemak
6) Pelarut vitamin A, D, E, dan K
7) Berperan

dalam

membantu

perkembangan

jaringan

otak

anak

(Harlinawati, 2006).
b.

Biosentisis Kolesterol
Sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sinstesis

(sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada
hakekatnya semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis
kolesterol, tetapi terutama di sel hati dan usus. Prekursos untuk sintesis kolesterol

21

adalah asetil Ko-A, yang dapat dibentuk dari glukosa, asam lemak atau asam
amino (Mark et al., 2000).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. (1) Mevalonat, yang
merupakan senyawa enam-karbon, disentesis dari asetil-KoA. (2) Unit isoprenoid
dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. (3) Enam unit isoprenoid
mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara, skualena. (4)
Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu
lanosterol. (5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap
selanjutnya, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Lehninger, 2004).
Tahapan pertama melibatkan perubahan asetil KoA menjadi HMG-KoA
yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, dilanjutkan sintesis HMG-KoA
menjadi mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase (Gambar
6a). Tahapan selanjutnya adalah pembentukan unit-unit isoprenoid dari mevalonat
(Gambar 6b). Tahapan keempat adalah proses polimerisasi enam molekul
isoprenoid untuk membentuk molekul squalene (Gambar 6c). Tahap paling akhir
ialah proses terbentuknya inti sterol dari squalene, yang kemudian akan diubah
menjadi kolesterol (Gambar 6d).

22

Gambar 6. Biosintesis Kolesterol (Lehninger, 2004)

23

12. Hiperlipidemia
Istilah

hiperlipidemia

menyatakan

peningkatan

kolesterol

(hiperkolesterolemia) dan/atau trigliserida (hipertrigliseridemia) serum di atas


batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang disebabkan oleh gangguan sistemik
disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.
Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang
berlebihan, diabetes melitus, hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik. Hiperlipidemia
akibat kelainan genetik terhadap metabolisme lipid dalam mengode enzim,
apoprotein, atau reseptor yang terlibat disebut sebagai hiperlipidemia primer.
Hiperkolesterolemia

merupakan

hasil

dari

meningkatnya

produksi

atau

meningkatnya penggunaan LDL (Low Density Lipoprotein) (Muwarni et al.,


2006).
Hiperlipidemia atau lebih tepatnya hiperlipoproteinemia adalah keadaan
dimana kadar kolesterol, trigleserida, LDL, VLDL, serta kilomikron dalam
plasma melebihi bilangan-bilangan normal. Kadar lipid darah yang lebih dari
batas tanpa resiko dan memerlukan pengobatan dapat dilihat pada Tabel II :
Tabel II. Patokan Kadar Lipid Darah (mg/dl) yang memerlukan pengobatan
(Kamaluddin, 1993).
Lipid
Tanpa resiko
Batas
Perlu pengobatan
Trigleserida
<150
150-200
>200
Kolesterol total
<220
220-260
>260
Kolesterol LDL
<150
150-190
>190
Kolesterol HDL
<55
35-55
>35

24

Berdasarkan jenisnya hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu :


a.

Hiperlipidemia Primer
Banyak disebabkan oleh kelainan genetik. Biasanya kelainan ini
ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan. Pada
umunya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak
adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).

b.

Hiperlipidemia Sekunder
Pada jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu
penyakit, misalnya : diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan
penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversible (berulang)
(Anonim, 2006). Klasifikasi klinis hiperlipidemia dalam hubungannya
dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) :
1) Hiperkolesterolemia, yaitu kadar kolesterol meningkat dalam darah.
2) Hipertrigleserida, yaitu kadar trigleserida meningkat dalam darah.
3) Hiperlipidemia campuran, yaitu kadar kolesterol dan trigleserida
meningkat dalam darah.
Penyebab hiperlipidemia diantaranya adalah (1) faktor keturunan/genetik

(penyebab primer) dan (2) usia; jenis kelamin; riwayat keluarga dengan
hiperlipidemia; obesitas/kegemukan; menu makanan yang mengandung asam
lemak seperti mentega, margarine, whole milk, es krim, keju, daging berlemak;
kurang melakukan olahraga; penggunaan alkhohol; merokok; diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik; gagal ginjal; kelenjar tiroid yang kurang aktif; obat-obat

25

tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB,
kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu) (penyebab sekunder)
(Muwarni et al., 2006).
13. Glibenklamid
Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonylurea
generasi kedua. Pada dasarnya obat golongan ini mempunyai mekanisme kerja
yang sama hanya berbeda pada potensi dan farmakokinetik yang menyebabkan
perbedaan masa kerja. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian obat golongan sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi
insulin dengan menstimulasi sel-sel Langerhans di pankreas, itulah mengapa
obat ini hanya bisa digunakan pada penderita DM yang pankreasnya masih
mampu memproduksi insulin. Pada dosis tinggi, obat ini menghambat
penghancuran insulin oleh hati. Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik,
sehingga dapat diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin
(70-90%). Struktur kimia glibenklamid dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Kimia Glibenklamid (Anonim, 2013)


Glibenklamid dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit dieksresi
melalui urin dan sisanya dieksresi melalui empedu dan tinja. Obat ini efektif

26

dengan pemberian dosis tunggal. Bila pemberian dihentikan obat akan bersih dari
serum sesudah 36 jam dengan waktu paruh plasmanya 6-7 jam. Efek samping
obat golongan ini yang terpenting adalah hipoglikemia yang dapat terjadi secara
terselubung. Agak jarang terjadi gangguan lambung usus (mual,muntah,diare),
sakit kepala, pusing, rasa tidak enak di mulut, juga gangguan kulit alergis. Nafsu
makan dan berat badan bisa meningkat, terutama pada mereka yang tidak menaati
diet (Tjay dan Rahardja, 2002).
Menurut penelitian yang telah dilakukkan oleh Fondjo et al., (2012)
pemberian glibenklamid 5 mg/kgBB pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar
trigliserid, kolesterol total, kolesterol LDL secara signifikan. Serta pemberian
glibenklamid pada pasien Diabetes Mellitus II selama 2 minggu dapat
meningkatkan kolesterol HDL secara signifikan walaupun belum mencapai kadar
normal.
14. Penetapan Kadar Kolesterol Darah
Metode CHOD-PAP
Prinsip : kolesterol ditemukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi.
Indikator quinoneimine terbentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminianypyrine
dengan adanya phenol peroksidase.
Metode ini (enzimatis) memperlihatkan lineritas yang baik sampai dengan
500 mg/dl. Sampel dengan nilai yang lebih dari 500 mg/dl harus dianalisa ulang
setelah pengenceran dengan Natrium Klorida (Na Cl). Tahap reaksi awal metode
enzimatis adalah hidrolisis ester kolesterol untuk membentuk kolesterol bebas.
Tahap berikutnya adalah tahap oksidasi yang menggunakan oksigen untuk

27

menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2), melalui pembentukan oksidasi


berwarna yang direduksi. Faktor yang mengganggu pada pemeriksaan adalah pada
sample yang keruh, lipemil, ikterik, atau mengalami hemolisis. Billirubin
menyebabkan interfensi negative dalam metode enzimatis karena billirubin
bereaksi dengan H2O2 sehingga mengurangi jumlah peroksida yang tersedia untuk
12 membentuk komplek berwarna. Billirubin juga menimbulkan gangguan
langsung karena penyerapannya ada di sekitar 500 nm. Gangguan ini dapat
dikurangi dengan mengukur konsumsi oksigen secara elektrokimia (Sutejo, A.Y,
2006).
15. Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural derivat pirimidin
sederhana. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allation dan oksalurea
(asam oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin;
2,4,5,6-pirimidinetetron;

1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron

(IUPAC)

dan

asam

Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4. Aloksan


murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa
kimia tidak stabil dan senyawa hidrofobil. Waktu paruh aloksan pada pH dan suhu
37o C adalah 1,5 menit (Nugroho, 2006). Struktur aloksan seperti pada Gambar 8 :

28

Gambar 8. Struktur kimia aloksan (Anonim,2013)


Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi
diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan adalah cara yang cepat
untuk menghasilkan kondisi diabetik

eksperimental (hiperglikemik) pada

binatang percobaan. Aloksan dapat diberikan secara intravena, intraperitoneal,


atau subkutan pada binatang percobaan. Aloksan dapat menyebabkan Diabetes
Mellitus tergantung insulin pada binatang tersebut (aloksan diabetes) dengan
karakteristik mirip dengan Diabetes Melitus tipe I pada manusia. Aloksan bersifat
toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin karena
terakumulasinya aloksan secara khusus melalui transporter glukosa yaitu GLUT2.
Aloksan bereaksi dengan merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas
sehingga menyebabkan berkurangnya granula-granula pembawa insulin di dalam
sel beta pankreas. Aloksan meningkatkan pelepasan insulin dan protein dari sel
beta pankreas tetapi berpengaruh pada sekresi glukagon. Efek ini spesifik untuk
sel beta pankreas sehingga aloksan dengan konsentrasi tinggi tidak berpengaruh
terhadap jaringan lain. Aloksan mungkin mendesak efek diabetogenik oleh
kerusakan membran sel beta dengan meningkatkan permeabilitas. Aksi toksik

29

aloksan pada sel beta dengan meningkatkan permeabilitas dibentuk oleh reaksi
redoks.
Aksi toksik aloksan pada sel beta diinisiasi oleh radikal bebas yang dibentuk
oleh reaksi redoks. Aloksan dan produk reduksinya, asam dialurik, membentuk
siklus redoks dengan formasi radikal superoksida. Radikal ini mengalami
dismutasi menjadi hydrogen peroksida. Radikal hidroksil dengan kereaktifan yang
tinggi dibentuk oleh reaksi Fenton. Aksi radikal bebas dengan rangsangan tinggi
meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yg menyebabkan destruksi cepat sel
beta.
Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro menunjukkan
bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang
mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari
mitokondria mengakibatkan homeostasis yang merupakan awal dari matinya sel
(Szkudelski, 2001).
Induksi aloksan untuk diabetes mellitus pada hewan uji (tikus) dapat
dilakukan dengan injeksi peritonial. Tikus yang telah terkena efek induksi aloksan
akan memperlihatkan kenaikan kadar gula darah sampai lebih dari 200 mg/dL
dalam jangka waktu minimal 48 jam setelah penyuntikan (Jadhav et al., 2009).
16. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

30

zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, sitrak dan lain lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau
pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambah bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian dengan cara maserasi
adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. Selain itu
kelemahan penyarian dengan cara maserasi yaitu tidak pernah dapat menarik zat
berkhasiat dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007).
B.

Penelitian Yang Relevan


Melatonin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau menurut Sergio

et al. (2009). Penelitian Ofir et al., (2010) menunjukkan bahwa senyawa


melatonin dalam ganggang hijau bersifat sebagai antioksidan.
Me et al., (2012) melaporkan bahwa isolat polisakarida sulfat dalam Ulva
fasciata mampu menangkal radikal bebas. Pada penelitian yang telah di lakukkan
oleh Meenakshi et al., diketahui bahwa ganggang hijau memiliki kandungan
flavonoid dan terbukti mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.

31

Penelitian Inayah Izati Qomariyah (2013) tentang aktivitas antioksidan


sebagai penangkap radikal bebas ekstrak etanol ganggang hijau Spyrogyra sp dan
Ulva lactuca L. dengan metode DPPH memberikan hasil bahwa Ekstrak Etanol
Spyrogyra sp dan Ulva lactuca L. memiliki aktivitas antioksidan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Reflika Gita (2013) tentang pemberian
efek ekstrak etanol ganggang hijau mampu menurunkan kadar kolesterol total
pada tikus galur Wistar yang diinduksi Isoproterenol,

dengan dosis 200

mg/kgBB.
C. Kerangka Berfikir
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
jumlahnya semakin meningkat. Dibetes Mellitus menyebabkan gangguan pada
sistem pemecahan glukosa darah karena berkurangnya kerja insulin. Sehingga
kenaikan kadar glukosa darah juga sering diiringi dengan kenaikan kadar
kolesterol darah. Pengendalian kadar glukosa darah secara ketat akan
memperbaiki pula kadar kolesterol pada penderita DM (Walujo Soerjodibroto,
1997).
Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi
diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada sel beta pankreas dengan menginduksi pembentukkan
radikal bebas hidroksil. Sel beta pankreas berfungsi untuk menghasilkan insulin,
sehingga menyebabkan kekurangan hormon insulin di dalam tubuh (Yuriska,
2009). Dengan berkurangnya hormon insulin dalam tubuh maka akan

32

menyebabkan pula gangguan metabolisme lemak, yang ditandai dengan


meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti kolesterol. Peningkatan
kadar kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi
karena penurunan aktivitas enzim-enzim pemecahan lemak yang kerjanya
dipengaruhi oleh insulin (Nortiningsih, 2004; Fatmawati, 2008).
Menurut Innayah Izati Qomariyah (2013), ekstrak etanol Spyrogia sp dan
Ulva lactuca L. memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa
yang dapat menghambat reoksidasi dengan menghambat radikal bebas dan
molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel akan dihambat (Andayani et
al., 2008). Ulva lactuca L. yang mempunyai kandungan senyawa aktif melatonin,
polisakarida sulfat, dan flavonoid terbukti memiliki aktivitas sebagai antioksidan
menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan (Hanna et al., 2009; Ofir et al.,
2011; Meenakshi et al., 2009).
Penyarian dengan cara maserasi tidak pernah dapat menarik zat berkhasiat
dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007). Untuk menyari ganggang hiijau
pada penilitian ini digunakan etanol 96% yang bersifat semi polar, sehingga
dimungkinkan senyawa melatonin yang bersifat polar akan tersari dalam ekstrak
ganggang hijau tetapi pada ampas ganggang hijau dimungkinkan masih terdapat
senyawa berkhasiat sebagai antioksidan yaitu polisakarida sulfat dan flavonoid.
Aktivitas antioksidan yang dimiliki ganggang hijau diperkirakan mampu
menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan.

33

D. Hipotesis
Senyawa aktif dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau dapat
menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah bersifat eksperimental dengan
melakukan penelitian di laboratorium. Laboratorium yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laboratorium Biologi, Fitokimia, dan Farmakologi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
B. Sampel
Sampel yang digunakan adalah Ganggang Hijau yang diperoleh dari Pantai
Krakal, Gunung Kidul Yogyakarta.
C. Bahan dan Alat yang Digunakan
1.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ganggang hijau yang di

peroleh dari pantai Krakal, Gunung Kidul. Ganggang hijau yang di peroleh
kemudian di isolasi di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sehingga di dapat ampas ekstrak etanol
ganggang hijau. Bahan lain yang digunakan seperti : Etanol 96%, CMC Na,
Pereaksi Dregendrof, Pereaksi Meyer, Pereaksi Barfoed, Pereaksi Molish,
Pereaksi Phenol Aminoantipyrin, Aloksan monohidrat dari Sigma Aldrich
Chemistry dosis 120 mg/kgBB.

34

35

2.

Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : spektrofotometri visible,

timbangan analitiik, maserator, stopwatch, kuvet, spuit, pipa kapiler, eppendorf,


alat sentrifuge, spuit injeksi, dan alat gelas lainnya.
D. Variabel Penelitian
1.

Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pada ampas ekstrak

etanol ganggang hijau dosis 100 mg/KgBB; 200 mg/KgBB; dan 400 g/KgBB.
2.

Variabel Terikat
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah respon kadar kolesterol

darah tikus yang telah diberi perlakuan.


3.

Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, berat

badan dan jenis tikus yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar dengan
berat 150-200gram dan umur 2-3 bulan.
E. Prosedur Penelitian
1.

Identifikasi Ganggang Hijau.


Untuk memastikan bahan yang digunakan benar ganggang hijau dilakukan

identifikasi tanaman di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Ahmad


Dahlan Yogyakarta.

36

2.

Pengumpulan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Simplisia


Tanaman ganggang hijau diperoleh dari pantai Krakal daerah Gunung kidul.

Pengolahan ganggang hijau untuk menjadi serbuk memerlukan beberapa tahapan.


Tahapan tersebut adalah : 1) Ganggang hijau dibersihkan dari kotoran dengan
pencucian menggunakan air mengalir. 2) ganggang dimasukkan ke dalam wadah
berisi air dan didiamkan selama satu hari (12 jam fase penyinaran dan 12 jam fase
penggelapan). 3) ganggang diambil dari wadah pada 5 jam setelah dimulai fase
penggelapan dan dipotong-potong dengan ketebalan 1-5 mm. 4) potonganpotongan tersebut dijemur hingga kering dibawah sinar matahari dengan ditutup
oleh kain hitam. Penutupan kain hitam dimaksudkan untuk mempercepat proses
pengeringan karena kain hitam

dapat menyerap panas dan juga untuk

menghindari kerusakan zat aktif akibat dari sinar UV matahari. 5) gangang kering
kemudian diserbukkan dengan menggunakan blander. Proses penyerbukan dapat
meningkatkan luas permukaan antara simplisia dengan larutan penyari. Hal ini
dapat meningkatkan jumlah zat aktif yang tersari ke dalam ekstrak.
3.

Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau.


Ganggang hijau yang sudah dalam bentuk serbuk diekstraksi dengan etanol

96% dengan metode maserasi. Sari etanol yang diperoleh dipisahkan filtrat dan
ampasnya. Ampas dari hasil maserasi dikeringkan dengan menggunakan oven,
setelah proses pengeringan selesai ampas dibuat dalam bentuk serbuk dengan
menggunakan blender yang bersih kemudian diayak dengan menggunakan ayakan

37

mesh 100. Ampas ekstrak etanol yang didapat kemudian dibuat larutan dalam
konsentrasi 20% b/v dengan menggunakan CMC Na 1% sebagai pelarut.
4.

Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau


a. Identifikasi Melatonin
Uji pendahuluan larutan uji terhadap senyawa melatonin yang merupakan

golongan alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Meyer dan pereaksi


Dragendorff (Zulney et al., 2004).
Kemudian dilanjutkan indentifikasi melatonin dengan KLT. Ampas
dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarutnya yaitu dengan etanol 96%. Sebelum
penotolan larutan uji, silika gel GF 254 diaktifkan terlebih dahulu di dalam oven
selama 30 menit dengan suhu 1400 C untuk dipisahkan dari komponen lain secara
kromatografi lapis tipis (KLT). Setelah silica gel GF 254 diaktifkan, larutan uji
ditotolkan pada plat KLT silika gel GF 254 menggunakan pipa kapiler. Totolan
pertama adalah standar melatonin, totolan kedua adalah sampel, selanjutnya plat
silika gel dielusi dengan fase gerak n-butanol-asam asetat-air (12:3:5). Hasil yang
diperoleh diidentifikasi di bawah lampu UV 254 nm (Prabowo et al., 2009).
b. Identifikasi Kualitatif Polisakarida
Identifikasi larutan uji terhadap senyawa polisakarida dapat dilakukan
dengan menggunakan pereaksi Molish dan Barfoed ( Winarno, 2004).
c.

Identifikasi Kualitatif Flavonoid

Sebanyak 0.5 g sampel dilarutkan dengan 10 ml metanol-HCl 1 N (1:1) dan


dipanaskan dalam labu Erlenmeyer pada suhu 95 C selama 1 jam. Setelah itu

38

didinginkan dan disaring, lalu filtratnya diekstraksi dengan etilasetat. Fase


asamnya dipanaskan lagi sampai menjadi lebih pekat.
Antosianidin. Sebanyak 1 ml sampel etilasetat ditambah 3 tetes
CH3COONa lalu diamati, kemudian ditambah lagi 3 tetes FeCl3 dan diamati lagi.
Antosianidin dengan CH3COONa memberikan warna merah hingga ungu dan
bila ditambah FeCl3 menjadi warna biru. Antosianidin dengan CH3COONa
memberikan warna biru muda bila ditambah FeCl3 menjadi warna tetap biru.
Flavonoid lain. Sebanyak 1 ml sampel etilasetat ditambah 3 tetes
CH3COOPb lalu diamati warnanya. Flavon memberikan warna jingga hingga
krem, kalkon memberikan warna jingga tua, dan auron memberikan warna merah.
Sebanyak 1 ml ekstrak etilasetat ditambah 3 tetes NaOH 0.1 N lalu diamati
warnanya. Flavonol dan flavon memberikan warna kuning, sedangkan kalkon dan
auron memberikan warna merah hingga ungu. Sebanyak 1 ml ekstrak etilasetat
ditambah 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati warnanya. Flavonol dan flavon
memberikan warna kuning, flavonol memberikan warna jingga hingga krem, dan
kalkon memberikan warna krem hingga merah tua (Harbone, 1987).
d. Identifikasi Flavonoid dengan KLT
Larutan cuplikan (totolan) dibuat dengan melarutkan 0.5 g serbuk ampas
ganggang hijau dengan 10 ml metanol-HCl 1 N (1:1) dan dipanaskan dalam labu
Erlenmeyer pada suhu 95 C selama 1 jam. Setelah itu didinginkan dan disaring,
lalu filtratnya diekstraksi dengan etilasetat. Fase asamnya dipanaskan lagi sampai
menjadi lebih pekat. Setelah pekat dilakukan penotolan pada silika GF 254.

39

Penotolan dilakukan dengan pipa kapiler. Pengembangan dilakukan dalam


bejana kromatografi dengan fase gerak yang sesuai yaitu n-butanol-asam asetat-air
(4:1:5). Dan di deteksi dengan sinar UV 254 nm dan UV 366 nm.
5.

Pembuatan CMC Na 1 %
Larutan CMC Na 1% dibuat dengan menimbang 1 gram CMC Na, digerus

dalam mortir dengan air panas sedikit demi sedikit sampai larut, kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar sampai 100 ml.
6.

Penyiapan Larutan Glibenklamid


Dosis untuk manusia dewasa sekali

= 5 mg

Konversi dosis manusia ke tikus (200g) = 0,018


Dosis untuk tikus (200g)/hari

= 0,018 x 5 mg
= 0,09 mg/200gBB
= 0,45mg/kgBB

Larutan

pembawa

yang

digunakan

untuk

membuat

stok

larutan

glibenklamid adalah larutan CMC Na 1%. Dibuat larutan glibenklamid dengan


kadar dihitung dengan cara:
Konsentrasi = (Dosis x Berat Badan)/Volume Pemberian
= (0,45 mg/1000 gram x 200 gram)/2mL
= 0,045 mg/mL
7.

Perencanaan Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau


Dosis pemberian ampas ekstrak etanol ganggang hijau adalah dosis 100

mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB. Dosis ini disesuaikan dengan

40

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ofir et al., 2010, menggunakan dosis
100g/KgBB-300mg/KgBB. Penelitian Efek ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva
lactuca L.) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur
wistar yang diinduksi isoproterenol (Gita, 2013), menggunakan dosis 200
mg/kgBB dan 400mg/kgBB. Kemudian dilakukan Orientasi untuk memastikan
dosis yang sesuai sehingga penelitian ini menggunakan dosis 100 mg/kgBB, 200
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.
a. Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau
Dosis 100 mg/KgBB
Volume penyuntikan : 2 ml/200 gBB

Konsentrasi = 10 mg/ml
Larutan stock : 1000 mg/100ml (1%)
Dosis 200 mg/KgBB
Volume penyuntikan : 2 ml/200gBB

Konsentrasi = 20 mg/ml
Larutan stock : 2000 mg/100ml (2%)

41

Dosis 400 mg/KgBB


Volume penyuntikan : 2 ml/200gBB

Konsentrasi = 40 mg/ml
Larutan stock : 4000 mg/100ml (4%)
b. Dosis Aloksan
Larutan aloksan monohidrat diberikan dengan dosis 120 mg/kgBB secara
intraperitonial. Larutan stok aloksan dibuat dengan kadar 10% b/v, dibuat
dengan cara: ditimbang serbuk aloksan monohidrat 1 g. Serbuk dilarutkan
dengan sedikit aquadest sampai volume 10 ml. Larutan ini mempunyai
konsentrasi 10% b/v.
Volume pemberian dihitung dengan cara :

Volume pemberian

42

8.

Hewan Percobaan
Hewan uji dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, tiap kelompok uji terdiri

dari 5 ekor tikus galur Wistar dengan umur kurang lebih 2-3 bulan dan berat
badan 150-200gram.
Kelompok I

: sebagai kelompok normal (tanpa aloksan), Tikus diberi


aquadest dan makan ad libitum.

Kelompok II

: sebagai kelompok kontrol, Tikus diberi aloksan 120


mg/kgBB secara perkutan.

Kelompok III

: diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara


subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari
ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 100
mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

Kelompok IV

: diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara


subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari
ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 200
mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

Kelompok V

: diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara


subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari
ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 400
mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

43

Kelompok VI

: sebagai kelompok glibenklamid, Tikus diberi suspensi


glibenklamid secara per oral.

Sebelum di beri perlakuan, darah di ambil dari sinus orbitalis mata sebagai hari
ke-0 sebelum di induksi aloksan dan pada hari ke-3 setelah di induksi aloksan.
Pengambilan darah setiap hewan uji dari sinus orbitalis mata secara keseluruhan
dilakukan pada hari ke-0, 3, 10, 17. Gambar skema perlakuan untuk hewan uji
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.

Tikus sehat kel I, II, III, IV, V, VI (masing-masing 5 ekor) dipuasakan selama 18-20 jam (beri minum ad libitum),
dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis dan pada hari tersebut di anggap sebagai hari ke-0.

Tikus di induksi aloksan dosis 120 mg/kgBB (kecuali kelompok


normal)

Tiga hari setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis
dan pada hari tersebut di anggap sebagai hari ke-3

Selanjutnya tikus diberi perlakuan selama 7 hari berturut-turut

Kel. I
Kelompok Normal

Aquadest

Kel. II
Kelompok Kontrol

CMC Na 1%

Kel. III

Ampas ekstrak
etanol ganggang
Hijau 100 mg/kgBB

Kel. IV

Ampas ekstrak
etanol ganggang
Hijau 200 mg/kgBB

Kel. V

Ampas ekstrak
etanol ganggang
Hijau 400 mg/kgBB

Kel. VI
Kelompok Obat

Glibenklami
d

Dilakukan pengecekan kelosterol darah di anggap sebagai hari ke-10


Tikus diberi perlakuan lagi sesuai kelompoknya masing-masing selama 7 hari
Dilakukan pengecekan kolesterol darah di anggap sebagai hari ke-17

Gambar 9. Skema penelitian efek pemberian ampas ekstrak etanol ganggang


hijau terhadap kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan

44

9.

Preparasi sampel
Darah hewan uji diambil melalui sinus orbitalis, darah yang keluar dialirkan

ke dindng tabung evendrof untuk ditampung. Darah yang telah di dapat


disentrifuge dengan kecepatan

4000rpm selama 15 menit hingga didapatkan

serum yang jernih.


10. Penetapan Kadar Kolesterol Total
a.

Penentuan operating time


Sebanyak 10 L aquadest ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP DiaSys

yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10 L kolesterol


baku dari DiaSys ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP DiaSys, kemudian
diinkubasi pada suhu kamar (37o). Serapannya dibaca dengan spektrofotometer
visibel pada panjang gelombang 500 nm (berdasarkan panjang gelombang yang
tertera di leaflet reagen CHOD-PAP) dan dibaca pada menit ke-0 sampai menit
ke-30. Penentuan operating time bertujuan untuk mengetahui pada menit berapa
terjadi serapan yang stabil.
b.

Penentuan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimal


Sebanyak 10 L aquadest ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP (DiaSys)

yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10 L kolesterol


baku dari DiaSys ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP (DiaSys), kemudian
diinkubasi pada suhu kamar (37o). Serapan dibaca dengan menggunakan alat
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 400-600 dengan menunggu
operating time sesuai hasil yang diperoleh pada penentuan operating time.

45

Panjang gelombang serapan maksimum ditentukan untuk mendapatkan panjang


gelombang saat serapan tertinggi.
c.

Penetapan Kadar Kolesterol Darah


Metode yang digunakan adalah Enzimatic photometri test cholesterol

oxidase p-aminoantypyrin (CHOD-PAP), metode

enzimatic photometric test

yaitu cholesterol oxidase phenol aminoantipyron (CHOD-PAP) adalah kolesterol


pada serum darah bereaksi dengan cholesterol esterase menghasilkan kolesterol
bebas yang kemudian bereaksi dengan fenol,4-aminoantipyrine dengan katalis
peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Quinoneimine inilah
yang diukur absorbansinya, reaksi yang terjadi adalah seperti pada Gambar 10
sebagai berikut.

Gambar 10. Reaksi metode CHOD-PAP (Diasys, 2008)


Dengan menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sesuai dengan Tabel III sebagai berikut.

46

Tabel III. Komposisi sampel, standar, dan blangko yang dianalisis pada
penetapan kadar kolesterol darah
Sampel
Blangko
Standar
(30 tabung)
Serum
10 L
Standar
10 l
Reagen
1000 L
1000 L
1000 l
Aquadest
10 L
-

Masing masing dicampur dibantu dengan alat vortex agar lebih homogen.
Selanjutnya diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar (37 0C) kemudian
dibaca pada alat Biochemistry Analyzer.
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol
total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : C

= kadar kolesterol (mg/dL)

A = serapan
Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dL).
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa kadar kolesterol total
darah. Data yang diperoleh kemudian diuji statistika dengan menggunakan
program SPSS (Statistic Product and Service Solution). Pengujian dilakukan
menggunakan uji ANOVA satu jalan. Uji ini dilakukan untuk membandingkan
variabel terikat independen yang diamati. Selanjutnya data uji satu persatu untuk
penjabaran lebih lanjut untuk mengetahu normalitas dan homogenitas tiap-tiap

47

data. Uji normalitas menggunakam Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas


dengan uji Levene dahulu untuk menentukan data termasuk data parametik atau
non parametik.
Jika data terdistribusi normal dan homogen, maka termasuk ke dalam data
parametik, analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA dengan taraf kepercaya 95%
untuk mengetahui perbedaan secara umum tiap perlakuan, bila nilai signifikasi
yang dihasilkan <0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan dari masing-masing
kelompok perlakuan. pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui ada
perbedaan signifikan atau tidak antar kelompok perlakuan dengan uji Postchoct
LSD, jika signifikasi yang dihasilkan 0,05 maka ada perbedaan yang signifikasn
antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Jika data tidak homogen maka
termasuk dalam data non parametik dan diuji Kruskall Wallis dilanjutkan uji
Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaannya.

48

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Identifikasi Tanaman Ganggang Hijau


Ganggang Hijau diidentifikasi terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan penelitian, mengetahui identifikasi dan guna menjamin
kebenaran jenis dari obyek uji dalam penelitian. Identifikasi dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Uji makroskopis dilakukan dengan
mencocokan tanaman dengan kunci determinasi, sedangkan uji mikroskopis
dilakukan terhadap potongan ganggang hijau.
Hasil identifikasi menunjukan bahwa tanaman yang digunakan sebagaii
sampel dalam penelitian adalah spesies Ulva lactuca L. Hasil determinasi
tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Pembuatan Simplisia dari Ganggang Hijau
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ganggang hijau yang
masih segar dan berwarna hijau, hal ini dimaksudkan agar kandungan senyawa
kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut masih dalam jumlah yang besar.
Ganggang hijau yang digunakan diperoleh dari pantai Krakal Gunung Kidul
Yogyakarta pada bulan Januari 2014. Diambil dari satu tempat bertujuan untuk
meminimalkan variasi kandungan senyawa pada sampel yang akan diuji.
Ganggang hijau yang telah diperoleh dicuci dengan air mengalir untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang ada pada tanaman. Ganggang hijau

49

dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutup kain
hitam, ditutup kain hitam bertujuan untuk mencegah kerusakan zat aktif yang
terkandung dalam ganggang hijau akibat sinar UV matahari, selain itu kain hitam
sifatnya menyerap panas sehingga mempercepat proses pengeringan. Setelah
proses pengeringan langkah selanjutnya ganggang hijau diblender untuk
mendapatkan ukuran serbuk kemudian diayak dengan ayakan 40 mesh. Serbuk
yang lolos ukuran 40 mesh inilah yang digunakan untuk membuat ampas dari
ekstrak etanol ganggang hijau.
C. Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau
Bahan yang digunakan dalam pembuatan ampas ekstrak etanol ganggang
hijau yaitu serbuk ganggang hijau dengan ukuran 40 mesh. Metode penyarian
yang digunakan yaitu maserasi, dipilih metode maserasi karena penyarian ini
murah, sangat sederhana, dan mudah dilakukan. Pelarut yang digunakan yaitu
etanol 96%. Etanol 96% digunakan karena diharapkan senyawa aktif yang bersifat
polar yaitu polisakarida sulfat dan Flavonoid tidak ikut tersari. Proses penyarian
dilakukan sebanyak 3x untuk memastikan bahwa yang diperoleh diakhir benarbenar ampas dari ekstrak etanol ganggang hijau. Kemudian ampas dioven untuk
menghilangkan etanol yang tersisa, setelah dipastikan ampas kering lalu
dilakukkan pengayakan dengan ayakan 100 mesh. Dipakai ukuran 100 mesh
bertujuan untuk mempermudah dalam pemerian kepada tikus secara oral. Ampas
ukuran 100 mesh ini disuspensikan kedalam CMC-Na. Pemilihan CMC sebagai
suspending agent dikarenakan CMC-Na sifatnya yang inert sehingga tidak
mempengaruhi kandungan zat aktifnya.

50

D. Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau


a. Identifikasi Melatonin
Identifikasi melatonin dilakukan sebelum penelitian. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui adanya senyawa melatonin yang

tersisa dalam ampas ekstrak

ganggang hijau yang telah melalui proses maserasi. Identifikasi dilakukan dengan
penambahan pereaksi Dragendroff dan pereaksi Meyer. Secara teoritik, apabila
hasil identifikasi menunjukan adanya endapan warna merah orange dengan
penambahan pereaksi Dragendroff dan pereaksi Meyer menyebabkan adanya
endapan putih maka senyawa tersebut diketahui mengandung melatonin.
Hasil uji pendahuluan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
senyawa melatonin yang tersisa dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau, di
tunjukkan dengan warna coklat pada uji Meyer dan warna kuning pada uji
Dragendroff. Ini dipastikan bahwa senyawa melatonin telah tersari sempurna
dalam ekstrak etanol ganggang hijau. Karena sifat dari melatonin sendiri yang non
polar, sehingga senyawa tersebut telah tersari sempurna dalam etanol 96% yang
bersifat semi polar. Gambar uji Dragendroff dan Mayer dapat dilihat pada Gambar
11 berikut :

(a)
(b)
Gambar 11. Hasil Uji Alkaloid
(a) : Uji Meyer
(b) : Uji Dragendroff

51

Kemudian dilanjutkan identifikasi melatonin dengan menggunakan KLT


atau Kromatografi Lapis Tipis. Uji KLT merupakan uji kualitatif untuk
mengidentifikasi adanya senyawa phytomelatonin dalam ampas ekstrak etanol
ganggang hijau.
Sampel ampas ekstrak etanol ganggang hijau ditotolkan pada plat silica GF
254 menggunakan pipa kapiler. Totolan pertama adalah standar melatonin sebagai
pembanding sedangkan totolan kedua adalah larutan sediaan uji yaitu ampas
ekstrak etanol ganggang hijau. Plat silica yang sudah ditotolkan kemudian dielusi
pada chamber yang telah jenuh oleh fase gerak. Fase gerak yang digunakan yaitu n-butanol-asam asetat-air (12:3:5). Hasil elusi yang diperoleh diidentifikasi pada
panjang gelombang UV 254 nm yang terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau
Pada UV 254 nm.
Parameter pada kromatografi lapis tipis ini adalah faktor retensi atau
retardation factor (Rf), yang merupakan perbandingan jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik penotolan dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik
penotolan (jarak elusi). Pada hasil percobaan tidak terdapat bercak pada larutan

52

sampel. Ini menunjukan bahwa dalam larutan sampel dipastikan sudah tidak
mengandung senyawa phytomelatonin.
b. Uji Polisakarida
Uji polisakarida untuk membuktikan adanya senyawa polisakarida dalam
ganggang hijau karena diketahui bahwa ganggang hijau mengandung senyawa
polisakrida sulfat. Sehingga perlu dilakukan pengujian polisakarida secara
kualitatif. Uji yang dilakukan yaitu Uji Molisch dengan penambahan H2SO4 pekat
dan penambahan pereaksi Barfoed, jika senyawa sampel membentuk cincin merah
ungu pada uji Molisch dan endapan merah orange pada uji Barfoed, maka dapat
dipastikan terdapat senyawa polisakarida dalam sampel tersebut.
Hasil uji polisakarida menunjukan hasil yang positif, sehingga dapat
dipastikan bahwa dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau mengandung
polisakarida. Hasil terlihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hasil Uji Molish


Prinsip uji dengan pereaksi Molisch adalah bahan yang mengandung
monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan terhidrolisis membentuk
furfural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan dengan naftol yang ditandai
dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena itu H2SO4 dapat

53

menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida dengan menggunakan pereaksi


Molisch ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Molisch


Uji dengan pereaksi Barfoed dimana monosakrida akan mereduksi reagen
Barfoed yang bersifat asam sehingga kekuatan hidrolisis menurun dan
mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida. Mekanisme reaksi dengan
pereaksi Barfoed ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Barfoed.


Uji Barfoed dikatakan positif apabila terbentuk endapan merah orange. Dari
hasil uji yang dilakukan, ampas ekstrak etanol ganggang hijau terbentuk warna

54

biru dan tidak terbentuk endapan merah orange dengan cepat, sehingga dapat
disimpulkan polisakarida yang terkandung dalam ampas merupakan golongan
disakarida. Hasil uji barfoed dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil uji Barfoed

c.

Uji Flavonoid

Uji golongan flavonoid dapat memberikan informasi tentang keberadaan


jenis golongan flavonoid yang terdapat dalam ampas ekstrak etanol ganggang
hijau secara kualitatif. Ampas tersebut menunjukkan positif terhadap senyawa
golongan flavonoid, yaitu flavonol dan flavon. Hasil dapat dilihat pada Gambar
17. Sedangkan untuk hasil uji golongan flavonoid lain dapat dilihat pada Tabel IV
berikut.
Tabel IV. Tabel Uji Golongan Flavonoid
Ampas

Etanol 96%

Pereaksi
CH3COOPb
NaOH 0.1 N
H2SO4
Pekat
CH3COONa
CH3COONa
+ FeCl3

Warna akhir
Terbentuk Endapan putih
Kuning

Gol. Flavonoid
Flavonol dan flavon

Kuning

Flavonol dan flavon

Merah tua

Merah tua dan endapan putih

55

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 17. Hasil Uji Golongan Flavonoid
(a) : H2SO4 pekat
(b) : NaOH 0,1 N
(c) : CH3COOPb
(d) : CH3COONa + FeCl3
d. Identifikasi Flavonoid dengan KLT
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Pada
penelitian ini digunakan fare gerak n-butanol : asam asetat glasial : air (4:1:5).
Pembanding yang digunakan adalah quersetin yang merupakan golongan
flavonoid. Adanya flavonoid dapat berwarna kuning gelap (flavonol), hijau (5-OH
flavonol) (Wagner et al., 1996). Hasil elusi yang diperoleh diidentifikasi pada
panjang gelombang UV 254 nm yang terlihat pada Gambar 18.

56

Gambar 18. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau
Pada UV 254 nm.
Pada hasil percobaan diperoleh dua bercak dengan warna kuning gelap, dan
nilai Rf sampel sama dengan nilai Rf standart yaitu 0,71. Ini menunjukkan bahwa
dalam larutan sampel mengandung senyawa yang sama pada larutan standar yaitu
senyawa quersetin.
E. Penetapan Operating Time (OT) dan Panjang Gelombang Maksimum
1. Hasil Penetapan Operating Time (OT)
Penetapan Operating Time bertujuan untuk mengetahui waktu serapan yang
optimum dari senyawa Kuinonimin (senyawa berwarna merah) yang merupakan
30 hasil reaksi bertahap antara kolesterol standar dengan reagen CHOD-PAP.
Serapan dibaca pada panjang gelombang yang tertera pada leaflet reagen
CHODPAP (Diasys) yaitu pada panjang gelombang 500 nm, tiap 1 menit.
Parameter yang menunjukkan kestabilan senyawa kuinonimin terhadap serapan
spektrofotometer yaitu jika pada waktu tertentu absoransi (serapan) larutan yang
bernilai sama berturut-turut. Hasil penetapan operating time ditunjukkan pada
Tabel V.

57

0,5105
0,51
0,5095

absorbansi

0,509
0,5085
0,508
0,5075
0,507
0,5065
0,506
0,5055
0

200

400

600

800

1000

waktu (detik)

Gambar 19. Hasil penetapan operating time

Reaksi antara kolesterol dengan pereaksi CHOD-PAP merupakan reaksi


kolorimetri (pembentukan warna) yang memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi
optimum,

sehingga perlu dilakukan inkubasi. Gambar 19 dan Tabel V

menunjukkan bahwa waktu yang dapat memberikan serapan senyawa berwarna


merah (kuinonimin) pada spektrofotometri daerah visibel secara optimum terjadi
pada menit ke-1 sampai menit ke-8 . Jika pembacaan serapan kurang dari OT,
maka senyawa kuinonimin belum terbentuk sempurna dan apabila pembacaan
serapan melebihi OT, maka senyawa yang terbentuk akan terdegradasi.

58

Tabel V. Hasil penetapan operating time dari kolesterol standar dengan


pereaksi CHOD-PAP pada panjang gelombang 500 nm.
Waktu
(detik)
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840

Absorbansi
0,510
0,510
0,510
0,510
0,510
0,510
0,510
0,510
0,509
0,508
0,508
0,507
0,507
0,506

2. Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum


Pada penetapan panjang gelombang maksimum akan dilihat perubahan
absorbansi untuk setiap satuan kadar kolesterol yang paling maksimum, jadi pada
panjang gelombang yang memiliki absorbansi paling maksimum, merupakan
panjang gelombang yang mempunyai serapan terbesar pada senyawa kuinonimi.
Scanning panjang gelombang maksimum senyawa berwarna merah (kuinonimin)
dilakukan

menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Senyawa berwarna

terserap pada daerah visible, dengan panjang gelombang teori 500 nm sehingga
scanning dilakukan pada range panjang gelombang 400-600 nm. Data penetapan
panjang gelombang maksimum terlihat pada Gambar 20 berikut.

59

Gambar 20. Kurva panjang gelombang maksimum senyawa kuinonimin.

F. Hasil Uji Penetepan Kadar Kolesterol


Kolesterol merupakan senyawa steroid (Muray et al., 2013) yang dapat
disebabkan oleh diabetes melitus. Pembebanan tikus diabetik menggunakan
induksi aloksan.
Naiknya kadar glukosa darah akibat induksi aloksan juga dapat
menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Hal ini terjadi karena penderita diabetes
mengalami kekurangan hormon insulin. Hormon insulin mampu mempengaruhi
kerja beberapa enzim yang melakukan metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein
lipase dan lipase sensitif hormon terganggu (Inawati et al., 2007). Terganggunya
kerja hormon ini akan berdampak pada penurunan pemecahan lipoprotein.
Padahal kolesterol dan trigliserida disirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein. Itu
sebabnya, kandungan lipoprotein yang ada ada penderita DM selalu diikuti
dengan naiknya kadar kolesterol dan trigliserida (Hermawan et al., 2004).

60

Pada penelitian ini menggunakan metode enzimatik fotometrik tes CHODPAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrine). Prinsip metode ini adalah
penguraian kolesterol dan esternya menjadi peroksida dengan hidrolisis dan
oksidasi enzimatik. Indikator warna adalah quinoneimine yang terbentuk dari
reaksi antara 4-aminoantipirin dan fenol dengan hidroge peroksida katalik oleh
peroksidase. Mekanisme kolesterol dengan metode enzimatik ini dapat dilihat
pada Gambar 21.
Mekanisme reaksinya :

Gambar 21. Mekanisme kolesterol dengan metode enzimatik (Anonim, 2012)


Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar yang telah dewasa
dengan umur 2-3 bulan dan berat badan antara 150-200 gram. Sebelum perlakuan
tikus diadaptasikan selama 1 minggu agar kondisi dan fisiologi tikus stabil
terhadap lingkungan baru sehingga meminimalkan faktor yang mempengaruhi
kevalidan dari data yang didapat. Pengambilan darah tikus dilakukan melalui
sinus orbitalis karena mudah dalam pengambilan darah, arteri banyak dimata,
recovery lebih cepat dan lebih beretika (berprikehewanan). Volume darah yang
diambil disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit hingga
diperoleh lapisan yang terpisah. Serum yang telah terpisah dipindahkan pada

61

evendrop lain untuk menjaga serum tidak tercampur kembali dengan darah yang
telah dipisahkan. Serum diambil 10 L dengan menggunakan mikropipet
kemudian serum ditambah dengan pereaksi kolesterol (CHOD-PAP) 1ml. Setelah
penambahan reaksi kolesterol, campuran tersebut di vortex agar benar-benar
homogen kemudian diinkubasi pada suhu ruangan 37oC selama 10 menit dan diuji
dengan Biochemistry Analyzer.
a. Kadar Kolesterol Setelah Induksi Aloksan
Penetapan kadar kolesterol darah dilakukan dalam tiga periode. Periode I
menunjukkan kadar kolesterol darah setelah 3 hari penyuntikkan larutan
diabetogen. Periode II menunjukkan kadar kolesterol darah setelah diberi
perlakuan pada hari ke-10, dan periode III menunjukkan kadar kolesterol darah
setelah diberi perlakuan pada hari ke-17.
Sebelum dilakukan pengukuran kadar kolesterol darah, harus dipastikan
bahwa semua hewan uji telah positif Diabetes Mellitus. Karena induksi aloksan
spesifik untuk meningkatkan glukosa darah pada binatang percobaan. Hal ini di
tunjukkan pada penelitian yang telah dilakukkan Ida Setyaningrum (2014) bahwa
peningkatan kadar glukosa darah berbeda signifikan dibandingkan dengan
kelompok normal. Hasil rata-rata kenaikan gula darah yang ditunjukkan pada
tikus diabetik normal 112,59 mg/dL meningkat menjadi 346,466 mg/dL.

62

Peningkatan kadar glukosa darah dapat dilihat pada Tabel VI berikut.


Tabel VI. Rata-rata kadar glukosa darah yang diperiksa pada hari ke-0 dan
ke-3 (Setyaningrum, 2014)
Kelompok
Rata-rata Kadar Glukosa Darah (mean SD) (mg/dL)
Hari ke-0
Hari ke-3
Normal
78.971.38
112.592.99
Kontrol
79.720.74
323.766.81
Dosis 100mg/KgBB
81.161.91
343.0710.01
Dosis 200mg/KgBB
77.491.60
360.647.53
Dosis 400mg/KgBB
78.971.62
367.2710.46
Glibenklamid
80.052.62
337.604.34
Dari Tabel VI, menunjukkan bahwa setelah di induksi aloksan 120
mg/kgBB kadar glukosa darah tikus sudah menunjukkan kenaikkan glukosa darah
secara signifikan dalam waktu dua sampai tiga hari (Suhartimiati, 2003) dan dapat
dipastikkan bahwa hewan uji sudah diabetes.
Pemeriksaan darah kemudian dilanjutkan pada kadar kolesterol darah. Pada
penelitian Sedigheh et al., (2011) yang menggunakan Cucurbita Pepo L. bahwa
kadar kolesterol total tikus yang diinduksi aloksan dosis 120 mg/kgBB sudah
dapat meningkatkan kadar kolesterol darah tikus normal 78.85 4.1 mg/dL
menjadi 107.4 5.51 mg/dL. Pada penelitian ganggang hijau kali ini juga
menggunakan aloksan dosis 120 mg/kgBB. Seperti terlihat pada Tabel VII
peningkatan kadar kolesterol yang ditimbulkan yaitu dari normal 82,34 mg/dL
menjadi 164,60 mg/dL.

Selain itu, Animal-Chemistry menyatakan bahwa

kolesterol normal tikus galur Wistar 20-110 mg/dL. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tikus percobaan yang digunakan sudah mengalami hiperkolesterol.
Masing-masing data kemudian dilakukkan uji statistika normalitas dan
homogenitas, dari hasil uji statistika menyatakan bahwa kadar kolesterol pada hari

63

ke-0 terdistribusi normal dan homogen ( p 0,05 ). Sedangkan pada hari ke-3 data
terdistribusi normal dan tidak homogen. Hasil uji normalitas dan homogenitas ini
merupakan penentu uji selanjutnya yaitu parametik dan non parametik.
Berdasarkan data tersebut, data kadar kolesterol pada hari ke-3 dilakukan uji
nonparametik yaitu dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan pada
setiap kelompok uji, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan taraf
kepercayaan 95% untuk mengetahui letak perbedaan yang signifikan antar
kelompok. Hasil uji statistika diketahui bahwa kelompok kontrol, variasi dosis,
dan glibenklamid menunjukan perbedaan yang signifikan (p 0,05) atau adanya
perbedaan kadar kolesterol darah dibandingkan dengan kelompok normal yang
tidak diinduksi aloksan dan selama perlakuan hanya diberi pakan standar dan
minum. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diinduksi aloksan kadar kolesterol
darah tikus sudah menunjukkan kenaikkan kolestrol darah secara signifikan dalam
waktu dua sampai tiga hari (Suhartimiati, 2003). Jadi aloksan terbukti memberi
efek kolesterolemia eksperimental yang cepat pada hewan uji.

64

Tabel VII. Rata-rata kadar kolesterol darah yang diperiksa pada hari
ke-0 sampai hari ke-17
Kadar Kolesterol Darah ( Mean SD) (mg/dL)
Dosis
Kelompok
(mg/kgBB) Hari ke0
Hari ke3
Hari ke10 Hari ke17
80,54
79,14
84,38
82,34
Sehat
12,27*
4,70*
5,72
5,10
Kontrol

Ampas Ekstrak
Etanol
Ganggang
Hijau

Glibenklamid

120

83,46
2,65

162,54
12,68
149,07
3,70

130,05
8,10
141,80
2,52*

130,94
9,64
136,36
3,08

100

82,33
2,63

200

89,52
2,40

160,82
7,14

136,58
2,60

117,57
5,03*

400

87,70
1,40

173,40
1,73

132,37
2,73

102,01
2,32*

0,45

85,28
3,42

177,20
3,67

111,05
1,51*

82,70
2,41*

Keterangan : * = berbeda signifikan ( P < 0,05 ) dibandingkan dengan kelompok


kontrol

65

b. Uji Daya Aktivitas Hiperkolesterol


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar kolesterol
darah dari sediaan ampas ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis
100mg/kgBB, 200mg/kgBB, 400 mg/kgBB pada tikus diabetes yang telah di
induksi aloksan dengan pembandingnya adalah glibenklamid.
Dari Tabel VII, bisa diketahui bahwa terjadi beberapa perubahan setelah
beberapa hari perlakuan. Penurunan kadar kolesterol darah terlihat pada variasi
dosis ampas ekstrak etanol ganggang hijau 100mg/kgBB; 200 mg/kgBB; dan 400
mg/kgBB dan kelompok glibenklamid pada hari ke-10 dan hari ke-17. Tetapi
penurunan lebih terlihat signifikan pada kelompok glibenklamid dibanding
dengan variasi dosis. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja dari glibenklamid,
yaitu merangsang sekresi insulin dengan menstimulasi sel-sel Langerhans di
pankreas (Ganiswarna, 1995). Pada penelitian Fondjo et al., (2012) pemberian
Glibenklamid 5 mg/kgBB pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar trigliserid,
kolesterol total, kolesterol LDL secara signifikan karena glibenklamid dapat
meningkatkan sekresi insulin sehingga kerja dari enzim-enzim metabolisme lemak
tidak terganggu.
Pada pemeriksaan darah periode II yaitu hari ke-10 diamati perbandingan
antara kelompok kontrol dan variasi dosis ampas ekstrak etanol ganggang hijau,
untuk membuktikan adanya perbedaan yang mengindikasikan penurunan kadar
kolesterol darah pada kelompok tersebut. Uji statistik menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal dan homogen. Sehingga analisis data menggunakan metode

66

uji parametik One Way ANOVA satu arah untuk mengetahui adanya perbedaan
pada setiap kelompok uji, kemudian dilanjutkan Posthoct LSD. Dari Tabel VII
menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah pada ampas ekstrak etanol ganggang
hijau dosis 100 mg/kgBB dan kelompok glibenklamid berbeda signifikan dengan
kelompok kontrol ( p 0,05 ). Bila dilihat dari kemampuan penurunan kadar
kolesterol darah ampas ekstrak etanol ganggang hijau, dosis 100 mg/kgBB tidak
mengindikasikan adanya penurunan kadar kolesterol darah bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol pada hari ke-10 karena kadar kolesterol darah pada
dosis 100 mg/kgBB nilainya di atas kadar kolesterol pada kelompok kontrol, bila
dilihat dari efektivitas ampas ekstrak etanol ganggang hijau variasi dosis
100mg/kgBB; 200 mg/kgBB; dan 400 mg/kgBB menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan ( p 0,05 ) dibandingkan dengan kelompok glibenklamid, yaitu
penurunan kadar kolesterol darah pada semua variasi dosis ampas ekstrak etanol
ganggang hijau masih sedikit dibandingkan kelompok glibenklamid, bisa
diartikan bahwa kelompok glibenklamid lebih berefek untuk menurunkan kadar
kolesterol darah pada tikus dibandingkan dengan pemberian variasi dosis ampas
ekstrak etanol ganggang hijau pada hari ke-10.
Pemeriksaan dilanjutkan kembali pada periode III yaitu hari ke-17. Uji
statistika menunjukkan data terdistribusi normal dan tidak homogen. Sehingga
analisis data menggunakan uji nonparametik, yaitu Kruskal Wallis untuk
mengetahui perbedaan pada setiap kelompok uji, dilanjutkan dengan uji MannWhitney dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui letak perbedaan yang
signifikan antar kelompok. Dari Tabel VII menunjukkan kadar kolesterol darah

67

pada variasi dosis ampas ekstrak etanol ganggang hijau 200 mg/kgBB; 400
mg/kgBB dan kelompok glibenklamid berbeda signifikan dengan kelompok
kontrol ( p 0,05 ) yaitu kadar kolesterol darah pada variasi dosis ampas ekstrak
etanol ganggang hijau dosis 200 mg/gBB; 400 mg/kgBB dan kelompok
glibenklamid nilainya dibawah kadar kolesterol darah pada kelompol kontrol, ini
menunjukkan bahwa tikus yang diberi ampas ekstrak etanol ganggang hijau dosis
200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB menunjukkan penurunan kadar kolesterol darah
pada hari ke-17. Bila dilihat dari kemampuan penurunan kadar kolesterol darah
ampas ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB
mengindikasikan adanya penurunan kadar kolesterol darah bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol, bila dilihat dari efektivitas ampas ekstrak etanol
ganggang hijau variasi dosis 100 mg/kgBB; 200 mg/kgBB; dan 400 mg/kgBB
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan ( p 0,05 ) dibandingkan dengan
kelompok glibenklamid, sehingga bisa diartikan bahwa kelompok glibenklamid
lebih berefek untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus dibandingkan
dengan pemberian variasi dosis ampas ekstrak etanol ganggang hijau pada hari
ke-17.
Dari Tabel VII dapat dilihat bahwa variasi dari kadar kolesterol darah antar
kelompok cukup besar, sehingga pada penelitian ini juga dilakukan perubahan
penurunan kadar kolesterol darah untuk meminimalisir variasi. Data perubahan
penurunan kadar kolesterol darah dapat dilihat pada Tabel VIII.

68

Tabel VIII. Tabel Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah


Kadar Kolesterol Darah (Mean SD) (mg/dL)
Dosis
Kelompok
(mg/kgBB)
Hari ke-3
Hari ke-10
Hari ke-17
Normal
6,66 4,70*
7,10 6,77*
7,92 4,30*
Kontrol
120
79,07 13,51 46,58 9,57
47,77 10,38
AEEGH
100
66,74 6,00 59,46 4,84*
54,02 5,58
200
71,23 6,76
47,06 2,48
28,05 3,20*
400
85,79 2,10
44,75 2,00
14,40 2,76*
Glibenklamid
0,45
91,91 6,50 25,76 4,34*
6,03 1,72*
Keterangan : * = berbeda signifikan ( p 0,05 ) dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Dari Tabel VIII diamati perbandingan antara kelompok kontrol dengan
variasi dosis ampas ekstrak etanol ganggang hijau pada hari ke-10 dan hari ke-17.
Pada hari ke-10 menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah pada ampas ekstrak
etanol ganggang hijau dosis 100 mg/kgBB dan kelompok glibenklamid berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol ( p 0,05 ) namun nilai kadar kolesterol
darah ampas ekstrak etanol ganggang hijau dosis 100 mg/kgBB masih di atas
kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa ampas ekstrak etanol ganggang
hijau dosis 100 mg/kgBB tidak menurunkan kadar kolesterol pada hari ke-10.
Pengamatan pada hari ke-17 menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah ampas
ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB; 400 mg/kgBB dan kelompok
glibenklamid berbeda signifikan dengan kelompok kontrol ( p 0,05 ). Hasil ini
menunjukkan bahwa ampas ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB;
400 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol darah pada hari ke-17
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dari hasil keseluruhan data yang diamati pada Tabel VII dan Tabel VIII,
ampas ekstrak etanol ganggang hijau dapat dikatakan berkhasiat sebagai
antihiperkolesterolemia

jika

dibandingkan

dengan

kelompok

kontrol.

69

Antihiperkolesterolemia ini ditunjukkan pada variasi dosis 200 mg/kgBB dan 400
mgkgBB. Penurunan kadar kolesterol darah pada dosis 200 mg/kgBB dan 400
mgkgBB baru terlihat pada hari ke-17 jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Bila dilihat dari efektivitas ampas ekstrak etanol ganggang hijau pada
semua variasi dosis perlakuan dibandingkan dengan kelompok glibenklamid
maka dapat dikatakan bahwa kelompok glibenklamid lebih berefek dibandingkan
semua variasi dosis. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena dosis yang
digunakan dari ampas ekstrak etanol ganggang hijau yang kecil, dan waktu
pemberian yang kurang lama.
Penurunan kadar kolesterol darah akibat pemberian ampas ekstrak etanol
ganggang hijau kemungkinan dikarenakan ganggang hijau mengandung senyawa
flavonoid dan polisakarida sulfat yang bersifat sebagai antioksidan. Antioksidan
dapat menghambat radikal bebas dari aloksan yang mampu merusak sel
pankreas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.

Ampas ekstrak etanol ganggang hijau mengandung senyawa polisakarida


sulfat dan flavonoid.

2.

Ampas ekstrak etanol ganggang hijau memiliki efek penurunan kadar


kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan dengan
pemberian dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.

3.

Pemberian ampas ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB dan 400
mg/kgBB pada hari ke-14 mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus
diabetes yang diinduksi aloksan.

B. Saran
1.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap efek antihiperkolesterolemia


ganggang hijau dengan metode berbeda dan lebih selektif.

2.

Perlu penelitian lebih lanjut terhadap mekanisme antihiperkolesterolemia


ganggang hijau didalam tubuh.

70

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Lisawati, Y., Maimunah., (2008), Penentuan Aktivitas
Antioksidan, Kadar Fenolat Total, dan Likopen Pada Buah Tomat,
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol.13, No.1.
Agoes, G. 2007. Seri farmasi Industri : Teknologi Bahan Alam, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Alonso GC, Mediavilla D, Martinez CC, Gonzalez A, Cos S, San EJ., 2008.
Melatonin modulates the cadmium-induced expression of MT-2 and MT-1
metallothioneins in three lines of human tumor cells (MCF-7, MDA-MB231 and HeLa), Toxicol Lett 45 (6) : 56-68.
Anonim, 1986. Sediaan Galenika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2006, Jantung Koroner Pembunuh Terbesar di Dunia,
http://www.kompas.com, di akses tanggal 14 Desember 2013; 00:54WIB.
Anonim, 2011. International Diabetic Federation (IDF), Available on :
(http://www.idf.org/media-events/press-releases/2011/diabetes-atlas-5thedition, diakses tanggal 3 April 2013; 19:10 WIB
Anonim,
2010.
Diabetes
Mellitus.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-hanikatiqo-56343-babii.pdf, diakses tanggal 11 April 2013; 21.58 WIB.
Baghurst R, Busby C., 2008, Determination of melatonin in edible plant and
medicinal herbs : comparison of different methods, including UV
spectroscopy and GC-MS with reference to its application in
imunodegenerative disorder, Ponty pool : Coghill Research laboratories,
Lower Race.
Diasys T S, 1999, Leaflet Glucose GOD PAP, Diacnostic System (Diasys)
Internasional.
De Padua, M., P.S. Fontoura and L. Mathias, 2004, Chemical Composite of
Ulvaria axysperma(Kutzing) blinding, Ulva lactuca (Linnaeus) and Ulva
fascita (Delile) .Braz.Arch Biol. Technol.,47: 49-55.
Evacuasiany, E., William, H., Santosa, S., 2004, Pengaruh Biji Jengkol
(Pithecellobium jiring) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Galur Ba
lb/c. Universitas Kristen Marantha Bandung. JKM. 4 (1): 40-49.
Fatmawati, E., 2008, Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, LDL (Low
Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan Trigliserida
Darah Tikus (Rattus morvegicus) diabetes, Skripsi, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negri, Jakarta.
71

72

Fondjo, F.A., Kamgang, R., Oyono, J.L.E., Yonkeu, J.N., 2012. Anti-dyslipidemic
and antioxidant potentials of methanol extract of Kalanchoe crenata whole
plant in streptozotocin-induced diabetic nephropathy in rats. Trop. J.
Pharm. Res. 11 (5): 767-775.
Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi IV,
467-481,
BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Ganong, W.F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, diterjamahkan
oleh widjajakusumah, M.D., (Review of Medical Phisiology), Penerbit
Buku Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 365, 473.
Gordon, MH., 1990, The Mechanism of Antioxidants, Elsievier Applied Science.
London, PP , 1-18.
Graha, C.K., 2010, 100 Question & AnswersKolesterol, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of Medical Physiology, 11th ed,
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Guiry, M., 2007. Ulva lactuca Linnaeus, http://www.algaebase.org/browse/
taxonomy /?id=8416. 24 September.
Halliwel, B., 1995, Antioxidant Characterization, Biochem. Pharmacol, 49 : 1341
Hanaa, H., Abd El-Baky., Farouk K, And Gamal S. El Baroty, 2009, potential
Biological Properties of Sulphated Polysaccharides Extracted from
Macroalgae Ulva Lactuca L., Academic Journal of Cancer Research 2 (1)
: 01-11.
Halliwel, B., J.M.C. Gutteridge. 1999. Free Radicals in Biology and Medicine.
Oxford University Press. New York.
Harborne JB.1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical Methode.
Harlinawati, Y., 2006, Terapi Jus Untuk Kolesterol + Ramuan Herbal, Puspa
Swara, Jakarta.
Hermawan, U.E., Sutarna dan Setyawan, A.D., 2004, Aktifitas Hipoglikemik dan
Hipolipidemia Akstrak Air Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa [L.]
Pers.) Terhadap Tikus Diabetik, Biofarmasi, 2(1): 15-23.
Inawati, Syamsudin., dan Winarno, H., 2007, Pengaruh Ekstrak Daun Inai
(Lawsonaiainermis Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa,
Kolesteroldan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan, Jurnal
Kimia Indonesia, Jakarta, Vol.2(1): 7-12.

73

Setyaningrum, Ida. 2014. Efek Ampas dari Ekstrak Etanol Ganggang hijau (Ulva
lactuca) Terhadap Kadar Glukosa Pada Tikus Jantan Galur Wistar Yang
Di Induksi Aloksan, Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Suharmiati, 2003,Pengujian bioaktivitas antidiabetes mellitus tumbuhan obat,
PT.Temprint, Jakarta.
Izati, I. Q., 2013, Aktivitas Antioksidan Sebagai Penangkap Radikal Bebas
Ekstrak Etanol Ganggang Hijau Spirogyra sp dan Ulva lactuca Dengan
Metode DPPH, Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Kamaluddin , M.T., 1993, Farmakologi Obat Antilipidemia, Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran, No. 85, Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Khilifi, S., Hachimi, Y., Khalil, A., Essafi, N., and Abboyi, A., 2005, In Vitro
Antioxidant Effect of Globularia alypum L. Hydromethanolic Extract,
Indian Journal of Pharmacology.
Kolar J, Machanckova. (2001). Occurence and possible function of melatonin in
plants endocytobiosis and cell res. Endocytobiosis and cell Res, 14(1).
Lee, D.M. Issue 122 Item 9 Antioxidant Vitamins Helpful in Diabetic
Ketoacidosis
Treatment.
http://www.diabetesincontrol.com/aserver/adclick.php?n=a97aadea, 2002.
Leiro, J.M., R. Castro, A.J., Arranz and J. Lamas, 2007, Immuonomodulation
Actives Of Acidic Sulphated Polysaccharides Obtained From The
Seaweed Ulva rigida C. Agardh. Int. Imunopharmacol., 7: 879-888
Lehninger, A.L., Nelson, D.L., and Cox, M.M., 2004, Principles of Biochemistry,
Worth Pr,New York.
Marks, D.B., Marks, A.B., Smith, C.M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar,
Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta.
Maulana, M., 2009, Mengenal Diabetes Melitus: Panduan Praktis Mengenal
Penyakit Kencing Manis, Katahati, Yogyakarta, hal 68, 79-80.
Mayes, P. A., Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwell, V.W., 1999, Biokimia
Harper, Edisi 24, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Meenakshi, S. D. et al. 2009. Total Flavonoid and In vitro Antioxidant Activity
of Two Seaweed of Rameshwaram Coast. Global Jurnal of Pharmacology,
3 (2): 59-62
Meshchyshen, I., Kushnir, O., andYaremii, I.,2010,
Hypoglicemic and
Antioxidant Action of Melatonin in Alloxant diabetic, Bukovinian State
Medical University, 8(3): 31.

74

Muchid, Abdul. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.


Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
Muwarni, S., Ali, M., Muliartha, K., 2006, Diet Aterogenik pada Tikus Putih
(Rattus morvegicus strain Wistar) sebagai Model Hewan Ateroklerosi, 6-9,
Jurnal Kedokteran Brawijaya volume XXII no.1 April 2006.
Nugroho, Adimas O., 2005, Pengaruh Pemberian Suplemen Melatonin Terhadap
Jumlah Sel Busa dan Ketebalan Dinding Aorta Abdominalis Tikus Wistar
yang diinduksi Aterosklerosis, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ofir Tal, Abraham Haim, Orna Harel and Yoram Gerchman., 2010. Melatonin as
an Antioxidant and its Semi- Lunar Rhytm in Green Macroalga Ulva Sp.
Juornal of Experimental Botany: 62 : 6 ; 1903-1910.
Prabowo A., 2009, Pemanfaatan Phytomelatonin Ganggang hijau (Spirogyra sp.)
Sebagai Cancer Activity Inhibitor dari Induksi Logam Berat, PKM,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Pribadi, Iqbal, 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Psidium guajava L.
Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil) Serta Penetapan
Kadar Fenolik dan Flavonoid Totalnya, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rijke E. 2005. Trace-level Determination of Flavonoids and Their Conjugates
Application to plants of The Leguminosae Family [disertasi]. Amsterdam:
Universitas Amsterdam.
Reflika, G., 2013, Efek ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) terhadap
penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang
diinduksi isoproterenol, Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Sjahid, L.R., 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun dewandaru
(Eugenia uniflora L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Shalaby, E.A., 2011, Algae as Promosing Organisms for Environment and Health,
Landes Bioscience, 6(9): 1338-1350.
Shonima G.M, Jiji Thomas, G Murdeedhara, 2012, In Vitro Antioxidant And
Antitumor Activity Of Polysaccharide Isolated From Ulva fasciata, Int J
Pharmacol Bio Science. 3 : 238-246.
Sergio D.P, Ahmet K, Lucien C. M, Dun-Xian T and Russel J. R, 2009,
Phytomelatonin : a review. Journal of Experimental Botany, Vol. 60, No.
1, pp. 57-69.
Sutedjo AY., 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books. p97.

75

Sutjiatmo, A.B., Sukandar, E.Y., Ratnawati, Y., Kusmaningati, S., Wulansari, A.,
Narvikasari,Sleman., 2011, Efek Antidiabetes Herba Ciplukan (Phisalis
Angulata LINN.I) pada Mencit Diabetes Induksi Aloksan, Universitas
Jendral Achmad YaniBandung,Jurnal Farmasi Indonesia, 5 (4): 166-171.
Szkudelski, T. (2001). The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B
cells of the rat pancreas. Physiological research, 50(6), 537-546. 2(5):
291-306.
Tara dan Sutrisno, 2002 cit Hardoko, 2006, Pengaruh Konsumsi KappaKaragenan terhadap Glukosa Darah Tikus Wistar (Ratus novergicus)
Diabetes, Jurnal Teknologi dan Industri, XVII(1): 69.
Tiwari, A.K., J.M. Rao. Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of
phytochemicals: Present status and future prospect. Current Science, 2002;
vol 83, 1 (30-38).
Tjay, T.H dan Raharja K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan Dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan Pertama, 693-698, Direktorat
Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Wijayakusuma, H., 2004, Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing, Puspa Swara,
Jakarta.
Winarno, 2004, Keamanan Pangan Jilid 1, Bogor : M-Brios Press
Qi, H., T . Zhao, Q. Zhang. Z, Zhao and R. Xing., 2005, Antioksidant Activity of
Different Molecular Weight Sulfated Pollysaccharides From Ulva lactuca
Kjellm (Chlorophyta), J.I Appl.Phycol,117: 527-543.
Yuriska, F., 2009, Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar,
UNDIP, Semarang.
Yu, PZ., N. Li, X. Liu, G. Zhou, Q. Zhang and P. Li,2003, Antihyperlipidemic
Effects of Different Molecular Weught Sulfated Polysaccarides From Ulva
pertusa (chlorophyta), Pharmacol.Res.,48:543-549.
Zhu, Qin Yan, Yu Huang and Zhen-Yu Chen. (2000). Interactions Between
Flavonoids and -Tocopherol in Human Low Density Lipoprotein. J. Nutr.
Biochem. (11): 14-2.
Zulney, E.S. Sumadiwangsa, Erik Dahlian dan Umi Kulsum, 2004, Komponen
Aktif Dua Puluh Jenis Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung
Halimun, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.22 No.1, Juni 2004:43-50.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi

76

77

Lampiran 2. Reagen CHOD-PAP (Dyasis)

78

79

Lampiran 3. Data Kadar Kolesterol Darah


Kelompo
k
perlakua
n

Tikus
no.

1
2
3
Normal
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
Kontrol
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
Glibenkla
5
mid
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
100mg/K
4
gBB
5
Rata-rata
SD

Hari ke-0

Hari ke-3

Hari ke-10

94,15
80,49
80,09
84,31
82,9
84,38
5,72
84,38
5,72
6,78%
84,31
82,44
88,06
82,44
80,09
83,46
2,65
83,46
2,65
3,20%
87,71
87,71
79,77
88,46
82,79
85,28
3,42
85,28
3,42
4,00%
83,55
86,95
80,90
79,77
80,52
82,33
2,63

80,55
90,18
82,61
83,64
76,07
82,34
5,10
82,34
5,10
6,20%
148,70
147,33
164,88
179
172,80
162,54
12,68
162,54
12,68
7,80%
175,66
174,48
178,04
173,88
183,97
177,20
3,67
177,20
3,67
2,07%
145,40
147,18
145,99
151,92
154,90
149,07
3,70

90,13
85,88
59,57
87,04
80,07
80,54
12,27
80,54 12,27
15,23%
116,05
140,42
127,65
132,68
133,46
130,05
8,10
130,05 8,10
6,23%
109,00
111,82
111,02
110
113,42
111,05
1,51
111,05 1,
51
1,36%
142,28
137,47
143,08
141,08
145,09
141,80
2,52

Hari ke17
78,57
77,5
86,78
78,93
73,92
79,14
4,70
79,14
4,70
5,94%
142,85
142,14
121,79
121,07
126,86
130,94
9,64
130,94
9,64
7,36%
81,81
80,47
84,84
80,13
86,20
82,70
2,41
82,70
2,41
2,91%
135,01
131,64
135,7
139,39
140,06
136,36
3,08

80

200mg/K
gBB

400mg/K
gBB

Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV

82,33
2,63
3,20%
88,84
89,22
88,09
87,33
94,13
89,52
2,40
89,52
2,40
2,68%
87,71
88,4
89,6
86,57
85,82
87,70
1,40
87,70
1,40
1,60%

= Reject Data

149,07
3,70
2,48%
149,55
156,08
168,54
162,61
167,35
160,82
7,14
160,82
7,14
4,44%
171,51
173,29
175,07
171,51
175,66
173,40
1,73
173,40
1,73
1%

141,80 2,52
1,77%
138,27
132,26
135,47
137,07
139,87
136,58
2,60
136,58 2,60
1,90%
132,26
131,46
136,27
133,86
128
132,37
2,73
132,37 2,73
2,06%

136,36
3,08
2,26%
116,16
114,14
119,52
111,78
126,26
117,57
5,03
117,57
5,03
4,27%
101,34
99
103,36
105,72
100,67
102,01
2,32
102,01
2,32
2,27%

81

Reject Data
1. Kelompok Normal
a. Hari ke-0
- 94,15 mg/dL
| x-x_ | = | 94,15 - 81,94 |
= 12,21 > 3,46 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-3
- 90,18 mg/dL
| x-x_ | = | 90,18 80,71 |
= 9,47 > 5,80 (2SD)
Data ditolak
c. Hari ke-10
- 59,57 mg/dL
| x-x_ | = | 59,57 85,78 |
= 26,03 > 7,28 (2SD)
Data ditolak
d. Hari ke-17
- 86,78 mg/dL
| x-x_ | = | 86,78 77,23 |
= 9,55 > 3,96 (2SD)
Data ditolak
2. Kelompok Kontrol
a. Hari ke-0
- 88,06 mg/dL
| x-x_ | = | 86,06 82,32 |
5,74 > 3,00 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-10
- 116,06 mg,dL
| x-x_ | = | 116,06 133,55 |
= 17,5 > 9,08 (2SD)
Data ditolak
3. Kelompok Glibenklamid
a. Hari ke-0
- 79,77 mg/dL
| x-x_ | = | 79,77 86,66 |
= 6,89 > 4,52 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-3
- 183,97 mg/dL
| x-x_ | = | 183,97 175,51 |

82

= 8,46 > 3,2 (2SD)


c. Hari ke-10
- 109,00 mg/dL
| x-x_ | = | 109,00 111,56 |
= 2,56 > 2,50 (2SD)
Data ditolak
d. Hari ke-17
- 86,20 mg/dL
| x-x_ | = | 86,20 81,81 |
= 4,39 > 3,70 (2SD)
Data ditolak
4. Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau 100mg/kgBB
a. Hari ke-0
- 86,95 mg/dL
| x-x_ | = | 86,95 81,18 |
= 5,77 > 2,84 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-3
- 154,90 mg/dL
| x-x_ | = | 154,90 147,62 |
= 7,28 > 5,12 (2SD)
Data ditolak
c. Hari ke-10
- 137,47 mg//dL
| x-x_ | = |137,47 142,88|
= 5,41 > 2,92 (2SD)
Data ditolak
5. Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau 200 mg/kgBB
a. Hari ke-0
- 94,13 mg/dL
| x-x_ | = | 94,13 88,37|
= 5,67 > 1,44 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-3
- 149,55 mg/dL
| x-x_ | = | 149,55 163,64 |
= 14,09 > 9,8 (2SD)
Data ditolak
c. Hari ke- 10
- 132,26 mg/dL
| x-x_ | = | 132,26 13,67 |
= 5,41 > 3,22 (2SD)
Data ditolak
d. Hari ke-17
- 126,26 mg/dL
| x-x_ | = | 126,26 115,4|

83

= 10,86 > 5,68 (2SD)


Data ditolak
6. Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau 400 mg/dL
a. Hari ke-0
- 89,60 mg/dL
| x-x_ | = | 89,60 87,23|
= 2,37 > 2,28 (2SD)
Data ditolak
b. Hari ke-10
- 128,00 mg/dL
| x-x_ | = | 128,00 133,46 |
= 5,46 > 3,66 (2SD)
Data ditolak
c. Hari ke-17
- 105,72 mg/dL
| x-x_ | = | 105,72 101,09 |
= 4,63 > 3,12 (2SD)
Data ditolak.

84

Lampiran 4. Data Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah


Kelompok
Perlakuan

Sehat

Kontrol

100
mg/kgBB

200
mg/kgBB

Tikus
No.
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV

Hari ke0
0
0
0
0
0
0
0

Hari ke-3

Hari ke-10

Hari ke-17

13,6
9,69
2,52
0,62
6,83
6,66
4,70

4,05
5,39
20,52
2,73
2,83
7,10
6,77

15,58
2,99
6,70
5,38
8,98
7,92
4,30

6,66 4,70

7,10 6,77

7,92 4,30

0
0
0
0
0
0
0
0

70,57 %
64,39
64,90
76,82
95,56
92,71
79,07
13,51

95 %
31,74
57,98
39,60
50,24
53,37
46,58
9,57

54,30 %
58,54
59,70
33,73
38,63
46,77
47,47
10,38

79,07 13,51

46,58 9,57

47,77 10,38

0
0
0
0
0
0
0

17,08 %
61,85
60,23
65,09
72,15
74,38
66,74
6,00

20,54 %
58,73
50,52
62,18
61,31
64,57
59,46
4,84

21,73 %
51,46
44,70
54,80
59,62
59,54
54,02
5,58

66,74 6,00

59,46 4,84

54,02 5,58

0
0
0
0
0
0
0

9,00 %
60,71
66,86
80,01
75,28
73,22
71,23
6,76

8,14 %
49,43
43,04
47,38
49,74
45,74
47,06
2,48

10,33 %
27,32
24,92
31.43
24,45
32,13
28,05
3,20

71,23 6,76

47,06 2,48

28,05 3,20

9,50 %

5,26 %

11,40 %

85

400
mg/kgBB

Glibenklamid

1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
Rata-rata
SD
CV

0
0
0
0
0
0
0

83,80
84,90
85,47
84,94
89,94
85,79
2,10

44,55
43,06
46,67
47,29
42,18
44,75
2,00

13,63
10,60
13,76
19,15
14,85
14,40
2,76

85,79 2,10

44,75 2,00

14,40 2,76

0
0
0
0
0
0
0
0

2,44 %
87,95
86,77
98,27
85,42
101,18
91,91
6,50

4,47 %
21,29
24,11
31,25
21,54
30,63
25,76
4,34

19,16 %
6,00
7,34
5,07
8,33
3,41
6,03
1,72

91,91 6,50

25,76 4,34

6,03 1,72

7,07 %

16,84 %

28,52 %

86

Lampiran 5. Data Uji SPSS Hari ke-0


Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Perlakuan

24

3.5000

1.74456

1.00

6.00

Kadar

24

84.6025

3.30142

79.77

89.22

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


perlakuan
N

Kadar

24

24

3.5000

84.6025

1.74456

3.30142

Absolute

.138

.171

Positive

.138

.119

Negative

-.138

-.171

Kolmogorov-Smirnov Z

.678

.836

Asymp. Sig. (2-tailed)

.748

.487

Normal Parameters

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.

87

Oneway
Descriptives
Kadar
95% Confidence Interval
for Mean
Std.
N

Mean

Deviation

Std. Error

Lower

Upper

Bound

Bound

Maximu
Minimum

normal

81.9475

2.00527

1.00263

78.7567

85.1383

80.09

84.31

kontrol

82.3200

1.72837

.86419

79.5698

85.0702

80.09

84.31

86.6675

2.60907

1.30453

82.5159

90.8191

82.79

88.46

dosis 100

81.1850

1.64508

.82254

78.5673

83.8027

79.77

83.55

dosis 200

88.3700

.83734

.41867

87.0376

89.7024

87.33

89.22

dosis 400

87.1250

1.15165

.57583

85.2925

88.9575

85.82

88.40

24

84.6025

3.30142

.67390

83.2084

85.9966

79.77

89.22

glibenklami
d

Total

Test of Homogeneity of Variances


Kadar
Levene Statistic
1.157

df1

df2
5

Sig.
18

.367

ANOVA
Kadar
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

195.038

39.008

55.648

18

3.092

250.686

23

F
12.617

Sig.
.000

88

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Kadar
LSD
95% Confidence Interval

Mean
(I) perlakuan (J) perlakuan Difference (I-J) Std. Error
normal

kontrol

1.24329

.768

-2.9846

2.2396

1.24329

.001

-7.3321

-2.1079

dosis 100

.76250

1.24329

.547

-1.8496

3.3746

dosis 200

-6.42250

1.24329

.000

-9.0346

-3.8104

dosis 400

-5.17750

1.24329

.001

-7.7896

-2.5654

.37250

1.24329

.768

-2.2396

2.9846

1.24329

.003

-6.9596

-1.7354

dosis 100

1.13500

1.24329

.373

-1.4771

3.7471

dosis 200

-6.05000

1.24329

.000

-8.6621

-3.4379

dosis 400

-4.80500

1.24329

.001

-7.4171

-2.1929

normal

4.72000

1.24329

.001

2.1079

7.3321

kontrol

4.34750

1.24329

.003

1.7354

6.9596

dosis 100

5.48250

1.24329

.000

2.8704

8.0946

dosis 200

-1.70250

1.24329

.188

-4.3146

.9096

dosis 400

-.45750

1.24329

.717

-3.0696

2.1546

-.76250

1.24329

.547

-3.3746

1.8496

kontrol

-1.13500

1.24329

.373

-3.7471

1.4771

glbenklamid

-5.48250

1.24329

.000

-8.0946

-2.8704

dosis 200

-7.18500

1.24329

.000

-9.7971

-4.5729

dosis 400

-5.94000

1.24329

.000

-8.5521

-3.3279

6.42250

1.24329

.000

3.8104

9.0346

kontrol

6.05000

1.24329

.000

3.4379

8.6621

Glibenklamid

1.70250

1.24329

.188

-.9096

4.3146

dosis 100

7.18500

1.24329

.000

4.5729

9.7971

dosis 400

1.24500

1.24329

.330

-1.3671

3.8571

normal
Glibenklamid

glibenklamid

dosis 100

dosis 200

Lower Bound Upper Bound

-.37250

Glibenklamid

kontrol

Sig.

normal

normal

-4.72000

-4.34750

89

dosis 400

normal

5.17750

1.24329

.001

2.5654

7.7896

4.80500

1.24329

.001

2.1929

7.4171

.45750

1.24329

.717

-2.1546

3.0696

dosis 100

5.94000

1.24329

.000

3.3279

8.5521

dosis 200

-1.24500

1.24329

.330

-3.8571

1.3671

kontrol
Glibenklamid

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

90

Lampiran 6. Data uji SPSS hari ke-3


Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Perlakuan

25

3.6400

1.72916

1.00

6.00

Kadar

25

1.5495E2

29.58470

80.55

179.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


perlakuan
N
Normal Parameters

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

kadar

25

25

3.6400

1.5495E2

1.72916 2.95847E1

Absolute

.149

.253

Positive

.149

.208

Negative

-.144

-.253

Kolmogorov-Smirnov Z

.743

1.267

Asymp. Sig. (2-tailed)

.639

.081

a. Test distribution is Normal.

91

Oneway
Descriptives
Kadar
95% Confidence Interval
for Mean

Mean

Normal

kontrol

5 1.6254E2

Glibenkla

82.2667

Std.

Std.

Lower

Upper

Deviation

Error

Bound

Bound

1.57335

Minimum

Maximum

.90837

78.3582

86.1751

80.55

83.64

14.18242 6.34257

144.9322

180.1518

147.33

179.00

4 1.7552E2

1.83858

.91929

172.5894

178.4406

173.88

178.04

dosis 100

4 1.4762E2

2.95910 1.47955

142.9139

152.3311

145.40

151.92

dosis 200

4 1.6364E2

5.65652 2.82826

154.6442

172.6458

156.08

168.54

dosis 400

5 1.7341E2

1.93988

.86754

170.9993

175.8167

171.51

175.66

29.58470 5.91694

142.7352

167.1592

80.55

179.00

mid

Total

25 1.5495E2

Test of Homogeneity of Variances


Kadar
Levene Statistic
8.864

df1

df2
5

Sig.
19

.000

ANOVA
Kadar
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

20049.140

4009.828

956.966

19

50.367

21006.106

24

F
79.613

Sig.
.000

92

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Kadar
LSD
95% Confidence Interval

Mean
(I) perlakuan (J) perlakuan Difference (I-J) Std. Error
Normal

kontrol

dosis 100

Lower Bound Upper Bound

kontrol
-80.27533

5.18288

.000

-91.1232

-69.4274

glibenklamid

-93.24833

5.42038

.000

-104.5933

-81.9033

dosis 100

-65.35583

5.42038

.000

-76.7008

-54.0108

dosis 200

-81.37833

5.42038

.000

-92.7233

-70.0333

dosis 400

-91.14133

5.18288

.000

-101.9892

-80.2934

80.27533

5.18288

.000

69.4274

91.1232

-12.97300

4.76078

.013

-22.9374

-3.0086

dosis 100

14.91950

4.76078

.005

4.9551

24.8839

dosis 200

-1.10300

4.76078

.819

-11.0674

8.8614

dosis 400

-10.86600

4.48850

.026

-20.2605

-1.4715

93.24833

5.42038

.000

81.9033

104.5933

Kontrol

12.97300

4.76078

.013

3.0086

22.9374

dosis 100

27.89250

5.01830

.000

17.3891

38.3959

dosis 200

11.87000

5.01830

.029

1.3666

22.3734

dosis 400

2.10700

4.76078

.663

-7.8574

12.0714

65.35583

5.42038

.000

54.0108

76.7008

kontrol

-14.91950

4.76078

.005

-24.8839

-4.9551

Glibenklamid

-27.89250

5.01830

.000

-38.3959

-17.3891

normal

glibenklamid

glibenklamid

Sig.

normal

Normal

93

dosis 200

dosis 200

-16.02250

5.01830

.005

-26.5259

-5.5191

dosis 400

-25.78550

4.76078

.000

-35.7499

-15.8211

normal

81.37833

5.42038

.000

70.0333

92.7233

kontrol

1.10300

4.76078

.819

-8.8614

11.0674

-11.87000

5.01830

.029

-22.3734

-1.3666

dosis 100

16.02250

5.01830

.005

5.5191

26.5259

dosis 400

-9.76300

4.76078

.054

-19.7274

.2014

Glibenklamid

dosis 400

normal

91.14133

5.18288

.000

80.2934

101.9892

kontrol

10.86600

4.48850

.026

1.4715

20.2605

-2.10700

4.76078

.663

-12.0714

7.8574

Glibenklamid
dosis 100

25.78550

4.76078

.000

15.8211

35.7499

dosis 200

9.76300

4.76078

.054

-.2014

19.7274

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

94

Lampiran 7. Data uji SPSS hari ke-10


Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

perlakuan

24

3.5000

1.74456

1.00

6.00

kadar

24

1.2390E2

20.21337

80.07

145.09

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


perlakuan
N
Normal Parameters

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

kadar

24

24

3.5000

1.2390E2

1.74456 2.02134E1

Absolute

.138

.271

Positive

.138

.147

Negative

-.138

-.271

Kolmogorov-Smirnov Z

.678

1.327

Asymp. Sig. (2-tailed)

.748

.059

a. Test distribution is Normal.

95

Oneway
Descriptives
kadar
95% Confidence Interval
for Mean

N
normal

Mean
4 85.7800

kontrol

Glibenklam

id
dosis 100

dosis 200

dosis 400

Total

24

1.3355
E2
1.1156
E2
1.4288
E2
1.3617
E2
1.3346
E2
1.2390
E2

Std.

Std.

Lower

Upper

Deviation

Error

Bound

Bound

Minimu Maximu
m

4.20810 2.10405

79.0840

92.4760

80.07

90.13

5.25268 2.62634

125.1943

141.9107

127.65

140.42

1.44364

.72182

109.2678

113.8622

110.00

113.42

1.68563

.84282

140.2003

145.5647

141.08

145.09

3.17690 1.58845

131.1123

141.2227

132.26

139.87

2.12101 1.06051

130.0875

136.8375

131.46

136.27

20.21337 4.12604

115.3663

132.4370

80.07

145.09

Test of Homogeneity of Variances


Kadar
Levene Statistic
.894

df1

df2
5

Sig.
18

.506

ANOVA
Kadar
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

9202.903

1840.581

194.447

18

10.803

9397.349

23

F
170.383

Sig.
.000

96

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
kadar
LSD
95% Confidence Interval

Mean
(I) perlakuan (J) perlakuan Difference (I-J) Std. Error
normal

kontrol

Sig.

Lower Bound Upper Bound

kontrol

-47.77250

2.32407

.000

-52.6552

-42.8898

glibenklamid

-25.78500

2.32407

.000

-30.6677

-20.9023

dosis 100

-57.10250

2.32407

.000

-61.9852

-52.2198

dosis 200

-50.38750

2.32407

.000

-55.2702

-45.5048

dosis 400

-47.68250

2.32407

.000

-52.5652

-42.7998

normal

47.77250

2.32407

.000

42.8898

52.6552

glibenklamid

21.98750

2.32407

.000

17.1048

26.8702

dosis 100

-9.33000

2.32407

.001

-14.2127

-4.4473

dosis 200

-2.61500

2.32407

.275

-7.4977

2.2677

dosis 400

.09000

2.32407

.970

-4.7927

4.9727

glibenklamid normal

25.78500

2.32407

.000

20.9023

30.6677

kontrol

-21.98750

2.32407

.000

-26.8702

-17.1048

dosis 100

-31.31750

2.32407

.000

-36.2002

-26.4348

dosis 200

-24.60250

2.32407

.000

-29.4852

-19.7198

dosis 400

-21.89750

2.32407

.000

-26.7802

-17.0148

normal

57.10250

2.32407

.000

52.2198

61.9852

kontrol

9.33000

2.32407

.001

4.4473

14.2127

2.32407

.000

26.4348

36.2002

6.71500

2.32407

.010

1.8323

11.5977

9.42000

2.32407

.001

4.5373

14.3027

dosis 100

Glibenklamid
dosis 200
dosis 400
dosis 200

31.31750

normal

50.38750

2.32407

.000

45.5048

55.2702

kontrol

2.61500

2.32407

.275

-2.2677

7.4977

2.32407

.000

19.7198

29.4852

Glibenklamid

24.60250

dosis 100

-6.71500

2.32407

.010

-11.5977

-1.8323

dosis 400

2.70500

2.32407

.260

-2.1777

7.5877

97

dosis 400

normal

47.68250

2.32407

.000

42.7998

52.5652

kontrol

-.09000

2.32407

.970

-4.9727

4.7927

2.32407

.000

17.0148

26.7802

Glibenklamid

21.89750

dosis 100

-9.42000

2.32407

.001

-14.3027

-4.5373

dosis 200

-2.70500

2.32407

.260

-7.5877

2.1777

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

98

Lampiran 8. Data uji SPSS hari ke-17


Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

perlakuan

26

3.4615

1.70249

1.00

6.00

kadar

26

1.0926E2

23.76021

73.92

142.85

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


perlakuan
N
Normal Parameters

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

kadar

26

26

3.4615

1.0926E2

1.70249 2.37602E1

Absolute

.151

.156

Positive

.151

.156

Negative

-.125

-.096

Kolmogorov-Smirnov Z

.769

.794

Asymp. Sig. (2-tailed)

.595

.555

a. Test distribution is Normal.

99

Oneway
Descriptives
kadar
95% Confidence Interval for
Mean

N
normal

Mean

Std.

Std.

Deviation

Error

Minimu Maxim
Lower Bound Upper Bound

4 77.2300 2.28871 1.14436

kontrol

mid
dosis 100

80.8719

73.92 78.93

10.78279 4.82221

117.5534

144.3306

121.07 142.85

4 81.8125 2.14467 1.07234

78.3998

85.2252

80.13 84.84

3.44265 1.53960

132.0854

140.6346

131.64 140.06

3.27841 1.63921

110.1833

120.6167

111.78 119.52

2.14086 1.07043

98.1859

104.9991

99.00 103.36

23.76021 4.65976

99.6588

118.8527

73.92 142.85

dosis 200

dosis 400

Total

um

73.5881

Glibenkla

26

1.3094E
2

1.3636E
2
1.1540E
2
1.0159E
2
1.0926E
2

Test of Homogeneity of Variances


kadar
Levene Statistic
12.526

df1

df2
5

Sig.
20

.000

ANOVA
kadar
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

13525.700

2705.140

587.989

20

29.399

14113.689

25

F
92.013

Sig.
.000

100

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
kadar
LSD
Mean

95% Confidence Interval

Difference (I(I) perlakuan (J) perlakuan


normal

kontrol
glibenklamid

J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound Upper Bound

3.63727

.000

-61.2992

-46.1248

-4.58250

3.83402

.246

-12.5801

3.4151

-53.71200

dosis 100

-59.13000

3.63727

.000

-66.7172

-51.5428

dosis 200

-38.17000

3.83402

.000

-46.1676

-30.1724

dosis 400

-24.36250

3.83402

.000

-32.3601

-16.3649

normal

53.71200

3.63727

.000

46.1248

61.2992

glibenklamid

49.12950

3.63727

.000

41.5423

56.7167

dosis 100

-5.41800

3.42925

.130

-12.5713

1.7353

dosis 200

15.54200

3.63727

.000

7.9548

23.1292

dosis 400

29.34950

3.63727

.000

21.7623

36.9367

glibenklamid normal

4.58250

3.83402

.246

-3.4151

12.5801

Kontrol

-49.12950

3.63727

.000

-56.7167

-41.5423

-54.54750

3.63727

.000

-62.1347

-46.9603

-33.58750

3.83402

.000

-41.5851

-25.5899

-19.78000

3.83402

.000

-27.7776

-11.7824

normal

59.13000

3.63727

.000

51.5428

66.7172

kontrol

5.41800

3.42925

.130

-1.7353

12.5713

kontrol

dosis 100
dosis 200
dosis 400
dosis 100

dosis 200

Glibenklamid

54.54750

3.63727

.000

46.9603

62.1347

dosis 200

20.96000

3.63727

.000

13.3728

28.5472

dosis 400

34.76750

3.63727

.000

27.1803

42.3547

normal

38.17000

3.83402

.000

30.1724

46.1676

kontrol

-15.54200

3.63727

.000

-23.1292

-7.9548

33.58750

3.83402

.000

25.5899

41.5851

-20.96000

3.63727

.000

-28.5472

-13.3728

Glibenklamid
dosis 100

101

dosis 400

dosis 400

13.80750

3.83402

.002

5.8099

21.8051

normal

24.36250

3.83402

.000

16.3649

32.3601

kontrol

-29.34950

3.63727

.000

-36.9367

-21.7623

19.78000

3.83402

.000

11.7824

27.7776

dosis 100

-34.76750

3.63727

.000

-42.3547

-27.1803

dosis 200

-13.80750

3.83402

.002

-21.8051

-5.8099

Glibenklamid

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

102

Lampiran 9. Dokumen Penelitian

Proses Maserasi

Pengambilan Darah melalui Sinus


Orbitalis

Penyuntikan Tikus secara Intra


Peritonial

Serum Darah Tikus

Serum yang telah di beri enzim


CHOD-PAP

Reagen Kolesterol CHOD-PAP

103

Alloxan Monohydrate

Serbuk Ganggang Hijau

Anda mungkin juga menyukai