2.1 Defenisi
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.
Merupakan
senyawa
Kristal
tidak
berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif
benzodiazepine dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam.
Termasuk
Termasuk
Termasuk
IM / IV : 5-10 mg
2.2.4 Diagnosis
Kelas terapi
- Valium
- Validex
- Valisanbe
- Neurodial
- Metaneuron
- Danalgin
Nama obat Generik
: - Flurazepam
- Diazepam
- Quazepam
- Temazepam
Rumusbangun
: 7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4- benzodiazepin-2-on.
- Hipnosis
-Anestesi
:Akan
menekan
SSP
ke
titik
yang
dikenal
- Anti konvulsi
-Relaksasi
otot
: Merelaksasikan
berkontraksi
pada
otot
penyakit
volunter
sendi
yang
atau
spasme
otot
-Respirasi
dan
Kardiovaskuler
: Menimbulkan
depresi
paru
pernapasan
- Kardiovaskular
:Bradikardi, kolaps
- Dermatologi
:Urtikaria
- Hematologi
:Neutropenia
- Saluran cerna
:Konstipasi
- Saluran Pernapasan
2.4 Pelaksanaan
2.4.1 Cara Pembeian Obat
Obat ini diberikan secara oral untuk mencegah ataksia atau sedasi berlebih, dan dosis dapat
dinaikkan
secara
bertahap
bila
diberikan
secara
parenteral
(suntikan,)
dalam
-Anak (> 5 tahun): 5-10 mg, IM atau IV(perlahan), sesuai dengan indikasinya
-Anak kecil (1 bulan -5 tahun):0,2-2 mg IM atau IV sesuai dengan indikasinya
2.4.3 Nasib Obat
a.
Absorbsi : diabsorbsi dari lambung kedalam darah, begitu juga dari usus halus
b.
c.
d.
menghentikan
kejang
kontiniu
- Untuk menurunkan spastic yang terdapat pada sumsum tulang belakang karena efektip
untuk
pasien
yang
cedera
sum-sum
tulang
belakang
Natrium Diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Natrium Diklofenak dalam bentuk lepas
lambat terkendali adalah salah satu teknologi yang dikembangkan untuk memperbaiki
toleransi Natrium Diklofenak. Beberapa studi klinis Natrium Diklofenak yang diberikan
sebagai monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala
osteoarthritis maupun rheumatoid arthritis (Anonim a , 2006).
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai florbiprofen maupun
meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek anti
inflamasi, analgesik dan anti piretik. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan
mempunyai waktu paruh yang pendek. Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan
sinovial. Potensi diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk
kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan
nyeri otot rangka akut (Katzung, 2004 ).
Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan
kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida
menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah
oleh ezim cyclo-oksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin.
Cyclo-Oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan
COX-2 (prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat
darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi
dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang
memberikan efek anti radang dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat
COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung).
Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) yang bersifat
tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan dihambatnya COX-1, dengan
demikian tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus dan
ginjal sehingga terjadi iritasi dan efek toksik pada ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).
Amitriptilin
merupakan derivate dibenzosikloheptadin yang merupakan antidepresi trisiklik karena
struktur kimianya. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali
neurotransmitter di otak. Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat
monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek samping
tersebut antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan hipotensi.
Farmakodinamika
Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter
seperti norepinefrin dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan
struktur kimianya, obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat
perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter.
Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier
menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.
Efek Psikologik
Pada manusia normal, menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan alam perasaan, dan
meningkatnya rasa cemas disertai gejala yang menyerupai efek atropine. Pemberian berulang
selama beberapa hari akan memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi
dan berpikir.
Susunan Saraf Otonom
Memperlihatkan efek antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,
obstipasi, dan retensi urin.
Kardiovaskular
Sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Infark jantung dan presipitasi gagal jantung. Dalam
dosis toksik dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.
FARMAKOKINETIK
Amitriptilin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau tidak sempurna (50%). Kadar
plasma puncak terjadi pada 0,5 1 jam setelah pemberian per oral. Dengan waktu paruh 16
jam. Pemberian dosis adalah 100 200 mg/hari.
INDIKASI Keadaan depresi dan ansietas.
KONTRAINDIKASI - Jangan diberikan pada penderita skizofrenia - Penderita dengan
aritmia, infark jantung, kelainan jantung bawaan
INTERAKSI OBAT - Senyawa ini berinteraksi dengan guanetidin dan klonidin - Amitriptilin
dapat meningkatkan efek simpatik dari obat adrenergik
SEDIAAN DAN POSOLOGI Tablet 10 dan 25 mg, dan dalam bentuk larutan suntik injeksi
100mg/10ml. Dosis permulaan 75 mg sehari. Dosis ini kemudian ditinggikan sampai timbul
efek teraupetik, biasanya antara 150-300 mg sehari.
EFEK SAMPING Keringat berlebihan, perasaan lemah dan lelah. Pada pasien usia lanjut
dapat menimbulkan pusing, hipotensi postural, sembeliit, susah berkemih, edema dan tremor