BLOK 6.3
Anggota Kelompok :
Tiara Jelita G1A117119
Gita Safitri Amalia G1A117120
Heta Apriana G1A117121
Maulana G1A117122
Siti Shafira Alawiyah Nasution G1A117131
a. Farmakodinamik
- Agonis parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum yang
kurang kuat dibandingkan dibandingkan diazepam
- Inverse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan kebalikan dari efek
diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepin
b. Farmakokinetik
1) Absorpsi
2) Distribusi
3) Metabolisme
Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim CYP3A4
dan CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin, klaritromisin,
ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit.
Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung dikonjugasi tanpa
dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar, metabolisme benzodiazepin
terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan konjugasi.
Metabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif yang memiliki waktu
paruh lebih panjang dibanding parent drug. Misalnya diazepam (t 1/2 20-80
jam) setelah dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh
eliminasi 200 jam. Golongan benzodizepin menurut lama kerjanya dibagi
dalam 4 golongan, yaitu :
4) Ekskresi
c. Efek samping
Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping antara lain
kepala ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung,
disartria, amnesia anterogard. Interaksi dengan etanol (alkohol) menimbulkan
efek depresi yang berat.
Efek samping lain yang lebih umum: lemas, sakit kepala, pandangan
kabur, vertigo, mual/muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan
inkontinensia. Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko terjadinya
ketergantungan dan penyalahgunaan. Untuk menghindari efek tsb disarankan
pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala putus obat berupa insomnia
dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba, dapat timbul
disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor, anoreksi serta
pusing kepala. Oleh karena itu penghentian penggunaan obat sebaiknya secara
bertahap.
a. Farmakodinamik
b. Farmakokinetik
Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian peroral namun
mengalami metabolisme lintas pertama secara ekstensif, yaitu melalui proses
hidroksilasi dan dealkilasi. Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%. Waktu
paruh eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat
memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450) menurunkan waktu
paruh buspiron, sedangkan inhibitor CYP3A4 meningkatkan kadar plasmanya.
Buspiron diekskresikan melalui urine dan feces.
c. Efek samping
Tabel farmakologi dasar, farmakokinetik & efek samping dari obat anti ansietas
B. ANTI DEPRESAN
2. Syarif A et.al. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.