Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Pada penelitian komunitas, penggunaan benzodiazepin dengan resep hanya 1,6%


dengan penggunaan jangka waktu yang lama dan dosis tinggi, sehingga menyebabkan
ketergantungan dan bisa saja disalah gunakan. Bagaimanapun juga alkohol dan
ketergantungan obat termasuk benzodiazepin sekitar 0,1%-0,2% pada populasi dewasa dari
300.000-600.000 masyarakat di Amerika serikat. Semua obat-obatan yang menyebabkan
ketergantungan meningkatkan kadar dopamin pada sistem limbik dopamin dan sudah
dipastikan bahwa obat-obatan tersebut merusak sistem reward. Benzodiazepin meningkatkan
penembakan neuron dopaminergik pada area ventral tegmental dengan cara menurunkan
aktivitas interneuron GABAergik. Neuron dopaminergik yang berada pada area ventral
tegmenal mengeluarkan alfa 3 yang mengandung reseptor GABAA. Benzodiazepin
menginhibisi interneuron tersebut melalui alfa 1 yang mengandung GABAA reseptor, dimana
menghasilkan disinhibisi neuron dopaminergik.

Pada Februari 2015 dalam pertemuan World Psychiatry, Schifano dan yang lain
memberikan penjelasan mengenai novel psychoactivve substances dan potensi efek yang
membahayakan. Mereka menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir jumlah obat-obatan
yang dijual bebas secara online meningkat tajam dan Benzodiazepine merupakan obat- obat
yang sering digunakan untuk mengobati intoksikasi dengan obat-obatan tersebut dalam
bidang medis termasuk didalamnya. Struktur benzodiazepine telah disalahgunakan dalam dua
tahun terakhir. Pelayan kesehatan seharusnya waspada dengan adanya hal ini.

Bentuk pertama turunan benzodiazepine yang dijual bebas secara online adalah
diclazepam, flubromazepam dan pyrazolam. Belakangan ini muncul lima bentuk lainya
(clonazolam, deschloroetizolam, flubromazolam, nifoxipam and meclonazepam) namun tidak
ada satupun dari obat-obat tersebut diperbolehkan untuk penggunaan medis di negara
manapun. Biasanya obat-obatan ini tersedia dalam bentuk tablet, kapsul dan blotter
(berbentuk kotak seperti perangko) dengan bermacam-macam dosis. Terlebih lagi juga
ditawarkan dalam bentuk bubuk asli dengan harga murah yakni 5-10 US dollar per dus.

1
Dikarenakan obat-obatnya berpotensi tinggi, komponen seperti flubromazepam bisa
menyebabkan sedatif kuat dan amnesia jika digunakan per oral dengan dosis rendah 0,5mg.

Bentuk benzodiazepine seringkali dipakai sebagai obat self medication sebagai


stimulan dan halusinogen yang mengarah ke siklus upper downer dan risiko
ketergantungan pada orang-orang yang sering menggunakannya saat pesta. Orang-orang
dengan gangguan kecemasan juga berisiko untuk mengobati sendiri dengan obat ini jika
resepnya sudah tidak berlaku. Ketersediaan yang banyak dalam perdagangan online dan
harga yang murah dapat mempermudah terjadinya ketergantungan pada masyarakat.

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 BENZODIAZEPIN
a. Sejarah
Pada tahun 1950an benzodiazepin ditemukan secara kebetulan bahwa
mempunyai efek teraupetik seperti anti anxiteas, sedasi, mengurangi
kejang, dan melemahkan otot. Obat ini merupakan salah satu obat
yang bekerja di sistem saraf pusat bersifat hipnotik dan sedatif.

b. Kimia
Rumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzene (cincin A) yang
melekat pada cincin aromatic diazepin (cincin B). Karena
benzodiazepine yang penting secara farmakologik selalu mengadung
gugus 5-aril (cincin C) dan cincin 1,4-benzodiazepin, rumus bangun
kimia golongan ini selalu diidentikkan dengan 5-aril 1,4-
benzodiazepin.

Rumus umum struktur kimia benzodiazepin :

Berbagai modifikasi pada struktur cincin maupun gugusannya secara


umum dapat menghasilkan senyawa dengan aktivitas serupa atau
berefek antagonis, misalnya pada flumazenil. Di samping berbagai
benzodiazepine atau imidazonenzodiazepin, telah disintesis beberapa

3
senyawa nonbenzodiazepin yang memiliki potensi mengikat secara
spesifik reseptor di CNS seperti benzodiazepine dan flumazenil.

c. Farmakodinamik

Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan


ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan
terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti konvulsi.
Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan
perifer : vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan
benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade neuromuskular (yang
hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi).
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang dinikmati secara
in vivo maupun in vitro telah digolongkan sebagai :
a. Efek agonis penuh : senyawa yang sepenuhnya serupa efek
benzodiazepine (misalnya diazepam)
b. Efek agonis parsial : efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum
yang kurang kuat dibandingkan diazepam
c. Efek inverse agonist : senyawa yang menghasilkan efek kebalikan dari
efek diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip
benzodiazepine (benzodiazepine-like agonist), dan efek invers-agonis
parsial (partial inverse agonist).

Sebagian besar efek agonis dan invers-agonis dapat dilawan atau


dicegah oleh antagonis benzodiazepine flumazenil, melalui persaingan
ikatannya dengan reseptor benzodiazepine. Zat ini mewakili berbagai
golongan senyawa yang bekerja memblok secara spesifik efek agonis
benzodiazepine.

1. Susunan Saraf Pusat

Walaupun benzodiazepine mempengaruhi semua tingkatan aktivitas saraf,


namun beberapa derivate benzodiazepine pengaruhnya lebih besar terhadap
SSP dari derivate yang lain. Benzodiazepine tidak mampu menghasilkan
tingkat depresi saraf sekuat golongan barbiturate atau anestesi umum lainnya.
Semua benzodiazepine memilii profil farmakologi yang hamper sama, namun

4
efek utamanya sangat bervariasi, sehingga indikasi kliniknya dapat berbeda.
Peningkatan dosis benzodiazepine menyebabkan depresi SSP yang meningkat
dari sedasi ke hipnotis, dan dari hipnosis ke stupor; keadaan ini sering
dinyatakan sebagai efek anesthesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek anestesi umum yang spesifik, karena kesadaran pasien
teteap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan tidak
tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepine menimbulkan
amnesia anterograd terhadap kejadian yang berlangsung setelah pemberian
obat. Sebagai anestesi umum untuk pembedahan, benzodaizepin harus
dikombinasikan dengan obat pendepresi SSP lain. Belum dapat dipastikan,
apakah efek ansietas benzodiazepine identik dengan efek hipnotik sedatifnya
atau merupakan efek lain.
Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak
otot normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien cerebral palsy.

Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP


Kerja benzodoazepin terutama merupakan interaksinya dengan
reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma
amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada
membrane dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor
GABAA dan reseptor GABAB.
Reseptor inotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih sub unit (bentuk majemuk
, , dan subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion klorida
kompleks. Resptor ini berperan pada sebagian besar besar neurotransmitter di
SSP.
Reseptor GABAB, terdiri dari peptide tunggal dengan 7 daerah transmembran,
digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G.
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor GABAB.
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit ) reseptor
GABAA (reseptor kanal ion Klorida kompleks), sedangkan GABA berikatan
pada subunit atau . Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal
klorida, memungkinkan masuknya ion klorida kedalam sel, menyebabkan
peningkatan potensial elektrik sepanjang membrane sel dan menyebabkan sel
sukar tereksitasi.

5
2. Pernapasan
Benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang normal.
Penggunaannya perlu diperhatikan pada anak-anak dan individu yang
menderita kelainan fungsi hati. Pada dosis yang lebih tinggi, misalnya pada
anestesi pemedikasi ayau pre endoskopi, benzodiazepine sedikit mendepresi
ventilasi alveoli, dan menyebabkan asidosis respiratoar, hal ini lebih karena
penurunan keadaan hipoksia daripada dorongan hiperkaptik; efek ini terutama
terjadi pada pasien dengan PPOK yang mengakibatkan hipoksia alveolar
dan/atau narcosis CO2. Obat ini dapat menyebabkan apnea selama anestesi
atau bila diberi bersama opiat. Gangguan pernapasan yang berat pada
intoksikasi benzodiazepine biasanya memerlukan bantuan pernapasan hanya
bila pasien juga mengkonsumsi obat pendepresi SSP yang lain, terutama
alkohol.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada dosis praanestesia semua benzodiazepine dapat menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan denyut jantung.
4. Saluran cerna
Diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang
berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan
sekresi cairan lambung waktu malam.

6
d. Farmakokinetik

Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi


penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua
benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koefesien distribusi lemak :
air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat bervariasi lebih dari 50 kali,
bergantung kepada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa
benzodiazepine.
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat;
obat ini cepat mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-
desmetil-diazepam (nordazepam), yang kemudian diabsorpsi sempurna.
Beberapa benzodiazepin (seperti prazepam dan flurazepam) mencapai
sirkulasi sistemik hanya dalam bentuk metabolit aktif.
Golongan benzodiazepine menurut lama kerjanya dapat dibagi dalam 4
golongan :
1. senyawa yang bekerja sangat cepat
2. senyawa yang bekerja cepat, dengan t kurang dari 6 jam : triazolam dan
nonbenzodiazepin (zolpidem, zolpiklon).
3. senyawa yang bekerja sedang, dengan t antara 6-24 jam : estazolam dan
temazepam.
4. senyawa yang bekerja dengan t lebih lama dari 24 jam : flurazepam,
diazepam, dan quazepam.

Benzodizepin dan metabolit aktifnya terikat pada protein plasma. Kekuatan


ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70%
(alprazolam) sampai 99% (diazepam). Kadarnya pada cairan serebrospinal
(CSS) kira-kira sama dengan kadar obat bebas di dalam plasma. Profil kadar
plasma sebagian besar benzodiazepine secara tetap mengikuti model kinetic
dua kompartemen, namun bagi benzodiazepine yang sangat larut lemak, profil
kinetiknya lebih sesuai dengan model kinetic tiga kompartemen. Dengan
demikian, setelah pemberian benzodiazepine iv (atau peroral bagi
benzodiazepine yang diabsorpsi sangat cepat) ambnilan ke dalam otak dan
organ dengan perfusi tinggi lainnya terjadi sangat cepat, diikuti dengan
redistribusi ke jaringan yang kurang baik perfusinya, seperti otot dan lemak.
Kinetika redistribusi diazepam dan benzodiazepine yang lipofilik menjadi

7
rumit oleh adanya sirkulasi entero hepatic. Volume distribusi benzodiazepine
adalah besar, dan banyak diantaranya meningkat pada usia lanjut.
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi kedalam ASI.

Benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokro


P450 di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Beberapa benzodiazepine
seperti oksazepam, dikonjugasi langsung, tidak dimetabolisme oleh enzim
tersebut. Beberapa penghambat CYP3A4, antara lain : eritromisin,,
klaritromisin, ritov=navir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon, dan sari buah
grapefruit dapat mempengaruhi metabolism benzodiazepine.

Metabolit aktif benzodiazepine umumnya dibiotransformasi lebih lambat dari


senyawa asalnya, sehingga lama kerja benzodiazepine tidak sesuai
denganwaktu paruh eliminasi obar asalnya; misalnya waktu paruh metabolit
aktifnya (N-desalkil flurazepam) 50 jam atau lebih. Sebaliknay pada
benzodiazepine yang diinaktifkan pada reaksi pertama kecepatan metabolism
menjadi penentu lama kerjanya; misalnya oksazepam, lorazepam, temazepam,
triazolam, dan midazolam. Metabolisme benzodiazepine terjadi dalam 3 tahap:

1. desaalkilasi
2. hidroksilasi
3. konjugasi

Hipnotik ideal harus memiliki mula ketja cepat, mampu memeprtahankan tidur
sepanjang malam, dan tidak meninggalkan efek residu pada keesokan harinya.
Diantara benzodiazepine yang digunakan sebagai hipnotik, secara teoritis
triazolam mendekati kriteria tersebut. Namun, dalam praktek, bagi beberapa
pasien penggunaan hipnotik yang cepat tereliminasi dalam darah merugikan
karena masa kerjanya pendek, sehingga lama tidirnya brkurang dan
kecenderungan timbulnya rebound insomnia pada saat penghentian oabt.
Flurazepam kurang sesuai sebagai hipnotik, sebab kecepatan eliminasi
metabolit aktifnya yang sangat lambat. Namun dengan pemilihan dosis yang
hati-hati, flurazepam dan benzodiazepine lain yang memiliki kecepatan
eliminasi lebih lambat dari triazolam masih dapat digunakan secara efektif.

8
e. Efek Samping

Benzodiazepin dosis hipnotik pada kadar puncak dapat menimbulkan efek


samping berikut :
kepala ringan
malas/tak bermotivasi
lamban
inkordiansi motorik
ataksia
gangguan fungsi mental dan psikomotorik
gangguan koordinasi berpikir
bingung
disaritria
amnesia anterograd

Kemampuan motorik lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan berpikir.


Semua efek tersebut dapat sangat mempengaruhi keterampilan mengemudi
dan kemampuan psikomotor lainnya. Interaksi dengan etanol dapat
menimbulkan depresi berat. Efek residual terlihat pada beberapa
benzodiazepine dan berhubungan erat dengan dosis yang diberikan. Intensitas
dan insiden intoksikasi SSP umumnya meningkat sesuai dengan usia pasien;
farmakokinetik dan farmakodinamik obat.

Efek samping lain yang relatif lebih umum terjadi ialah lemas, sakit kepala,
pandangan kabur, vertigo, mual, dan muntah diare, nyeri epigastrik, nyeri
sendiri, nyeri dada, dan pada beberapa pasien dapat mengalami inkontinensia.
Benzodiazepin dengan efek antikonvulsi kadang-kadang malah meningkatkan
frekuensi bangkitan pada pasien epilepsy. Perubahan pola tidur pasien juga
dapat terjadi pada pemberian hipnotik benzodiazepin.

Efek samping Psikologik :

Dapat menimbulkan efek paradoksal. Penggunaan khronik memiiki risiko


terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan, tapi tidak sama seperti obat
hipnotik-sedatif terdahulu serta obat yang dikenal sering disalahgunakan.
Gejala putus obat dapat berupa makin hebatnya kelainan yang semula akan

9
diobati, misalnya insomnia dan ansietas. Disforia, mimpi buruk, mudah
tersinggung, berkeringat, tremor, anoreksi, dan pusing kepala dapat terjadi
pada penghentian obat secara tiba-tiba.

2.2 JENIS NOVEL BENZODIAZEPIN

a. Flubromazepam

Flubromazepam merupakan derivat benzodiazepine yang telah ada sejak


tahun 1960 saat pertama kali terbentuk. Flubromazepam tidak pernah
digunakan dalam penggunaan medis dan terlupakan sampai tahun 2012 saat
sudah mulai diperjual belikan sebagai penelitian. Flubromazepam masih
diteliti efek samping dan kegunaannya sebagai obat sedatif atau anti nyeri
seperti Valium atua Xanax. Karena derivat dari benzodiazepine sendiri
mempunyai efek yang mirip dengan tipe obat tersebut termasuk sedatif,
hipnotik, muscle relaxant dan efek antikonsulvan.

Walaupun flubromazepam sekarang dijual dalam internet sebagai


penelitian, sangat mungkin dapat dipergunakan untuk tujuan yang lain seperti
disalahgunakan. Obat ini mempunyai efek yang sama benzodiazepine seperti
bromazepam yang digunakan untuk gangguan panik, insomnia, dan cemas.
Obat ini hanya digunakan untuk penelitian farmakologi dan klinis namun
beberapa orang telah melakukan penelitian untuk membandingkan dengan tipe
benzodiazepin yang lainnya.

10
Flubromazepam lebih kuat dibanding obat farmakologi benzo lainya
karena itu obat ini masih diteliti dan penggunaan khusus. Beberapa pemakai
mungkin tidak sadar akan kekuatan dari pengobatan ini dan menggunakannya
terlalu banyak tanpa sadar. Obat membutuhkan waktu untuk mencapai efek
maksimal dimana menimbulkan potensi overdosis jika pengguna mulai tidak
puas dan mulai menambahkan dosis obat.

Flubromazepam juga mempunyai masa paruh yang panjang dan efek dari
obat akan bertahan sepanjang hari sehingga otak dapat menyesuaikan
pengobatan tersebut. Jika hal ini terjadi menimbulkan adiksi karena otak sudah
terbiasa dengan penggunaan benzodiazepin sepanjang waktu.

Tanpa benzodiazepin tubuh dan pikiran dapat memasuki gejala


withdrawal. Bahkan penggunaan dosis tunggal memicu terjadinya efek
withdrawal atau comedown dimana pengguna merasa depresi keesokan
harinya. Sama halnya dengan tipe benzodiazepin lainya, flubromazepam dapat
disalahgunakan dengan tujuan mendapatkan rasa relax dan euforia.

Paruh waktu flubromazepam sekitar 106 jam, berarti 106 jam setelah
meminum flubromazepam, sekitar 50% dari obatnya berada di peredaran
darah. Setelah 106 jam, 25% masih tersisa dan seterusnya. Flubromazepam
merupakan longest acting turunan benzodiazepine yang teridentifikasi.

Efek samping dari flubromazepam yakni sedatif, relax, amnesia, gangguan


keseimbangan, depresi pernapasan, obat anti anxietas, disinhibisi, muscle
relaxant, depresi SSP.

Mekanisme kerja dari flubromazepam mirip dengan benzodiazepin.


Benzodiazepine mengikat dengan GABAA reseptor di otak, terutama pada
modulator postif allosterik dari GABAA reseptor. GABAA reseptor
mempunyai kantong pengikat (benzodiazepine site), sekali flubromazepam
mengisi tempatnya GABAA reseptor akan meningkatkan aktivitas.

GABA merupakan neurotransmitter inhibitor, yang berguna untuk


membuat keseimbangan dari eksitatori glutamat sehingga berada dalam
keadaan normal, GABA menurunkan eksitabilitas neuron, cemas, obat
pencegah kejang, membuat gampang tidur dan relax dan beberapa efek lainya.

11
Risiko penggunaan dan efek samping Benzodiazepin merupakan obat
berbahaya jika digabung dengan obat depresan lain terutama opioid. Contoh
benzodiazepin dalam dosis normal bisa mengancam nyawa jika digabung
dengan beberapa opioid. Etanol (alkohol), barbiturat, antidepresan trisiklik dan
obat-obatan GABAergik yang juga berpotensi sebagai efek depresan dari
benzodiazepin. Penyebab kematian pada situasi ini biasanya karena depresi
pernapasan (rendahnya volume tidal dan berkurangnya frekuensi
pernapasan/bradikapnea) yang menyebabkan hipoventilasi dan hipoxemia.
Hipoventilasi merupakan akumulasi CO2 di jaringan; dimana hipoxemia
merupakan rendahnya kadar oksigen dalam darah.

Tatalaksana overdosis dari benzodiazepin bergantung dari akibat overdosisnya


benar-benar langsung dari efek toksisitas benzo atau karena adanya efek
sinergis dari berbagai macam obat depresan SSP. Jika dikarenakan asli dari
overdosis benzodiazepine, disarankan meminum antagonis dari benzodiazepin
seperti Flumazenil sambil dicek tanda vital.

b. Diclazepam

Diclazepam atau yang lebih dikenal chlorodiazepam merupakan substansi


sintetik depresan dari golongan benzodiazepin yang menghasilkan efek yang
sama dengan diazepam seperti menekan anxietas, disinhibisi, antikonsulvan,
hipnotik, pelemas otot dan amnesia. Obat ini pertama kali ditemukan oleh Leo
Sternbach dan kawan kawannya pada Hoffman-La Roche tahun 1960. Pada
model hewan obat ini berpotensi sekitar sepuluh kali lebih kuat dari diazepam
dimana mempunyai struktur yang mirip/analog.

Diclazepam tidak dikenal sebagai pengobatan melaikan masih dijual untuk


penelitian kimiawi. Potensi obat ini belum diuji cobakan pada manusia.
Pengguna sudah seharusnya tau bahwa pemberhentian penggunaan
benzodiazepin secara tiba-tiba dapat membahayakan atau mengancam nyawa
yang menyebabkan kejang atau kematian. Sangat disarankan untuk
pemberhentian penggunaannya harus bertahap hari per hari dibanding

12
diberhentikan secara tiba-tiba karena dapat menyebabkan withdrawal
syndrome.

Diclazepam merupakan obat yang berasal dari golongan benzodiazepine.


Obat benzodiazepin mengandung cincin benzene yang berikatan dengan cincin
diazepine, dimana terdapat 7 anggota cincin lain dengan dua nitrogen yang
bertempat di R1dan R4. Pada R1 diclazepam diganti dengan metil, selanjutnya
cincin benzodiazepin berikatan pada R5 ke cincin a 2-chlorinated phenyl. R7
dari cincin benzyl juga diganti dengan klorin. Diclazepam juga mengandung
oksigen double yang berikatan pada R2 di cincin diazepin yang membentuk
keton.

Benzodiazepin menghasilkan berbagai macam efek setelah berikatan


dengan benzodiazepin reseptor dan penguat efek dan efisiensi dari
neurotransmitter GABA setelah berikatan dengan reseptornya. Pada titik ini
yang paling banyak dihasilkan setelah menginhibisi reseptor ini adalah
memodulasi efek sedasi pada SSP. Efek diclazepam pada tubuh lemah pada
tubuh, sedasi, kehilangan koordinasi motorik, depresi pernapasan, pusing, efek
parakdosal. Efek kognitif amnesia, disinhibisi, supresi anxietas, deselari
pikiran, supresi analisis, supresi memproses informasi, supresi emosional,
delusi ketenangan, berpotensi mimpi.

Overdosis benzodiazepin mungkin muncul saat digunakan sangat banyak


atau di gabung dengan depresan. Hal ini sangat membahayakan jika digabung
dengan depresan GABAergik lain seperti barbiturat, dan alkohol semenjak
mereka dalam bentuk yang mirip namun mengikat pada titik allosetrik yang
berbeda sampai ke GABAA reseptor. Walaupun demikian efeknya berpotensi
satu dengan yang lain. Benzodiazepin akan meningkatkan frekuensi lubang

13
ion klorin terbuka pada GABAA reseptor sementara barbiturat meningkatkan
durasi terbukanya ion, berkenaan dengan saat dikonsumsi obatnya, lubang ion
akan membuka dan bertahan lebih lama. Overdosis benzodiazepin merupakan
tindakan emergensi karena menyebabkan koma, kerusakan otak permanen
bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Gejala overdosis
benzodiazepin seperti sulit berpikir, cadel, bingung, delusi, depresi
pernapasan, koma bahkan kematian. Overdosis benzodiazepin kadang
ditangani dengan obat flumazenil, yakni GABAA antagonis.

c. Pyrazolam

Sejak tahun 1970, pyrazolam berasal dari perusahan obat bernama


Hoffman La Roche. Obat ini merupakan obat psychoactive yang berasal dari
benzodiazepine dan sering disebut benzo. Kelas obat ini ditemukan pada
tahun 1950an dan banyak perusahan obat meneliti obat ini untuk bebrapa
dekade. Pyrazolam merupakan obat yang memerlukan resep dan tidak
diperkenankan untuk dijual bebas. Untuk orang yang membutuhkan obat tidur,
obat ini terlalu kuat. Sayangnya, disamping obat ini berguna untuk
menyembuhkan gangguan cemas, banyak potensi obat ini disalahgunakan dan
mengancam tubuh. Banyak terjadi kontroversi untuk penggunaan obat ini
karean menyebabkan ketergantungan atau dapat disalahgunakan.

Dengan dosis yang sesuai resep, pyrazolam dapat menyebabkan perubahan


jumlah neurotransmitter dalam tubuh. Pasien akan merasakan efek sedatif
seperti tertidur dan otot melemah. Beberapa pasien yang pernah menggunakan
xanax dapat merasakan perbedaannya karena efek kimiawi pyrazolam lebih
tinggi berkali-kali lipat dari valium. Orang yang tidak dalam kondisi sehat
tidak akan diresepkan pyrazolam oleh dokter seperti pasien mempunyai
masalah pernapaasan atau gangguan paru-paru.

14
BAB III

PENUTUP

Bentuk pertama turunan benzodiazepine yang dijual bebas secara online adalah
diclazepam, flubromazepam dan pyrazolam. Dikarenakan obat-obatnya berpotensi tinggi,
komponen seperti clonazolam atau flubromazepam bisa menyebabkan sedatif kuat dan
amnesia. Bentuk benzodiazepine seringkali dipakai sebagai obat self medication sebagai
stimulan dan halusinogen yang mengarah ke siklus upper downer dan risiko
ketergantungan pada orang-orang yang sering menggunakannya saat pesta. Orang-orang
dengan gangguan kecemasan juga berisiko untuk mengobati sendiri dengan obat ini jika
resepnya sudah tidak berlaku. Ketersediaan yang banyak dalam perdagangan online dan
harga yang murah dapat mempermudah terjadinya ketergantungan pada masyarakat.

Flubromazepam merupakan derivat benzodiazepine yang telah ada sejak tahun 1960
saat pertama kali terbentuk Flubromazepam masih diteliti efek samping dan kegunaannya
sebagai obat sedatif atau anti nyeri seperti Valium atua Xanax. Karena derivat dari
benzodiazepine sendiri mempunyai efek yang mirip dengan tipe obat tersebut termasuk
sedatif, hipnotik, muscle relaxant dan efek antikonsulvan. Obat ini mempunyai efek yang
sama benzodiazepine seperti bromazepam yang digunakan untuk gangguan panik, insomnia,
dan cemas. Mekanisme kerja dari flubromazepam mirip dengan benzodiazepin.
Benzodiazepine mengikat dengan GABAA reseptor di otak, terutama pada modulator postif
allosterik dari GABAA reseptor. GABAA reseptor mempunyai kantong pengikat
(benzodiazepine site), sekali flubromazepam mengisi tempatnya GABAA reseptor akan
meningkatkan aktivitas. Risiko penggunaan dan efek samping Benzodiazepin merupakan
obat berbahaya jika digabung dengan obat depresan lain terutama opioid. Contoh
benzodiazepin dalam dosis normal bisa mengancam nyawa jika digabung dengan beberapa
opioid. Etanol (alkohol), barbiturat, antidepresan trisiklik dan obat-obatan GABAergik yang
juga berpotensi sebagai efek depresan dari benzodiazepin. Penyebab kematian pada situasi ini
biasanya karena depresi pernapasan (rendahnya volume tidal dan berkurangnya frekuensi
pernapasan/bradikapnea) yang menyebabkan hipoventilasi dan hipoxemia. Hipoventilasi
merupakan akumulasi CO2 di jaringan; dimana hipoxemia merupakan rendahnya kadar
oksigen dalam darah.

15
Diclazepam atau yang lebih dikenal chlorodiazepam merupakan substansi sintetik
depresan dari golongan benzodiazepin yang menghasilkan efek yang sama dengan diazepam
seperti menekan anxietas, disinhibisi, antikonsulvan, hipnotik, pelemas otot dan amnesia.
Diclazepam merupakan obat yang berasal dari golongan benzodiazepine. . Efek diclazepam
pada tubuh lemah pada tubuh, sedasi, kehilangan koordinasi motorik, depresi pernapasan,
pusing, efek parakdosal. Efek kognitif amnesia, disinhibisi, supresi anxietas, deselari pikiran,
supresi analisis, supresi memproses informasi, supresi emosional, delusi ketenangan,
berpotensi mimpi.

Pyrazolam merupakan obat psychoactive yang berasal dari benzodiazepine dan sering
disebut benzo. Kelas obat ini ditemukan pada tahun 1950an dan banyak perusahan obat
meneliti obat ini untuk bebrapa dekade. Pyrazolam merupakan obat yang memerlukan resep
dan tidak diperkenankan untuk dijual bebas. Untuk orang yang membutuhkan obat tidur, obat
ini terlalu kuat. Sayangnya, disamping obat ini berguna untuk menyembuhkan gangguan
cemas, banyak potensi obat ini disalahgunakan dan mengancam tubuh. Banyak terjadi
kontroversi untuk penggunaan obat ini karean menyebabkan ketergantungan atau dapat
disalahgunakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Moosmann B, King LA. Designer benzodiazepins: a new challenge. World


psychiatri.2016; 14(2)248.
2. Schifano F, Orsolini L, Papanti GD, et al. Novel psychoactive substances of interest
for psychiatry. World Psychiatry. 2015;14:1526. [PMC free article] [PubMed]
3. Moosmann B, Bisel P, Auwrter V. Characterization of the designer benzodiazepine
diclazepam and preliminary data on its metabolism and pharmacokinetics. Drug Test
Anal. 2014;6:75763.[PubMed]
4. Leggett A, Kavanagh J, Zivin K, Chiang C, Kim HM, Kales HC. The Association
Between Benzodiazepine Use and Depression Outcomes in Older Veterans. J Geriatr
Psychiatry Neurol. 2015;28(4):281-7.
5. Griffin CE, Kaye AM, Bueno FR, Kaye AD. Benzodiazepine pharmacology and
central nervous system-mediated effects. Ochsner J. 2013;13(2):214-23.
6. Jones JD, Mogali S, Comer SD. Polydrug abuse: a review of opioid and
benzodiazepine combination use. Drug Alcohol Depend. 2012;125(1-2):8-18.
7. Barker MJ, Greenwood KM, Jackson M, Crowe SF. Cognitive effects of long-term
benzodiazepine use: a meta-analysis. CNS Drugs. 2004;18(1):37-48.

17

Anda mungkin juga menyukai