BENZODIAZEPIN
DOSEN POZK
Kompetensi yang dicapai :
Hal yang perlu diwaspadai adalah ketika rasa cemas tetap muncul meski faktor
pemicunya sudah hilang atau perasaan cemas muncul tanpa alasan jelas dan
mengganggu aktivitas. Dalam hal ini, Anda patut mencurigai adanya gangguan
kecemasan.
1) long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif (sehingga
memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi menjadi
glukoronida tak aktif.
2) Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak diperpanjang. Obat-
obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.
3) Ultra short acting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia lebih besar terjadi
pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas
terhadap reseptor juga sangant menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan
Obat Golongan
Benzodiazepin
• Klordiazepoksid
• klorazepam
• diazepam
• flurazepam
• lorazepam
• oksazepam
• triazolam
• midazolam
• alprazolam
Bentuk sediaan
Tablet Injeksi
Suppositoria
Mekanisme kerja benzodiazepin berkaitan dengan GABA
GABA atau asam gamma-aminobutirat adalah asam amino yang bertindak sebagai
neurotransmitter inhibisi (penghambat) karena bekerja dengan menghambat sinyal otak tertentu
dan mengurangi aktivitas di sistem saraf. GABA banyak tersebar di dalam neuron korteks.
Neurotransmitter ini juga dapat menempel pada protein yang disebut reseptor GABA-ɑ.
Aktivitas penempelan GABA tersebut akan memberikan efek menenangkan sehingga membantu
meredakan kondisi-kondisi berikut ini:
• Rasa cemas
• Stres
• Rasa takut
• Mencegah kejang
Benzodiazepine tidak menggantikan GABA yang mengikat pada reseptor GABA-ɑ, melainkan
meningkatkan kepekaan reseptor GABA-ɑ terhadap neurotransmitter sehingga kanal klorida
terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan penghambatan potensial aksi.
Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi
dan relaksasi otot skeletal.
1. GABA lepas dari ujung saraf –> berikatan
dengan reseptor GABA –> membuka kanal Cl –
> Cl masuk –> hiperpolarisasi –>
penghambatan transmisi saraf –> depresi CNS
2. Benzodiazepine berikatan pada
benzodiazepine site -> meningkatkan afinitas
reseptor terhadap GABA –> ikatan GABA
dengan reseptor semakin kuat dan lama –>
pembukaan kanal Cl lebih lama –> Cl masuk
lebih massive –> depresi CNS yang terjadi juga
lebih lama dan besar (antikonvulsi)
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine bekerja pada SSP dengan efek
utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan
emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti konvulsi.
Hanya dua efek saja yang bekerja pada jaringan perifer :
• vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan
benzodiazepine tertentu secara iv),
• dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada pemberian dosis
tinggi).
Farmakokinetik
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya.
Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koefesien distribusi lemak:air
yang tinggi; namun sifat lipofiliknya dapat bervariasi lebih dari 50 kali, bergantung kepada
polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepine.
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat; obat ini
cepat mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam
(nordazepam), yang kemudian diabsorpsi sempurna.
Setelah pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin plasma dapat dicapai dalam
waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi benzodiazepin melalui suntikan IM tidak
teratur.
Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu
paruhnya, dan tidak selalu sesuai dengan indikasi yang dipasarkan.
Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai antikonvulsi harus memiliki waktu
paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam otak agar dapat
mengatasi status epilepsi secara cepat.
Benzodiazepin dengan waktu paruh yang pendek diperlukan sebagai hipnotik,
walaupun memiliki kelemahan yaitu peningkatan penyalahgunaan dan dan
berat gejala putus obat setelah penggunaannya secara kronik.
Sebagai anti ansietas, benzodiazepine harus memiliki waktu paruh yang
panjang, meskipun disertai risiko neuropsikologik disebabkan akumulasi obat.
Dosis penggunaan & ketergantungan
Oversedasi
Penekanan sistem saraf pusat, yakni turunnya fungsi saraf
Gangguan Memori
Efek Stimulan Paradox
Emosional Anestesi
Gangguan keseimbangan serta kendali gerakan
Bicara yang tidak jelas
Ketergantungan
Gejala penyalahgunaan benzodiazepin
penyalahgunaan benzodiazepin kronis dapat mengarah pada gejala-gejala berikut:
• Kecemasan, iritabilitas, gelisah, agitasi
• Insomnia
• Hiperaktivitas otonomik
• Banyak berkeringat
• Kejang
• Serangan panik
• Depresi dan mood swing
• Gejala psikoagitatif seperti tremor
• Gangguan konsentrasi
• Gangguan tidur dan mimpi buruk pada saat penggunaan benzodiazepine
dihentikan
Diagnosa
Penegakan diagnosis benzodiazepine use disorder didasarkan pada kriteria
diagnosis yang dibuat oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
5 (DSM-5) atau International Classification of Disease X (ICD-X).
1. Anamnesis
2. Diagnosis banding
→alcohol use disorder, opioid use disorder, atau cocaine and amphetamine use
disorder, gangguan cemas, gangguan mood, atau schizophrenia, dll.
3. Pemeriksaan penunjang
→mendeteksi zat dalam darah atau urine pasien untuk menegakkan diagnosis,
mencakup opioid, amphetamine, cocaine, ganja, dan benzodiazepine. Hal ini
karena sering kali pasien menyalahgunakan lebih dari satu macam zat.
4. Kriteria Diagnostik PPDGJ-III
5. Kriteria Diagnosis DSM-5
Terapi
Ringkasan terapi intoksikasi/over dosis untuk mengeliminasi obat dari tubuh,
menjaga fungsi vital tubuh
Kelas obat Terapi obat Terapi non-obat Komentar
Benzodiazepin Flumazenil 0,2 mg/min iv, Support fungsi Kontraindikasi jika ada
ulangi sampai max 3 mg vital penggunaan TCA resiko
kejang