KELOMPOK 1 :
Ai Rusmayanti G1A114069
UNIVERSITAS JAMBI
Ny. A 36 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetric dan ginekologi karena keluar
cairan putih kekuningan berbau sejak 1 minggu yang lalu. Siklus menstruasi normal. Riwayat
KB IUD sejak 4 bulan yang lalu. Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter menjelaskan
mengenai gangguan haid dan siklus menstruasi. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
ginekologi dan IVA test. Setelah dilakukan pemeriksaan IVA test, Ny. A disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan pap’ssmear. Ny.A tidak memiliki banyak pasangan, belum pernah
mendapat imunisasi HPV. Ny. A juga minta dijelaskan mengenai kanker serviks dan apa yang
terjadi padanya, pengobatan dan pencegahannya.
Klarifikasi Istilah
masa nifas.
wanita
4. IVA test : pemeriksaan inspeksi visual dengan menggunakan asam asetat atau yang
diencerkan
5. Pap’smear : tes skirining untuk mendeteksi dini perubahan dalam serviks sebelum
6. Imunisasi HPV : imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human
7. Kanker Serviks : kaganasan yang berasal dari serviks yang disebabkan oleh virus
Identifikasi Masalah
2. Apa makna klinis keluarnya cairan putih kekuningan berbau sejak 1 minggu yang lalu ?
3. Apa saja penyakit yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kekuningan berbau ?
11. Apa tujuan, indikasi dan bagaimana prosedur pemeriksaan IVA test ?
Jawab
14. Apa hubungan belum mendapat imunisasi HPV dengan keluhan Ny.A ?
16. Apa hubungan Ny. A tidak memiliki banyak pasangan dengan keluhan ?
Analisis Masalah
1. Bagaimana mekanisme keluarnya cairan keputihan normal ?1
Jawab
2. Apa makna klinis keluarnya cairan putih kekuningan berbau sejak 1 minggu yang lalu ?2
Jawab
Keluarnya cairan dari vagina selain darah haid dapat disebut sebagai keputihan. Ada
2 jenis keputihan, yaitu:
Jawab
a. Trikomoniasis
b. Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi kandida albikans,suatu jenis jamur gram positif.
Vulvovaginitis karena infeksi dengan kandida albikans menyebabkan leukorea atau
keputihan berwarna keputih-putihan dan perasaan sangat gatal.
c. Ca serviks
Biasanya gejala keputihan sering ditemukan, getah yang keluar dari vagina makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sembilan puluh persen dari kasus-kasus yang dahulu disebut vaginitis nonspesifik
kini ternyata disebabkan oleh hemofilus vaginalis, suatu basil kecil yang gram
negative. Gejala vaginitis ialah leukorea atau keputihan yang berwarna putih
bersemu kelabu, kadang-kadang kekuning-kuningan dengan bau yang kurang sedap.
Jawab
Dengan usia Ny. A yang sudah 36 tahun, yaitu merupakan usia dengan faktor
resiko berbagai macam kelainan yang bisa menyerang sistem reproduksi, khususnya
wanita yang telah menginjak umur 30 tahun keatas dan tentunya sudah menikah atau
saat usia muda telah berhubungan seksual dengan lawan jenis, maka akan meningkatkan
faktor resiko kelainan sistem reproduksinya, sebagai contoh kanker serviks menyerang
wanita dengan rentang umur 30-55 tahun, sudah menikah atau menikah usia muda dan
juga pernah berhubungan seks saat usia muda atau remaja.
Jawab
Keputihan yang di alami bisa saja disebabkan oleh pemakaian KB IUD karena
penggunaan KB IUD memicu rekurensi vaginalis bacterial dimana adanya keadaan
abnormal pada ekosistem vagina akibat meningkatnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob sehingga menyebabkan jamur dapat berkembang biak dan menyebabkan
keputihan. Hal tersebut disebabkan oleh pada saat insersi KB IUD apabila alat-alat tidak
disucihamakan secara baik , ada kuman-kuman yang masuk ke dalam vaina ataupun
serviks uteri yang suatu saat akan menyebabkan infeksi.
Jawab
Haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari siklus uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal
mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang normal
atau di anggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari, dengan interval 25 – 35
hari. Tetapi terdapat variasi luas berdasarkan usia. Rata – rata panjang siklus haad pada
perempuan 12 tahun adalah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada usia
55 tahun 51,9 hari.
Gangguan Haid
a. Menoragia, yaitu perdarahan haid dengan jumlah darah > 80 ml dan/atau durasi
perdarahan > 7 hari.
b. Hipomenorea, yaitu perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang
dari biasanya. Keadaan ini akibat gangguan endokrin, konstitusi penderita, dan
gangguan pada uterus.
2) Kelainan Siklus Haid
a. Polimenorea, yaitu perdarahan haid yang terjadi kurang dari 21 hari. Biasanya
disebabkan oleh gangguan hormonal, endometriosis, maupun kongesti ovarium
karena peradangan.
c. Amenorea, yaitu tidak terjadi haid selama 3 bulan berturut – turut. Amenorea
juga merupakan tanda fisiologis pada saat sebelum pubertas, kehamilan, massa
laktasi, dan menopause. Amenorea patologis di bagi menjadi 2 :
Etiologi : Etiologi :
Jawab
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawattembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. Spiral jenis copper T (melepaskan
tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk
mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. IUD ini berbentuk angka 7 dengan
maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,
small, dan mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4
jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.
Jawab
a. Usia reproduktif.
b. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari 5
cm.
i. Keadaan nulipara
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya :
a. Perokok
b. Setelah keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
e. Sedang menyusui
f. Penderita diabetes
h. Malaria
j. Penyakit tiroid
k. Epilepsi
l. Nonpelvik TBC
a. Kehamilan.
d. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung karena penyakit ini rentan
terhadap endometritis bacterial.
f. Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson (penyakit
genetik diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga sehingga
mengakibatakan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam tubuh).
g. Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas yang ditetapkan
pada petunjuk terbaru tentang memasukkan AKDR, uterus harus terekam pada
kedalaman 6- 9 cm pada paragard dan mirena.
j. Servikitis atau vasginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan berhasil diobati)
l. Penyakit hati akut, meliputi hepatitis virus aktif atau tumor hati merupakan
kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.
n. Trombosis vena dalam / embolisme paru yang terjadi baru-baru ini merupakan
kontra indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
o. Sakit kepala migren dengan gejala neurologis fokal merupakan kontra indikasi
hanya pada penggunaan AKDR hormonal
Jawab
lUD mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya seperti:
a. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi
e. Reversible
10. Apa tujuan, indikasi dan bagaimana prosedur pemeriksaan ginekologi ?1,9
Jawab
Tujuan
Indikasi
Indikasi dilakukannya pemeriksaan ginekologi adalah kecurigaan terhadap adanya
tumor seperti mioma uteri, kistoma ovarii, infeksi pada saluran genitalia dan adanya
perdarahan.
Prosedur pemeriksaan ginekologi.
No Langkah
1.Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Inspeksi:
7.Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan
perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)
Inspekulo:
9.Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai
meatus uretra eksternum
10.
Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11.
Kencangkan/kunci speculum
12.
Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan
13.
Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi
semula (miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual:
14.
Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah
15.
Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia
16.
Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17.
Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18.
Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio
19.
Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan
20.
Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama
diatas perut
Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas
21.
Keluarkan tangan pelan-pelan
22.
Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik
11. Apa tujuan, indikasi dan bagaimana prosedur pemeriksaan IVA test ?
Jawab
Manfaat IVA test dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang
baik, penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini
sebanding dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi. Mengkaji masalah
penanggulangan kanker leher rahim yang ada di Indonesia dan adanya pilihan metode
yang mudah diujikan diberbagai negara , agaknya metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat) layak dipilih sebagai metode pemeriksaan alternatif untuk kanker leher
rahim. Pertimbangan tersebut didasarkan oleh pemikiran, bahwa metode pemeriksaan
iva itu :
12. Apa tujuan, indikasi dan bagaimana prosedur pemeriksaan Pap’smear ?1,9
Jawab
a. Dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini karsinoma serviks uteri dan karsinoma
korpus uteri
b. Secara tidak langsung untuk mengetahui fungsi hormonal kerena pengaruh estrogen
dan progesterone menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel-sel lendir vagina
Cara pemeriksaan
Teknik pengambilan PAP smear :
a. Beri label nama pada ujung kaca objek
b. Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu
c. Lihat adanya abnormalitas serviks
d. Identifikasi zona transformasi
e. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona
transformasi
f. Putar spatula 3600 disekitar mulut serviks sambil mempertahankan kotak dengan
permukaan epithelial
g. Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9 (atau
berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul
dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.
h. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi. Pegang spatula
antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau letakkan pada kaca
objek dengan spesimen muka diatas), sementara sempel dari cytobrush
dikumpulkan.
i. Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dengan seluruh
permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.
j. Cytobrush hanya perlu diputar minimal ¼-1 putaran searah jarum jam,
tergantung keadaan ostium serviks
k. Pulas sampel pada spatula pada kaca objek dengan satu gerakan halus
l. Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan memutar
ganggangnya berlawanan dengan arah jarum jam
m. Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar sebisanya
tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak sel, pindahkan
sampel dari kedua instrumen ke kaca objek dalam beberapa detik
n. Fiksasi spesimen secepatnya untuk menghindari ertefak karena pengeringan oleh
udara yang akan menyebabkan perubahan degeneratif yang akan menyebabkan
kehilangan bentuk sel. Slide direndam dengan cepat dalam tempat tertutup yang
berisi larutan ethanol 95% selama 20 menit
o. Keringkan dan kirim ke bagian Sitologi Patologi Anatom
p. Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem Bethesda.
Indikasi
Kontra indikasi
Jadwal
Skrining pertama kali : kurang lebih 3 tahun setelah hubungan intim yang pertama
kali atausejak usia 21 tahun jika saat itu melakukan hubungan yang pertama kali.
Wanita sampai umur 30 tahun, skrining dilakukan setahun sekali.
Wanita usia 30 tahun ke atas:
a. Skrining tiap 2-3 tahun apabila hasil sitologi servikal 3 tahun berturut-turut
negatif ataukombinasi hasil sitologi servikal dan pemeriksaan risiko tinggi HPV
negatif.
b. Skrining lebih sering dilakukan pada pasien-pasien dengan hasil Pap positif
ataudengan tes risiko tinggi HPV positif, infeksi HIV, pasien-pasien dengan
imunosupresi,mendapat paparan dietilstilbestrol (DES) in utero, mempunyai
riwayat kanker serviikssebelumnya.
Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks telah
diangkatdan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah keganasan.
Apabilawanita tersebut memiliki riwayat pertumbuhan sel yang abnormal, maka
skriningdilakukan setiap tahun ; pada beberapa pasien skrining tidak dilanjutkan
apabila hasil tessitologi vagina 3 kali berturut-turut hasilnya negatif.
Wanita yang lebih tua: The American Cancer Society merekomendasikan bahwa
skrining tidak dilanjutkan pada wanita yang berusia lebih dari 70 tahun apabila
hasilpemeriksaan Pap smear 3 kali berturut-turut negative dan hasil Pap smear 10
tahunsebelumnya juga negatif.The American Cancer Society menyatakan bahwa Pap smear harus
diteruskan pada wanitasehat yang memiliki riwayat kanker serviks, eksposur dietilstilbestrol
(DES) in utero, infeksiHIV atau dengan kelemahan sistem imun.
Jawab
1. Negative : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitology dalam 1 tahun
lagi
5. HPV : pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negative atau dysplasia.
Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.
14. Apa hubungan belum mendapat imunisasi HPV dengan keluhan Ny.A ?10
Jawab
Vaksinasi HPV merupakan bentuk perlindungan spesifik terhadap kanker serviks.
Tindakan vaksinasi HPV saja dapat menurunkan kemungkinan kejadian kanker yang
lebih besar dibandingkan dengan hanya melakukan skrining selama dua tau tiga kali
seumur hidup dan lebih cost effective. Namun tindakan vaksinasi HPV yang diberikan
saat belum terinfeksi HPV dan melakukan skrining kanker serviks selama tiga kali
seumur hidup dapat mengurangi kemungkinan kejadian kanker serviks yang lebih
signifikan walaupun membutuhkan biaya yang lebih banyak.
Jawab
Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like
protein) yang merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat
imunogenik kuat.
Tujuan
Mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen kanker serviks), Vaksinasi tidak bertujuan
untuk terapi. Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin quadrivalen berkisar 36
bulan. Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap infeksi HPV sebesar 89%.
16. Apa hubungan Ny. A tidak memiliki banyak pasangan dengan keluhan ?3,4
Jawab
Maksudnya disini adalah, dengan tidak banyak memiliki pasangan maka ini akan
mengurangi faktor resiko berupa penyakit menular seksual lainnya yang ditularkan
melalui hubungan seks secara langsung, karena semakin banyak pasangan maka semakin
beresiko pula terjadinya berbagai macam penyakit menular seksual dari pasangan yang
berganti-ganti, serta ini membantu dokter dalam mendiagnosa penyakitnya.
Jawab
- Kanker vagina
- Kanker vulva
- Kanker anus
- Kanker penis
Jawab
Dalam menimbulkan kanker serviks, berbagai faktor risiko yang dicurigai sebagai
penyebab adalah usia pada saat kawin, jumlah paritas, jumlah/frekuensi perkawinan,
riwayat abortus, usia coitus pertama,jumlah mitra sex, dan higiene yang rendah.Usia
kawin pertama merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks. Semakin
cepat seseorang melakukan pernikahan, maka aktifitas melakukan hubungan seksualpun
semakin cepat.Cepatnya aktifitas seksual pada seorang wanita merupakan golongan yang
rentan untuk terkena kanker serviks.Hal ini disebabkan karena epitel serviks belum
matang dan belum cukup kuat untuk menerima rangsangan spermatozoa, sehingga
mempermudah untuk terjadinya iritasi.
Epidemiologi
Karsinoma serviks merupakan kanker nomor 3 terbanyak dan salah satu penyebab
kematian yang banyak di temukan pada perempuan. Berdasarkan laporan tahun 2008,
didapatkan sebanyak 529.828 kasus baru dan 275.128 kematian di dunia. Kanker ini
banyak ditemukan pada golongan sosio ekonomi rendah, pasangan yang memulai
aktivitas seksual dini, banyak pasangan serta perokok.15
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi.Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat
berinfiltrasi ke kanalis serviks.Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus
DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu
oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi. Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya merupakan
pendukung siklus hidup alami virus tersebut.Protein tersebut adalah E1, E2, E4, E5, E6,
dan E7 yang merupakan segmen open reading frame (ORF). Di tingkat seluler, infeksi
HPV pada fase laten bersifat epigenetic
Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus
ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang berfungsi pada replikasi dan perakitan
virus baru. Virus baru tersebut menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di samping itu,
pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe lambat dengan terbentuknya antibodi
E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan E2.
Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ± 50.000 virion per sel
dapat mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA sel penjamu untuk
kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif (Djoerban, 2000). Ekspresi E1 dan E2 rendah
hilang pada pos integrasi ini menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7.Selain itu,
dalam karsinogenesis kanker serviks terinfeksi HPV, protein 53 (p53) sebagai supresor
tumor diduga paling banyak berperan.Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell
cycle dan guardian of genom mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6
atau mutasi p53. Kompleks p53-E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild
type adalah labil dan hanya bertahan 20-30 menit .
Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka proses karsinogenesis berjalan tanpa
kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai sebagai indikator prognosis
molekuler untuk menilai baik perkembangan lesi pre-kanker maupun keberhasilan terapi
kanker serviks (Kaufman et al, 2000).Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa
pada kanker serviks terinfeksi HPV terjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan
pernyataan lain, terjadi penurunan p53 pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan,
seharusnya p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk menentukan prognosis kanker
serviks.Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah
bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliaka eksterna dan
kelenjar getah bening hipogastrika.Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah bening
iliaka komunis dan pada aorta.Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah
paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu,
pankreas dan otak.
Gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus
(keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.Perdarahan yang dialami segera setelah
bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks
(75 -80%).Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.
Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual,
post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid.
Patogenesis
HPV merupakan virus dengan DNA rantai ganda yang terdiri atas tiga jenis, yaitu
kutaneotropik, mukosotropik, dan tipe yang ditemukan pada mukosa dan kutan.
Kebanyakan kasus karsinoma Serviks disebabkan HPV tipe 16 dan 18.
Karsinoma serviks timbul pada batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-Columnar junction
(SCJ). Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat
saling desak – mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya
mutagen (HPV), bagian SCJ yang mengalami metaplasia skuamosa yang fisiologis akan
berubah menjadi patologis dimana sel akan mengalami displasia.
Protein yang di hasilkan oleh HPV 16, yaitu protein E7, berikatan dengan gen
supresor pRb sehingga menyebabkan inaktivasi dari gen tersebut. Sedangkan, HPV 18
menghasilkan protein E6 yang dapat menginaktivasi gen supresor tumor p53. Adanya
pengikatan pada kedua gen supresor tumor tersebut mengakibatkan efek karsinogenik
berupa proliferasi sel yang terus menerus dengan diferensiasi sel yang buruk.14,15,16
Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000
di abaikan)
I A2 : invasi ke stroma lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan
perluasan horizontal tidak lebih dari 7mm
Stadium I B : lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
I B1 : lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari diameter Terbesar
I B2 : lesi yang tampak lebih dari 4cm dari diameter terbesar
Stadium II : tumor telah mengivasi di luar uterus, tetapi belum mengenai dinding
Stadium III : tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai sepertiga
berfungsinya ginjal
III A : tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak invasi ke
3mm atau kurang dari membran basalis epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh limfe/ darah atau melekat dengan lesi kanker serviks.2
T. N. M. Staging16
Tingkat Kriteria
T1a1 Invasi stromal dengan kedalaman ≤ 3 mm yang di ukur dari dasar epitel
dan penyebaran horizontal sebesar ≤ 7 mm.
T1a2 Invasi stromal dengan kedalaman > 3 mm tetapi ≤ 5 mm yang di ukur dari
dasar epitel dan penyebaran horizontal sebesar ≤ 7 mm.
T1b Lesi secara klinis tampak pada serviks atau secara mikroskopis lebih
besar dari T1a2
T3a Tumor meuas hingga sepertiga bawah vagina, tanpa perluasan ke dinding
pelvis
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah
bebas infilrat diantara massa ini dengan tumor.
Prognosis
Keberhasilan terapi untuk lesi prekaknker tahap awal mendekati 100%. Namun
pada karsinoma serviks stadium I, angka 5-year-survival mencapai 85 %, stadium II
menjadi 65 %, stadium III 35 %, dan bila telah menginvasi kandung kemih, rektum atau
metastasis jauh (stadium IV), angka 5-year-survival menjadi 7 %.15,16
Jawab
1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal Beberapa metode terapi destruksi lokal antara
lain: krioterapi dengan N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser.
Metode tersebut ditujukan untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan
kelainan lesi prakanker yang kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan
digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.
a. Krioterapi
b. Elektrokauter
c. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi
umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai
kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi
tersebut sangat luas.
d. Laser Sinar
Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih memerlukan
fertilitas. Bila tidak tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi. Bila fertilitas tidak
diperlukan histerektomi total Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai
tatalaksana kanker invasif. Stadium IA1 (LVSI negatif) Konisasi (Cold Knife) bila free
margin (terapi adekuat) apabila fertilitas dipertahankan.(Tingkat evidens B) Bila tidak
free margin dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi. Histerektomi Total apabila
fertilitas tidak dipertahankan Stadium IA1 (LVSI positif) Operasi trakelektomi radikal
dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas dipertahankan. Bila operasi tidak dapat
dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan Brakhiterapi Stadium
IA2,IB1,IIA1
Pilihan :
Pilihan :
Pilihan :
A. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
1. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Radiasi Stadium IV A tanpa CKD 1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-
vaginal, direkomendasi terlebih dahulu dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
Kemoradiasi Paliatif, atau 3. Radiasi Paliatif Stadium IV A dengan CKD, IVB
1. Paliatif 2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif
dapat dipertimbangkan.
Dukungan Nutrisi
Jawab