Anda di halaman 1dari 19

“BIOSINTESIS METABOLIT SEKUNDER”

OLEH: KELOMPOK 16 (KELAS 2A)


NAMA ANGGOTA KELOMPOK

NI LUH ANGGI KHARISMAYANTI (P07134018 016)

NI KADEK AYU CINTIA RISQI (P07134018 039)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
2019
1. Metabolit Sekunder
Metabolisme merupakan suatu proses pembentukan atau penguraian
zat di dalam sel yang di sertai dengan adanya perubahan energi. Proses-
proses ini terjadi di dalam sel dapat berupa pembentukan zat ataupun
penguraian zat menjadi zat yang lebih sederhana. Proses pembentukan
zat terjadi pada proses fotosintesis, kemosintesis, sintesis lemak, dan
sintesis protein. Proses penguraian zat dapat berupa respirasi sel dan
fermentasi sel (Wirahadikusumah, 1985).

Semua makhluk agar dapat melangsungkan hidup, tumbuh dan


reproduksinya perlu melakukan transformasi dan interkonveksi sejumlah
besar senyawa organik. Proses transformasi dan interkonversi senyawa
organik tersebut dilaksanakan melalui suatu sistem terintegrasi yang
terdiri atas reaksi-reaksi kimia beraturan yang dikatalisis dan dikontrol
secara ketat oleh sistem enzimatik (yang secara kolektif disebut sebagai
metabolisme intermedier) dengan jalur-jalur reaksi yang terlibat (yang
disebut sebagai jalur-jalur metabolik). Sedangkan senyawa-senyawa
organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolisme itu disebut
sebagai metabolit. Beberapa metabolit penting dalam metabolisme
tersebut adalah senyawa-senyawa seperti: karbohidrat, protein, lemak,
dan asam nukleat, yang kesemuanya (kecuali lemak) berupa senyawa
berbentuk polimerik: yaitu senyawa karbohidrat tersusun dari unit-unit
gula, protein tersusun dari asam-asam amino, dan asam nukleat terdiri
dari nukleotid-nukleotid.

Makhluk hidup mempunyai kemampuan yang bervariatif dalam


melakukan sentesis dan transformasi senyawa organik tersebut. Misalnya
tanaman sangat efektif menggunakan proses fotosintesis untuk sintesis
karbohidrat, sedangkan organisme lain seperti mikroba dan hewan
melakukan sintesis dari senyawa anorganik yang dikonsumsinya. Jadi
jalur-jalur metabolik secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua jalur,
yaitu jalur yang bertanggung jawab terhadap degradasi material yang
dikonsumsi, dan jalur yang bertanggung jawab terhadap sintesis senyawa-
senyawa organik tertentu (yang dibutuhkan) dari senyawa dasar yang
didapatnya.
Meskipun karakteristik makhluk hidup sangatlah bervariasi, akan tetapi
jalur metabolik secara umum mensintesis dan memodifikasi senyawa-
senyawa karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat ternyata secara
esensial sama pada semua makhluk (bersifat universal), walaupun ada
sedikit penyimpangan. Kesamaan ini menunjukkan bahwa adanya
keseragaman proses yang fundamental pada semua makhluk hidup, yang
secara kolektif disebut sebagai metabolisme primer. Berlawanan dengan
jalur metabolisme primer (yang melaksanakan sintesis, degradasi,
interkonversi senyawa dan terjadi secara universal) terdapat jalur
metabolisme lain yang melibatkan senyawa-senyawa organik spesifik dan
terjadi sangat terbatas di alam. Metabolisme itu disebut metabolisme
sekunder, dan metabolit yang dihasilkan disebut metabolit sekunder.
Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik,
atau bahkan strain (galur) yang spesifik, dan hanya diproduksi pada
kondisi-kondisi tertentu (Dewick, 1999).
Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100.000 senyawa
metabolit sekunder yang dapat digolongkan ke dalam:
a. Senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya (seperti golongan
terpen, poliketid, saponin, poliasetilen, dan lain-lain).
b. Senyawa yang mengandung nitrogen (golongan alkaloid, amina,
glikosida sianogenik, asam amino non protein, protein/enzim
tertentu, dan lain-lain) (Wink, 1999).
Sekitar seratus tahun yang lalu Stahl menyatakan bahwa metabolit
sekunder memang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan, akan tetapi
sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu merupakan
senyawa yang berguna untuk menangkal seranga dari predator dan untuk
bertahan terhadap lingkungan (Wink, 1999). Sistem pertahanan
menggunakan metabolit sekunder ini sangat dibutuhkan terutamanya oleh
organisme yang ‘tidak dapat bergerak’, seperti: mikroba, lumut kerak
(Litchen), atau tanaman lain yang tentunya tidak dapat berlari menghindar
dari predator (pemangsanya). Maka dari itu organisme tersebut
menghasilkan suatu senyawa yang dapat ‘menghalau’ predator, tetapi
tidak berfungsi untuk pertumbuhan. Dengan emikian dapat dimengerti
bahwa produksi metabolit sekunder bersifat non-growth link, kecuali
denga adanya campur tangan rekayasa (Sudibyo dan Jenie, 1996,1997).
Metabolit sekunder diproduksi tanaman dalam jumlah tertentu pada
kondisi tercekam. Contoh metabolit sekunder di antaranya adalah
antibiotik, pigmen, toksin, efektor kompetisi ekologi dan simbiosis, fero-
mon, inhibitor enzim, agen immunomodulasi, reseptor antagonis dan
agonis, pestisida, agen antitumor, dan promotor pertumbuhan hewan
dan tumbuhan. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak terlibat
langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi makhluk
hidup. Namun, senyawa ini biasa digunakan untuk perkembangbiakan dan
pertahanan tanaman karena umumnya senyawa metabolit sekunder
bersifat racun bagi hewan Senyawa-senyawa tersebut lebih dibutuhkan
untuk eksistensi kelangsungan hidup tanaman itu di alam (Nofiani 2008).
Contoh senyawa tersebut diantaranya adalah senyawa alkaloid, fenol,
saponin dan terpenoid. Senyawa metabolit sekunder banyak sekali
jumlahnya.
Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau intermediet
metabolisme primer memiliki fungsi sebagai berikut (Mastuti, 2016):
1. Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu:
a. Level struktur, phenyl propanoid adalah komponen utama
polimer dinding polimer lignin dan suberin.
b. Menginduksi antibiotik pertahanan yang berasal dari fenolik dan
terpenoid (fitoaleksin).
2. Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari
infeksi yang disebabkan oleh patogen mikrobia. Tumbuhan
menggunakan metabolit sekunder sebagai antibiotik atau agen
sinyal selama interaksi dengan patogen.
3. Menarik polinator dan hewan penyebar biji.
4. Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman.
5. Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara
tumbuhan dan lingkungannya.
Adapun kelompok utama metabolit sekunder yaitu terpen, senyawa
fenol dan produk sekunder yang mengandung nitrogen. Berikut adalah
jalur biosintesis metabolit sekunder pada tanaman (Mastuti, 2016):

Gambar 1. Jalur Biosistesis Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder termasuk sumber senyawa kimia pada


tumbuhan yang dapat dikembangkan menjadi cikal bakal obat-
obatan melalui penelitian untuk menunjang berbagai kepentingan
industri. Fakta yang mendukung dari penyataan diatas terdapat sekitar
250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi hanya sekitar 0,4%
yang telah dilakukan penelitian. Tumbuhan tersebut b e r a s a l dari
h u t a n h u j a n t r o p i s t e r d a p a t lebih dari 30.000 jenis tumbuhan
tingkat tinggi sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para
peneliti Indonesia (Gunawan dkk, 2004).
Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang berhasil
ditemukan antara lain morfin sebagai obat nyeri, kuinin sebagai
obat malaria, reserpin sebagai obat penyakit tekanan darah tinggi
dan vinkristin serta vinblastin sebagai obat kanker. Selain
sebagai bahan obat, senyawa metabolit sekunder juga di gunakan oleh
manusia untuk menunjang kepentingan industri seperti industri kosmetik
dan industri pembuatan pestisida dan insektisida.
Berbagai penelitian tentang metabolit sekunder telah banyak
dilakukan oleh peneliti sehingga dapat dibuktikan bahwa senyawa
metabolit sekunder sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia bukan
hanya untuk benteng tumbuhan akan tetapi juga dapat dimanfaatkan
menjadi obat-obatan dalam skala modern pada industri.
Metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan merupakan hasil
dari biosintesis metabolit primer. Pada umumnya sintesis metabolit primer
awal dimulai dengan mesintesis gula melalui proses fotosintesis dengan
bantuan CO2 dan H2O. Didalam metabolisme terdapat 2 peran yaitu primer
dan sekunder. Jalur biosintesis metabolit sekunder paling banyak
terdapat di tanaman. Salah satu contoh dari metabolit sekunder pada
tumbuhan yaitu Flavonoid terrestrial. Golongan senyawa ini termasuk
kelompok senyawa fenolik alami dengan berbagai struktur kimia yang
terdapat pada buah, sayur, biji, kulit batang, akar, batang, dan bunga (inda
yulia,2014). Dalam biosintesis metabolit sekunder terdapat jalur jalur
biosintesis metabolit sekunder antara lain (Dewick, 1987; Saifudin, 2014):
1. Jalur asam malonat asetat
2. Jalur asam sikimat
3. Jalur asam mevalonat
Menurut Springob dan Kutchan (2009), ada lebih dari 200.000
struktur produk alamiah atau produk metabolit sekunder, sehingga untuk
memudahkan mengetahui jenis dari metabolit sekunder tersebut, perlu
dibuat klasifikasinya, seperti berdasarkan sifat struktur, asal-usul
biosintesis, atau lainnya.
2. Biosintesis Metabolit Sekunder
Biosintesis metabolit sekunder sangat beragam tergantung dari
golongan senyawa yang bersangkutan. Berdasarkan kenyataan bahwa
pada fase pertumbuhan, tumbuhan utamanya memproduksi metabolit
primer, sedangkan metabolit sekunder belum atau hanya sedikit
dimetabolisme. Hal yang serupa juga sesuai dengan yang terjadi dalam
kultur jaringan tanaman dalaman produksi metabolit sekunder, ingat kurva
pertumbuhan. Dalam kultur jaringan tanaman, produksi metabolit
sekunder terjadi pada awal fase stasioner (waktu pertumbuhan mulai
berhenti) (Wiraatmaja,2016).
Starting material (precursor) biosintesis metabolit sekunder
didapatkan dari proses metabolisme primer (Dewick,1999 dalam
Sudibyo,2002). Struktur dan jumlah dari precursor menentukan kerangka
metabolit sekunder yang terbentuk. Oleh sebab itu prekursor-prekursor ini
sering disebut sebagai building blocks dari metabolit sekunder. Meskipun
struktur metabolit sekunder pada umumnya berupa makromolekul yang
kompleks, akan tetapi sangat mengherankan bahwa jumlah macam
building blocks metabolit sekunder (yang berasal dari senyawa
antara/intermedier) tidaklah banyak. Secara garis besar hanya ada 3
senyawa antara pokok yaitu : asetat, shikimat dan mevalonat, ditambah
beberapa L-asam amino (seperti ornitin dan lisin) yang berasal dari proses
metabolisme primer, seperti fotosintesis,glikolisis, siklus pentose dan
Krebs, degradasi -oksidasi dan lain-lain. Jadi senyawa antara tersebut
merupakan “jembatan” antara metabolisme primer dan sekunder.

3. Jalur Pembentukan Metabolit Sekunder


Senyawa metabolit sekunder diproduksi melalui jalur di luar biosintesa
karbohidrat dan protein. Ada tiga jalur utama untuk pembentukan
metabolit sekunder yaitu adalah sebagai berikut:
a. Jalur Asam Malonat Asetat
Poliketida meliputi golongan besar bahan alam yang tergolong
bersarna berdasarkan pada biosintesisnya. Keanekaragaman struktur
dapat dijelaskan sebagai turunan rantai poli-ßketo, terbentuk oleh
koupling unit-unit asam asetat (C2) via reaksi kondensasi, misalnya
n CH3CO2H [CH3C0] n –
Termasuk poliketida adalah asam temak, poliasetilena,
prostaglandin, antibiotika makrolida, dan senyawa aromatik seperti
antrakinon dan tetrasiklina. Pembentukan rantai poli-ß-keto dapat
digambarkan sebagai sederet reaksi Claisen, keragaman melibatkan
urutan ß-oksidasi dalam metabolisme asam lemak. Jadi, 2 molekul
asetil-KoA dapat ikut serta dalam reaksi Claisen membentuk
asetoasetil-KoA, kemudian reaksi dapat berlanjut sampai dihasilkan
rantai poli-ßketo. Akan tetapi studi tentang enzim yang terlibat dalam
biosintesis asam lemak belum terungkap secara rinci. Dalam
pembentukan asam lemak melibatkan enzim asam Iemak sintase.

Gambar 2. Jalur Asetat Biosintesis Metabolit Sekunder


Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur asam
malonat diantaranya adalah sebagai berikut; asam lemak (laurat,
miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenic), gliserida,
poliasetilen, fosfolipida, dan glikopida. Tanaman yang menghasilkan
senyawa ini antara lain: jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, jagung,
kacang tanah, zaitun, bunga matahari, kedelai, wijen, kapas, coklat
dan alpukat.
b. Jalur Asam Mevalonat Asetat
Senyawa metabolit sekunder dari jalur ini diantaranya adalah
essential oil, squalent, monoterpenoid, menthol, korosinoid, steroid,
terpenoid, sapogenin, geraniol, ABA, dan GA3. Terpenoid merupakan
bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam
produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan
unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur
asam mevalonat
c. Jalur asam Sikhimat
Jalur asam sikimat merupakan jalur alternatif menuju senyawa
aromatik, utamanya L fenilalanin. L-tirosina. dan L-triptofan. Jalur ini
berlangsung dalam mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak
berlangsung dalam hewan, sehingga asam amino aromatik
merupakan asam amino esensial yang harus terdapat dalam diet
manusia maupun hewan. Zat antara pusat adalah asam sikimat, suatu
asam yang ditemukan dalam tanaman IlIicium sp. beberapa tahun
sebelum perannya dalammetabolisme ditemukan. Asam ini juga
terbentuk dalam mutan tertentu dari Escherichia coli.
Metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam shikimat
diantaranya adalah asam sinamat, fenol, asam benzoic, lgnin,
koumarin, tanin, asam amino benzoic dan quinon.
Mariska (2013) dalam (Setyorini, Yusnawan, 2016) menyebutkan
produksi metabolit sekunder berbeda dengan metabolit primer.
Produksi senyawa metabolit sekunder terjadi melalui jalur di luar
biosintesis karbohidrat dan protein. Terdapat tiga jalur utama dalam
proses pembentukan metabolit sekunder, yaitu jalur asam malonat,
asam mevalonat, dan asam shikimat. Senyawa metabolit sekunder
dari golongan fenolik diperoleh dari phenylalanin melalui eliminasi
molekul ammonia dari asam sinamat. Reaksi ini dikatalis
olehphenylalanine ammonia lyase (PAL), enzim yang paling banyak
diteliti pada metabolit sekunder tumbuhan. Phenylalanin berada pada
titik percabangan antarametabolisme primer dan sekunder, sehingga
reaksi ini merupakan tahap penting pada pembentukan banyak
senyawa fenolik (Lincoln and Eduardo 2002) dalam (Setyorini,
Yusnawan, 2016). Biosintesis terpen dapat terjadi melalui dua jalur,
yaitu lintasan asam mevalonat dan jalur methylerythritolphosphate
(MEP) (Lincoln and Eduardo 2002) dalam (Setyorini, Yusnawan,
2016). Biosintesis terpenoid pada tumbuhan melalui jalur
deoksiselulosa. Jalur biosintesis terpenoid diawali dengan
pembentukan isopentenil piropospat (IPP) atau diametilalil piropospat
(DMAPP), yaitu isopren yang mengikat dua buah fosfat lalu
bergabung menjadi satu dengan yang lain dari ujung hingga pangkal
membentuk monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen dan
seterusnya. Isoprene merupakan unit pembangun terpenoid, namun
bukan sebagai material paling awal. Isoprene harusmengikat fosfat
karena meskipun DMAPP dan IPP memiliki ikatan ganda, elektron
tidak terlalu aktif untuk dapat bereaksi dengan molekul sejenis
(Saifudin 2014) dalam (Setyorini, Yusnawan, 2016). Salah satu contoh
senyawa turunan dari golongan terpen adalah senyawa azadirachtin,
yang sering dimanfaatkan sebagai biopestisida. Meskipun biosintesis
azadirachtin belum dapat ditentukan secara lengkap dan pasti, tetapi
secara umum biosintesisnya dapat ditelusuri pada proses
pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan
prekursor utama berupa skualen (Samsudin 2011) dalam (Setyorini,
Yusnawan, 2016).
4. Biosintesis Metabolit Sekunder Mikroba Laut Di Alam
Hasil eksplorasi metabolit sekunder selama ini menunjukkan bahwa
bakteri laut merupakan salah satu sumber potensial metabolit sekunder.
Berdasarkan cara hidupnya, bakteri penghasil metabolit sekunder dapat
berasal dari bakteri yang hidup bebas, bakteri laut yang terdapat pada
sedimen, bakteri yang berasosiasi dengan permukaan alga, atau bakteri
yang berasosiasi dengan invertebrata (Burgesset al, 1999) dalam (Nofiani,
2008) .Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, umumnya bakteri yang
hidup dengan cara berasosiasi dengan mahluk hidup laut menunjukkan
potensi besar dalam sekresi metabolit sekunder dengan sifat antibakteri
(Burgesset al, 1999;Amstronget al, 2001;Yanet al,2003) dalam (Nofiani,
2008). Bakteri yang hidup berikatan dengan partikel tertentu menghasilkan
metabolit sekunder 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri
yang hidup bebas (Long 2001) dalam (Nofiani, 2008). Contoh bakteri
penghasil metabolit sekunder laut adalah Actinopolyspora species
AH1diperoleh dari sedimen lautdan menunjukkan aktivitas antimikroba
(Kokareet al, 2003) dalam (Nofiani, 2008). Bakteri epibiotik yang diambil
dari Petrosia ficiformis berkemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
laut lain secara invitro (Chelossiet al, 2004) dalam (Nofiani, 2008).
Pseudoalteromonas piscicida yang berasosiasi dengan spons
Hymeniacidon perleve menghasilkan senyawa norharman (suatu alkaloid
betak arbolin) yang memiliki aktivitas antimikroba (Zhenget al, 2005)
dalam (Nofiani, 2008).
Umumnya struktur kimia produk laut sering berbeda dari metabolit
sekunder daratan terutama pada halogenasi dengan bromin dan atau
klorin (Gudbjarnason 1999) dalam (Nofiani, 2008). Perbedaan ini
dipengaruhi oleh lingkungan laut yang unik. Menurut Okami (1982), ada 3
fakta yang membuktikan bahwa lingkungan laut unik. Pertama, air laut
mengandung bermacam-macam substansi yang aktif secara biologi
seperti vitamin, dan banyak mikroorganisme laut berkemampuan untuk
menghasilkan vitamin. Kedua, air laut mengandung agen inhibitor yang
aktif untuk organisme. Beberapa faktor yang menggambarkan kenyataan
ini adalah air laut mempunyai kemampuan menghambat bakteri gram
positif, air laut dari alam lebih menghambat daripada air laut buatan, air
laut yang telah diberi perlakuan panas menunjukkan pengurangan
aktivitas inhibitor dibandingkan dengan air laut yang segar, aktivitas
inhibitor air laut tidak disebabkan oleh faga atau salinitas tapi karena ada
agen antibakteri dalam air laut. Ketiga, beberapa mikroorganisme yang
diisolasi dari air laut menunjukkan aktivitas antibakteri.
Simbiosis antara mikroba dengan invertebrate menjadi suatu aturan
yang digunakan mikroba dalam menghasilkan jenis metabolit sekunder
apa yang akan dihasilkan (Thakuret al, 2003) dalam (Nofiani, 2008).
Umumnya jenis metabolit sekunder yang dihasilkan mikroba dimanfaatkan
oleh invertebrata laut untuk melawan serangan mahluk hidup lain.
Berdasarkan hal di atas diperoleh suatu konsep baru yang menyatakan
bahwa simbiosis yang menghasilkan metabolit sekunder dapat dipicu
karena adanya halangan lingkungan biotik. Model yang digunakan untuk
menjelaskan konsep ini adalah simbiosis bakteri dengan spons (Mulleret
al, 2004) dalam (Nofiani, 2008). Mula-mula sel inang (spons) mensintesis
metabolit sekunder untuk melengkapi perlindungan melawan serangan
mikroba atau eukariot (perlindungan langsung pertama), contoh senyawa
asetilenat. Selain itu, spons dapat juga menghasilkan metabolit sekunder
berupa protein yang dapat menahan pertumbuhan bakteri (perlindungan
dengan sistem imun), contohnya adalah perforin (Thakuret al, 2003) dan
tachylectin (Schroderet al, 2003) dalam (Nofiani, 2008). Secara
fungsional, senyawa ini beraksi sebagai molekul pertahanan. Akibat
adanya interaksi metabolit sekunder yang dihasilkan dengan bakteri yang
berasosiasi dengan spons menyebabkan kemungkinan bakteri terinduksi
untuk menghasilkan suatu metabolit sekunder. Metabolit sekunder yang
dihasilkan memiliki bermacam-macam fungsi, misalnya berfungsi dalam
sistem pertahanan sekaligus pengaktivasi jalur penting untuk pertahanan
diri (activator metabolit).
Contoh metabolit sekunder bakteri adalah asam okadaat (okadaic
acid) yang dihasilkan oleh bakteri dalam spons Suberites domuncula.

Asam okadaat berperan sebagai molekul pertahanan melawan


serangan metazoa asing dan secara simultan merupakan modulasi positif
jalur ini untuk memperbesar respon imun sel inang (Wienset al, 2003)
dalam (Nofiani, 2008). Bakteri yang hidup pada permukaan sel inang
spons menghasilkan metabolit sekunder spesifik untuk melawan bakteri
tertentu (perlindungan tidak langsung), contoh senyawa antifouling (Thak
uret al, 2003) dan senyawa tribromophenol (Clareet al, 1999) dalam
(Nofiani, 2008). Contoh metabolit sekunder yang dihasilkan akibat adanya
simbiosis antara spons dengan bakteri atau fungi, bakteri atau fungi juga
terinduksi untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti
Cribrostatin atau Sorbicillactone.
Selain mikroba bersimbiosis spons, juga bersimbiosis dengan alga
seperti simbiosis alga hijau Enteromorpha linza dengan bakteri
Flavobacterium spp.dan Cytophaga spp. (Shiba & Taga 1980). E. linza
menghasilkan produk ekstraselular yang diserap oleh Flavobacterium spp.
Dan Cytophaga spp. Yang menyusun biofilm pada alga. Bakteri pigmen
hijau Pseudoalteromonas tunicate yang juga membentuk biofilm dapat
menghasilkan senyawa inhibitor spesifik target melawan bakteri, alga,
fungi, dan larva invertebrate (Prochnowet al, 2004).
Simpulan

Karakteristik makhluk hidup sangatlah bervariasi, tetapi jalur


metabolik secara umum mensintesis dan memodifikasi senyawa-senyawa
karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat ternyata secara esensial
sama pada semua makhluk (bersifat universal). Terdapat jalur
metabolisme lain yang melibatkan senyawa-senyawa organik spesifik dan
terjadi sangat terbatas di alam. Metabolisme itu disebut metabolisme
sekunder, dan metabolit yang dihasilkan disebut metabolit sekunder.
Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik,
atau bahkan strain (galur) yang spesifik, dan hanya diproduksi pada
kondisi-kondisi tertentu. Dalam biosintesis metabolit sekunder terdapat
jalur jalur biosintesis metabolit sekunder antara lain: Jalur asam malonat
asetat, Jalur asam sikimat, dan Jalur asam mevalonat. Biosintesis
metabolit sekunder sangat beragam tergantung dari golongan senyawa
yang bersangkutan. Hasil eksplorasi metabolit sekunder menunjukkan
bahwa bakteri laut merupakan salah satu sumber potensial metabolit
sekunder. Umumnya struktur kimia produk laut sering berbeda dari
metabolit sekunder daratan terutama pada halogenasi dengan bromin dan
atau klorin, perbedaan ini dipengaruhi oleh lingkungan laut yang unik.

DAFTAR PUSTAKA

Dewick, P.M, 1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach,


John Willey & Sons Ltd, England.
Gunawan, D dan Sri M, 2004, “Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)”, Jilid I,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Mastuti, R. 2016. Modul Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya.
Nofiani. 2008. Urgensi dan Mekanisme Biosintesis Metabolit Sekunder
Mikroba Laut. Jurnal Natur Indonesia10 (2), April 2008: 120-125.
Nofiani, R. 2008. Artikel Ulas Balik: Urgensi dan Mekanisme Biosintesis
Metabolit Sekunder Mikroba Laut. Jurnal Natur Indonesia 10
(2):120-125.
Setyorini.2016. Peningkatan Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman
Aneka Kacang sebagai Respon Cekaman Biotik. Iptek Tanaman
Pangan Vol. 11 No. 2.
Sudibyo. 2002. Metabolit Sekunder: Manfaat dan Perkembangannya
dalam Dunia Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada.
Sudibyo, R.S., Wahyudi, A and Jenie, U. A. 1997. Increasing the
Tolerance of Saccharopolyspora erythraea CCRC 11513 to Palm
Oil As the Precursor of Erythromycin Production, Proceedings of
the Indonesian Biotechnology Conference Vol.I, 265-274.
Wink, M. 1999. Function of Plant Secondary Metabolites and Their
Exploitation in Biotechnology. Annual Plant Review, Vol.3.
http://www.amazon.com.
Wiraatmaja. 2016. Bahan Ajar Metabolit Primer dan Sekunder. Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unud.
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat,
dan Lipid.  ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai