ANALITIK LINGKUNGAN
NIM : K1A018062
SHIFT :B
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2021
ii
DAFTAR ISI
I. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip analisis TSS dan TDS dalam air limbah.
2. Memahami metode analisis TSS dan TDS secara gravimetri.
Limbah merupakan zat sisa yang kehadirannya pada suatu waktu dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah mengandung bahan tertentu, misalnya polutan memiliki sifat toksik dan
berbahaya (Ginting, 2007). Limbah adalah suatu zat baik berupa fasa padat,cair,
ataupun gas yang dihasilkan dari aktivitas organisme maupun sistem yang dibuang
ke lingkungan yang menghasilkannya (Allaby, 1997). Limbah cair adalah air yang
membawa limbah dari rumah, tempat bisnis dan industri. Limbah cair juga dapat
didefinisikan sebagai kotoran dari rumah tangga juga yang berasal dari industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya atau air buangan yang bersifat kotoran
umum (Sugiharto, 1987).
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid
(TDS). Total Dissolved Solid adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa
senyawa, koloid di dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati
setelah turun hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh
yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air. Sedangkan, pada
musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga
tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Set alat vakum, gelas
ukur 10 mL dan 25 mL, cawan petri, gelas arloji, timbangan, erlenmeyer, gelas
beaker.
3.2 Bahan
25 mL limbah tahu
- disaring dengan alat vakum menggunakan kertas
saring whatman yang telah dioven dan ditimbang
- ditampung filtratnya dalam erlenmeyer
- diambil 5 mL filtrate dan diletakkan pada cawan
petri yang telah dioven dan ditimbang
- dioven kertas saring berisi endapan dan cawan petri
berisi filtrat pada suhu 103-105 derajat Celsius
selama 1 jam, kemudian disimpan dalam desikator
selama 5 menit setelah itu ditimbang
- dihitung kadar TSS dan TDS
Hasil
4
Perlakuan Pengamatan
Cawan petri dibilas dengan aquadest.
Cawan petri dan kertas saring Kertas saring: 1,1203 gram
dikeringkan dengan oven. Kemudian Cawan petri: 12,9141 gram
keduanya ditimbang.
Sebanyak 25mL limbah tahu disaring Larutan berwarna putih kecoklatan.
menggunakan vakum dan dengan
kertas saring yang telah dikeringkan
dan ditimbang.
Filtrate yang diperoleh ditampung Larutan berwarna putih.
dalam Erlenmeyer.
Filtrate sebanyak 5mL diletakan dalam
cawan petri yang telah dikeringkan dan
ditimbang.
Kertas saring berisi endapan dan cawan
petri berisi filtrate dioven pada suhu
103-105oC selama 1 jam.
Kertas saring berisi endapan dan cawan Berat cawan petri: 12,9690 gram
petri berisi filtrate setelah dioven Berat kertas saring: 1,1372 gram
kemudian diletakan dalam dsikator
selama 5 menit. Selanjutnya ditimbang
dan dihitung TDS dan TSS.
(𝐴−𝐵)×1000
TDS (mg/L) = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(12,9690−12,9141)×1000
= 5
0,0549×1000 54,9
= =
5 5
= 10,98 mg/L
5
4.3 Pembahasan
Air limbah adalah kotoran yang berasal dari manusia dan rumah tangga,
serta dari industri atau air permukaan serta buangan lainnya. Air limbah secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu air limbah domestik yang berasal dari
buangan rumah tangga, air limbah dari perkantoran dan pertokoan, serta air limbah
industry dan air limbah pertanian (Said, 2017). Limbah industri adalah semua jenis
bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan manusia (Notoatmodjo, 2011).
Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi
tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi suatu tahu sehingga
tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri dari dua macam, yaitu limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair merupakan bagian terbesar dan bagian paling berpotensi
mencemari lingkungan. Limbah ini terbentuk karena adanya sisa air tahu yang tidak
menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan yang tidak
sempurna serta cairan keruh kekuningan yang dapat menimbulkan bau tidak sedap
bila dibiarkan (Nohong, 2010).
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid
(TDS). Total Dissolved Solid adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa
senyawa, koloid di dalam air (Situmorang, 2007). Padatan terlarut adalah padatan-
padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan
terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya
matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis
diperairan. Tingginya kadar TDS apabila tidak dikelola dan diolah dapat mencemari
badan air. Selain itu juga dapat mematikan kehidupan aquatik, dan memiliki efek
samping yang kurang baik pada kesehatan manusia karena mengandung bahan
kimia dengan konsentrasi yang tinggi antara lain fosfat, surfaktan, ammonia, dan
nitrogen serta kadar padatan tersuspensi maupun terlarut, kekeruhan, BOD5, dan
COD yang tinggi (Ahmad dan El-Dessouky, 2008).
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan milli-pore dengan
daiameter pori 0.45µm (Effendi, 2003). Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi
zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS yang tinggi pun
dapat menimbulkan dampak seperti yang disebutkan oleh Helfinalis dkk (2012)
bahwa nilai konsentrasi padatan tersuspensi total yang tinggi dapat menurunkan
6
aktivitas fotosintesa tumbuhan perairan baik yang mikro maupun makro sehingga
oksigen yang dilepaskan tumbuhan menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-
ikan menjadi mati. Sehingga apabila konsentrasi TSS yang ada pada badan sungai
terus bertambah dan mengalir ke lautan lepas dalam jangka waktu yang lama dapat
menurunkan kualitas perairan daerah pesisir pula.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip analisis TSS dan TDS
dalam air limbah dan metode analisis TSS dan TDS secara gravimetri. Langkah
awal yang dilakukan adalah membilas cawan petri menggunakan aquadest. Cawan
petri dan kertas saring selanjutnya dikeringkan dengan oven, dan kemudian
ditimbang. Berat kertas saring seberat 1,1203 gram dan berat cawan petri seberat
12,9141. Penimbangan ini dilakukan supaya berat awal dari cawan petri dan kertas
saring diketahui. Langkah selanjutnya menyiapkan limbah sebanyak 25mL
kemudian disaring menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan dan
ditimbang. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrate dan endapannya.
Setelah disaring filtrate ditampung dalam Erlenmeyer. Filtrat yang dihasilkan
berwarna putih.
Baku mutu air limbah industri tahu dan tempe didasarkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang Baku
Mutu Air Limbah, yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Keterangan:
1) *( Kecuali pH
2) Satuan kuantitas air limbah adalah m3 per ton bahan baku
3) Satuan beban adalah kg per ton bahan baku
9
5.1 Kesimpulan
1. Prinsip analisis TSS yaitu uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada kertas saring
dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103-105oC.
Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
2. Prinsip analisis TDS yaitu filtrate hasil penyaringan contoh uji yang telah
homogen dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103-105
derajat Celsius. Kenaikan berat cawan petri mewakili padatan terdispersi
total (TDS).
3. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil
reaksi pengendapan. Gravimetri dapat berhasil jika proses pemisahan harus
sempurna mungkin sehingga kalitas analit yang tidak mengendap secara
analitik tidak dapat ditemukan.
5.2 Saran
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Day, R A, dan Underwood, A L., 1996. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri.
Bandung: Yrama Widya
Helfinalis, Sultan dan Rubiman. 2012. Padatan Tersuspensi Total di Perairan Selat
Flores Boleng Alor dan Selatan Pulau Adonara Lembata Pantar. Vol.17 (3)
148-153
Nasution, MI. 2008. Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi
Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate
Dolok Merangkir. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rieneka
Cipta
Nohong. 2010. Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Bahan Penyerap Logam Krom,
Kadmiun dan Besi Dalam Air Lindi TPA. Jurnal Pembelajaran Sains. Vol.
6, No. 2: 257-269. Kendari: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Haluoleo
Kendari
10
Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: FMIPA-UNIMED
Tarigan, M.S & Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Jakarta: Bidang
Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia
11
LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan
12