Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

STERILISASI ALAT, BAHAN, DAN MEDIA

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Naufal Humam
Nim : 220106168
Kelompok/Kelas : 02/FA22-4A
Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu,21/10/2023
Tanggal Masuk Laporan : Sabtu,28/10/2023
Asisten Praktikum : Nita Triandiani
Dosen Pengampu : Apt. Mutiara Imansari S. Farm.,M.
Si.
PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2023/2024
I. Tujuan
1.1 Mengidentifikasi sterilisasi alat-alat dan bahan yang digunakan dalam
pemeriksaan secara mikrobiologi.
1.2 Menentukan pembuatan media padat dan media cair serta larutan.
II. Pinsip Percobaan

Berdasarkan sterilisasi uap (autoklaf), peralatan dengan tekanan uap hingga 121ͦ -
148ͦ C (250ͦ-300ͦ F) dengan tekanan sekitar 15 P.S.I. tekanan yang lebih besar dari
tekanan atmosfer mengkatalis efek penetrasi uap sehingga membunuh
mikroorganisme termasuk spora, terdapat hubungan ternalik antara waktu dan suhu
dalam proses ini sehingga harus dipertahankan untuk mencapai sterilisasi yang
efektif. Waktu siklus tergantung pada ukuran peralatan medis dan derajat suhu, pada
autoklaf ini dapat dibagi setiap kelompok peralatan medis dengan katarakteristik
material yang berpresisi (tidak memiliki ukuran) atau seperti benda keras, benda
terbungkus, cairan dalam berventilasi, limbah, dan barang pecah. dalam siklus waktu
yang umum untuk autoklaf uap adalah 15 menit (Mubarok et al, 2019).

Berdasarkan alat-alat serta media yang akan digunakan harus disterilkan terlebih
dahulu, untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanya perlu dilakukan sterilisasi
peralatan. Sterilisasi berguna untuk membunuh dan membersihkan semua bentuk
mikrobia hidup diperalatan dan bahan yang akan digunakan saat pengujian
mikrobiologi (Azizah dkk, 2020).

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

N Nama Alat Gambar Kegunaan


o
1 Autoklaf Untuk mensterilkan suatu
benda dengan uap

2 Batang Pengaduk Untuk mencampur atau


melarutkan sediaan

3 Botol Media Untuk menumbuhkan


sebuah mikoorganisme
5 Bunsen Menciptakan panas
sterilisasi

6 Cawan Petri Menumbuh


kembangbiakan
mikoorganisme

7 Erlenmeyer Menampung bahan


larutan atau cairan

8 Gelas Ukur Mengukur volume cairan


yang dibutuhkan

9 Gunting Memotong bahan

10 Kaki Tiga Penopang alat saat


dilakukan pemanasan

11 Kassa Asbes Alas untuk pemanasan

12 Lap Tangan Mengeringkan alat-alat


yang basah

13 Labu Ukur Membuat larutan dengan


volume yang tepat

14 Oven Menciptakan suhu panas


atau sebagai pensteril
15 Pipet Volume Mengambil atau
menyerap cairan yang
dibutuhkan

16 Spatel Mengambil zat padat atau


objek yang dibutuhkan

17 Tabung Reaksi Mereaksikan atau


menumbuhkan mikroba

18 Timbang Listrik Menimbang suatu sampel

Tabel 1. Alat praktikum

3.2 Bahan

No. Nama Bahan Kegunaan Precaution


1 Aluminium Foil Sebagai Penutup Alat –
2 Aquadest Sebagai Pelarut –
3 Kapas Berlemak Sebagai Penutup Mulut –
Alat Sebelum Sterilisasi
4 Kertas Label Sebagai Penanda –
5 Kertas Perkamen Sebagai Alas –
Timbangan
6 Media Nutrien Agar Sebagai Sampel Media Tidak berbahaya
7 Media Nutrien Sebagai Sampel Media Tidak berbahaya
Broth
8 Nacl Sebagai Sampel Media Berbahaya, infeksi atau
korosif
9 Tali kasur Sebagai Pengikat –
Tabel 2. Bahan praktikum
IV. Prosedur

Persiapan Pensterilisasian Alat

Langkah pertama dicuci terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilisasi


kemudian dikeringkan. Setelah itu, tutup alat yang mempunyai mulut seperti :
tabung reaksi, erlenmeyer, botol media, gelas ukur, labu takar, dan pipet dengan
kapas berlemak. Caranya : ambil sepotong kapas, lipat kedua ujungnya sehingga
berbentuk segiempat (besarnya segiempat tergantung pada besarnya mulut alat).
Khusus untuk pipet, tutup kapas dimasukan kedalam mulut pipet dengan
menggunakan sebatang kawat dan kapas yang terurai keluar dari mulut pipet
dihilangkan dengan cara melewatkan mulut pipet melalui nyala api bunsen.
Kemudian alat yang mempunyai mulut ditutup kembali menggunakan aluminium
foil, setelah itu diikat dengan benang tali kasur. Alat-alat yang permukaannya
harus steril seperti pipet, dibungkus satu persatu dengan aluminium foil. Khusus
cawan petri, dibungkus seluruhnya. Alat gelas dan alat lainnya yang tidak
berpresisi (memiliki ukuran) disterilisasi menggunakan oven pada suhu 170ͦ C
selama 1 jam, sedangkan alat yang berpresisi menggunakan autoklaf dengan suhu
121ͦ C selama 15-20 menit setelah itu diamsukan kedalam oven untuk
pengeringan dengan suhu 70ͦ C selama 30 menit. Terakhir simpan alat tersebut
dengan menggunakan label, digunakan kembali untuk praktikum selanjutnya.

Gambar 1. Prosedur Persiapan Pensterilisasi Alat


4.2 Pembuatan Dan Sterilisasi Media Serta Larutan
Langkah pertama ditimbang nutrien agar dan nutrien broth untuk pembuatan 50
ml, nacl untuk pembuatan 25 ml. Kemudian, masukan masing-masing media yang
telah ditimbang ke dalam erlenmeyer yang telah dilabeli. Setelah itu, ditambahkan
akuades 50 ml lalu dipanaskan di atas nyala api bunsen sambil diaduk hingga
jernih atau larutan tidak keruh (awal larutan akan mendidih). Dituangkan dalam
botol media, lalu ditutup dengan kapas dan aluminium foil serta diikat dengan
benang tali kasur. Setiap wadah harus diberi etiket sesuai contoh. Alat yang telah
dibuat disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121ͦ C selama 15-20 menit. Setelah
steril, dibiarkan terlebih dahulu sehingga suhunya sama dengan suhu kamar, lalu
dimasukan kedalam lemari pendingin untuk disimpan. Terakhir amati apakah
media dan larutan pengencer tersebut tetap steril atau telah terkontaminasi (menjadi
keruh) selama penyimpanan dalam waktu 3 hari.

Gambar 2. Pembuatan Dan Sterilisasi Media Serta Larutan

4.3 Perhitungan
4.3.1 Nutrien agar

28 gram untuk 1000 ml – dibutuhkan 50 ml

50
x 28 = 1,4 gram
1000
4.3.2 Nutrien Broth

8 gram untuk 1000 ml – dibutuhkan 50 ml


50
x 8 = 0,4 gram
1000
4.3.3 Nacl
0,9% dibuat untuk 25 ml

0,9
x 50 = 0,45 gram
100
V. Hasil Pengamatan

5.1 Data Pengamatan

Nama media kondisi


dan
Larutan hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
pengencar
Nutrien agar

Sediaan berbentuk
cair, berwarna Sediaan berbentuk Sediaan berbentuk
bening. padatan, berwarna padatan, berwarna
bening. bening ke
Kuningan.
Nutrien broth

Sediaan bentuk cair Sediaan berbentuk


Sediaan berbentuk cair, warna bening
berwarna kuning,
cair, warna bening jernih.
jernih.
jernih.
Nacl

Sediaan berbentuk
Sediaan berbentuk Sediaan berbentuk
cair, berwarna
cair, berwarna cair, berwarna
bening bersih,
bening bersih bening bersih
steril.

Tabel 3. Hasil Pengamatan


VI . Diskusi dan Pembahasan

6.1 Diskusi
1. Jelaskan yang dimaksud:
a. Uji performa atau kualifikasi autoklaf, merupakan bagian dari proses validasi
yang bertujuan untuk memastikan, menentukan, dan menjamin peralatan atau
instrumen telah terpasang dan dapat berfungsi dengan baik sesuai kriteria
yang diharapkan. Kualifikasi merupakan serangkaian kegiatan pembuktian
dan pendokumentasikan bahwa sistem atau alat sudah terpasang dengan
benar dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan ada
(gupta, 2016).
b. Prosedur uji (terkait kalibrasi), merupakan serangkaian proses yang harus
diikuti untuk mengkalibrasi sebuah instrumen, perangkat, atau alat guna
memberikan hasil yang akurat dengan syarat dan standar yang ditetapkan
(Raudah,2017).
2. Jelaskan yang dimaksud dengan validasi autoklaf (chemical indicators dan
biological indicators), merupakan kegiatan verifikasi yang dilakukan guna
memastikan bahwa atuklof berjalan dengan baik dan dapat mencapai sterilisasi
yang efektif, dalam validasi terdapat 2 jenis indikator yang sering digunakan,
yaitu
a. Chemical indicators (indikator kimia), adalah bahan kimia yang dipakai
untuk mengukur parameter penting, seperti suhu dan waktu, yang telah
tercapai setelah sterilisasi.
b. Biological indicators (indikator biologi), adalah mikroorganisme yang sangat
tahan terhadap sterilisasi panas dan digunakan untuk menguji efektivitas
autoklaf dalam membunuh spora bakteri atau mikroorganisme (patogen)
lainnya (Guleria, 2015).
3. Jelaskan metode dan prinsip dari metode sterilisasi lainnya serta bahan yang
cocok untuk metode sterilisasi tersebut
a. Pemanasan kering (oven), merupakan metode sterilisasi kering yang
menggunakan pemanasan untuk membunuh mikroorganisme pada suatu
benda uji, mekanisme kerjanya melalui konduksi, panas yang diserap oleh
permukaan luar benda yang akan disterilisasi, merambat ke bagian dalam alat
(Raudah,2017).
b. Radiasi UV, dengan daya radiasi yang bersifat letal untuk mikoorganisme.
Sinar uv juga mempunyai panjang gelombang 4nm hingga 400nm dengan
efesiensi tertinggi untuk pengendalian mikroorganisme adalah pada panjang
gelombang 365nm (Ramdhani dkk, 2020).
c. Filtrasi, merupakan metode sterilisasi pemisahan fisik dimana prinsip
sederhananya menyaring molekul-molekul padatan yang tercampur pada
larutan, maka tingkat kemurnian filtrat yang didapat dari filtrasi tersebut
bergantung kepada kualitas dari ukuran pori-pori filter penyaringan yang
digunakan. Proses filtrasi sangat dipengaruhi oleh waktu sampling dan waktu
pengadukan semakin besar pula endapan yang tersaring oleh alat filter
(Parahita, 2018).
d. Kimiawi (alkohol dan gas), proses sterilisasi yang menggunakan senyawa
atau bahan kimia seperti contohnya alkohol untuk membunuh
mikroorganisme senyawa atau bahan yang digunakan dalam sterilisasi
kimiawi disebut juga disinfektan. Mekanismenya disinfektan membunuh sel-
sel vegetatif dan jasa renik dan bersifat merusak jaringan (Cahyani,2014).

6.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini adalah sterilisasi alat, bahan, dan media. Dalam
praktikum ini bertujuan mengidentifikasi sterilisasi alat-alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan secara mikrobiologi serta menentukan pembuatan
media padat dan media cair serta larutan. Sterilisasi merupakan pelepasan suatu
material bahan ataupun alat dari berbagai mikroorganisme hidup atau stadium
istirahatnya (saputra & Hidayatullah, 2018).

Sterilisasi pada prinsipnya sebuah proses yang melibatkan suatu


pemanasan dengan tujuan membunuh dan membersihkan mikroorganisme hidup
yang menempel pada peralatan medis yang akan digunakan, mengenai sterilisasi
ini memiliki 2 jenis, yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Menurut
Bhojwani dan Dantu (2013), metode sterilisasi basah dilakukan menggunakan
autoklaf, metode ini digunakan terutama untuk sterilisasi media, cairan, dan
peralatan laboratorium. Peralatan yang dapat disterilisasi menggunakan metode
ini adalah peralatan yang terbuat dari plastik berkualitas baik dan peralatan yang
terbuat dari kaca seperti contoh botol kaca, gelas beaker, pipet dan yang lainnya.

Suhu dengan tekanan standar yang diperlukan dalam proses sterilisasi


menggunakan autoklaf dilakukan pada suhu tinggi, digunakan untuk waktu yang
singkat. Beberapa suhu atau tekanan yang digunakan adalah 115ͦ C/10 psi,
121ͦC/15 psi, dan 132ͦ C/27 psi. (psi = pon per inci persegi). Namun, pada
umumnya suhu dan tekanan yang digunakan oleh laboran biasanya 121ͦC/15 psi
(Gupta dan Shukshit, 2016). Pengaturan waktu biasanya digunakan dengan
metode sterilisasi basah ini adalah 10-15 menit. Kondisi tersebut sangat efektif
untuk membunuh dan membersihkan bakteri dan spora jamur (Ikengnyia, 2017).
Dalam hal ini yang menjadi perhatian dalam proses seterilisasi ini ialah saat
penghitungan waktu sterilisasi dihitung setelah autoklaf mencapai kondisi normal
(saat mengeluarkan suara yang bising) yaitu pada suhu 121ͦC/15 psi, bukan
dimulai pada saat menekan tombol on pada autoklaf (Gupta dan Shukshit, 2016).

Kemudian, metode sterilisasi kering (Dry Sterilization Method) oven


pengering laboratorium merupakan peralatan yang dipakai dalam sterilisasi
kering. Sterilisasi ini membutuhkan waktu pemaparan yang lebih lama dan suhu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses sterilisasi basah. Hal ini relatif
tidak efisien, namun akan sangat berguna saat digunakan untuk menghilangkan
air pada peralatan dan sterilisasi pada peralatan yang terbuat dari logam,
dikarenakan peralatan yang terbuat dari logam biasanya jika terkena sesuatu yang
membuat alat tersebut basah maka akan mudah berkarat dan menjadi tumpul.
Pada metode ini digunakan suhu yang sangat tinggi selama beberapa jam dengan
tujuan untuk membunuh atau membersihkan bakteri atau spora jamur. Oven
bekerja menggunakan proses konduksi panas dengan terlebih dahulu
memanaskan permukaan bagian luar peralatan, kemudian menyerap panas dan
memindahkannya ke bagian dalam alat tersebut (Alkhadim, 2018). Oven yang
digunakan harus memiliki kipas yang terpasang didalamnya dengan tujuan agar
sirkulasi udara panas dapat berjalan dengan baik. Peralatan yang akan disterilisasi
dianjurkan agar tidak terlalu banyak sehingga kinerja oven dapat maksimal
(Bhojwani dan Dantu ,2013).

Dalam metode sterilisasi kering biasanya digunakan pada peralatan


laboratorium yang tidak dapat basah dan peralatan yang tidak akan meleleh,
terbakar ataupun berubah bentuk jika terkena suhu tinggi. Peralatan yang dapat
disterilisasi menggunakan metode ini, yaitu : peralatan yang terbuat dari kaca
(Glassware) dan peralatan yang terbuat dari logam (Ikengnyia, 2017).

Langkah selanjutnya ialah penutupan peralatan yang memiliki mulut


dengan kapas berlemak. Peralatan yang mempunyai mulut tersebut, meliputi
tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer dan pipet ukur. Penutupan alat-alat tersebut
dengan kapas berlemak, dilakukan untuk tidak adanya air yang memasuki
peralatan tersebut, sehingga kandungan minyak dalam kapas dapat menahan air
supaya tidak bercampur dengan alat dan menjaga alat tetap steril. Di sisi lain,
adanya kandungan minyak pada kapas, air yang tertahan pada kapas tidak akan
menabsorbsi maupun bercampur, karena air dan minyak merupakan 2 fase cair
yang tidak bisa bercampur sehingga jika bertemu akan membentuk 2 fase yang
tidak larut. Disamping itu, jika dengan kapas pada umumnya (kapas kecantikan),
kapas tersebut akan lebih mudah menyerap air sehingga menyebabkan tidak
sterilnya peralatan yang akan diuji. Lalu, diperkuat dengan plastik warp sehingga
ruang udara tidak masuk kedalam mulut alat dan terakhir menggunakan
aluminium disamping memperkuat agar tidak masuk udara luar ke dalam tabung,
aluminium foil ini berfungsi untuk menjaga ketahanan alat sehingga tidak
terjadinya pecah.

Kemudian, alat dimasukan kedalam oven bagi alat yang tidak berpresisi
(memiliki ukuran) selama 1 jam pada suhu 170ͦ C, sedangkan alat yang berpresisi
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121ͦ C selama 15-20 menit
kemudian dimasukan kedalam oven dengan suhu 70ͦ C selama 30 menit berguna
untuk menghilangkan uap air yang masih tersisa (Ikengnyia, 2017). Terakhir,
setelah alat yang sudah disterilisasi disimpan untuk digunakan pada praktikum
selanjutnya dan jangan lupa untuk diberi etiket supaya tidak terukar.

Langkah berikutnya ialah pembuatan media, menggunakan media nutrien


agar, nutrien broth, serta Nacl. Kemudian, dilakukan nya pengembangbiakan dari
ketiga sampel media tersebut. Pada media nutrien agar dengan perlakuan media
ditimbang dan dilarutkan menggunakan aquadest lalu dipindahkan dalam
erlenmeyer, aduk hingga homogen. Dipanaskan diatas api bunsen hingga jernih
dan homogen. Tutup erlenmeyer menggunakan kapas berlemak dan aluminium
foil serta pengikat tali kasur. Kemudian, dimasukan kedalam autoklaf pada suhu
121ͦ C selama 15 menit. Setelah itu didiamkan dan dimasukan ke lemari
pendingin biar memadat (Yusriani, 2015). Didapatkan hasil, dari hari pertama
adalah Sediaan berbentuk padatan, berwarna kuning kecoklatan sedikit keruh.
Hari ke-2 adalah Sediaan berbentuk padatan, berwarna kuning kecoklatan. hingga
hari ke-3 adalah Sediaan berbentuk padatan, berwarna kuning kecoklatan, steril.
Dikatakan steril karena media tersebut tidak memberikan tanda-tanda bahwa
media tersebut terkontaminan, seperti adanya pertumbuhan jamur atau bakteri
dan dapat juga dari terlihat adanya perubahan warna atau tekstur media yang
tidak normal (Napitupulu dkk, 2019).

Kemudian pada media nutrien broth dengan perlakuan sampel media


ditimbang lalu dilarutkan menggunakan aquadest dan dipindahkan kedalam
erlenmeyer, aduk hingga larut. Setelah itu, ditutup dengan kapas dan aluminium
foil supaya tidak terkontaminasi. Disterilkan menggunakan autoclaf dengan suhu
121ͦ C selama 15 menit. Setelah steril, didinginkan dalam suhu ruang lalu
masukan kedalam lemari pendingin dan siap dipakai (Napitupulu dkk, 2019).
Didapatkan hasil, dari hari pertama adalah Sediaan bentuk cair berwarna kuning,
jernih. Hari ke-2 adalah Sediaan berbentuk cair, warna kuning jernih. Hingga hari
ke-3 adalah Sediaan berbentuk cair, warna kuning jernih, steril. Dikatakan steril
media tersebut karena tidak nampak adanya kekeruhan atau endapan yang tidak
normal pada media dan juga tidak terlihat adanya mikroorganisme pada media
tersebut (Napitupulu dkk, 2019).

Terakhir pada media Nacl dengan perlakuan diukur volume Nacl


kemudian dilarutkan dalam aquadest dan dipindahkan kedalam tabung reaksi.
Tutup dengan kapas berlemak serta aluminium foil agar tidak terkontaminasi.
Disterilisasi menggunakan autoclaf dengan suhu 121ͦ C selama 15 menit. Setelah
steril, didinginkan dalam suhu ruang lalu masukan kedalam lemari pendingin dan
siap dipakai (Napitupulu dkk, 2019). Didapatkan hasil, dari hari pertama adalah
Sediaan berbentuk cair, berwarna bening bersih. Hari ke-2 adalah Sediaan
berbentuk cair, berwarna bening bersih. Hingga hari ke-3 adalah Sediaan
berbentuk cair, berwarna bening bersih, steril. Dikatakan steril media tersebut
karena tidak menampakan adanya tanda-tanda kekeruhan dan juga tidak terlihat
adanya perubahan warna pada larutan tersebut (Sugiharti & Jubaedah, 2019)

Dapat disimpulkan, beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan


pembuatan media nutrien adalah komposisi nutrisi yang tepat, suhu inkubasi
yang sesuai, kelembaban yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen yang cukup,
dan sterilisasi yang tepat. Semua faktor tersebut harus diperhatikan dengan baik
untuk memastikan keberhasilan pembuatan media nutrien.

VII . Kesimpulan

8.1 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa sterilisasi alat dan bahan
bergantung dari berpresisi atau tidak dari alat tersebut, namun saat sterilisasi
diharuskan melakukan perlindungan terlebih dahulu terhadap alat untuk
mencegah terjadinya kerugian salah satunya alat tersebut pecah. Jika alat yang
memiliki ukuran (tidak berpresisi) maka sterilisasian pada alat ini menggunakan
oven dengan suhu 170ͦ C selama 1 jam. Sebaliknya, alat yang berpresisi
disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121ͦ C selama 15-20 menit lalu
dikeringkan guna menghilangkan uap air dengan oven pada suhu 70ͦ C selama 30
menit.
8.2 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa dalam pembuatan media
padat dan cair pada media yang diuji, yang dimaksud dari media padat ini adalah
media nutrien agar dimana nutrien agar dibuat sesuai perlakuannya sehingga
menjadi media padat yang dapat menjadikannya tempat untuk
pengembangbiakan mikroba, begitu pula media cair dan larutan seperti nutrien
broth dan larutan Nacl dibuat sesuai perlakuannya. Dalam pembuatan media ini
dilakukan mengikuti kerja aseptik dan konsep kerja sterilisasi sehingga media
dapat digunakan pada praktikum selanjutnya.

VIII Daftar Pustaka

Alkhadim, S, A, S. (2018). Hot Air Oven For Sterilization : Deinition And Working
Principle, SSRN Electrical Journal. 7(1), 1-7

Azizah, M., Lingga L, S., Rikmasari, Y. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi
Ekstrak Etanol Daun Seledri (Alium Graviolens) Dan Madu Hutan Terhadap
Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit. Jurnal Penelitian Sains, 37-44

Bhojwani, S, S., & Dantu, P, K. (2013). Plant Tissue Culture : And Introductory Text.
India : Springer.

Cahyani, V, R. (2014). Petunjuk mata kuliah Mikrobiologi Pertanian. Universitas


Sebelas Maret : Surakarta

Guleria S. (2015). Autoclave: A Literature Review. Journal of Pharmaceutical


Sciences and Research, 7(6), 410-414

Gupta, N, V. Shukshit, K, S. (2016). Qualification of Autoclave. Internasional


Journal of Pharmtech Research., 9(4): 220-226.

Ikenganyia, E, E., Anikwe, M, A, N., Omeje, T, E., & Adinde, J, O. (2017). Plant
Tissue Culture Regeneration And Aseptic Techniques, Asian Journal Of
Biotechnology And Bioresource Technology. 1(3), 1-6

Mubarok, M, T., Ozsahin, I., & Ozsahin, Di, U. (2019). Evalution Of Sterilization
Methods For Medical Devices, 2019. Advances Science And Engineering
Technology International Conferences, ASET 2019, 1-4

Napitupulu, H. G., Rumengan, I. F., Wullur, S., Ginting, E. L., Rimper, J. R. T. S. L.,
& Toloh, B. H. (2019). Bacillus sp. sebagai Agensia Pengurai dalam
Pemeliharaan Brachionus rotundiformis yang Menggunakan Ikan Mentah
sebagai Sumber Nutrisi. Jurnal Ilmiah Platax, 7(1), 161

Napitupulu, H. G., Rumengan, I. F., Wullur, S., Ginting, E. L., Rimper, J. R. T. S. L.,
& Toloh, B. H. (2019). Bacillus sp. sebagai Agensia Pengurai dalam
Pemeliharaan Brachionus rotundiformis yang Menggunakan Ikan Mentah
sebagai Sumber Nutrisi. Jurnal Ilmiah Platax, 7(1), 158-169.
Parahita, C, K. (2018). Pengaruh waktu pengadukan dan pengambilan sampel larutan
CaCO3 4% terhadap jumlah endapan pada alat filter press. Jurnal inovasi
proses, 3(1): 9

Ramdhani, F, Z., Riyanto, D., & Desriyanti, D. (2020). Sterilisasi Peralatan Makan
Secara Elektronik Menggukan Radiasi Sinar Ultraviolet. Journal of electrical
and electronic engineering-UMSIDA, 4(1), 70-71.

Raudah., Zubaidah., Tien., & Imam, S. (2017). Efektivitas Sterilisasi Metode Panas
Kering Pada Alat Medis Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit Dr. H.
Soemarno Sosroatmojo Kuala Kapuas. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 8(3):
118-120.

Saputera, N., & Hidayatullah. (2018) “Rancang bangun alat sterilisasi kesehatan,”
Politek Negeri Banjarmasin, 5662(11), 20-34.

Sugiharti, S., & Jubaedah. (2019). Analisis Kadar Natrium Dan Kalium Pada
Sediaan Infus Elektrolit Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA). Jurnal Iknofar, 1(2), 21-22

Yusriani. (2015). “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh


(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Dan
Propionibacterium Acnes” Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3),277
LAMPIRAN

Lampiran 1. Mulut Erlenmayer yang ditutupi kassa steril+ kapas berlemak.

Lampiran 2. Pengikatan tali kasur untuk penutup erlenmeyer

Lampiran 3. alat-alat sudah ditutup dengan alumunium foil


Lampiran 4. Proses sterilisasi autoklaf

Lampiran 5. Hasil media yang sudah disterilisasi

Anda mungkin juga menyukai