Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : TEKNIK – TEKNIK LABORATOTIUM

NAMA PRAKTIKAN : DEWI GITA ANGGRAINI


NIM/GRUP : 2031710013/III
TANGGAL PRAKTIKUM : 13 NOVEMBER 2019
ASISTEN : LATIF WAHYUDI

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium adalah sebuah ruanan khusus yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sehingga
dapat memenuhi syarat untuk dapat melakukan percobaan-percobaan yang menunjang mata kuliah
kimia dasar. Didalam laboratorium banyak alat-alat laboratorium yang akan digunakan untuk
sebuah praktikum atau percobaan. Sebelum memasuki laboratorium harus mengrnal teknik-teknik
laboratorium dan penggunaan alat laboratorium. Selainmengenal juga harus mengetahui fungsi
masing-masing dari alat tersebut. Agar tidak salah dalam menggunakan alat laboratorium.
Selain mengenal alat laboratorium, juga harus mengenal bahan-bahan yang digunakan pada
saat percobaan di dalam laboratorium. Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tahapan-
tahapan percobaan. Laboratorium merupakan tempat yang penuh bahaya. Oleh karena itu, sebelum
memasuki laboratorium harus mempelajari teknik-teknik laboratorium terlebih dahulu agar tidak
terjadi kecelakaan atau gagalnya percobaan di dalam laboratorium.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:

1. Bagaimana cara penggunaan alat-alat laboratorium?


2. Bagaimana cara mrnggunakan zat kimia dengan benar?
3. Bagaimana cara melakukan pengenceran pada larutan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Untuk mengenal alat-alat laboratorio


2. Untuk mengetahui cara mengenal zat kimia dengan benar
3. Untuk mengetahui cara melakukan pengenceran dengan benar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penangana Zat Kimia

2.1.1 Zat Padat


Zat padat memiliki partikel yang tersusun secara rapat dan teratur sehingga partikelna susah
untuk bergerak. Hal ini dikarenakan penentu sifat dari zat padat yang terbentuk dan bervolume
selalu tetap. Zat padat tidak dapat dimampatkan dengan mudah. Pada zat padat, partikel
individunya tidak bergerak dengan cepat untuk mengalahkan gaya tarik menarik diantara partikel.
Namun, partikel-partikel tersebut tetap bergetar hanya saja terikat dan rapat pada tempatnya. Daya
tarik antara partikel sangat kuat, dan jarak antar partikel sangat dekat (Mulyono, 2012).

2.1.2 Zat Cair

Zat cair memiliki partikel yang tersusun secara rapat, daya tarik menarik antar molekul
sangat lemah, gerak pertikelnya juga individu. Memiliki volumen yang berubah-ubah atau
volumen yang mengikuti tenpat atau ruang, atau juga tidak mengikuti. Daya tarik antar pertikel
yang lemah. Dan jarak antar partikel yang dekat (Mulyono, 2012).

2.1.3 Zat Gas

Zat gas memeliki partikel berbeda dengan zat padat dan zat cair. Merupakan suatu materi
atau zat yang memiliki volume serta bentuknya akan selalu berubah-ubah mengikuti bentuk wadah
yang ditempatinya. Partiklenya tersusun secara jauh, daya tarik menarik antar molekulnya sangat
lemah, gerak partikelnya individu, memiliki volume yang berubah-ubah (Mulyono, 2012).

2.2 Alat-Alat Laboratorium

Dalam suatu praktikum perlu adanya pemahaman tentang alat-alat laboratorium. Hal tersebut
dianjurkan agar mengetahui fungsi dan cara penanganan alatalat yang ada pada laboratorium.
Tabel 2.1 Alat-Alat Laboratorium

No Gambar Alat Nama Alat Keguanaan


1. Kaca arloji Sebagai tempat bahan kimia
padat

2. Tabung reaksi Untuk menampung bahan kimia


/ mereaksikan larutan dalam
jumlah sedikit

3. Pipet tetes Untuk mengambil suatu larutan


dalam ukuran tetes

4. Gelas ukur Untuk mengukur volume


larutan

5. Corong kaca Untuk memindahkan larutan


dan untuk proses penyaringan
setelah diberikan kertas saring
pada bagian atas

6. Corong pemisah Untuk memisahkan larutan dan


endapan berdasarkan berat jenis
7. Botol semprot aquades Untuk menyimpan dan
menuangkan aquades dengan
disemprotkan

8. Spatula Untuk mengambil bahan kimia


padat

9. Gelas beaker Menyimpan dan mencampur


bahan kimia

10. Neraca analitik Untuk mengukur maasa kecil


dalam rentang sub miligram

2.3 Penentuan Massa dan Berat

2.3.1 Massa dan Berat

2.3.1.1 Massa

Suatu ukuran yang menunjukkan kuantuitasmateri dalam suatu benda disebut dengan
massa. Massa benda menunjukkan jumlah materi yang menyusun benda. Massa dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg). Massa tidak tergantung dimana benda itu verada. Dimanapun benda itu
berada pasti akan sama massanya, dan massa dapat ditentukan dengan timbangan (Day, 1981).
2.3.1.2 Berat

Berat adalah gaya gravitasi yang mengenai atau diperoleh suatu benda atau materi. Berat
benda biasanya tergantung pada letaknya. Jika berat pada benda tidak ada gaya gravitasinya maka
berat benda sama dengan nol (Day, 1981).

2.3.1.3 Volume

Volume adalah panjang (m) pangkat tiga, sehingga satuan turunan si-nya adalah meter
kubik (M³). Adapun satuan volume bukan satuan SI yang umum yaitu liter (L) (Chang, 2004).

2.3.2 Neraca Tiga Tiang Platform

Pada neraca tiga tiang mempunyai skala 0 gram – 200 gram untuk tiang paling belakang
dengan skala terkecil 100 gram, tiang didepannya mempunyai skala 0 gram – 100 gram dengan
skala terkecil 10 gram dan tiang paling depan mempunya skala 0 gram – 1 gram dengan skala
terkecil 0,1 gram.

Benda yang diukur massanya diletakkan pada piringan. Untuk mngetahui massa benda, beban
pada ketiga tiang diatur sehingga neraca setimbang. Ketia setimbang, kedudukan ketiga beban
geser menunjukkan massa benda (Chang, 2004).

Gambar 3.1 Gambar Neraca Tiga Tiang Platform

2.3.3 Neraca Analitik

Fungsi neraca analitik adalah untuk mengetahui bobot (massa) suatu benda dalam takaran
kecil hinga miligram. Dengan kata lain, neraca untuk analitis ini berfungsi sebagai alat ukur
massa/berat yang lebih teliti (Chang, 2004).
2.3.4 Cara Menimbang

Sebelum menggunakan timbangan, pastikan timbangan dalam kondisi setimbang (leveled)


dan angka menunjukkan angka nol (zero). Kemudian menyalakan timbangan digital dengan
menutup semua penutup kaca dan menekan tombol ON dibagian depan timbangan. Setelah sekian
detik, timbangan akan menyala dan menunjukkan angka nol. Jumlah angka nol setelah koma
menunjukkan tingkat ketelitian timbangan tersebut. Dengan demikian timbangan analitik siap
digunakan untuk mengukur massa (Chang, 2004).

2.4 Pengukuran Volume

2.4.1 Gelas Ukur

Sebagai alat ukur volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, misalnya
pereaksi/reagen untuk analisis kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan standar sekunder pada
analisis titrimetric/volumetric. Gelas ukur merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
volume larutan yang bentuknya seperti corong atau gelas yang mempunyai volume milliliter yang
berfariasi (Day, 1981)

2.4.2 Pipet

Pipet merupakan suatu alat laboratorium yang umumnya digunakan untuk mengambil cairan
dalam skala tetesan kecil. Dengan alat ini, meskipun cairan yang diambil sangat sedikit, ukuran
yang didapatkan sangat akurat (Day, 1981).

2.4.3 Buret

Buret memiliki fungsi yaitu meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang
memerlukan presisi seperti pada percobaan titrasi. Pengukuran buret sangatlah akurat. Buret
memiliki akurasi sampai dengan p,05 cm³ lebih akurat debandingkan gelas ukur maupun pipet
tetes. Oleh karena itu ketelitian buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan buret
sangatlah penting untuk menghindari kesalahan sistematik Day, 1981).
2.4.4 Labu Ukur

Labu ukur biasanya digunakan untuk pengenceran larutan dan pembuatan larutan. Cara
menggunakan labu ukur agar berfungsi sesuai dengan kebutuhan sangat mudah yaitu dengan
memasukkan sampel yang akan diencerkan, kemudian menambahkan aquades kedalam labu ukur
tersebut hingga tanda batas, kemudian mengocok larutan hingga campuran merata (Day, 1981).

2.5 Pemanasan dan Pembakaran

2.5.1 Pemanasan Gas

Meningkatkan suhu menjadi lebih tinghi dari suhu awal. Pemanasan biasanya digunakan
untuk memanaskan suatu zat tertentu. Pemanasan hanya untuk menghangatkan tidak sampai
mengubah bentuk ataupun menghancurkan (Mulyono, 2006).

2.5.2 Pemanasan dan Penguapan Cairan

Penguapan adalah proses perubahan molekul dalam keadaan cair. Proses ini kebalikan dari
kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang
cukup untuk lepas dari cairan. Ketika molekul saling bertumbukan akan saling bertukar energi
dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana cara bertumbukannya (Mulyono, 2006).

2.5.3 Pembakaran dalam Cawan dan Pengendapan

Pembakaran merupakan reaksi antara suatu zat dengan oksigen yang disertai pelepasan kalor
atau radiasi cahaya yang berupa nyala. Pembakaran juga dapat dilakukan menggunakan nyala api.
Sedangkan pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak
larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun.
prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam
sampel/analit agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan,
biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan
konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada (Mulyono, 2006).
2.6 Pemisahan

2.6.1 Penyaringan

Filtrasi atau disebut juga dengan penyaringan adalah suatu teknik penyaringan yang dapat
dipakai untuk memisahkan campuran yang ukuran partikel zat-zat penyusunnya tidak sama

(Chang, 2005).

2.6.2 Penyaringan Vakum

Salah satu teknik filtrasi menggunakan vakum, yaitu suatu metode filtrasi yang
menggunakan pompa vakuum sebagai gaya pendorong agar proses filtrasi menjadi lebih cepat.
Pompa vakum sebagai pendamping proses tersebut, dimana merupakan alat untuk mengeluarkan
molekul-molekul gas dari dalam ruang tertutup untuk mencapai tekanan vakum. Adanya pompa
vakuum akan menarik cairan melewati suatu media filter (kertas saring) sehingga lebih cepat
dibanding tanpa bantuan pompa (Chang, 2005).

2.6.3 Penggunaan Sentrifuge

Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan organel berdasarkan massa
jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan prinsip rotasi atau
perputaran tabung yang berisi larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan
akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan pellet atau organel yang
mengendap (Keenan, 1984)

2.7 Penggunaan Kertas Lakmus

Kertas lakmus adalah indikator asam basa yang dapat mendeteksi sifat asam atau basa pada
suatu zat. Jika kertas lakmus berubah menjadi warna merah, maka itu menunjukkan bahwa zat
tersebut bersifat asam, dan apabila kertas lakmus berubah menjadi biru, maka itu menjukkan
bahwa zat tersebut bersifat basa (Keenan, 1984).

2.8 Pengenceran

pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut kedalam suatu larutan.
Sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut). Persamaan
rumusnya adalah :
M1.V1 = M2.V2 ………………………………………………………………(1) (Keenan, 1984).

2.9 Titrasi

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Titrasi
dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara. Titrasi ada beberapa macam tergantung pada jenis reaksinya seperti
titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi argentometri dan titrasi iodometri

(Keenan, 1984).

2.10 MSDS

2.10.1 Aquades

Aquades mempunyai nama asli air, rumus molekulnya H2O. massa molar 18,015 g/mol,
densitas 0,998 g/cm³, mempunyai titik beku 0ᴼC dan titik didih 100ᴼ C, mempunyai sifat tidak
berbahaya, tidak mudah korosif dan tidak beracun (Sciencelab, 2017).

2.10.2 HCL

HCL mempunyai nama asam klorida, massa molar 36,4609 g/mol, kelarutan dapat
dilarutkan dengan air, densitas 1,477 g/L, mempunyai sifat yang berbahaya dan beracun. Cara
pertolongannya dengan cara membasuh kulit dengan air mengalir, jika tertelan berikan segelas
susu atau air dan jika terkena mata cuci dengan air (Sciencelab, 2017).

2.10.3 H2SO4

H2O4 mempunyai nama asam sulfat, massa molar 98,08 g/mol, mempunyai kelarutan yang
dapat tercampur penuh dalam air, densitas 1,84 g/cm³ titik lebur 10ᴼC dan mempunyai titik didih
337 ᴼC, memiliki pH 2 dan mempunyai sifat korosif. Cara penolongannya jika terkena kulit basuh
dengan air 15 menit, jika terhirup bawa keruang terbuka, jika tertelan akan terjadi beberapa kali
muntah dan berikan segelar air (Sceincelab, 2017).
2/10.4 NaOH

NaOH mempunyai nama natrium Hidroksida, massa molar 39,9971 g/mol, densitas 2,1
g/cm³, kelarutan 110 g/100 ml, mempunyaititik lebur 318ᴼC dan titik didih 1390ᴼC, mempunyai
sifat higroskopis dan mudah iritasi. Cara penolongan jika tertiup bawa keudara terbuka, jika
tertelan jangan dimuntahkan tetapi beri banyak minum (Sciencelab, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1.1.1 Alat
Alat-alat yang akan digunakan untuk melaksanakan praktikum”Teknik-Teknik
Laboratorium” adalah sebagai berikut:
1 Pipet Volume 1 buah
2 Pipet Ukur 1 buah
3 Pipet Tetes 1 buah
4 Labu Ukur 1 buah
5 Tabung Reaksi 1 buah
6 Gelas Ukur 1 buah
7 Buret 1 buah
8 Kaca Arloji 1 buah
9 Corong Buchner 1 buah
10 Neraca Analitik 1 buah
11 Propipet 1 buah
12 Spatula 1 buah
13 Enlenmeyer 1 buah
14 Klem 1 buah
15 Statif 1 buah
16 Beaker glass 1 buah
17 Buret 1 buah

1.1.1 Bahan
Bahan - bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan praktikum”Teknik-Teknik
Laboratorium” adalah sebagai berikut:
1 NaOH 3 butir
2 Serbuk X 5 sendok
3 Larutan NH4Cl 5 ml
4 Larutan NaOH 0,2 M 5 ml
5 Kertas lakmus (merah dan biru) 2 buah
6 Larutan HCl 10 M 100 ml
7 Larutan H2SO4 5 M 50 ml
8 Larutan Pb(NO3)2 0,5 M 5 ml
9 Larutan H2SO4 10 ml
10 Larutan HCl 0,1 M 10 ml
11 Phenolphthalein 3 tetes
12 Larutan NaOH 20 ml
13 Aquades 100 ml
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Penimbangan
 Menimbang serbuk X
1. Memastikan neraca sudah dalam keadaan bersih
2. Menetralkan dengan menekan tombol tare / zero
3. Memasukkan kaca arloji
4. Mengamati dan mencatat hasil massa kaca arloji
5. Memasukkan 1 spatula serbuk X kedalam kaca arloji
6. Mengamati dan mencatat hasil massa kaca arloji + serbuk X
 Penimbangan padatan NaOH
1. Memastikan neraca sudah dalam keadaan bersih
2. Menetralkan dengan menekan tombol tare / zero
3. Memasukkan botol timbang
4. Mengamati dan mencatat hasil massa botol timbang
5. Memasukkan padatan NaOH ke dalam botol timbang
6. Mengamati dan mencatat hasil massa botol timbang + padatan NaOH
3.2.2 Pengukuran Volume
1. Mengambil 10 ml aquades
2. Memasukkan ke dalam beaker glass
3. Mengambil 5 ml aquades tersebut menggunakan pipet volume
4. Memfoto bukti bahwa aquades sudah tepat pada tanda batas pipet volume
5. Mengeluarkan aquades tersebut ke dalam gelas ukur
6. Memfoto bukti hasil pengukuran dengan gelas ukur
7. Mengambil aquades tersebut menggunakan pipet ukur
8. Memfoto bukti hasil pengukuran dengan gelas ukur
9. Membandingkan pengukuran menggunakan ketiga alat ukur tersebut
3.2.3 Penggunaan kertas lakmus
1. Mengambil 5 mL larutan NH4Cl
2. Memasukkan kedalam tabung reaksi
3. Menambahkan 5 mL larutan NaOH 2 M
4. Menggoyang-goyangkan tabung reaksi dan mengatur agar tidak sampai bumping
5. Mencelupkan kertas lakmus ke dalam larutan
6. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi
3.2.4 Pengenceran HCl
V1.M1=V2.M2
100mL.0,1N=V2.10N
1mL=V2
1 Mengambil 1 mL larutan HCl 10 N dengan menggunakan pipet ukur
2 Memasukkan kedalam labu ukur 100 mL
3 Mengencerkan dengan menambahkan aquades hingga mendekati tanda
batas sambil menggoyang-goyangkan
4 Menambahkan aquades dengan pipet tetes hingga tanda batas
5 Menutup labu ukur dan menggoyang-goyangkan agar homogen
3.2.5 Pengenceran H2SO4
V1.M1 = V2.M2
50.0,5 = V2.5
25 = V2.5
5mL = V2
1 Mengisi labu ukur 50 mL dengan sedikit aquades
2 Mengambil 5 mL larutan H2SO4 0,5N dengan menggunakan pipet ukur
3 Memasukkan H2SO4 tersebut ke dalam labu ukur yang ebrisi sedikit
aquades
4 Mengencerkan dengan menambahkan aquades hingga mendekati tanda
batas
5 Menambahkan aquades dengan pipet tetes hingga tanda batas
6 Menutup labu ukur dan menggoyang-goyangkan agar homogen
3.2.6 Penyaringan
1 Mengambil 5 mL larutan Pb(NO3)2 menggunakan gelas ukur dan
memasukkan ke dalam tabung reaksi
2 Mencuci gelas ukur yang telah digunakan mengambil Pb(NO3)2 untuk
digunakan mengambil H2SO4
3 Menambahkan 10mL H2SO4 hasil pada percobaan pengenceran
dengan gelas ukur yang telah di cuci
4 Mengamati endapan yang terbentuk dan mencatat warna endapan
5 Mengambil kertas saring kemudian melipat 2-3 kali lipatan
6 Menempatkan kertas saring tersebut pada corong dan membasahinya sedikit
dengan aquades hingga melekat pada dinding gelas corong
7 Memasang corong yang berkertas saring tersebut diatas Erlenmeyer sebagai
penampung filtrate dan air cucian
8 Memasang pompa vakum
9 Menuangkan larutan yang akan disaring kedalam corong

3.2.7 Titrasi
1. Mencuci buret dengan larutan kalium dikromat 0,1 N
2. Membilas buret dengan larutan standar yang akan ditentukan konsentrasinya
(NaOH 2 N)
3. Mengisi buret dengan larutan standar tersebut hingga skala 20 mL
4. Memipet dengan pipet volume HCl sebanyak 10 mL dan menempatkan kedalam
erlenmeyer
5. Menambahkan 2-3 tetes indicator PP
6. Menitrasi pelan-pelan dengan menggoyang-goyang Erlenmeyer
7. Menghentikan titrasi jika penambahan setetes NaOH memberikan warna merah
muda yang tidak hilang setelah penggoyangan dilakukan pertanda titik ekivalen
sudar tercapai
8. Mengulangi percobaan ini sebanyak 2 kali
9. Menghitung normalitas sesungguhnya larutan dengan rumus V1.N1=V2.N2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Penimbangan NaOH
Tabel 4.1.1 Analisa Data Penimbangan NaOH
Perlakuan Pengamatan
3 butir NaOH ditimbang Massa botol timbang = 35,8103 gram
menggunakan botol timbang di Massa botol timbang + 3 butir NaOH =
neraca analitik 36,3864 gram
Massa 3 butir NaOH = 0,5761 gram

4.1.2 Penimbangan Serbuk X


Tabel 4.1.2 Analisa Data Penimbangan Serbuk X
Perlakuan Pengamatan
5 spatula serbuk X ditimbang Massa kaca arloji = 35,9914 gram
menggunakan kaca arloji di Massa kaca arloji + 5 spatula serbuk X =
neraca analitik 38,9689 gram
Massa 5 spatula serbuk X = 2,9775 gram

4.1.3 Pengukuran Volume


Tabel 4.1.3 Analisa data pengukuran volume
Perlakuan Pengamatan
5 ml aquades dimasukkan ke Pipet volume = 5 ml
dalam pipet volume, pipet ukur Gelas ukur = 5,3 ml
kemudian gelas ukur Pipet ukur = 4,7 ml
4.1.4 Penggunaan Kertas Lakmus
Tabel 4.1.4 Analisa data penggunaan kertas lakmus
Perlakuan Pengamatan
5 ml larutan NH4Cl 5M dan 5 ml 5 ml larutan NH4Cl 5M dan 5 ml larutan
larutan NaOH 2M di ambil NaOH 2M tercampur rata
menggunakan pipet volume
kemudian di masukan kedalam
tabung reaksi

Kertas lakmus merah dan biru Kertas lakmus merah berubah warna menjadi
dicelupkan satu persatu kedalam warna biru
larutan yang ada di tabung reaksi Kertas lakmus berwarna biru tidak
mengalami perubahan warna.

4.1.5 Pengenceran HCl


Tabel 4.1.4 Analisa data pengenceran HCL
Perlakuan Pengamatan
1 ml larutan HCl dengan Labu ukur 100 ml berisi 1 ml larutan HCl
konsentrasi 10N dimasukan ke
dalam labu ukur 100 ml
Menambahkan aquades ke dalam Aquades dan larutan HCl tercampur
labu ukur hingga batas yang
ditentukan

4.1.6 Pengenceran H2SO4


Tabel 4.1.6 Analisa data pengenceran H2SO4
Perlakuan Pengamatan
Memasukkan aquades ke dalam Labu ukur 50 ml berisi aquades
labu ukur secukupnya

5 ml larutan H2SO4 dimasukan ke Aquades dan larutan H2SO4 tercampur


dalam labu ukur 50 ml

4.1.7 Penyaringan
Tabel 4.1.7 Analisa data penyaringan
Perlakuan Pengamatan
5 ml larutan Pb(NO3)2 dan 10 ml Larutan Pb(NO3)2 dan larutan H2SO4
H2SO4 dicampurkan ke dalam bercampur terjadi perubahan warna dan
tabung reaksi terdapat endapan
Laruan yang sudah tercampur Endapan larutan terpisah dengan pelarutnya
dituangkan kedalam corong
buchner yang sudah terpasang
pada pompa vakum

4.1.8 Titrasi
Tabel 4.1.8 Analisa data titrasi
Perlakuan Pengamatan
Buret dicuci dengan K2Cr2O7 Buret tampak bersih dan siap untuk
sebanyak 3 ml kemudian dibilas melakukan titrasi
dengan aquades sebanyak 2 kali
dan terakhir dibilas dengan
larutan NaOH

Ke dalam Erlenmeyer dimasukan Larutan pp bercampur dengan larutan HCl


10 ml larutan HCl yang sudah
mengalami pengenceran dan
kemudia ditambahkan 3 tetes
larutan pp

Larutan yang ada dalam Terjadi perubahan warna dari putih bening
erlenmeyer dititrasi dengan menjadi merah muda didalam erlenmeyer
larutan yang ada didalam buret,
penitrasian dihentikan jika
penambahan setetes NaOH tidak
lagi memberikan perubahan
warna
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penimbangan
Diket : Massa botol timbang = 35,8103 gram
Massa botol timbang dan 3 butir NaOH = 36,3864 gram
Ditanya : Berapa massa 3 butir NaOH ?

Dijawab : (massa botol timbang + 3 butir NaOH) – (massa botol timbang)


= 35,8103 – 36,3864
= 0,5761 gram
Diket : Massa kaca arloji = 35,9914 gram
Massa kaca arloji dan 5 spatula serbuk X = 38,9689 gram
Ditanya : Berapa massa 5 spatula serbuk X ?

Dijawab : (massa kaca arloji + 5 spatula serbuk X) – (massa kaca arloji)


= 35,9914 - 38,9689
= 2,9775 gram
4.2.2 Perhitungan pengenceran
Diket : M1 HCl = 10 N V2 HCl = 100ml

M2 HCl = 0,1 N

Ditanya : V1 HCl?

Dijawab : V1M1 = V2M2 = V1 . 10 = 100 . 0,1


V1 = 10/10
V1 = 1 ml

Diket : M1 H2SO4 = 5 N V2 H2SO4 = 50ml

M2 H2SO4 = 0,5 N

Ditanya : V1 H2SO4 ?

Dijawab : V1M1 = V2M2 = V1 . 5 = 50 . 0,5


V1 = 25/5
V1 = 5 ml
4.2.3 Perhitungan Titrasi
Diket : Volume awal NaOH = 5,5 ml
Volume akhir NaOH = 0,5 ml
Jadi titrasi asam basa NaOH dan HCl membutuhkan 5 ml
V1 NaOH = 5 ml
V2 HCl = 10 ml
N2 HCl = 0,1 m

Ditanya : N2 NaOH ?

V1 N1 = V2 N2 = 5 N1 = 10 . 0,1
N1 = 1/5
N1 = 0,2 N

4.3 Pembahasan

4.3.1 Penimbangan NaOH dan Serbuk X

Percobaan pertama adalah penentuan massa serbuk X dan massa padatan NaOH. Serbuk X
ditimbang dengan kaca arloji karena jika ditimbang secara langsung maka dapat mengotori neraca
analitik. Serbuk X digunakan karena serbuk X mudah didapatkan dan tidak mudah menguap
diudara sehingga cara menentukan massanya dengan cara menimbang menggunakan kaca arloji
kosong terlebih dahulu lalu menambahkan serbuk X. Dari penimbangan yang telah dilakukan
didapatkan massa sebesar 38,9689 gram. Selanjutnya adalah menimbang padatan NaOH dengan
menggunakan botol timbang dan menggunakan neraca analitik. Padatan NaOH di udara bebas
sangatlah cepat untuk menguap, maka darii tu penggunaan botol timbang ini untuk mengurangi
padatan NaOH menguap. Penggunaan padatan NaOH sendiri dikarenakan padatan NaOH tidak
beresiko besar (Sciencelab, 2017). Didapatkan massa botol timbang sebesar 35,8103 gram. Setelah
padatan NaOH dimasukkan kedalam botol timbang lalu ditimbang dan didapatkan massa sebesar
36,3864 gram.
4.3.2 Pengenceran HCl

Pada pengenceran HCl langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil larutan
HCl sebanyak 1 ml 10N menggunakan pipet ukur dengan bantusn propipet. Pada pengambilan
HCl harus mengunakan masker dan sarung tangan, dikarenan HCl memiliki sifat korosif terhadap
kulit (Sciencelab, 2017). Setelah HCl diambil lalu dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml.
Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas. Kemudian menggoyang – goyangkan agar
HCl dan aquadest tercampur.

4.3.3 Pengenceran H2SO4

Percobaan selanjutnya yaitu pengenceran H2SO4. Perlakuan pengenceran H2SO4 dan HCl
tidaklah sama. Mulai dari titik kelarutan yang berbeda dan volumen yang akan diencerkan agar
mendapatkan konsentrasi yang lebih rendah. Apabila kedua zat ini diencerkan atau mengalami
pengenceran maka PHnya akan berubah menjadi semakin tinggi dan sifat keasamannya semakin
berkurang. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil H2SO4 sebanyak 5 ml
menggunakan pipet volume dengan bantuan propipet. Sebelum dimasukkan ke dalam labu ukur,
labu ukur harus diisi dengan aquades terlebih dahulu sebanyak sepertiga bagian dari labu ukur
tersebut. Hal ini dikarenakan jika H2SO4 terlebih dahulu yang dimasukkan akan memercik
(Sciencelab, 2017). Setelah labu ukur diisi dengan aquades kemudian ditambahkan H2SO4 sedikit
demi sedikit. Kemedian digoyang – goyangkan labu ukur tersebut agar larutan tercampur rata.
Sehingga akan didapatkan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,5 N.

4.3.4 Penyaringan Pb(NO3)2

Percobaan selanjutnya adalah penyarinagn Pb(NO3)2 yang ditambahkan dengan H2SO4


hasil pengenceran 10 ml. Setelah dicampurkan yang terlihat kasat maa adalah larutan berubah
warna menjadi pekat dan setelah didiamkan membentuk dua lapisan – lapisan bawah berupa
endapan putih seperti kapur dan lapisan atas cairan bening. Kemudian larutan diaduk agar larutan
tercampur kembali. Setelah larutan tercampur kembali, kemudian menyaring larutan
menggunakan pompa vakum. Sebelum melakukan penyaringa, corong buchner dipasang dengan
kertas saring dan dibasahi dengan aquades terlebih dahulu. Tujuan kertas saring dibasahi dengan
aquades agar tidak ada celah udah diantara kertas saring dan dinding buchner. Setelah penyaringan
dilakukan, hasil endapan dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Keuntungan menggunakan
pompa vakum yaitu mudah dan celah – celah tertutup dengan baik dan pompa vakum merupaan
alat yang dapat mempermudah pekerjaan. Dari percobaan ini terjadi reaksi antara laun :

Pb(NO3)2+H2SO4 PbSO4+2HNO3
4.3.5 Pengujian Kertas Lakmus

Pada pengujain asam basa yaitu menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus digunakan
karena kertas lakmus sudah tidak awam lagi dan sangat mudah untuk dibuat percobaan atau
pengamatan. Pengujian asam dan basa suatu larutan menggunakan larutan NH4Cl sebanyak 5 ml
yang diraksikan dengan NaOh sebanyak 5 ml.karena volume keduanya ini disamakan agar reaksi
tercampur rata. Kemudian larutan tersebut digoyang – goyangkan agar larutan tersebut tercampur.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan kertas lakmus kedalam mulut tabung reaksi. Dari hasil
tersebut, kertas lamus merah yang dimasukkan kedalam tabung reaksi berubah warna menjadi
warna biru. Sedangkan kertas lakmus biru tidak berubah warna atau tetap berwarna biru. Dari uji
kertas lakmus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
Karena kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru, dan kertas lakmus biru tidak mengalami
perubahan warna. Dari percobaan ini terjadi reaksi antara lain :

NH4Cl+NaOH H2O+NH3+NaCl

4.3.6 Titrasi

Percobaan terakhir yaitu titrasi. Titrasi dilakukan menggunakan buret yang dicuci dengan
larutan kalium dikromat. Setelah dicuci kemudian dibilas dengan mengunakan aquades sampai
bersih dan dimasukkan larutan penetrasi untuk menetralkan buret. Larutan penetrasi ini
menggunakan NaOH karena yang akan dititrasikan adalah NaOH. Kemudian NaOH dititrasikan
tunggu titik ekuivalen. Titrasi diteteskan di Erlenmeyer yang diisi HCl 10 ml hasil pengenceran
dan diberi tetesan indikator phenolphthalien sebanyak 3 tetes. Digunakan indikator PP karena
sifatnya yang basa dan sering digunakan sebagai larutan standarnya dan asam adalah larutan yang
dititrasi. NaOH yang diteteskan pada Erlenmeyer membuat larutan berubah menjadi warna merah
muda yang awalnya putih bening. Titrasi diberhentikan apabila sudha mencapai titik ekuivalen
dan menghentikan apabila cairan dirasa cukup tidak terlalu pekat. Dari percobaan ini terjadi reaksi
yaitu :
NaOH+HCl H2O+NaCl
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari percobaan teknik – teknik laboratorium
adalah sebagai berikut :

1. Massa padatan NaOH dan botol timbang sebesar 36,3864 gram, sedangkan massa kaca arloji
dan serbuk X sebesar 38,9689 gram
2. Hasil pengenceran HCl sebesar 1ml dan hasil pengenceran H2SO4 sebesar 5 ml
3. Normalitas titrasi sebesar 0,2 m
4. Pada penyaringan larutan Pb(NO3)2 didapatkan endapan berwarna putih
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, 2012. Kamus Kimia, Edisi Kelima 224, Jakarta : Bumi Aksara.

Day, 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, Edisi keenam.

Chang, 2004. Kimia Dasar. Konsep-konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Keenan, 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

WWW. Sciencelab.com, 2017.


SKEMA KERJA
1. Cara Menimbang

Serbuk X dan 3 butir NaOh

Ambil 3 butir NaOH

Masukan pada botol timbang

Timbang di neraca analitik

Ambil serbuk X

Taruh pada kaca arloji

Timbang pada neraca


Hasil

2. Cara Mengukur Volume

Aquades

Ambil 5 ml Aquades dengan pipet volume

Masukan pada gelas ukur serta amati

Ambil kemabli aquades dari gelas ukur dengan menggunakan pipet


ukur 1 ml dan amatilah

Hasil
3. Penggunaan Kertas Lakmus
Amonium klorida

Ambil ammonium klorida sebanyak 5 ml dengan pipet volume

Masukan pada tabung reaksi

Tambahkan NaOh sebanyak 5 ml

Goyangkan beaker

Taruh kertas lakmus pada mulut tabung

Hasil

4. Pengenceran

HCl

Ambil HCl dengan pipet volume dan bantuan propipet

Masukan 100 ml HCl ke dalam labu ukur

Tambahkan aquades dan goyangkan

Tambah kembali aquades dengan pipet tetes

Goyangkan kabu ukur


Hasil

H2SO4

Ambil aquades

Tambahkan H2SO4 secara pelan dan sedikit demi sedikit

Tambahkan kembali aquades

Hasil
5. Titrasi
Titrasi

Ambil buret lalu cuci dengan K2Cr2 0,1 M

Dibilas dengan aquades sampai bersih

Diisi NaOH

Dimasukan HCl di gelas elenmeyer

Ditetesi 3 tetes indicator PP

Taruh buret ke statif

Titrasi dengan pelan dan digoyangkan serta amati hingga berubah warna

Hasil
6. Penyaringan
Pb(NO3)2

Diambil 5 ml Pb(NO3)2

Dimasukan dalam gelas beaker

Ditambahkan H2SO4 sebanyak 10 ml pada percobaan pengenceran

Diamati endapan yang terbentuk

Lipat 2-3 kali kertas saring hingga berbetuk kerucut

Ditaruh kertas lipat pada corong

Basahi corong dengan aquades

Pasang kertas pada corong dan letakan di atas Erlenmeyer

Dituangkan larutan untuk disaring dan amati yang tersaring

Pb(NO3)2
TIME SCHEDULE
No. Kegiatan Estimasi Waktu Real Time Penanggung Jawab
1. Breafing 13:00-13:15 13:00-13:10 Aslab
sebelum
praktikum
2. Pengambilan 13:15-13:35 13:10-13:15 Dian
alat dan
bahan
3. Praktikum 13:35-13:50 13:15-13:25 Ayu Nindia
penimbangan
serbuk X
4. Praktikum 13:50-14:05 13:25-13:35 Gita
penimbangan
NaOH
5. Praktikum 14:05-14:20 13:35-13-45 Irfan
pengukuran
volume
6. Praktikum 14:20-14:40 13:45-13:55 Adam
penggunaan
kertas lakmus
7. Praktikum 14:40-15:00 13:55-14:20 Okta
pengenceran
HCl
8. Praktikum 15:00-15:20 14:20-15:00 Adam dan Gita
pengenceran
H2SO4
9. Praktikum 15:20-15:35 15:00-15:20 Okta dan Ayu
penyaringan Nindia
10. Praktikum 15:35-15:50 15:20-15:40 Irfan dan Dian
titrasi
11. Pencucian 15:50-16:00 15:40-16:00 Ayu Nindia dan
dan Gita
pengembalian
alat

Anda mungkin juga menyukai