KIMIA DASAR
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Zat cair memiliki partikel yang tersusun secara rapat, daya tarik menarik antar molekul
sangat lemah, gerak pertikelnya juga individu. Memiliki volumen yang berubah-ubah atau
volumen yang mengikuti tenpat atau ruang, atau juga tidak mengikuti. Daya tarik antar pertikel
yang lemah. Dan jarak antar partikel yang dekat (Mulyono, 2012).
Zat gas memeliki partikel berbeda dengan zat padat dan zat cair. Merupakan suatu materi
atau zat yang memiliki volume serta bentuknya akan selalu berubah-ubah mengikuti bentuk wadah
yang ditempatinya. Partiklenya tersusun secara jauh, daya tarik menarik antar molekulnya sangat
lemah, gerak partikelnya individu, memiliki volume yang berubah-ubah (Mulyono, 2012).
Dalam suatu praktikum perlu adanya pemahaman tentang alat-alat laboratorium. Hal tersebut
dianjurkan agar mengetahui fungsi dan cara penanganan alatalat yang ada pada laboratorium.
Tabel 2.1 Alat-Alat Laboratorium
2.3.1.1 Massa
Suatu ukuran yang menunjukkan kuantuitasmateri dalam suatu benda disebut dengan
massa. Massa benda menunjukkan jumlah materi yang menyusun benda. Massa dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg). Massa tidak tergantung dimana benda itu verada. Dimanapun benda itu
berada pasti akan sama massanya, dan massa dapat ditentukan dengan timbangan (Day, 1981).
2.3.1.2 Berat
Berat adalah gaya gravitasi yang mengenai atau diperoleh suatu benda atau materi. Berat
benda biasanya tergantung pada letaknya. Jika berat pada benda tidak ada gaya gravitasinya maka
berat benda sama dengan nol (Day, 1981).
2.3.1.3 Volume
Volume adalah panjang (m) pangkat tiga, sehingga satuan turunan si-nya adalah meter
kubik (M³). Adapun satuan volume bukan satuan SI yang umum yaitu liter (L) (Chang, 2004).
Pada neraca tiga tiang mempunyai skala 0 gram – 200 gram untuk tiang paling belakang
dengan skala terkecil 100 gram, tiang didepannya mempunyai skala 0 gram – 100 gram dengan
skala terkecil 10 gram dan tiang paling depan mempunya skala 0 gram – 1 gram dengan skala
terkecil 0,1 gram.
Benda yang diukur massanya diletakkan pada piringan. Untuk mngetahui massa benda, beban
pada ketiga tiang diatur sehingga neraca setimbang. Ketia setimbang, kedudukan ketiga beban
geser menunjukkan massa benda (Chang, 2004).
Fungsi neraca analitik adalah untuk mengetahui bobot (massa) suatu benda dalam takaran
kecil hinga miligram. Dengan kata lain, neraca untuk analitis ini berfungsi sebagai alat ukur
massa/berat yang lebih teliti (Chang, 2004).
2.3.4 Cara Menimbang
Sebagai alat ukur volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, misalnya
pereaksi/reagen untuk analisis kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan standar sekunder pada
analisis titrimetric/volumetric. Gelas ukur merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
volume larutan yang bentuknya seperti corong atau gelas yang mempunyai volume milliliter yang
berfariasi (Day, 1981)
2.4.2 Pipet
Pipet merupakan suatu alat laboratorium yang umumnya digunakan untuk mengambil cairan
dalam skala tetesan kecil. Dengan alat ini, meskipun cairan yang diambil sangat sedikit, ukuran
yang didapatkan sangat akurat (Day, 1981).
2.4.3 Buret
Buret memiliki fungsi yaitu meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang
memerlukan presisi seperti pada percobaan titrasi. Pengukuran buret sangatlah akurat. Buret
memiliki akurasi sampai dengan p,05 cm³ lebih akurat debandingkan gelas ukur maupun pipet
tetes. Oleh karena itu ketelitian buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan buret
sangatlah penting untuk menghindari kesalahan sistematik Day, 1981).
2.4.4 Labu Ukur
Labu ukur biasanya digunakan untuk pengenceran larutan dan pembuatan larutan. Cara
menggunakan labu ukur agar berfungsi sesuai dengan kebutuhan sangat mudah yaitu dengan
memasukkan sampel yang akan diencerkan, kemudian menambahkan aquades kedalam labu ukur
tersebut hingga tanda batas, kemudian mengocok larutan hingga campuran merata (Day, 1981).
Meningkatkan suhu menjadi lebih tinghi dari suhu awal. Pemanasan biasanya digunakan
untuk memanaskan suatu zat tertentu. Pemanasan hanya untuk menghangatkan tidak sampai
mengubah bentuk ataupun menghancurkan (Mulyono, 2006).
Penguapan adalah proses perubahan molekul dalam keadaan cair. Proses ini kebalikan dari
kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang
cukup untuk lepas dari cairan. Ketika molekul saling bertumbukan akan saling bertukar energi
dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana cara bertumbukannya (Mulyono, 2006).
Pembakaran merupakan reaksi antara suatu zat dengan oksigen yang disertai pelepasan kalor
atau radiasi cahaya yang berupa nyala. Pembakaran juga dapat dilakukan menggunakan nyala api.
Sedangkan pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak
larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun.
prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam
sampel/analit agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan,
biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan
konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada (Mulyono, 2006).
2.6 Pemisahan
2.6.1 Penyaringan
Filtrasi atau disebut juga dengan penyaringan adalah suatu teknik penyaringan yang dapat
dipakai untuk memisahkan campuran yang ukuran partikel zat-zat penyusunnya tidak sama
(Chang, 2005).
Salah satu teknik filtrasi menggunakan vakum, yaitu suatu metode filtrasi yang
menggunakan pompa vakuum sebagai gaya pendorong agar proses filtrasi menjadi lebih cepat.
Pompa vakum sebagai pendamping proses tersebut, dimana merupakan alat untuk mengeluarkan
molekul-molekul gas dari dalam ruang tertutup untuk mencapai tekanan vakum. Adanya pompa
vakuum akan menarik cairan melewati suatu media filter (kertas saring) sehingga lebih cepat
dibanding tanpa bantuan pompa (Chang, 2005).
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan organel berdasarkan massa
jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan prinsip rotasi atau
perputaran tabung yang berisi larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan
akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan pellet atau organel yang
mengendap (Keenan, 1984)
Kertas lakmus adalah indikator asam basa yang dapat mendeteksi sifat asam atau basa pada
suatu zat. Jika kertas lakmus berubah menjadi warna merah, maka itu menunjukkan bahwa zat
tersebut bersifat asam, dan apabila kertas lakmus berubah menjadi biru, maka itu menjukkan
bahwa zat tersebut bersifat basa (Keenan, 1984).
2.8 Pengenceran
pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut kedalam suatu larutan.
Sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut). Persamaan
rumusnya adalah :
M1.V1 = M2.V2 ………………………………………………………………(1) (Keenan, 1984).
2.9 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Titrasi
dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara. Titrasi ada beberapa macam tergantung pada jenis reaksinya seperti
titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi argentometri dan titrasi iodometri
(Keenan, 1984).
2.10 MSDS
2.10.1 Aquades
Aquades mempunyai nama asli air, rumus molekulnya H2O. massa molar 18,015 g/mol,
densitas 0,998 g/cm³, mempunyai titik beku 0ᴼC dan titik didih 100ᴼ C, mempunyai sifat tidak
berbahaya, tidak mudah korosif dan tidak beracun (Sciencelab, 2017).
2.10.2 HCL
HCL mempunyai nama asam klorida, massa molar 36,4609 g/mol, kelarutan dapat
dilarutkan dengan air, densitas 1,477 g/L, mempunyai sifat yang berbahaya dan beracun. Cara
pertolongannya dengan cara membasuh kulit dengan air mengalir, jika tertelan berikan segelas
susu atau air dan jika terkena mata cuci dengan air (Sciencelab, 2017).
2.10.3 H2SO4
H2O4 mempunyai nama asam sulfat, massa molar 98,08 g/mol, mempunyai kelarutan yang
dapat tercampur penuh dalam air, densitas 1,84 g/cm³ titik lebur 10ᴼC dan mempunyai titik didih
337 ᴼC, memiliki pH 2 dan mempunyai sifat korosif. Cara penolongannya jika terkena kulit basuh
dengan air 15 menit, jika terhirup bawa keruang terbuka, jika tertelan akan terjadi beberapa kali
muntah dan berikan segelar air (Sceincelab, 2017).
2/10.4 NaOH
NaOH mempunyai nama natrium Hidroksida, massa molar 39,9971 g/mol, densitas 2,1
g/cm³, kelarutan 110 g/100 ml, mempunyaititik lebur 318ᴼC dan titik didih 1390ᴼC, mempunyai
sifat higroskopis dan mudah iritasi. Cara penolongan jika tertiup bawa keudara terbuka, jika
tertelan jangan dimuntahkan tetapi beri banyak minum (Sciencelab, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1.1.1 Bahan
Bahan - bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan praktikum”Teknik-Teknik
Laboratorium” adalah sebagai berikut:
1 NaOH 3 butir
2 Serbuk X 5 sendok
3 Larutan NH4Cl 5 ml
4 Larutan NaOH 0,2 M 5 ml
5 Kertas lakmus (merah dan biru) 2 buah
6 Larutan HCl 10 M 100 ml
7 Larutan H2SO4 5 M 50 ml
8 Larutan Pb(NO3)2 0,5 M 5 ml
9 Larutan H2SO4 10 ml
10 Larutan HCl 0,1 M 10 ml
11 Phenolphthalein 3 tetes
12 Larutan NaOH 20 ml
13 Aquades 100 ml
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Penimbangan
Menimbang serbuk X
1. Memastikan neraca sudah dalam keadaan bersih
2. Menetralkan dengan menekan tombol tare / zero
3. Memasukkan kaca arloji
4. Mengamati dan mencatat hasil massa kaca arloji
5. Memasukkan 1 spatula serbuk X kedalam kaca arloji
6. Mengamati dan mencatat hasil massa kaca arloji + serbuk X
Penimbangan padatan NaOH
1. Memastikan neraca sudah dalam keadaan bersih
2. Menetralkan dengan menekan tombol tare / zero
3. Memasukkan botol timbang
4. Mengamati dan mencatat hasil massa botol timbang
5. Memasukkan padatan NaOH ke dalam botol timbang
6. Mengamati dan mencatat hasil massa botol timbang + padatan NaOH
3.2.2 Pengukuran Volume
1. Mengambil 10 ml aquades
2. Memasukkan ke dalam beaker glass
3. Mengambil 5 ml aquades tersebut menggunakan pipet volume
4. Memfoto bukti bahwa aquades sudah tepat pada tanda batas pipet volume
5. Mengeluarkan aquades tersebut ke dalam gelas ukur
6. Memfoto bukti hasil pengukuran dengan gelas ukur
7. Mengambil aquades tersebut menggunakan pipet ukur
8. Memfoto bukti hasil pengukuran dengan gelas ukur
9. Membandingkan pengukuran menggunakan ketiga alat ukur tersebut
3.2.3 Penggunaan kertas lakmus
1. Mengambil 5 mL larutan NH4Cl
2. Memasukkan kedalam tabung reaksi
3. Menambahkan 5 mL larutan NaOH 2 M
4. Menggoyang-goyangkan tabung reaksi dan mengatur agar tidak sampai bumping
5. Mencelupkan kertas lakmus ke dalam larutan
6. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi
3.2.4 Pengenceran HCl
V1.M1=V2.M2
100mL.0,1N=V2.10N
1mL=V2
1 Mengambil 1 mL larutan HCl 10 N dengan menggunakan pipet ukur
2 Memasukkan kedalam labu ukur 100 mL
3 Mengencerkan dengan menambahkan aquades hingga mendekati tanda
batas sambil menggoyang-goyangkan
4 Menambahkan aquades dengan pipet tetes hingga tanda batas
5 Menutup labu ukur dan menggoyang-goyangkan agar homogen
3.2.5 Pengenceran H2SO4
V1.M1 = V2.M2
50.0,5 = V2.5
25 = V2.5
5mL = V2
1 Mengisi labu ukur 50 mL dengan sedikit aquades
2 Mengambil 5 mL larutan H2SO4 0,5N dengan menggunakan pipet ukur
3 Memasukkan H2SO4 tersebut ke dalam labu ukur yang ebrisi sedikit
aquades
4 Mengencerkan dengan menambahkan aquades hingga mendekati tanda
batas
5 Menambahkan aquades dengan pipet tetes hingga tanda batas
6 Menutup labu ukur dan menggoyang-goyangkan agar homogen
3.2.6 Penyaringan
1 Mengambil 5 mL larutan Pb(NO3)2 menggunakan gelas ukur dan
memasukkan ke dalam tabung reaksi
2 Mencuci gelas ukur yang telah digunakan mengambil Pb(NO3)2 untuk
digunakan mengambil H2SO4
3 Menambahkan 10mL H2SO4 hasil pada percobaan pengenceran
dengan gelas ukur yang telah di cuci
4 Mengamati endapan yang terbentuk dan mencatat warna endapan
5 Mengambil kertas saring kemudian melipat 2-3 kali lipatan
6 Menempatkan kertas saring tersebut pada corong dan membasahinya sedikit
dengan aquades hingga melekat pada dinding gelas corong
7 Memasang corong yang berkertas saring tersebut diatas Erlenmeyer sebagai
penampung filtrate dan air cucian
8 Memasang pompa vakum
9 Menuangkan larutan yang akan disaring kedalam corong
3.2.7 Titrasi
1. Mencuci buret dengan larutan kalium dikromat 0,1 N
2. Membilas buret dengan larutan standar yang akan ditentukan konsentrasinya
(NaOH 2 N)
3. Mengisi buret dengan larutan standar tersebut hingga skala 20 mL
4. Memipet dengan pipet volume HCl sebanyak 10 mL dan menempatkan kedalam
erlenmeyer
5. Menambahkan 2-3 tetes indicator PP
6. Menitrasi pelan-pelan dengan menggoyang-goyang Erlenmeyer
7. Menghentikan titrasi jika penambahan setetes NaOH memberikan warna merah
muda yang tidak hilang setelah penggoyangan dilakukan pertanda titik ekivalen
sudar tercapai
8. Mengulangi percobaan ini sebanyak 2 kali
9. Menghitung normalitas sesungguhnya larutan dengan rumus V1.N1=V2.N2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Penimbangan NaOH
Tabel 4.1.1 Analisa Data Penimbangan NaOH
Perlakuan Pengamatan
3 butir NaOH ditimbang Massa botol timbang = 35,8103 gram
menggunakan botol timbang di Massa botol timbang + 3 butir NaOH =
neraca analitik 36,3864 gram
Massa 3 butir NaOH = 0,5761 gram
Kertas lakmus merah dan biru Kertas lakmus merah berubah warna menjadi
dicelupkan satu persatu kedalam warna biru
larutan yang ada di tabung reaksi Kertas lakmus berwarna biru tidak
mengalami perubahan warna.
4.1.7 Penyaringan
Tabel 4.1.7 Analisa data penyaringan
Perlakuan Pengamatan
5 ml larutan Pb(NO3)2 dan 10 ml Larutan Pb(NO3)2 dan larutan H2SO4
H2SO4 dicampurkan ke dalam bercampur terjadi perubahan warna dan
tabung reaksi terdapat endapan
Laruan yang sudah tercampur Endapan larutan terpisah dengan pelarutnya
dituangkan kedalam corong
buchner yang sudah terpasang
pada pompa vakum
4.1.8 Titrasi
Tabel 4.1.8 Analisa data titrasi
Perlakuan Pengamatan
Buret dicuci dengan K2Cr2O7 Buret tampak bersih dan siap untuk
sebanyak 3 ml kemudian dibilas melakukan titrasi
dengan aquades sebanyak 2 kali
dan terakhir dibilas dengan
larutan NaOH
Larutan yang ada dalam Terjadi perubahan warna dari putih bening
erlenmeyer dititrasi dengan menjadi merah muda didalam erlenmeyer
larutan yang ada didalam buret,
penitrasian dihentikan jika
penambahan setetes NaOH tidak
lagi memberikan perubahan
warna
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penimbangan
Diket : Massa botol timbang = 35,8103 gram
Massa botol timbang dan 3 butir NaOH = 36,3864 gram
Ditanya : Berapa massa 3 butir NaOH ?
M2 HCl = 0,1 N
Ditanya : V1 HCl?
M2 H2SO4 = 0,5 N
Ditanya : V1 H2SO4 ?
Ditanya : N2 NaOH ?
V1 N1 = V2 N2 = 5 N1 = 10 . 0,1
N1 = 1/5
N1 = 0,2 N
4.3 Pembahasan
Percobaan pertama adalah penentuan massa serbuk X dan massa padatan NaOH. Serbuk X
ditimbang dengan kaca arloji karena jika ditimbang secara langsung maka dapat mengotori neraca
analitik. Serbuk X digunakan karena serbuk X mudah didapatkan dan tidak mudah menguap
diudara sehingga cara menentukan massanya dengan cara menimbang menggunakan kaca arloji
kosong terlebih dahulu lalu menambahkan serbuk X. Dari penimbangan yang telah dilakukan
didapatkan massa sebesar 38,9689 gram. Selanjutnya adalah menimbang padatan NaOH dengan
menggunakan botol timbang dan menggunakan neraca analitik. Padatan NaOH di udara bebas
sangatlah cepat untuk menguap, maka darii tu penggunaan botol timbang ini untuk mengurangi
padatan NaOH menguap. Penggunaan padatan NaOH sendiri dikarenakan padatan NaOH tidak
beresiko besar (Sciencelab, 2017). Didapatkan massa botol timbang sebesar 35,8103 gram. Setelah
padatan NaOH dimasukkan kedalam botol timbang lalu ditimbang dan didapatkan massa sebesar
36,3864 gram.
4.3.2 Pengenceran HCl
Pada pengenceran HCl langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil larutan
HCl sebanyak 1 ml 10N menggunakan pipet ukur dengan bantusn propipet. Pada pengambilan
HCl harus mengunakan masker dan sarung tangan, dikarenan HCl memiliki sifat korosif terhadap
kulit (Sciencelab, 2017). Setelah HCl diambil lalu dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml.
Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas. Kemudian menggoyang – goyangkan agar
HCl dan aquadest tercampur.
Percobaan selanjutnya yaitu pengenceran H2SO4. Perlakuan pengenceran H2SO4 dan HCl
tidaklah sama. Mulai dari titik kelarutan yang berbeda dan volumen yang akan diencerkan agar
mendapatkan konsentrasi yang lebih rendah. Apabila kedua zat ini diencerkan atau mengalami
pengenceran maka PHnya akan berubah menjadi semakin tinggi dan sifat keasamannya semakin
berkurang. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil H2SO4 sebanyak 5 ml
menggunakan pipet volume dengan bantuan propipet. Sebelum dimasukkan ke dalam labu ukur,
labu ukur harus diisi dengan aquades terlebih dahulu sebanyak sepertiga bagian dari labu ukur
tersebut. Hal ini dikarenakan jika H2SO4 terlebih dahulu yang dimasukkan akan memercik
(Sciencelab, 2017). Setelah labu ukur diisi dengan aquades kemudian ditambahkan H2SO4 sedikit
demi sedikit. Kemedian digoyang – goyangkan labu ukur tersebut agar larutan tercampur rata.
Sehingga akan didapatkan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,5 N.
Pb(NO3)2+H2SO4 PbSO4+2HNO3
4.3.5 Pengujian Kertas Lakmus
Pada pengujain asam basa yaitu menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus digunakan
karena kertas lakmus sudah tidak awam lagi dan sangat mudah untuk dibuat percobaan atau
pengamatan. Pengujian asam dan basa suatu larutan menggunakan larutan NH4Cl sebanyak 5 ml
yang diraksikan dengan NaOh sebanyak 5 ml.karena volume keduanya ini disamakan agar reaksi
tercampur rata. Kemudian larutan tersebut digoyang – goyangkan agar larutan tersebut tercampur.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan kertas lakmus kedalam mulut tabung reaksi. Dari hasil
tersebut, kertas lamus merah yang dimasukkan kedalam tabung reaksi berubah warna menjadi
warna biru. Sedangkan kertas lakmus biru tidak berubah warna atau tetap berwarna biru. Dari uji
kertas lakmus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
Karena kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru, dan kertas lakmus biru tidak mengalami
perubahan warna. Dari percobaan ini terjadi reaksi antara lain :
NH4Cl+NaOH H2O+NH3+NaCl
4.3.6 Titrasi
Percobaan terakhir yaitu titrasi. Titrasi dilakukan menggunakan buret yang dicuci dengan
larutan kalium dikromat. Setelah dicuci kemudian dibilas dengan mengunakan aquades sampai
bersih dan dimasukkan larutan penetrasi untuk menetralkan buret. Larutan penetrasi ini
menggunakan NaOH karena yang akan dititrasikan adalah NaOH. Kemudian NaOH dititrasikan
tunggu titik ekuivalen. Titrasi diteteskan di Erlenmeyer yang diisi HCl 10 ml hasil pengenceran
dan diberi tetesan indikator phenolphthalien sebanyak 3 tetes. Digunakan indikator PP karena
sifatnya yang basa dan sering digunakan sebagai larutan standarnya dan asam adalah larutan yang
dititrasi. NaOH yang diteteskan pada Erlenmeyer membuat larutan berubah menjadi warna merah
muda yang awalnya putih bening. Titrasi diberhentikan apabila sudha mencapai titik ekuivalen
dan menghentikan apabila cairan dirasa cukup tidak terlalu pekat. Dari percobaan ini terjadi reaksi
yaitu :
NaOH+HCl H2O+NaCl
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari percobaan teknik – teknik laboratorium
adalah sebagai berikut :
1. Massa padatan NaOH dan botol timbang sebesar 36,3864 gram, sedangkan massa kaca arloji
dan serbuk X sebesar 38,9689 gram
2. Hasil pengenceran HCl sebesar 1ml dan hasil pengenceran H2SO4 sebesar 5 ml
3. Normalitas titrasi sebesar 0,2 m
4. Pada penyaringan larutan Pb(NO3)2 didapatkan endapan berwarna putih
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, 2012. Kamus Kimia, Edisi Kelima 224, Jakarta : Bumi Aksara.
Chang, 2004. Kimia Dasar. Konsep-konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Ambil serbuk X
Aquades
Hasil
3. Penggunaan Kertas Lakmus
Amonium klorida
Goyangkan beaker
Hasil
4. Pengenceran
HCl
H2SO4
Ambil aquades
Hasil
5. Titrasi
Titrasi
Diisi NaOH
Titrasi dengan pelan dan digoyangkan serta amati hingga berubah warna
Hasil
6. Penyaringan
Pb(NO3)2
Diambil 5 ml Pb(NO3)2
Pb(NO3)2
TIME SCHEDULE
No. Kegiatan Estimasi Waktu Real Time Penanggung Jawab
1. Breafing 13:00-13:15 13:00-13:10 Aslab
sebelum
praktikum
2. Pengambilan 13:15-13:35 13:10-13:15 Dian
alat dan
bahan
3. Praktikum 13:35-13:50 13:15-13:25 Ayu Nindia
penimbangan
serbuk X
4. Praktikum 13:50-14:05 13:25-13:35 Gita
penimbangan
NaOH
5. Praktikum 14:05-14:20 13:35-13-45 Irfan
pengukuran
volume
6. Praktikum 14:20-14:40 13:45-13:55 Adam
penggunaan
kertas lakmus
7. Praktikum 14:40-15:00 13:55-14:20 Okta
pengenceran
HCl
8. Praktikum 15:00-15:20 14:20-15:00 Adam dan Gita
pengenceran
H2SO4
9. Praktikum 15:20-15:35 15:00-15:20 Okta dan Ayu
penyaringan Nindia
10. Praktikum 15:35-15:50 15:20-15:40 Irfan dan Dian
titrasi
11. Pencucian 15:50-16:00 15:40-16:00 Ayu Nindia dan
dan Gita
pengembalian
alat