Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA PANGAN I

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Lucky Hartanti, S.TP., MP

2. Cico Jhon Karunia Simamora, S.P, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan Praktikum ini dengan baik, lancar, dan tepat pada
waktunya.

Saya sebagai praktikan menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya laporan ini, terutama :

1. Asisten Pembimbing yang telah memberikan arahan selama praktikum berlangsung


2. Petugas laborat yang telah menyediakan sarana sehingga praktikum dapat dilakukan.
3. Rekan kerja atas kerjasama yang baik sehingga praktikum dapat berlangsung dan
terselesaikan.
4. Semua pihak telah memberikan bantuan serta dukungan sehingga laporan ini dapat
tersusun sebagaimana mestinya.

Praktikan menyadari bahwasannya laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran dari semua pihak yang membangun sangat praktikan harapkan demi sempurnanya
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan. Akhir
kata saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA I. PENGENALAN ALAT DASAR

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan dan digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia
dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit tabung reaksi
Terbuat dari kayu atau logam, gunanya untuk memegang tabung reaksi pada dan selama
pemanasan.
3. Batang pengaduk
Dibuat dari kaca dan tidak berlubang. Gunanya untuk mengaduk suatu campuran atau
larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga untuk
membantu pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, tetapi ada juga yang terbuat dari bahan plastik. Gunanya
untuk memudahkan/menolong pada waktu memasukkan cairan ke dalam suatu tempat
yang sempit mulutnya seperti botol reagen, labu ukur, buret dan sebagainya.
5. Pipet
a. Pipet gondok/volumetrik
Alat ini disebut juga pipet volume atau pipet pindah. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu dan dengan tepat. Alat ini mempunyai ketelitian yang
tinggi.
b. Pipet ukur
Hampir sama dengan pipet gondok, hanya pada pipet ini terdapat pembagian skala
sehingga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian-sebagian dari isi pipet.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Alat ini digunakan untuk memindahkan sedikit zat cair atau larutan yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi.
6. Gelas piala (gelas beaker)
Alat ini bukan alat pengukur, digunakan untuk mengambil dan menyimpan sementara
serta memindahkan larutan.
7. Erlenmeyer
Merupakan alat gelas dengan leher yang menyempit. Alat ini juga bukan alat pengukur
dan digunakan sebagai wadah zat yang dititrasi.
8. Gelas/kaca arloji
Terbuat dari gelas, gunanya sebagai wadah untuk menimbang zat yang berbentuk kristal.
9. Gelas ukur
Alat ini berupa tabung gelas dengan alas datar dan dilengkapi dengan skala dalam
miliLiter (mL). Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
tidak dapat digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas.
10. Labu ukur
Terbuat dari gelas dengan dasar rata dan leher yang sempit, dilengkapi dengan tanda
batas. Labu ukur memiliki bermacam-macam ukuran dari 25 mL hingga 2 L. Digunakan
untuk membuat larutan dengan volume yang tepat (larutan standar). Sering juga
digunakan untuk pengenceran sampai volume tertentu. Alat ini tidak boleh digunakan
untuk larutan yang panas.
11. Buret
Merupakan alat gelas yang berbentuk pipa panjang dengan skala dan dilengkapi dengan
kran. Digunakan untuk melakukan titrasi (mengukur volume titran yang digunakan).
Kapasitas alat ini bermacam-macam tetapi yang biasa digunakan adalah buret dengan
kapasitas 50 mL.
12. Standar buret
Alat ini terbuat dari baja dan digunakan sebagai penyangga buret.
13. Klem buret
Alat ini dipergunakan untuk memegang buret bersama standar buret. Bila perlu dalam
penggunaannya diperlukan juga pemegang klem.
14. Botol semprot
Alat ini digunakan sebagai wadah cairan (biasanya akuades) yang digunakan untuk
membilas alat-alat gelas.
15. Cawan porselin
Alat ini digunakan sebagai tempat pemanasan zat pada suhu tinggi (dalam oven atau
tanur). Cawan porselin yang masih panas tidak boleh didinginkan secara mendadak
(misalnya dengan perendaman dalam air dingin) karena dapat menyebabkan pecah. Hati-
hati pula meletakan cawan porselin di atas meja jangan sampai terkena cairan yang
membasahi meja.
16. Piring tetes
Alat ini digunakan untuk reaksi identifikasi zat dalam jumlah sedikit dan tidak boleh
dipanaskan.
17. Lampu spiritus/alkohol
Alat ini digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi yang memerlukan pemanasan.
18. Botol reagen
Alat ini digunakan sebagai wadah reagen atau larutan untuk zat-zat yang diperiksa.
Mengambil larutan dari botol reagen dapat dilakukan dengan cara :
a. Menuangkan larutan dari botol reagen dan harus diingat bahwa (i) label zat harus
diletakkan di atas tutup botol reagen, dan (ii) botol reagen hanya dimiringkan
seperlunya.
b. Memipet larutan pada botol reagen. Pada saat memindahkan isi pipet ke dalam
tabung reaksi, pipet tidak boleh menyentuh dinding tabung reaksi dan setelah
pemakaian jangan lupa menutup botol reagen kembali.
19. Neraca Analitik
Neraca analitis, memiliki ketelitian sampai 0,0001 g atau 0,01 mg dan karena sangat
peka, harus ditangani dengan hati-hati.
20. Termometer
Termometer Laboratorium digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu
dengan tingkat ketelitian yang tinggi
21. Hotplate
Hotplate adalah alat di laboratorium kimia yang digunakan untuk memanaskan
campuran/sampel. Sampel yang akan dipanaskan ditempatkan ke dalam erlenmeyer atau
gelas kimia. Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.
22. Oven
Oven laboratorium adalah salah satu alat laboratorium yang memiliki fungsi cukup
penting, fungsin Oven laboratorium ini untuk memanaskan atau juga bisa mengeringkan alat-
alat laboratorium dan objek-objek lainnya.
23. Vortex
Vortex mixer atau vortexer adalah perangkat sederhana yang umum di gunakan di
laboratorium untuk mencampur cairan dalam wadah kecil. Ketika tabung reaksi atau wadah
lain yang sesuai ditekan ke dalam gelas karet (atau menyentuh ke tepi) gerak ditransmisikan
ke cairan di dalam dan pusaran yang dibuat.
24. Sentrifuge
Sentrifus (centrifuge) adalah alat yang menempatkan objek dalam rotor berotasi pada
sumbu tetap dan menerapkan potensi gaya tegak lurus terhadap sumbu spin (luar). Sentrifus
(centrifuge) merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel-partikel objek
berdasarkan perbedaan massa jenis dengan proses sedimentasi.
25. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menghasilkan sinar
dari spektrum dengan nilai panjang gelombang yang telah ditentukan.
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui jenis serta fungsi dari alat-alat dasar yang digunakan dalam
praktikum Kimia Pangan I.
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Pengenalan Alat-Alat Dasar dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19
Oktober 2023 pukul 13.00- 14.40 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, batang
pengaduk, corong, pipet gondok volumetrik, pipet ukur, pipet Pasteur, gelas beaker,
Erlenmeyer, kaca arloji, gelas ukur, labu ukur, buret, botol semprot, cawan porselin, piring
tetes, Bunsen, botol reagen, termometer, neraca analitik, oven, hot plate, vortex,
spektrofotometer, dan rak tabung reaksi.

C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabung reaksi Sebagai tempat untuk mereaksikan
bahan kimia dalam skala kecil (larutan)
dan dapat digunakan sebagai wadah
untuk perkembangbiakan mikroba

2. Penjepit tabung Terbuat dari logam untuk


reaksi mempermudah memegang tabung
reaksi seperti pada saat tabung reaksi
dipanaskan.

3. Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan, campuran,


atau mendekantasi (memisahkan
larutan dari padatan) serta membantu
pada saat menuangkan atau
mendekantir cairan dalam proses
penyaringan.

4. Corong Memudahkan atau menolong pada saat


memasukkan cairan ke dalam suatu
wadah atau tempat yang memiliki
mulut sempit seperti botol reagen, labu
ukur, dan buret.
5. Pipet gondok Digunakan untuk mengambil larutan
volumetrik dengan volume tertentu dengan tepat
karena alat ini memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi.

6. Pipet ukur Digunakan untuk mengambil larutan


dengan volume tertentu, terdapat
pembagian skala sehingga dapat
digunakan untuk memindahkan
sebagian-sebagian dari isi pipet.

7. Pipet pasteur Digunakan untuk memindahkan sedikit


zat atau cairan atau larutan yang tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang
tinggi.

8. Gelas beaker Bukan alat untuk mengukur meskipun


terdapat skala, digunakan untuk wadah
atau tempat menyimpan larutan dan
dapat juga untuk wadah atau tempat
memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven atau pelarut atau
untuk memekatkan larutan.
9. Erlenmeyer Bukan alat untuk mengukur meskipun
terdapat skala, digunakan untuk wadah
atau tempat untuk menyimpan zat yang
akan dititrasi dan dapat juga digunakan
sebagai wadah atau tempat
memanaskan larutan kimia.

10 Kaca arloji Wadah untuk menimbang zat yang


. berbentuk kristal atau dapat juga
digunakan untuk menguapkan cairan
dan dapat menutup gelas beaker.

11 Gelas ukur Mengukur volume zat kimia dalam


. bentuk cair, mempunyai skala dalam
milimeter. Tidak boleh digunakan
untuk mengukur larutan atau pelarut
yang sedang dalam temperatur suhu
tinggi (panas).

12 Labu ukur Digunakan untuk membuat larutan


. dengan volume yang tepat (larutan
standar) juga dapat digunakan untuk
pengenceran sampai volume tertentu.
13 Buret Digunakan untuk melakukan titrasi
. yaitu mengukur volume titran yang
digunakan yang biasanya
menggunakan kapasitas buret 50
mililiter.

14 Botol semprot Digunakan sebagai wadah menyimpan


. cairan biasanya akuades yang
digunakan untuk membilas alat-alat di
laboratorium.

15 Cawan porselin Tempat pemanasan zat (biasanya


. berbentuk bubuk) pada suhu tinggi
menggunakan kadar abu atau kadar air
di dalam oven atau tanur.

16 Piring tetes Digunakan untuk reaksi identifikasi zat


. dalam jumlah sedikit dan tidak dapat
digunakan untuk memanaskan.
17 Bunsen Sebagai sumber energi untuk reaksi
. yang memerlukan pemanasan serta
untuk sterilisasi dan pembakaran (uji
nyala).

18 Botol reagen Sebagai wadah untuk menyimpan


. larutan yang mudah menguap.

19 Termometer Digunakan untuk mengukur suhu


. (temperatur) atau pun perubahan suhu
(temperatur) dengan tingkat ketelitian
yang tinggi.

20 Neraca analitik Digunakan untuk mengukur berat


. dengan tingkat ketelitian hingga 0,0001
gram atau 0,01 miligram juga sangat
peka sehingga harus sangat berhati-hati
ketika menggunakan dalam proses
penimbangan.

21 Oven Digunakan untuk memanaskan atau


. mengeringkan alat-alat laboratorium,
larutan, atau pun objek-objek lainnya.
22 Hot plate Digunakan untuk memanaskan
. campuran atau sampel menggunakan
erlenmeyer atau gelas kmia, dapat juga
menghomogenkan larutan dengan
bantuan magnetic stirrer bar.

23 Vortex Digunakan untuk mencampur cairan


. dalam wadah kecil melalui gerak
ditransmisikan cairan di dalam dan
pusaran yang dibuat.

24 Spektrofotometer Berfungsi untuk menghasilkan sinar


. dari spektrum dengan nilai panjang
gelombang yang telah ditentukan.

25 Rak tabung Tempat meletakkan tabung reaksi saat


. reaksi digunakan dan untuk menyimpan atau
mengeringkan tabung reaksi setelah
dicuci.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA II. TEKNIK PENGGUNAAN ALAT

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Teknik penggunaan alat dibagi atas dua yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif. Teknik
kualitatif adalah teknik yang digunakan hanya untuk menyatakan hasil dalam bentuk kualitas
sedangkan teknik kuantitatif merupakan teknik yang menyatakan hasil akhir dengan jumlah tertentu.

1. Teknik Kualitatif (kualitas)


a. Cara memanaskan zat dalam cawan porselin/erlenmeyer/gelas beker
 Letakan gelas beaker diatas hotplate
 Kemudian atur temperatur sesuai dengan panas yang diinginkan
b. Cara menghomogenkan bahan kimia dalam pembuatan larutan
 Timbanglah bahan kimia yang akan dibuat larutan
 Masukkan ke dalam gelas beaker kemudian tambahkan aquades atau alkohol
sampai tanda tetra
 Masukkan magnetik stirrer ke dalam gelas beaker yang sudah berisi larutan
 Letakkan gelas beaker di atas hotplate dan atur kecepatan putar magnetik stirrer
c. Cara menyaring endapan
 gunakan kertas saring yang dibentuk seperti kerucut
 saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi
kertas
d. Cara mencuci endapan pada kertas saring.
 Arahkan aliran air dari botol semprot pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas
kertas saring menyusul gerakkan spiral (memutar ke arah dalam) menuju endapan
dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua pertiganya

2. Teknik Kuantitatif
a. Penimbangan
 Gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
 Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasistasnya. Jangan menimbang zat melebihi
kapasitas
 Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut :
a. Timbang lebih kurang artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari
90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang.
b. Timbang dengan saksama artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1%
dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg,
berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu,
penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitik kepekaan minimal 0,5 mg.
Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
dibelakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
b. Pengukuran
 Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan
perintah ”ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan
dengan memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga
kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.
 Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi standar.
Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di
belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus
dilakukan dengan saksama.
c. Penggunaan buret
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
 Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan sedikit
zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnya.
 Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi
(perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
 Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil
d. Cara titrasi
 Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran
(dimasukkan ke dalam buret).
e. Pembacaan volume titrasi
 Mata harus sejajar meniskus, gunakan meniskus bawah untuk menentukan volume
titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas buret
memiliki skala yang berbeda.
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui cara-cara penggunaan dari alat-alat dasar yang digunakan dalam
praktikum Kimia Pangan I dengan prosedur yang benar dan tidak membahayakan praktikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Teknik Penggunaan Alat dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 Oktober 2023
pukul 13.00- 14.40 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas beaker, hot plate, magnetic stirrer bar,
Erlenmeyer, corong, kertas saring, botol semprot, neraca analitik, buret
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA III. BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Bahan Kimia Berbahaya

Selama bekerja di laboratorium kimia, kita selalu berhubungan dengan


bahan-bahan kimia. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai jenis dan sifat bahan kimia
khususnya bahan-bahan kimia berbahaya sangat penting. Secara umum, bahan-bahan kimia
berbahaya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Pada umumnya
zat-zat toksik masuk melalui pernafasan atau kulit dan kemudian beredar ke seluruh bagian
tubuh atau organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-
organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan sebagainya. Selain itu zat tersebut dapat
berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limfa dan menimbulkan efek kesehatan
jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh bisa melalui urine, saluran
pencernaan, dan keringat.

Sifat toksik pada suatu zat selain ditentukan oleh sifat alamiahnya, juga ditentukan oleh jenis
persenyawaan dan keadaan industri. Zat beracun dapat digolongkan sebagai senyawa logam
dan metaloid, bahan pelarut organik, gas-gas beracun, bahan karakteristik, dan pestisida.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosives)
Bahan kimia korosif adalah bahan yang karena reaksi kimianya, dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Bahan kimia korosif seperti
asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang dioksida mampu bereaksi dengan jaringan
tubuh seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka,
pandangan, iritasi (gatal-gatal) dan sensitasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan
kimia).
Berdasarkan wujud zat, bahan korosif dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai
berikut :
a. Bahan korosif padat
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan mata atau kulit.
Contoh :
 Anorganik : natrium hidroksida (NaOH), natrium silikat (Na2Ox.SiO2), kalium
hidroksida (KOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
 Organik : asam trikloroasetat (CCl3COOH), fenol (C6H5OH).
b. Bahan korosif cair
Bahaya akan timbul apabila kontak langsung dengan kulit atau mata dan menyebabkan proses
pelarutan atau denaturasi protein, contoh senyawa :
 Anorganik : asam sulfat, asam nitrat, asam klorida.
 Organik : asam formiat (asam semut), asam asetat (cuka), karbon disulfida,
hidrokarbon terklorinasi.
c. Bahan korosif gas
Sifatnya sangat berbahaya karena dapat terhirup sehingga merusak saluran pernafasan.
Bergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya, gas korosif dapat digolongkan
menjadi :
 Gas sangat larut dalam air, merusak saluran pernafasan bagian atas, contoh : amonia,
asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam fluorida.
 Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernafasan bagian atas dan bagian
dalam, contoh : belerang dioksida, klor, brom.
 Gas dengan kelarutan kecil, merusak saluran pernafasan bagian dalam, contoh : ozon,
fosgen, nitrogen oksida.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Substances)


Bahan mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat cepat dapat menghasilkan kedakan.
Untuk memudahkan pengenalan, zat mudah terbakar digolongkan menjadi :
a. Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar dalam industri dan laboratorium adalah belerang, pospor,
kertas/rayon, senyawa hidrida, logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat sukar terbakar
daripada dalam bentuk cair. Tetapi perlu diingat bahwa zat padat berupa bubuk halus seperti
debu kapuk, kapas, dan gandum atau debu organik lainnya amat mudah terbakar seperti gas.
b. Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah paling banyak dijumpai dalam laboratorium dan yang kita kenal
sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol, aseton, benzena, heksan, dan lain-
lain. Pelarut ini pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat
terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Di Indonesia, contoh pelarut organik
dalam industri dapat ditemukan sebagai berikut:
 Industri cat : petroleum eter, alkohol, aseton, ester, heksan
 Industri kertas : karbon disulfida
 Pabrik lem : metanol
 Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena, xylena
 Industri obat-obatan : aseton, eter, alkohol
 Labotorium : hampir semua pelarut organik
c. Gas mudah terbakar
Gas mudah terbakar dalam industri dan laboratorium misalnya gas alam sebagai
bahan bakar, hidrogen, asetilen (untuk pengelasan), etilen oksida (sterilisasi) dan sebagainya.
Gas tersebut amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan.

4. Bahan peledak (Explosives)


Bahan peledak adalah zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi sehingga menimbulkan kerusakan sekelilingnya. Bahan kimia eksplosif ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan seperti trinitrotoluen (TNT), nitrogliserin dan
amonium nitrat (NH4NO3). Bahan-bahan tersebut sangat peka terhadap panas dan pengaruh
mekanis (gesekan atau tumbukan). Contoh bahan peledak lainnya adalah :

a. Debu eksplosif
Debu-debu seperti debu karbon dalam industri batu bara, zat warna diazo dalam
pabrik zat warna dan magnesium dalam pabrik baja adalah debu-debu yang sering
menimbulkan ledakan.
b. Campuran eksplosif
Peledakan dapat terjadi pula akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan
oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
5. Bahan kimia oksidator (Oxidation Agents)
Yaitu suatu bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang bisa menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Bersifat eksplosif karena
sangat reakstif atau tidak stabil dan mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraiannya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan kimia
oksidator terdiri dari :
a. Oksidator anorganik seperti permanganat (MnO4-), perklorat (ClO4-), dikromat
(Cr2O72-), hidrogen peroksida (H2O2), periodat (IO4-), dan persulfat (S2O82-).
b. Peroksida organik seperti bensil peroksida, asetil peroksida, eteroksida, dan asam
perasetat.
6. Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water Sensitive Substances)
Yaitu bahan kimia yang dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar.
Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas yang besar)
atau menghasilkan gas yang mudah terbakar. Berikut adalah bahan-bahan kimia yang reaktif
terhadap air : alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca), logam halida (alumunium tribromida),
oksida logam anhidrat (CaO), dan oksida non-logam halida (sulfuril klorida). Jenis zat-zat
tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang yang kering dan bebas kebocoran
bila hujan.
7. Bahan kimia reaktif terhadap asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam. Selain itu
ada bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi
bersifat eksotermis dan/atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif.
Contoh : kalium klorat/perklorat (KClO3/KClO4), kalium permanganat (KMnO4), asam
kromat (H2CrO4). Dengan demikian bahan-bahan tersebut dalam penyimpanan harus
dipisahkan dari asam seperti asam sulfat dan asam asetat.
8. Gas bertekanan (Compressed Gases)
Yaitu gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang dapat ditekan, maupun gas cair atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Gas bertekanan tinggi telah banyak
digunakan dalam industri maupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya
adalah karena tekanannya yang tinggi dan juga efek yang mungkin bersifat racun dan korosif.
Contohnya : - Aseletin, Amonia, Etilen, Oksida, Klor, Ni dan H.

9. Bahan radioaktif (Radioactive Substances)


Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif
dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena
memang mempunyai sifat ganda. Contohnya adalah benzena, yaitu suatu zat beracun tetapi
mudah terbakar. Contoh lain adalah klor yang selain bersifat racun juga bersifat korosif.
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui dan mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya yang
digunakan dalam praktikum Kimia Pangan I serta mengetahui penanganan bahan-bahan
kimia yang berbahaya dan mengetahui tata cara penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya
dengan baik dan benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Bahan Kimia Berbahaya dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19
Oktober 2023 pukul 13.00- 14.40 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA IV. KALIBRASI ALAT-ALAT VOLUMETRI

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Alat-alat yang digunakan untuk analisis harus mempunyai volume tertentu yang pasti. Karena
kaca atau gelas dapat memuai, maka biasanya volume yang ditulis pada alat-alat volumetri
ditetapkan pada temperatur tertentu pula. Biro Standar Nasional Amerika Serikat telah
menetapkan temperatur 20˚C sebagai temperatur kalibrasi alat-alat kaca volumetri.

Temperatur laboratorium tidak selalu sama dengan 20˚C, maka alat kaca harus dikoreksi bila
digunakan pada temperatur lain karena galat (kesalahan) yang disebabkan pemuaian (atau
penyusutan) baik dari alat kaca itu sendiri maupun dari larutan yang ada di dalamnya.
Koefisien pemuaian kaca cukup kecil sehingga koreksi yang dituntut untuk faktor ini dapat
diabaikan untuk kebanyakan pekerjaan (koreksi ini mencapai orde 1 bagian per 10.000 untuk
perubahan 5˚C. Perubahan volume larutan itu sendiri sebaliknya lebih penting, namun
perubahan itu masih dapat diabaikan dalam banyak hal jika temperatur tidak jauh
menyimpang dari 20˚C (perubahan volume itu berorde 1 bagian per 1.000 untuk perubahan
5˚C).

Sebagian besar pekerjaan di laboratorium mencakup larutan air yang encer, maka umumnya
air digunakan sebagai bahan pembanding dalam kalibrasi alat-alat volumetri. Asas umum
dalam kalibrasi adalah menetapkan massa air yang terdapat dalam alat tersebut. Maka dengan
mengetahui volume 1 gram air, volume yang benar dapat dicari (lihat Tabel 1. Hubungan
Antara Temperatur dan Volume 1 Gram Air).

Temperatur Volume Air (mL)


(℃)
10 1,0013
11 1,0014
12 1,0015
13 1,0016
14 1,0018
15 1,0019
16 1,0021
17 1,0022
18 1,0024
19 1,0026
20 1,0028
21 1,0030
22 1,0033
23 1,0035
24 1,0037
25 1,0040
26 1,0043
27 1,0045
28 1,0048
29 1,0051
30 1,0054

Biasanya untuk setiap alat volumetri, oleh pabrik sudah ditentukan nilai-nilai kesalahan
maksimum yang diperbolehkan bagi alat-alat tersebut. Misalnya The National Bureau of
Standard telah menentukan kesalahan maksimum yang diperbolehkan (maximum allowable
error) bagi labu ukur, pipet transfer, dan buret seperti terlihat pada Tabel 2.
Kapasitas (mL) Labu Pipet Transfer Buret
Ukur
2 - 0,006 -
5 - 0,01 0,01
10 - 0,02 0,02
25 0,03 0,03 0,03
50 0,05 0,05 0,05
100 0,08 0,08 0,10
200 0,10 0,10 -
500 0,15 - -
1000 0,30 - -

B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui dan melaksanakan teknik dari kalibrasi alat-alat pengukur
volume (volumetri) dan menentukan volume sebenarnya dari kalibrasi alat-alat pengukur
volume (volumetri) dalam proses praktikum Kimia Pangan I di laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
B.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Kalibrasi Alat Volumetri dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23
Oktober 2023 pukul 14.00- 16.30 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas saring, pipet ukur volume 25 ml, labu
ukur 50 ml, buret ukuran 50 ml, corong kaca, neraca analitik, pipet ball, dan erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu akuades.
C. Prosedur Kerja
1. Kalibrasi Buret :
a. Buret yang akan dikalibrasi sebaiknya benar-benar bersih dan krannya harus dilumasi
dengan baik.
b. Isilah buret dengan akuades dan uji kebocorannya dengan mengambil pembacaan ke
0,001 mL yang terdekat dan ulangi pembacaan tersebut setelah 5 menit. Selama
menunggu, timbanglah labu erlenmeyer 100 mL ke miligram terdekat.
c. Tambahkan akuades sehingga meniskus terletak beberapa miliLiter di atas tanda nol
buret. Catat temperatur air yang digunakan.
d. Buanglah gelembung udara yang ada di ujung buret dengan membuka kran untuk
memungkinkan pengaliran keluar yang cepat. Kemudian perlambat aliran itu sampai
meniskusnya berada pada tanda nol atau sedikit di bawahnya.
e. Setelah pengaliran air selesai (sekurangnya 30 detik), bacalah buret pada 0,01 mL
yang terdekat.
f. Sekarang alirkan sekitar 10 mL akuades dari dalam buret ke dalam erlenmeyer 100
mL yang telah ditimbang. Usahakan jangan terjadi muncratan.
g. Bacalah buret setelah menunggu sejenak aliran air pada dinding dalam buret selesai
dan catat pembacaan ini.
h. Timbanglah erlenmeyer yang berisi akuades tersebut.
i. Ulangi prosedur di atas dengan mengalirkan air dari dalam buret sebanyak 20, 30, 40,
dan 50 mL.
j. Bandingkan antara volume tampak (hasil pembacaan buret) dengan volume yang
sebenarnya (hasil perhitungan berdasarkan Tabel 1) dan apakah perbedaan tersebut
masih berada dalam kisaran kesalahan maksimum yang diperbolehkan (Tabel 2).
2. Kalibrasi Labu Ukur
1. Labu ukur dicuci dengan bersih dan kemudian dijepit dalam posisi vertikal dan
terbalik. Setelah kering timbanglah berat labu tersebut.
2. Masukkan akuades secara hati-hati dengan bantuan corong sampai dasar meniskusnya
berhimpitan dengan tanda batas labu. Catat temperatur akuades.
3. Timbanglah labu beserta akuades yang ada di dalamnya dan hitung volume
sebenarnya dari labu ukur.
4. Ulangi prosedur tersebut sekali lagi dan carilah nilai rata-ratanya.
5. Bandingkan antara volume pembacaan dengan volume yang sebenarnya.

3. Kalibrasi Pipet Volume


1. Pipet harus bersih sebelum dikalibrasi.
2. Timbanglah sebuah erlenmeyer yang bersih.
3. Isilah pipet dengan akuades sampai dasar meniskusnya terletak di atas lingkaran tanda
dan kemudian turunkan air dalam posisi vertikal sehingga dasar meniskusnya tepat
berhimpitan dengan lingkaran tanda.
4. Kemudian keluarkan isi pipet ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang. Usahakan
ujung pipet tetap menempel pada dinding erlenmeyer dan biarkan selama 20 – 30
detik setelah aliran air berhenti. Biarkan air terakhir tetap tinggal dalam ujung pipet.
Timbang berat erlenmeyer yang berisi air tersebut.
5. Hitung volume akuades yang dipindahkan oleh pipet (volume sebenarnya).
6. Ulangi prosedur di atas sekali lagi dan hitung reratanya.
7. Seberapa jauhkah penyimpangan yang terjadi dengan volume tampak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA V. SIFAT FISIK ZAT

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Zat merri marupakan bagian dari materi yang terbagi atas unsur dan senyawa, memiliki sifat
dan komposisi yang sama dalam keseluruhan contoh. Sifat-sifat zat dapat digolongkan
menjadi dua kategori yaitu sifat fisis dan sifat kimia.

Sifat fisik dapat digunakan untuk menjelaskan penampilan sebuah obyek. Proses perubahan
penampilan fisis dari suatu obyek dengan identitas dasar yang tidak berubah disebut
perubahan fisis. Warna, paramagnetisme, kerapatan, dan titik didih merupakan sebagian dari
sifat-sifat fisis yang dimiliki oleh zat.

B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui perubahan sifat-sifat fisik di dalam zat berupa warna,
paramagnetisme, kerapatan, dan titik didih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Sifat Fisik Zat dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2023
pukul 14.00- 16.30 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, spatula,
sumbat karet, tisu, erlenmeyer, termometer, dan lampu spiritus
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pasir halus, garam dapur, tembaga (II)
sulfat, akuades, spiritus, dan FeCl3 .
C. Prosedur Kerja
1) Siapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Masukkan satu spatula pasir dalam tabung reaksi. Amati dan nyatakan warnanya.
3) Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan garam dapur dan tembaga (II) sulfat.
4) Kemudian isi 2/3 volume erlenmeyer dengan spiritus dan tutuplah dengan tisu hingga
menutupi seluruhnya (menghindari penguapan).
5) Dengan hati-hati masukkan termometer ke dalam Erlenmeyer dengan celah yang
sedikit terbuka, sehingga tercelup ke dalam cairan.
6) Panaskan erlenmeyer secara perlahan-lahan dengan menggunakan hot plate. Baca
suhu saat cairan mulai mendidih (timbul gelembung udara)
7) Catatlah suhu setiap 30 detik selama 4 – 5 menit. Angkat erlenmeyer dan biarkan
cairan mendingin.
8) Ulangi percobaan di atas dengan akuades.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA VI. LARUTAN DAN KONSENTRASI

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat memahami berbagai satuan konsentrasi larutan serta melakukan perhitungan
larutan dan pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu serta dapat menghitung
konsentrasi larutan setelah pengenceran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
b.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Larutan dan Konsentrasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30
Oktober 2023 pukul 15.00- 17.30 WIB di laboratorium Kimia Pangan, Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas piala 250 ml, pipet volume 10 ml dan
25 ml, neraca analitik, neraca teknis, botol semprot, kaca arloji, labu ukur 1000 ml, 250 ml
dan 100 ml, batang pengaduk, pipet filler, dan pipet Pasteur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu NaOH, H 2 C2 O4 2 H 2 O, dan akuades.
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA VII. TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI (REAKSI ASAM-BASA)

Oleh

Nama : Rindang Dwi Handayani

NIM : C1061231002

Kelompok :1

Dosen Pengampu

1. Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, MPn

2. Nur Endah Saputri, S. T. P, M. Sc

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
I. PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengidentifiksi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan kadarnya
dengan menggunakan prinsip reaksi asam-basa
II. TINJAUAN PUSTAKA
c.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Titrasi Asidi-Alkalimetri (Reaksi Asam-Basa) dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 30 Oktober 2023 pukul 15.00- 17.30 WIB di laboratorium Kimia Pangan,
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu hot plate, magnetic stirrer, gelas piala,buret,
neraca analitik, dan Erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu NaOH 0,1 N, akuades, dan Phenolftlein.
C. Prosedur Kerja
1) Acara ini merupakan lanjutan dari acara sebelumnya.
2) Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
3) Masukkan 10 ml sampel NaOH, larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan
penambahan akuades sampai tanda tetra.
4) Pipet 5 ml sampel.
5) Tambahkan 2 tetes indikator phenolftalein ke dalam labu ukur
6) Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah menjadi merah muda dan
bertahan selama 15 detik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai