Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : STOIKIOMETRI

NAMA PRAKTIKAN : TEGAR DWI WALUYO


NIM/GRUP : 2012110011/IV
TANGGAL PRAKTIKUM : 12 NOVEMBER 2021
ASISTEN : MAULIDSYA QALAM ARBA’A

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tak pernah lepas dari namanya perhitungan,
termasuk dalam kita mempelajari ilmu kimia. Perhitungan ini meliputi beberapa
banyak bahan reaktan yang diperlukan bila ingin memperoleh sejumlah produk
tertentu. Yang mana dalam perhitungannya menyangkut reaksi-reaksi kimia.
Masalah tersebut dapat kita pecahkan dengan stoikiometri. Stoikiometri sendiri
merupakan hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi
kimia.
Hukum kimia adalah suatu keteraturan dalam ilmu kimia yang berlaku
secara umum. Hukum-hukum kimia perlu dipahami karena merupakan dasar untuk
mempelajari kimia. Hukum-hukum dasar kimia terbagi menjadi lima hukum, salah
satunya, yaitu hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier). Hukum kekekalan
massa menyatakan bahwa “Pada reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.” selajutnya bunyi hukum ini disebut dengan hukum kekekalan
massa.
Hukum kekekalan massa, hukum yang artinya tidak direaksikan suatu zat
dengan zat lain. Baik zat tersebut di bakar maupun dua zat tersebut dicampur, massa
zat terseebut akan tetap. Sebagai contoh, selama ini kita beranggaapan bahwa massa
kayu sebelum dibakar dengan sesudah dibakar akan berbeda, namun berdasarkan
hukum kekekalan massa ini anggapan kita ternyata salah. Di dalam prinsip hukum
kekekalan massa disebutkan bahwa “Massa zat sebelum reaksi akan sama dengan
massa zat setelah reaksi”. Artinya, massa kayu yang telah dibakar atau yang telah
menjadi abu akan sama dengan massa kayu sebelum di bakar atau kayu yang masih
utuh.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum stoikiometri adalah:

1. Mengetahui reaksi kimia yang terjadi dalam stoikiometri.


2. Mengetahui cara menghitung yang baik dan benar dalam perbandingan
unsur dalam senyawa.
3. Mengetahui cara penulisan reaksi kiia yang terjadi.
3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum stoikiometri:

1. Mahasiswa dapat mengetahui reaksi kimia yang terjadi dalam stoikiometri.


2. Setiap mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung yang baik dan benar
dalam perbandingan unsur dalam senyawa.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menuliskan reaksi kimia yang terjadi.

4. Alat, Bahan dan Langkah kerja


a. Alat

Berikut alat-alat yang digunakan dalam praktikum percobaan A dan B:

1. Botol atau gelas : 2 buah dengan volume yang berbeda


2. Botol selai : 1 buah
3. Botol semprot : 1 buah
4. Botol vial : 1 buah
5. Buku tulis : 1 buah
6. Gelas beaker : 1 buah
7. Gelas ukur : 50 mL, 100 mL dan 250 mL
8. Handphone : 1 buah
9. Pipet volume : 5 mL
10. Propipet : 1 buah
11. Pulpen : 1 buah

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum percobaan A dan B:

1. Air : 50 mL dan 100 mL


2. Larutan CuSO4 : 20 mL
3. Larutan KOH : 5 mL
c. Langkah Kerja

Berikut adalah langkah kerja dari praktikum percobaan A:

1. Menyiapkan botol/gelas minuman dengan 2 volume yang berbeda.


2. Mengambil 50 mL air menggunakan gelas ukur.
3. Memasukkan air 50 mL ke dalam botol.
4. Mengukur suhu air dengan pendekatan suhu sekitar menggunakan HP.
5. Menghitung massa air dengan rumus densitas. Nilai densitas berdasarkan
suhu yang telah diukur.
6. Mengambil 100 mL air menggunakan gelas ukur.
7. Memasukkan air 100 mL ke dalam botol.
8. Mengukur suhu air dengan pendekatan suhu sekitar menggunakan HP.
9. Menghitung massa air dengan rumus densitas. Nilai densitas berdasarkan
suhu yang telah diukur.
10. Mencampurkan 50 mL air dan 100 mL air dan mendapatkan volume akhir
yaitu 150 mL.
11. Menghitung massa air yang sudah dicampur dengan rumus : massa=densitas
x volume.
12. Menganalisa massa sebelum dan sesudah dicampur

Berikut adalah langkah kerja dari praktikum percobaan B:

1. Mengambil 20 mL larutan CuSO4 1M


2. Memasukkan 20 mL larutan CuSO4 1M ke dalam botol selai
3. Mengambil 5 mL larutan NaOH 1M dengan pipet volume
4. Memasukkan 5 mL larutan NaOH 1M ke dalam botol vial
5. Memasukkan botol vial ke dalam botol selai, dan tutup botol rapat
6. Menimbang botol selai dan botol vial, catat massanya
7. 5 mL larutan koloidal dimasukkan ke dalam, Mereaksikan larutan dengan
memiringkan botol selai agar larutan NaOH dapat bercampur dengan
larutan CuSO4, membiarkan beberapa saat tabung reaksi
8. Menimbang botol selai dan botol vial setelah larutan direaksikan, mencatat
massanya
9. Menganalisa massa sebelum dan sesudah larutan direaksikan
5. Stoikiometri
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia
yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi
kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga
menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia,
misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang
berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-
1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar
stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran
perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang
satu dengan yang lain (Kencanawati, 2012).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia
adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia, dan Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa yang menyatakan bahwa
tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia dan konservasi energi
menuntun ke suatu konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan
kinetika. Unsur-unsur dengan formula tertentu kita sekarang mengetahui bahwa
susunan structural unsur-unsur ini juga penting. Hukum perbandingan berganda
dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat kimia tersebut akan ada dalam proporsi
yang berbentuk bilangan bulat kecil (misalnya 1:2; O:H dalam air = H2O);
walaupun dalam banyak sistem (terutama biomakromolekul dan mineral) rasio ini
cenderung membutuhkan angka besar, dan sering diberikan dalam bentuk pecahan
(Widiya, 2021).
Stoikiometri (stoichiometry) adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari
produk dalam reaksi kimia. Dalam perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan
dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol
kemudian bila perlu dikonvensi menjadi satuan lain nya. Pereaksi pembatas adalah
reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil dan reaktan. Ini membatasi
jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu
reaksi atau (hasil sebenanya) mungkin lebih kecil dari pada jumlah maksimum yang
mungkin diperoleh (hasil teoritis) (Widiya, 2021).

6. Hukum Dasar Kimia


Hukum dasar kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Pokok bahasan hukum-hukum dasar kimia merupakan salah satu materi konsep
pembelajaran kimia dalam bab stoikiometri. Konsep-konsep yang terdapat pada
materi hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam stoikiometri merupakan
konsep dasar yang harus dipahami sebelum mempelajari konsep kimia lain. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika
modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting
dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting
mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika (Zul Alfian, 2009).
Perhitungan dalam ilmu kimia berkaitan dengan materi atau zat yang
ukurannya sangat kecil secara kuantitatif maupun kulitatif. Perhitungan secara
kuantitatif karena melibatkan jumlah atom-atom yang terlibat dalam rekasi kimia.
Sedangkan secara kualitatif karena terkait dengan penentuan jenis zat. Maka dari
itu diperlukan hukum-hukum dasar untuk mambantu dan melakukan perhitungan
kimia dan penentuan rumus kimia zat. Hukum-hukum dasar kimia tersebut, yaitu
hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan ganda,
hukum penggabungan volume, dan hipotesis Avogadro (Sulakhudin, 2019).

7. Hukum Kekekalan Massa


Hukum kekekalan massa pada awalnya dijelaskan oleh ilmuan dari Rusia
bernama Mikhail Lomonosov (1748). Setelah dapat membuktikannya melalui
eksperimen yang dilakukan tujuh belas tahun sebelum Lavoisier mengungkapkan
hukum kekekalan massa. Lomonosov dalam eksperimennya membuktikan hukum
kekekalam materi dengan menunjukkan bahwa pelat timah yang dipanaskan dalam
wadah tertutup tanpa akses ke udara tidak berubah massanya (Shiltsev, 2011).
Kemudian hukum kekekalan disempurnakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun
1765. Oleh karenanya, hukum kekekalan massa dikenal juga sebagai hukum
Lomonosov-Lavoisier (Sulakhudin, 2019).
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi. Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi, kemudian menimbang
hasil reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Lavoisier menyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang disebut
hukum kekekalan massa. Menyimpulkan bahwa “Dalam system tertutup, massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama” (Sulakhudin, 2019).

8. Hukum Perbandingan Tetap


Hukum perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh seorang
kimiawan asal Prancis yang hidup di tahun 1754-1825 bernama Joseph Proust.
Setelah melakukan serangkaian eksperimen antara tahun 1797-1803. Satu diantara
percobaannya, Proust memanaskan tembaga karbonat (PbCO3) yang dibuat di
laboratorium dan yang berasal dari alam. Kedua jenis senyawa tersebut
mengeluarkan gak karbondioksida dalam jumlah persen. Membentuk lebih dari satu
oksida atau sulfida yang masing-masing mempunyai susunan kimia tertentu
(Sulakhudin, 2019).
Joseph Proust pada percobaan lainnya, mencoba mereaksikan oksigen
dengan hydrogen yang menghasilkan air. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa
hydrogen dan oksigen selalu bereaksi membentuk air dengan perbandingan massa
yang tetap yaitu 1 : 8, meskipun jumlah oksigen atau hydrogen dibuat berlebihan.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperolehnya, Proust menyimpulkan bahwa :
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap”. Dengan kata
lain, semua senyawa air akan mempunya komposisi unsur hydrogen dan oksigen
yang tetap, tidak memperdulikan asal air tersebut. Air hujan, air dari es yang
mencair, air dari uap air, air sumur dan air laut akan menpunyai perbandingan antara
hydrogen dan oksigen yang tetap karena air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9
massa hydrogen (Sulakhudin, 2019).
9. Hukum Perbandingan Ganda
Setelah ditemukannya hukum perbandingan tetap oleh Proust membuat
perhatian John Dalton tertarik pada tahun 1766 – 1844 untuk mengamati senyawa
yang terbentuk dari suatu unsur. John Dalton meneliti adanya sesuatu keteraturan
yang terkait dengan perbandingan massa unsur – unsur dalam suatu senyawa.
Hukum perbandingan berganda merupakan pengembangan dari teori atom Dalton.
Teori atom Dalton memiliki konsep dasar secara kuantitatif dan berfungsi untuk
mengetahui tentang susunan sebuah materi senyawa dalam reaksi kimia. Data
penelitian John Dalton tentang reaksi antara unsur nitrogen dan oksigen tertera pada
tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbandingan Massa Unsur Nitrogen dalam Hukum Perbandingan
Berganda
Jenis Senyawa Massa unsur dalam senyawa Massa
senyawa
Nitrogen (g) Oksigen (g) yang
terbentuk
(g)
Nitrogen monoksida 0,875 1,000 1,875
(NO)
Nitrogen dioksida 1,750 1,000 2,750
(NO2)
(Sulakhudin, 2019).

Dari tabel pengamatan senyawa nitrogen dioksida dan nitrogen monoksida


diperoleh perbandingan = 1,75/0,85 2 : 1. Berdasarkan pengamatan ini
dirumuskan hukum perbandingan berganda atau dapat disebut juga hukum
kelipatan perbandingan. Yang berbunyi “ Jika dua jenis unsur bergabung
membentuk lebih dari satu senyawa dan massa – massa salah satu unsur dalam
senyawa – senyawa tersebut sama, sedangkan massa – massa unsur lainnya
berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa – senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana ” (Sulakhudin, 2019).
10. Molaritas
Sebagaimana kita ketahui, bahwa molaritas suatu larutan secara langsung
dapat dibuat dari penimbangan kristal suatu zat atau dapat dibuat dari pengenceran
larutan pekatnya. Namun normalitas suatu larutan tergantung pada molaritas
larutan. Sangat tergantung pula pada reaksi yang akan terjadi pada zat itu (Hargis,
1988). Salah satu satuan konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah
molaritas (molarity) (M). Konsentrasi molar yaitu jumlah mol zat terlaru dalam 1
liter larutan (Laksita, 2016).

Molaritas atau kemolaran dapat diturunkan melalui proses pengenceran


dengan konsekuensi akan terjadi perubahan volume larutan. Proses pengenceran
dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) ke dalam larutan sehingga
didapat kemolaran yang diinginkan. Proses pengenceran dapat dilakukan dengan
cara mengikuti formulasi yaitu : V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah volume mula-
mula dalam satuan liter atau milliliter (l atau ml). M1 adalah molaritas mula-mula
dalam mol L-1 atau m mol mL-1. V2 adalah volume setelah pengenceran dalam l atau
ml. M2 adalah molaritas setelah pengenceran dalam mol L-1 atau m mol mL-1
(Delvi dan Yulkifli, 2018).

11. Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah suatu proses perubahan suatu senyawa kimia menjadi
senyawa kimia baru. Pengertian lainnya adalah proses perubahan atom-atom dalam
suatu senyawa menjadi senyawa lainnya jika direaksikan dengan senyawa atau
molekul lainnya. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi kimia jika terdapat beberapa
perubahan kimia dan menghasilkan suatu produk baru. Sementara, senyawa yang
merupakan starting material dalam suatu reaksi kimia disebut reaktan. Ada
beberapa perubahan kimia yang dapat diamati dari suatu reaksi kimia yaitu
perubahan warna, perubahan bau, perubahan suhu, terbentuknya endapan,
terbentuknya gas, dan perubahan bentuk (Adri, 2017).

Reaksi kimia biasanya dijelaskan dalam suatu bentuk persamaan kimia dan
didalamnya terdapat reaktan, produk, dan juga intermediet produk tersebut. Contoh
dari persamaan kimia yang akan sering digunakan yaitu aA + bB cC +dD
aA + bB cC +dD. Di dalam persamaan kimia ini terdapat tanda panah yang
menyatakan arah dan tipe reaksi. Tanda panah bolak balik menunjukkan bahwa
reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan/ yang setimbang. Dalam reaksi
kimia terdapat 4 reaksi kimia dasar yang terjadi, yaitu:
a. Reaksi sintesis: Reaksi sintesis terjadi ketika dua atau lebih atom direaksikan
dan membentuk suatu senyawa baru yang lebih kompleks.
b. Reaksi dekomposisi: Merupakan reaksi kebalikan dari reaksi sintesis dimana
suatu senyawa kompleks terdekomposisi/terurai menjadi suatu atom-atom
yang sederhana.
c. Reaksi single replacement: dalam reaksi ini, suatu atom menggantikan posisi
atom lainnya dalam suatu senyawa tertentu sehingga membentuk suatu
senyawa baru.
d. Reaksi double replacement: Pada reaksi ini suatu anion dan kation dari dua
senyaa yang berbeda mengalami pertukaran pasangan dan menghasilkan dua
senyawa yang baru. (Adri, 2017).

12. Perubahan Fisika dan Kimia


Perubahan fisika merupakan perubahan materi yang tidak disertai terjadinya
zat baru, tidak berubah zat asalnya. Hanya terjadi perubahan wujud, perubahan
bentuk atau perubahan ukuran. Contoh jika air dipanaskan akan berubah menjadi
uap air. Sedangkan jika air didinginkan maka air akan membeku menjadi es. Es,
air, dan uap adalah zat yang sama hanya wujudnya saja yang berbeda (Agus, 2013).
Berbagai macam perubahan fisika yaitu Perubahan bentuk, contohnya
adalah beras diubah menjadi tepung beras, kayu diubah menjadi meja. Pelarutan
atau pengeringan, contohnya adalah nasi diubah menjadi bubur, gula diubah
menjadi sirop, dan sayuran menjadi layu. Dan yang ke terakhir Pada perubahan
wujud, yang terdiri dari padat ke gas dan sebaliknya gas kepadat disebut
menyublim, gas ke cair disebut mengembun, cair ke gas disebut menguap, cair ke
padat disebut membeku, dan padat ke cair disebut mencair. Pada perubahan wujud
ini, wujud zat dapat kembali ke wujud asalnya, misalnya, air membeku menjadi es
dan es mencair kembali lagi menjadi air, atau air menguap menjadi gas (uap air)
kemudia mengembun menjadi air (air embun) (Agus, 2013).
Perubahan kimia merupakan perubahan zat yang menyebabkan terjadinya
satu atau lebih zat yang jenisnya baru. Perubahan kimia ini bersifat tetap,
menyebabkan terbantuknya materi atau zat baru, dan melibatkan perubahan pada
setiap sifat fisika maupun kimianya. Perubahan kimia selanjutnya disebut reaksi
kimia. Contoh : Besi berkarat, proses fotosintesis, pembuatan tempe, (fermentasi),
indutri asam sulfat, industri alkohol dan lain-lain. Perubahan kimia dapat terjadi
karena beberapa proses yaitu proses pembakaran, peranginan, perusakan atau
pelapukan, fotosistensi, pencernaan makanan, dan pernapasan (Agus, 2013).
Pada proses pembakaran terjadi reaksi antara zat yang terbakar dengan
oksigen dan adanya api. Pada proses pembakaran, zat asal akan berubah menjadi
zat baru yang berbeda sifatnya dari zat asal. Contohnya kertas dibakar akan berub
ah menjadi gas, asap, ataupun abu, bensin terbakar, lilin menyala, petasan
meledakPada pembakaran sempurna bahan bakar dihasilkan karbondioksida dan
uap air. Jadi pada proses pembakaran dihasilkan zat baru, yaitu karbondioksida ,
uap air, asap dan arang. Pada pembakarn yang tidak sempurna dihasilkan gas
beracun yaitu karbon monoksida yang menyebabkan sesak napas. Proses peragian
merupakan proses di mana zat asal yang mengandung karbohidrat/protein dengan
bantuan mikroorganisme (ragi/bakteri) akan berubah menjadi zat-zat lain.
Contohnya singkong diubah menjadi tape, kedelai diubah menjadi tempe atau
kecap, tepung gandum diubah menjadi roti. Proses perusakan atau pelapukan yang
dimaksud di sisni adalah kerusakan atau pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas
mikroba, enzim atau reaksi kimia. Contohnya buah-buahan membusuk, makanan
menjadi basi, minyak menjadi tengik, pelapukan kayu. Pada proses Fotosistensi
terjadi karna adanya klorofil (zat hijau daun) mana dengan bantuan sinar matahari
tumbuh-tumbuhan mengubah karbondioksida dan air menjadi glukosa dan gas
oksigen. Proses percernaan makan dalam tubuh manusia adalah pengubahan
karbohidrat menjadi glukosa bantuan enzim. Dan pada proses pernapasan, fungsi
pernapasan dalam tubuh kita adalah untuk proses pembakaran (dengan
menggunakan oksigen) glukosa dari hasil pencernaan untuk menghasilkan
karbondioksida, air, dan energy (Agus, 2013).
13. Tabel Perlakuan dan Pengamatan
Berikut adalah tabel perlakuan dan pengamatan praktikum percobaan A:
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan dua gelas dengan Gelas dengan 2 volume berbeda sudah
volume yang berbeda masing-masing berisi air sebanyak 50 mL dan 100 mL
berisi 50 mL dan 100 mL

Suhu air dengan pendekatan Suhu air diukur dan dihasilkan data
pembacaan suhu sekitar sebesar 29°C

Mencari densitas air dari suhu Dari suhu air 29°C. didapatkan densitas
sebesar 29°C sebesar 0,996 g/mL
Hitung massa air menggunakan Dari 2 volume air tersebut mendapatkan
rumus: densitas x volume massa berikut:
Air dari dua gelas tersebut Air sebanyak 100 mL dan 50 mL dari
dimasukkan ke dalam satu gelas kedua gelas tersebut dimasukkan ke
dalam satu gelas dan didapatkan volume
sebesar 150 mL

Hitung massa air menggunakan Massa total campuran dari kedua gelas
rumus: densitas x volume tersebut sebesar 150 mL dikalikan
dengan densitas menghasilkan data
sebesar 149,4 gram

Berikut adalah tabel perlakuan dan pengamatan praktikum percobaan B:


Perlakuan Pengamatan
Ambil larutan CuSO4 1M Ambil sebanyak 20 mL larutan CuSO4
1M

Dimasukkan 20 mL larutan CuSO4 Botol selai sudah terisi 20 mL larutan


1M ke dalam botol selai CuSO4 1M
Ambil larutan NaOH 1M dengan Ambil sebanyak 5 mL larutan NaOH 1M
pipet volume

Masukkan 5 mL larutan NaOH 1M Botol vial terisi 5 mL larutan NaOH 1M


ke dalam botol vial

Masukkan botol vial ke dalam botol Pastikan botol selai tertutup dengan rapat
selai pelan-pelan dan tutup botol selai
dengan rapat

Timbang botol selai dan botol vial, Massa botol vial dan selai sebelum
catat massanya larutan direaksikan = 175,3098 gram
Reaksikan kedua larutan dalam botol miringkan botol selai sampai dua cairan
tersebut dengan dimiringkan tersebut bercampur

Setelah direaksikan tunggu beberapa Campuran larutan berubah warna


saat menjadi biru kehijauan

Timbang botol selai dan vial yang Massa botol selai dan vial setelah
sudah direaksikan catat massanya direaksikan menghasilkan massa sebesar
= 175,290 gram
14. Perhitungan
Berikut adalah perhitungan dari praktikum percobaan A:
Diketahui : Volume gelas : 100 mL
Volume gelas : 50 mL
Suhu ruangan : 29℃
Densitas air : 0,996 g/mL
Ditanya : Massa total air 50 mL dan 100 mL?
Jawab : gelas 1 = ρ x V
= 0,996 g/mL x 100 mL = 99,6 gram
Gelas 2 = ρ x V
= 0,996 g/mL x 50 mL = 49,8 gram
total = 99,6 gram + 49,8 gram = 149,4 gram

Diketahui : Volume campuran : 150 mL


Suhu ruangan : 29℃
Densitas air : 0,996 g/mL
Ditanya : Massa air 150 mL?
Jawab :M=ρxV
= 0,996 g/mL x 150 mL = 149,4 gram

Selisih massa total 100 mL dan 50 mL air dengan 150 mL air adalah :
Massa total – Massa campuran = 149,4 gram – 149,4 gram = 0

Berikut adalah perhitungan dari praktikum percobaan B:


Diketahui : Massa botol kosong : 148,5748 gram
Massa botol dan larutan sebelum reaksi : 172,7711 gram
Massa botol dan larutan setelah reaksi : 172,7811 gram
Ditanya : Selisih massa larutan sebelum dan sesudah reaksi?
Jawab : Massa larutan sebelum bereaksi (massa kedua larutan + kedua
botol setelah reaksi) – (massa botol selai kosong + botol kecil
kosong)
= 172,7711 gram – 148,5748 gram
= 24,1963 gram

Massa larutan setelah bereaksi (massa kedua larutan + kedua botol


sebelum reaksi) – (massa botol selai kosong + botol kecil kosong)
= 172,7811 gram – 148,5748 gram
= 24,2063 gram
Selisih massa sebelum dan sesudah reaksi :
massa larutan setelah bereaksi – massa larutan sebelum bereaksi
= 24,1963 gram – 24,2063 gram = 0,01 gram

15. Pembahasan
Percobaan A
Pada praktikum stoikiometri kali ini terdapat dua percobaan yaitu percobaan
A dan percobaan B yang harus mahasiswa pelajari. Percobaan A kali ini yaitu
dengan langkah kerja menganilisis total massa air sebelum dan sesudah dicampur
dalam satu gelas. Pada percobaan A ini dilakukan sesuai dengan hukum kekekalan
massa. Langkah pertama yang harus dilakukan praktikan adalah mengambil air
sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur. Gelas ukur ini terbuat dari bahan gelas
biasa, tidak tahan pemanasan, dan biasa digunakan untuk mengukur volume cairan
atau larutan dimana jumlah volume berdasarkan pada volume didalamnya
(Wardiyah, 2016). Setelah itu masukkan air sebanyak 50 mL kedalam gelas kosong.
Langkah selanjutnya ialah mengukur suhu air menggunakan pendekatan suhu
sekitar yaitu dengan HP dan pada pengukuran kali ini dihasilkan pendekatan suhu
sebesar 29°C. Dari suhu yang didapat tersebut digunakan untuk mencari besaran
densitas sebesar 0,996 g/mL. setelah mendapatkan hasil densitas dari air 50 mL
tersebut untuk mencari massanya dapat menggunakan rumus densitas x volume
yang artinya densitas sebesar 0,996 x 50 = 49,8 gram. Cara yang sama juga
digunakan untuk mencari massa dari air yang berada pada gelas kedua yang berisi
100 mL dan mendapatkan hasil 99,6 gram. Langkah selanjutnya yaitu dengan
mencampur air dari kedua gelas tersebut yang menghasilkan 150 mL. kemudian
mencari massanya dengan cara mengalikan volume air dengan densitas dan
menghasilkan massa air 149,4 gram. Setelah itu dapat dianalisa bahwa massa
sebelum dan sesudah dicampurkan adalah sama, sehingga didapatkan bahwa
ternyata massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama, sehingga sesuai dengan
hukum kekekalan massa (Sulakhudin, 2019).
Pada praktikum stoikiometri percobaan A ini sama sekali tidak terjadi
perubahan fisika maupun perubahan kimia dikarenakan percobaan A ini hanya
mencampurkan dua senyawa yang sama yaitu air dengan air. Seperti yang kita
ketahui bahwa suatu zat atau larutan mengalami perubahan fisika merupakan
perubahan materi yang tidak disertai terjadinya zat baru, tidak berubah zat asalnya.
Hanya terjadi perubahan wujud, perubahan warna, perubahan bentuk atau
perubahan ukuran. Contoh jika air dipanaskan akan berubah menjadi uap air.
Sedangkan jika air didinginkan maka air akan membeku menjadi es. Air, es dan uap
adalah zat yang sama hanya wujudnya saja yang berbeda. (Agus, 2013). Dan
perubahan kimia adalah perubahan zat yang menyebabkan terjadinya satu atau lebih
zat yang jenisnya baru. Perubahan kimia ini bersifat tetap, menyebabkan
terbantuknya materi atau zat baru, dan melibatkan perubahan pada setiap sifat fisika
maupun kimianya. Perubahan kimia selanjutnya disebut reaksi kimia. Contoh :
Besi berkarat, proses fotosintesis, pembuatan tempe, (fermentasi), indutri asam
sulfat, industri alkohol dan lain-lain. Perubahan kimia dapat terjadi karena beberapa
proses yaitu proses pembakaran, peranginan, perusakan atau pelapukan,
fotosistensi, pencernaan makanan, dan pernapasa (Agus, 2013). Faktor yang dapat
menyebabkan adanya perbedaan massa jika terjadi perbedaan massa walaupun
sedikit yaitu karena adanya perbedaan massa jika terjadi perbedaan masa walaupun
sedikit adalah pada suhu air tersebut karena jika suhu air berbeda 1°C pun akan
berbeda densitasnya jadi akan mempengaruhi massa air tersebut. Hubungan
perbedaan massa dengan hukum kekekalan massa sendiri adalah sama karena dari
percobaan tersebut tidak ditemukan perbedaan massa pada larutan sebelum dan
sesudah bereaksi, yakni sama menghasilkan angka 149,4 g. Hukum kekekalan ma
ssa terbukti yang menyatakan bahwa massa suatu benda yang diukur dengan dua
cara berbeda atau massa suatu benda sebelum dan sesudah bereaksi besarnya sama
(Sulakhudin, 2019).
Percobaan B
Pada praktikum stoikiometri terdapat dua percoobaan, yang kedua ialah
percobaan B dengan langkah kerja yaitu dengan menganalisis total massa dari
larutan CuSO4 1M dan KOH 1M. Percobaan B kali ini dilakukan berdasarkan
hukum kekekalan massa. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengambil larutan CuSO4 1M sebanyak 20 mL menggunakan gelass ukur.
Kemudian masukkan larutan CuSO4 1M sebanyak 20 mL ke dalam botol selai yang
sudah disiapkan. Larutan CuSO4 1M ini sering disebut juga dengan kupri sulfat atau
tembaga sulfat. Larutan ini berbentuk kristal biru dan biasanya sering kita jumpai
di apotek terdekat. Larutan ini merupakan suatu senyawa garam yang banyak
ditemukan di bumi serta mempunyai kederajatan hidrasi yang berbeda. Larutan ini
banyak digunakan di bumi, salah satunya sebagai bahan pengawetan kayu. Larutan
ini sering disebut sebagai butiran tajam yang berwarna biru atau batu biru. Larutan
ini bisa menyebabkan iritasi kulit dan iritasi mata serius. Jika terjadi kontak dengan
larutan ini maka segera cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Aak, 1991).
Langkah selanjutnya adalah ambil larutan KOH 1M sebanyak 5 mL ke dalam botol
vial yang sudah disiapkan.
Larutan KOH Kalium hidroksida, juga dikenal sebagai alkali adalah senyawa
anorganik dengan rumus kimia KOH. Juga sering disebut sebagai potas kaustik, itu
adalah basa kuat yang dipasarkan dalam beberapa bentuk termasuk pelet, serpih,
dan bubuk. Ini digunakan dalam berbagai aplikasi kimia, industri dan manufaktur.
Kalium hidroksida juga merupakan prekursor senyawa kalium lainnya. Kalium
hidroksida digunakan dalam makanan untuk mengatur pH, sebagai penstabil, dan
sebagai zat pengental. Langkah selanjutnya yaitu mengikatkan seutas benang ke
leher botol vial, kemudian memasukkan botol vial tersebut ke dalam botol selai
yang berisi larutan CuSO4 dan menutup botol selai dengan rapat. Kemudian
menimbang botol selai yang berisi botol vial dan menghasilkan massa sebesar
172,7711 g. setelah itu mereaksikan larutan dengan cara memiringkan botol selai
agar larutan KOH dapat bercampur dengan larutan CuSO4 , dan melakukannya
dengan hati-hati. membiarkan botol tersebut beberapa saat. Dan ternyata warna
larutan yang ada didalam botol tersebut berubah menjadi hijau tosca dan reaksi
kedua larutan menghasilkan endapan Cu(OH)2. setelah direaksikan dan terjadi
reaksi sebagai berikut :
CuSO4 + KOH K2SO4 + Cu(OH)2

Lalu menimbang kembali botol selai yang berisi botol vial setelah larutan
tersebut direaksikan dan dihasilkan massa sebesar 172,7811 g. Setelah itu dianalisa
massa sebelum dan sesudah direaksikan sama walaupun memiliki selisih sebesar -
0,01 g, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa pada percobaan B ini sesuai dengan
hukum kekekalan massa yang bunyinya “ Dalam disistem tertutup, massa sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama” (Sulakhudin, 2019).
Pada praktikum percobaan B kali ini terjadi perubahan fisika. Perubahan
fisika yang terjadi adalah perubahan warna di larutan yang semula berwarna bening
dan biru setelah direaksikan berubah menjadi warna hijau tosca, ini sesuai bahwa
perubahan fisika merupakan perubahan materi yang tidak disertai terjadinya zat
baru, tidak berubah zat asalnya. Hanya terjadi perubahan wujud, perubahan warna,
perubahan bentuk atau perubahan ukuran. Perubahan materi secara kimia akan
menyebabkan terbentuknya zat baru. Pada perubahan kimia, susunan komponen zat
berubah. Gejala yang menyertai terjadinya perubahan kimia adalah terjadinya
perubahan warna, terjadinya endapan, terbentuk gas, dan perubahan suhu ( Afnidar,
2007). Mengapa perubahan fisika ini dapat terjadi dikarenakan adanya larutan KOH
1M yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 menghasilkan terjadinya perubahan
warna pada larutan senyawa tersebut. Untuk perubahan kimia sendiri terjadi
karena adanya perbedaan molaritas dari larutan CuSO4 1 M dan KOH 1 M yang
dicampurkan. Perbedaan massa dari larutan CuSO4 20 ml dengan KOH 0,1 M 5 ml
sebelum direaksikan adalah 172,7711 sedangkan massa dari larutan CuSO4 20 ml
dengan KOH 0,1 M 5 ml sesudah direaksikan adalah 172,7711. Selisih massa dari
larutan sebelum dan sesudah direaksikan adalah 0,01 gram. Reaksi yang terjadi
antara CuSO4 dan NaOH adalah CuSO4 + NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4.

16. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, kesimpulan yang didapat adalah:
1. Reaksi kimia yang terjadi dalam pratikum stoikiometri adalah
CuSO4 + KOH K2SO4 + Cu(OH)2
2. Dalam percobaan A dimana untuk menghitung massa 50 mL dan 100 mL
air dan dengan massa 150 mL air, menghasilkan massa yang sama sebesar
yaitu 149,4 g, sehinga sesuai dengan hukum kekekalan massa.
3. Dalam percobaan B dimana larutan CuSO4 dan KOH sebelum direaksikan
menghasilkan massa sebesar 172,7711 g dan setelah direaksikan memiliki
massa sebesar 172,7811 g dan selisih keduanya 0,01 gram. Sehingga massa
larutan sebelum dan setelah reaksi dapat dinyatakan sama atau konstan.
4. Dalam percobaan B mengalami perubahan fisika yaitu mengalami
perubahan warna dari warna bening dan biru ketika sudah direaksikan
berubah menjadi warna hijau tosca. Dan perubahan kimia yaitu
terbentuknnya endapan Cu(OH)2.

17. Daftar Pustaka


Aak. 1991. Seri Budidaya Mangga. Halaman 193, Yogyakarta, Kanisius
Adri Nora. 2017. Modul Pratikum Kimia Dasar. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Program Studi Bioteknologi, Universitas Esa Unggul.
Agus Mukti Wibowo. 2013. Peningkatan pemahaman konsep perubahan
materi melalui perbaikan bahan ajar. Madrasha, Vol. 5, No. 2, Hal. 57-59.
Cok Istri Putri Kusuma Kencanawati. 2012. Diktat Mata Kuliah Kimia Dasar.
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
Delvi Ayu Wulandari dan Yulkifli. 2018. Studi awal rancang bangunan
colorimeter sebagai pendeteksi pada pewarna makanan menggunakan
sensor photodiode. Jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang, Vol. 11 No. 2, Hal. 84.
Padang
Sulakhudin. 2019. Konsep dan Aplikasi Dalam Ilmu Tanah. Halaman 25-66,
Yogyakarta, CV. Budi Utama
Wardiyah. 2016. Praktikum Kimia Dasar, Hal. 7-13, Jakarta Selatan,
Pusdik SDM Kesehatan.
Widiya Anggistina. 2021. Pengembangan Modul Pratikum Kimia Stoikiometri
Berbasis Lingkungan. Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam,
Jurusan Pendidikan Sains Dan Sosial Fakultas Tarbiyah Dan Tadris,
Institusi Agama Islam Negeri (IAIN). Bengkulu.
Zul Alfian. 2019. Kimia Dasar. 9. Medan. USUpress.

Anda mungkin juga menyukai