Semester V 2022/2023
LAPORAN PRAKTIKUM
V. DATA PENGAMATAN
Vitamin A
a. Sampel
ABS
Sampel Berat Sampel (mg)
0,160
Simplo 3,0006
0,152
Duplo 3,0005
0,159
Triplo 3,0001
b. Larutan standar 0,286 A
c. Panjang gelombang 450 nm
Vitamin C
Berat Sampel (mg) Hasil Titrasi (ml)
4,0343 7,9
4,0014 7,8
4,0205 8,0
VI. PERHITUNGAN
A. Analisa Vitamin A
𝐴𝐵𝑆 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜇𝑔 𝐴𝐵𝑆 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 5,6 𝑥 2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 ( 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) =
𝑔 Berat sampel
Simplo
0,160 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0006 mg
0,5653 𝑥 11,2
=
3,0006
Duplo
0,152 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0005 mg
0,5371 𝑥 11,2
=
3,0005
= 2,004 µ/g : 2 µ = 1,002 gram
Triplo
0,159 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0001 mg
0,5618 𝑥 11,2
=
3,0005
3,14925
=
3
= 1,04975 gram
B. Analisa Vitamin C
Rumus = 1 mg vitamin c / 100 g sampel
mg
ml larutan per liter x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
mg sampel
Simplo
mg
7,9 ml x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
4.034,3 mg
695,2
= 4.034,3 mg
= 0,1723 mg
Duplo
mg
7,8 ml x 0,88 ( ) 𝑥 100 𝑚𝑔
= ml
4.001,4 mg
686
=
4.001,4 mg
= 0,1715 mg
Triplo
mg
8,0 ml x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
4.020,5 mg
704
=
4.020,5 mg
= 0,1751 mg
VII. PEMBAHASAN
VITAMIN A
Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin A dengan metode
spektofotometer UV-Vis. Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu susu
bubuk yang dilakukan secara triplo. Witamin A merupakan suatu alcohol, di dalam
tumbuhan terdapat sebagai senyawa karoten yang disimpan di dalam hati. Sumber
utama dalam vitamin A salah satunya berasal dari makanan hewani, buah yang
berwarna jingga dan sayur-sayuran yang berwarna hijau tua. Secara kimia, vitamin A
berupa kristal alcohol berwarna kuning dan larut di dalm lemak atau pelarut lemak.
Dalam makanan, vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat
pada asam lemak rantai panjang.
Penetapan vitamin A ini dilakukan dengan berbagai tahapan dan dimulai dari
saponifikasi, tahap ekstraksi, tahap pemekatan dan tahap pengukuran menggunakan
instrumen. Saponifikasi dilakukan dengan menggunkan kalium hidroksida dengan
pelarut campuran etanol dan air, penambahan zat antioksidan dan pemanasan pada
suhu 60-80ºC. tahap ekstraksi dilakuakan menggunkaan pelarut organic seperti
petroleum eter. Selanjutnya dilakukan pemekatan atau penguapan organic yang
digunakan, lalu dilarutkan lagi dengan pelarut lainnya seperti methanol atau etanol
dan selanjutnya siap untuk ditetapkan kadarnya menggunakan intstrumen
spektrofotometer UV-Vis.
Pada percobaan ini sampel ditambahkan dengan etanol 95% di vortex (kocok
manual selama 1 menit. Larutan ditambahkan n-heksan yang merupakan pelarut
organic sama seperti petroleum eter yang bertujuan untuk mengikat senyawa 𝛽 −
𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 di dalam sampel sehingga didapatkan ekstrak 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛. Filtrat yang
mengandung ß-karoten dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan larutan n-heksan
Kembali sebanyak 3-4 ml kemudian dikocok selama 10 menit. Selanjutnya
ditandabataskan dengan n-heksan. Kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-
Vis.selain sampel, disiapkan juga larutan standar ß-karoten dan blanko dari pelarut n-
heksan. Selanjutnya blanko, standar dan sampel diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum 450nm.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kadar vitamin A di dalm sampel susu
bubuk yang dilakukan secara triplo dan hasilnya secara berturut-turut sebesar 1,005
gram; 1,022 gram; dan 1,14225 gram sehingga hasil yang didapatkan jika dirata-
ratakan sebesar 1,04975 gram.
VITAMIN C
Praktikum kali ini kita telah melakukan percobaan Analisa kadar vitamin C
dengan menggunakan metode iodometri. Tujuannya agar dapat menentukan ladar
vitamin C dengan metode iodometri, vitamin C merupakan salah satu vitamin yang
sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin c mempunyai peranan yang sangat penting
bagi tubuh, vitamin c juga mempunyai peranan penting bagi tubuh manusia seperti
dalam sistem kolagen pembentukan cartine, terlibat dalam metabolisme kolesterol
menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neutrotransmitter
norepinefrin.
Percobaan ini dilakukan dengan melakukan pembuatan larutan perekasi
yodium 0,01 N. larutan ini digunakan sebagai peniter. Sedangkan untuk larutan
amilum 1% dibuat sebagai indicator. Dalam persiapan sampelnya dilakukan
penimbangan sebanyak 4 gram, kemudian menambahkan aquades 25 ml.
penambahan aquades ini bertujuan meningkatkan volumenya agar hasil titik akhir
titrasi dapat terlihat dengan jelas. Lalu dilakukan penambhaan indicator 1 tetes
sebagai tanda bahwa larutan peniter telah berlebih. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pada Analisa kali ini, didapatkan hasil Analisa dengan metode iodimetry
secara triplo berturut-turut yaitu 0,173 mg; 0,1715 mg; 0,1751 mg dengan rata-rata
0,1729 mg.
VIII. KESIMPULAN
Analisa Kadar Vitamin A
1. Simplo = 1,055 gram
2. Duplo = 1,002 gram
3. Triplo = 1,14225 gram
Rata-rata = 1,04975 gram
Analisa Kadar Vitamin C
1. Simplo = 0,1723 mg
2. Duplo = 0,1715 mg
3. Triplo = 0,1751 mg
Rata-rata = 0,1729 mg
I. TUJUAN
- Menetukan kadar gula reduksi dalam suatu bahan dengan metode luff
school
1. Monosakarida
Adalah karbohidat yang tidak dapat dihidrolisi menjadi bentuk
yang lebuh sederhana lagi, dapat dibedakan berdasarkan banyaknya
atom C pada molekulnya, dan gugus aldehid atau keton yang dikadung
berubah menjadi aldose dan ketosa. Monosakarida merupakan gula
sederhanan yang memiliki satu atom karbon asimetrik. Contoh :
glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan ribose.
2. Oligosakarida
Adalah karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh
monosakarida yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Biasanya dikenal
dengan disakarida. Contoh: maltosa, laktosa, dan sukrosa.
3. Polisakarida
Adalah karbohidrat yang mengandung lebihg dari sepuluh
monosakarida yang berikatan. Bila dihidrolisis dapat menghasilkan
lebih dari 6 molekul monosakarida. Contoh: glikogen dan amilum (pati)
merupakan pilimer glukosa. Berfungsi untuk penyimpanna karbohidrat.
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat:
1. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula reduksi. Gula
pereduksi adalah gu;a yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedkitnya dua buah monosakarida. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna
merah bata. Unruk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Uji Benedict dapat memberikan hasil warna beragam, tergnautng
konsentrasi larutan monosakarida yang diuji. Hasil ini bersifat semi
kuantitaif, karena tingkatan warna yang dihasilka mulai dari hijau (+),
kuning (++), orange (+++) hingga merah bata (++++). Sifat demikian
disebabkan oleh peranan natrium sirat sebagai kelator ion kupri dalam
suasan alkalis lemah.
2. Test Yodium
Pada umumnya polisakarida dengan larutan yodium akan
membentuk ikatan yang berwarna. Misalnya zat pati ditambahkan larutan
yodium akan membentuk ikatan yod-amilum berwarna biru. Iondium
memberikan warna kompleks dengan polisakarida.
3. Uji Seliwanff
Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa
oleh asam panas menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural yang
selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membenruk senyawa
berwarna merah.
7. Setelah itu, masukkan beberapa butir batu didih dan refluks sampai
terbentuk endapan merah.
VI. PERHITUNGAN
Angka total = (blanko–sampel) x (Normalitas Na2S2O3 terstandarisasi/0,1)
0 , 105 𝑁
= (9-7,5) ml x ( )
0,1
= 1,5 ml x 1,05 N
= 1,575
Angka tabel =
ml Na2SO4 Glukosa
1 2,4
2 4,3
= 2,4 mg + 0,24 mg
= 2,64 mg
𝑢𝑠 𝑎 𝑥 𝑥 0 , 95
% karbohidrat = 𝑥 100%
𝑠𝑎
2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
= 𝑥
100%
2004,1
2 , 508
= 𝑥
100%
2004,1
= 0,1 %
2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
Duplo = 𝑥 100%
2007,6
2 , 508
= 𝑥
100%
2007,6
= 0,001 x 100%
= 0,1 %
2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
Triplo = 𝑥 100%
2009,1
2 , 508
= 𝑥
100%
2009,1
= 0,1 %
VII. PEMBAHASAN
Pratikum kali ini yaitu analisis karobohidrat, Karbohidrat
merupakan sumber kalori bagi organisme heterotroph (makhlus hidup
yang memerlukan sumber senyawa organic dari lingkungannya untuk
memperoleh energy). Karbohidrat tersusun dari unsur-unsur karbon (C),
hydrogen (H), oksigen (O) dengan rumus umum CnH2nOn. Adapun
sampel yang digunakan pada pratikum ini yaitu susu bubuk, dimana kita
ketahui bahwa susu bubuk juga mengandung karbohidrat. Langkah
pertama yang dilakukan pada pratikum ini yaitu menimbang sampel
sebanyak 2 gram, kemudian diteteskan larutan pb-asetat, hal ini
bertujuan untuk mereduksi kandungan lain selain karbohidrat yang
terdapat pada sampel. Selanjutnya dilakukan penambahan Na2CO3 lalu
dihimpitkan dengan aquades lalu dipipet dan ditambhkan larutan luff-
schoorl, setelah itu direfluks didinginkan dan ditambhkan larutan KI
20% dan H2SO4 26,5% dan dititrasi dengan larutan Tio Sulfat. Setelah
dilakukan perhitungan kadar karbohidrat pada sampel susu bubuk
diperoleh hasil umtuk triplo sebar 01%, kadar karbohidrat pada susu bubuk
kemasan ini terbilang cukup rendah dibandikan kadar proteinnya.
VIII. KESIMPULAN
A. Serat Kasar
Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan
(dierty fiber) dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam
makanan adalah kemampuannya mengikat air, selulosa dan pectin. Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluram
pencernaan untuk disekresikan keluar. Istilah dari serat makanan harus
dibedakan dengan istilah serat kasar yang biasa digunakan dalam anakisa
proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulat dan
natrium hidroksida. Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut
dalam air.
Metode uji kualitatif yang biasa di pakai untuk menguji serat kasar
adalah dengan pereaksi schweltzar (kupra-ammoniumm-hidroksida),
karena selulosa adalah suatu zat yang berwarna putih dan tidak larut
dalam hamper semua pelarut. Pada analisa penentuan serat kasar
diperhitungkan banayknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer atau
basa encer dengan kondisi tertentu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:
A. Alat
Timbangan analitik
Mortar
Soxhlet
Kondensor
Erlenmeyer
Kertas saring
Spatula
Oven
Desikator
Cawan petri
B. Bahan
Aquades
N-heksan
Kertas Ph
Kertas saring
NaOH
H2S04
IV. PROSEDUR KERJA
1.
Ditimbang sebanyak 2 g
2.
dilarutkan
3.
5.
Mencuci residu dengan aquades panas hingga mencapai titik pH netral dan
dicuci dengan NaOH mendidih sampai semua residu masuk ke dalamnya
6.
Didihkan selama 30 menit
7.
Menyaring residu dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil
dicuci dengan aquades panas dan alkohol 96%
8.
VI. PERHITUNGAN
W 2 −W 1
Kadar serat kasar (g/100g bahan basah) = x 100
W
Dimana:
W: bobot sampel
W1: bobot kertas saring yang telah dikeringkan (g)
W2: bobot residu dan kertas saring yang telah dikeringkan (g)
2,5152 g −1, 37 92 g
Kadar serat kasar (g/100g bahan basah) = x 100
2,000 g
1,136 g
= x 100
2,000 g
= 56,8%
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu analisa kadar serat pada sampel. serat kasar
adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air selain itu serat kasar
tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat. serat kasar mengandung
fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin yang dikategorikan sebagai
fraksi penyusun dinding sel tanaman. adapun sampel yang digunakan pada
pratikum kali ini yaitu sayura sawi. pada umumnya sawi mengandung
serat kasar sebesar 17,89 %. Adapun langkah awal yang dilakukan yaitu
sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 lalu direfluks selama 30
menit. Filtrate disaring untuk memperoleh residu. Residu dicuci dengan
aquades panas untuk mengurangi keasamannya. Kemudian dilakukan
hingga pH hingga mencapai 7 (netral). Dipindahkan residu erlenmeyer
lalu ditambahkan 100 ml NaOH mendidih. Direfluks kembali selama 30
menit, disaring kembali lalu dicuci dengan aquades panas dan alkohol
96%. Dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam pada suhu 105°C untuk
mengurangi kadar air. kemudian didinginkan dalam desikator untuk
menyerap kelebihan kadar air yang tersisa dan ditimbang sampai berat
konstan. Setelah dilakukan perhitungan kadar serat kasar pada sawi
diperoleh sebesar 56,8% hal ini menunjukan bahwa hasil yang diperoleh
lebih besar dibandingkan literatur.
VIII. KESIMPULAN
V. DATA PENGAMATAN
No Berat cawan Berat cawan Berat cawan W1 – W2
kosong (W2) kosong + kosong +
sampel sebelum sampel setelah
pemanasan pemanasan
(W1)
VI. PERHITUNGAN
A. Kadar abu basis basah
Cawan 1
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑤
2.001 𝑔 − 1.9624.
= 𝑥100%
2.001
0.0377
= 2.001
= 0.01884%
Cawan 2
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑊
2.000𝑔−1.9677
= 𝑥100%
2.000
0.0323
= 2.000
= 0.01615%
Cawan 3
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑊
2.001−(1,9612)
= 𝑥100%
2.001
0.0389
= 2.001
= 0.01944%
0.1884%
=100−0.1884% 𝑥100%
=0.1887%
Cawan 2
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
Kadar Abu Kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥100%
0.01615%
= 100−0.01615% 𝑥100%
=0,0161%
Cawan 3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
Kadar Abu Kering =100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥100%
0.01944%
=100−0.01944% 𝑥100%
=0.01944%
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini,pemanasan dilakukan menggunakan oven. Penggunaan
oven ini lebih mudah karena suhunya dapat diatur sesuai dengan ketentuan
yang akan digunakan untuk proses pemanasan . Untuk analisis kadar
abu,bahan yang digunakan adalah susu bubuk. Abu merupakan residu
anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organic bahan
bangan.Kadar abu dari suatu bahan pangab menunjukkan kandungan mineral
yang terdapat dalam bahan tersebut,kemurnian,serta kebersihan suatu bahan
yang dihasilkan.Sebelum menimbang sampel hal pertama yang harus
dilakukan adalah,memanaskan cawan kosong selama kurang lebih 30
menit.setelah itu didinginkan kemudian cawan tersebut ditimbang sebagai
berat kosong cawan .
Setelah cawan tersebut ditimbang kosong ,selanjutnya hal yang dilakukan
yaitu menimbang sampel susu bubuk sebanyak 2 gram. Kemudian
memasukkan sampel tersebut kedalam cawan yang telah ditimbang
kosong,selanjutnya cawan yang telah berisi sampel tersebut dimasukkaan
kedalam tanur selama 4 jam,mengapa kita gunakan durasi tersebut ,agar hasil
yang diperoleh betul betul akurat ,dan juga agar sampel tersebut cepat terbebas
dari kendungan air nya, dan menjadi abu yang sempurna.Analisis kadar abu
dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara mendeteksi
komponnen organic sampel didalam suhu tinggi dengan menggunakan
tanur,sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan deret konstan
tercapai oksigen yang terdapat didalam udara bertindak sebagai oksidator.
Residu yang didapatakan merupakan total abu dari suatu sampel.
Dari percobaan yang dilakukan ,pada praktikum yang telah dilakukaan
diperoleh hasil untuk kadar abu basis basah dari cawan 1 ,cawan 2 dan cawan
3.untuk cawan 1 =0.01884%,cawan 2= 0.01615%, dan cawan
3=0.01944%.dan untuk kadar abu berbasis kering datanya yaitu pada cawan
1=0.1887%,cawan 2=0.0161% serta cawan 3=0.01944%.
VIII. KESIMPULAN
Berdarsarkan praktikum yang telah dilakukan mapa dapat disimpulkan bahwa
analisa penetuan kadar abu ini dilakukan untuk mengetahui kadar abu dalam
sampel susu.kemudian adapun data yang diperoleh juga sudah sesuai.
ANALISIS KADAR AIR
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar air suatu sampel
dengan metode oven.
V. DATA PENGAMATAN
VI. PERHITUNGAN
A. Kadar air basis basah
Cawan 1
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2
1.000−(𝑜.8148)
= 𝑥100%
0.8148
= 0.1852%
Cawan 2
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2
1.000−(𝑜.7960)
= 𝑥100%
0.7960
= 0.2573%
Cawan 3
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2
1.000−(𝑜.7832)
= 𝑥100%
0.7832
= 0.2770%
0.1852%
= 𝑥100%
(100−0.1852%)
0.1852%
= 𝑥100%
(99.8148%)
= 0.1855%
Cawan 2
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
Kadar air basis kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
0.2573%
= 𝑥100%
(100−0.2573%)
0.2573%
= 𝑥100%
(99.7427%)
= 0.2579%
Cawan 3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
Kadar air basis kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
0.2770%
= 𝑥100%
(100−0.2770%)
0.2770%
= 𝑥100%
(99.723%)
= 0.2777%
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar air pada sampel susu ,yang
mana susu yang digunakan yaitu susu bubuk ,pratikum ini bertujuan untuk
mengetahui berepa banyak kadar air dalam sampel susu bubuk. Kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada
bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa
pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut.
Pada percobaan ini yang pertama dilakukan yaitu memanaskan cawan terlebih
dahulu selama kurang lebih 30 menit bertujuan untuk mengetahui bobot konstan
cawan,selanjutnya setelah diperoleh berat cawan kosong maka kita harus
menimbang sampel susu sebanyak 100 gram,lalu dimasukkan kedalam cawan
,yang mana cawan yang digunakan ada tiga jadi masing masing di isikan sampel
sebanyak 100 gram ,lalu setelah itu sampel dimasukkan kedalam oven selama
kurang lebih 4 jam ,guna memperoleh hasil yang baik jadi waktu yang
digunakan kisaran seperti itu,kemudian setelah 4 jam ,sampel didinginkan lalu
ditimbang dan kemudian menghitung berapa jumlah kadar air di masing masing
cawan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan beberapa data hasil percobaan
untuk analisis kadar air yaitu pada analisis kadar air basis basah untuk cawan 1
diperoleh sebanyak 0,1852% dan untuk cawan 2 yaitu sebanyak 0,2573% serta
cawan 3 sebanyak 0,2770% . Kemudian untuk kadar air berbasis kering
diperoleh data untuk cawan 1 sebanyak 0,1885% dan data untuk cawan 2
sebanyak 0,2579% kemudian yang terakhir data untuk cawan 3 yaitu sebanyak
0,2777%.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa
analisis kadar air merupakan berapa banyak kandungan air yang terkandung
dalam suatu bahan.
ANALISIS PROTEIN
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar protein suatu
bahan dengan menggunakan Metode Lowry.
2. Larutan B
3. Larutan C
1 mL Larutan B + 50 mLLarutan A
4. Larutan D
V. DATA PENGAMATAN
1. Larutan standar
Konsentrasi (ppm) Absorbansi (ABS)
0 0
5 0,149
10 0,151
20 0,255
40 0,349
60 0,509
2. Sampel
Sampel Absorbansi (ABS)
Simplo 0,136
Duplo 0,141
Triplo 0,146
0.4 0.349
Absorbansi
0.3 0.255
0.1
0
0
0 5 10 20 40 60
Konsentrasi (ppm)
VII.PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Standar
1000 ppm = 0,1 g/100
5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5 ppm = V2 .1000
50 ml = V2 . 1000
50 ml
V2 = 1000
V2 = 0,05 ml
10 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 10 ppm = V2 .1000
100 ml = V2 . 1000
100 ml
V2 = 1000
V2 = 0,1 ml
20 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 20 ppm = V2 .1000
200 ml = V2 . 1000
200 ml
V2 = 1000
V2 = 0,2 ml
40 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 40 ppm = V2 .1000
400 ml = V2 . 1000
400 ml
V2 = 1000
V2 = 0,4 ml
60 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 60 ppm = V2 .1000
600 ml = V2 . 1000
600 ml
V2 = 1000
V2 = 0,6 ml
80 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 80 ppm = V2 .1000
800 ml = V2 . 1000
800 ml
V2 = 1000
V2 = 0,8 ml
y = 0,0928x – 0,0894
0,136 = 0,0928x – 0,0894
0,136 + 0,0894 = 0,0928x
0,2254 = 0,0928x
0,2254
x = 0,0928
x = 2,4288 ppm
Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,4288 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
24,288
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00485 x 100 %
= 0,485 %
b. Duplo
y = 0,0928x – 0,0894
0,141 = 0,0928x – 0,0894
0,141 + 0,0894 = 0,0928x
0,2304 = 0,0928x
0,2304
x = 0,0928
x = 2,4827 ppm
Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,4827 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
24,827
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00496 x 100 %
= 0,496 %
c. Triplo
y = 0,0928x – 0,0894
0,146 = 0,0928x – 0,0894
0,146 + 0,0894 = 0,0928x
0,2354 = 0,0928x
0,2354
x = 0,0928
x = 2,5366 ppm
Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,5366 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
25,366
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00507 x 100 %
= 0,507 %
VIII. PEMBAHASAN
Adapun percobaan kali ini adalah analisis protein pada susu bubuk.. Susu
disebut sebagai bahan pangan yang hamper sempurna karena kandungan gizi yang
lengkap. Sebagian besar zat gizi essensial ada dalam susu diantaranya adalah
protein. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat.
Pada percobaan ini menggunakan metode Lowry. Prinsip metode Lowry
adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada
suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada
konsentrasi protein yang ditera.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum analisis kadar protein, menghasilkan
kurva standar yang semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi juga
absorbansinya. Hal tersebut terjadi karena mengindikasikan protein yang terlarut
dalam larutan semakin banyak. Dan menghasilkan nilai y = 0,0928x – 0,0894
dengan nilai R2 = 0,9535.
Dari hasil perhitungan menghasilkan kadar protein pada simplo adalah 0,485
%, duplo 0,496 %, dan triplo 0,507 %. Sedangkan pada kandungan protein pada
susu B pada kemasannya dalah 5 gram.
IX. KESIMPULAN
1. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur.
2. Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-
fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang
intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang ditera.
3. Kadar protein yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu :
- Simplo = 0,485 %
- Duplo = 0,496 %
- Triplo = 0,507 %
X. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Kimia Analisis Obat dan Makanan Politeknik Negeri Ujung Pandang
Hardiyanti. 2013. Laporan Protein. Academia,edu. Universitas Jember
Rohman. Laporan Analisa Protein Metode Lowry. Academia, edu
ANALISIS ANTIBIOTIC TETRASIKLIN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
I. TUJUAN
Untuk mengetahui kandungan tetrasiklin yang terkandung dalam antibiotic
dengan metode spektrofotometri UV-Vis.
2. Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai
cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman gram positif dan gram
negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotik sangat
beragam (Harvey & Champe, 2009).
3. Golongan tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik yang menghambat sintesis protein. Golongan ini aktif terhadap
banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Tetrasiklin merupakan obat
pilihan bagi infeksi Mycoplasma pneumonia, chlamydiae dan rickettsiae.
Tetrasiklin diabsorpsi di usus halus dan berikatan dengan serum protein.
Tetrasiklin didistribusi ke jaringan dan cairan tubuh yang kemudian
diekskresi melalui urin dan empedu.
4. Golongan aminoglikosida
Aminoglikosida termasuk streptomisin, neomisin, kanamisin dan
gentamisin. Golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif enterik.
Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein yang ireversibel.
5. Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum
antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien- pasien yang alergi
penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Antara obat
dalam golongan ini adalah eritromisin. Eritromisin efektif terhadap bakteri
gram positif.
6. Golongan sulfonamida dan trimetropim
Sulfonamida menghambat bakteri gram positif dan gram negatif.
Trimetropim menghambat asam dihidrofolik reduktase bakteri. Kombinasi
sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing,
salmonelosis dan prostatitis.
7. Golongan flurokuinolon
Flurokuinolon merupakan golongan antibiotik yang terbaru. Antibiotik
yang termasuk dalam golongan ini adalah ciprofloksasin (Katzung, 2007).
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah
menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap
merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma,
psitakosis, salpingitis, uretritis dan limfogranuloma venereum), riketsia
(termasuk Q-fever), brusela (doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin)
dan spiroketa, Borellia burgdorferi (Lyme disease). Tetrasiklin juga digunakan
pada infeksi saluran pernafasan dan mikoplasma genital, akne, destructive
(refractory) periodontal disease, eksaserbasi bronkitis kronis (karena
aktivitasnya terhadap Hemophilus influenzae), dan untuk leptospirosis pada
pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai alternatif dari eritromisin).
Secara mikrobiologis, hanya sedikit jenis organisme yang dapat diatasi
dengan menggunakan golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin yang memiliki
spektrum luas. Minosiklin sudah jarang digunakan karena efek samping seperti
vertigo dan pusing. Infeksi pada rongga mulut. Pada dewasa dan anak di atas 12
tahun, tetrasiklin efektif terhadap kuman anaerob oral namun sudah jarang
digunakan karena resistensi. Obat ini masih mempunyai peranan dalam terapi
destructive (refractory) forms of periodontal disease. Doksisiklin mempunyai
lama kerja yang lebih panjang daripada tetrasiklin, klortetrasiklin atau
oksitetrasiklin dan hanya perlu diberikan satu kali sehari, juga dilaporkan lebih
aktif terhadap anaerob dibandingkan tetrasiklin lainnya.
Tetrasiklin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik.
Tetrasiklin dapat meningkatkan kelemahan otot pada pasien miastenia gravis
dan eksaserbasi lupus eritematosus sistemik. Antasida dan garam Al, Ca, Fe, Mg
dan Zn menurunkan absorpsi tetrasiklin. Susu menurunkan absorpsi
demeklosiklin, oksitetrasiklin dan tetrasiklin.
Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat
antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping lain
yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi hipersensitivitas
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven- Johnsons, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat sebagai
pertanda adanya benign intracranial hypertension (terapi dihentikan).
Menambahkan
aquades 25 ml, lalu
ditandabataskan
dalam labu ukur
250 ml.
- Memipet
larutan 5 ml
- (+) 75 ml H2O
- (+) 5 ml NaOH
- Diterakan dalam
labu 100 ml
Di hitung 6 menit setelah
ditambahkan NaOH, lalu di
ukur menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis
pada Panjang gelombang
380 nm.
V. DATA PENGAMATAN
Data penimbangan obat 1 tablet = 0.5451 gram
0.545 1 𝑔
Data penimbangan obat setelah dibagi = = 0.02725 gram
20
VI. PERHITUNGAN
Harga 𝐸1%
1 = 372
1% 𝑒 𝑒 𝑖
𝐸1 = 𝑋
372 1%
0.165
Konsentrasi = 372
𝑥1%
Konsentrasi = 0.000443548387 %
Konsentrasi = 0.00044 %
VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi tetrasiklin
dalam 1 tablet obat. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah obat
yang mengandung tetrasiklin. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi sampel adakah spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri UV-
Vis merupakan gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan Visible.
Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
cahaya UV dan sumber cahay Visible. Larutan yang dianalisis diukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang
dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang
terdapat dalam larutan tersebut.
Tetrasiklin HCL merupakan suatu senyawa berwarna kuning, larut di
dalam air. Tetrasiklin HCL dapat ditentukan kadarnya dengan metode
spektrofotometri UV-Vis karena memiliki gugus kromofor di dalam
strukturnya. gugus kromofor ini yang menyebabkan tetrasiklin HCL
memiliki ikatan rangkap terkonjungsi sehingga mudah diidentifikasi dengan
spektrofotometri UV-Vis.
Tetracycline HCl termasuk dalam antibiotik golongan tetracycline.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein yang
penting untuk pertumbuhan bakteri. Dengan begitu, bakteri tidak bisa
bertambah banyak dan infeksi akan lebih mudah diatasi oleh sistem
kekebalan tubuh.
Tetrasiklin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik.
Tetrasiklin dapat meningkatkan kelemahan otot pada pasien miastenia
gravis dan eksaserbasi lupus eritematosus sistemik. Antasida dan garam Al,
Ca, Fe, Mg dan Zn menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat
antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping
lain yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan
darah, fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi
hipersensitivitas (ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven-Johnsons,
urtikaria, angioedema, anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat sebagai pertanda adanya benign intracranial
hypertension (terapi dihentikan). Bulging fontanelles pada bayi telah
dilaporkan.
Adapun hasil pengukuran absorbansi sampel adalah 0.165 abs. Dari
data tersebut dapat dihitung jumlah konsentrasi (%) yang terkandung dalam
1 tablet obat tetrasiklin. Dan dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi
tetrasiklin (%) yang terkandung dalam 1 tablet obat adalah 0.00044 %. Hasil
yang diperoleh membuktikan bahwa ada senyawa lain yang terkandung dalam
obat tetrasiklin sebagai satu kesatuan yang Menyusun obat tersebut menjadi
obat yang kompleks.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini, maka fdapat disimpulkan bahwa kandungan
tetrasiklin yang terkandung sebagai antibiotic adalah 0.00044 % dalam
0.02725 gram dalam 500 mg (1 tablet) dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis.
ANALISIS LEMAK
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar analisis lemak dengan
metode Soxhlet.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar lemak pada sejumlah bahan
ujiatau sampel.
V. DATA PENGAMATAN
pada percobaan ini isolasi lemak dalam susu dilakukan dengan metode ekstraksi
Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia
yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair. Ekstraksi dilakukan untuk menyarizat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan bahan-bahan lain. Ekstraksi ini didasarkanpada
prinsip perpindahan massan kompoen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Voight,
1971). Metode soxhlet dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efisiensi bahan)dan larutan sari yang dialirkan melalui kertas saring tetap tinggal dala
m labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengeskstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Pemilihan pelarut ideal untuk ekstraksi lemak
harus mampu secara sempurna mengeksktaksi semua komponen lemak dar i
makanan dan meninggalkan komponen selain lemak. Efisiens i
pelarut tergantung,polaritas lemakyang ada. Lemak polar seperti fosfolipid lebih mudah
larut dalam pelarut yang lebih polar seperti alkohol. Sebaliknya, lemak non-polar
seperti triasilgliserol lebih mudah larut dalam solven non-polar seperti heksan. Pelarut
yang dipilih juga harus murah, mempunyai titik didih rendah, non- toksik dan tidak
mudah terbakar.
Pada dalam selongsong diletakkan kapas bebas lemak sebagai penutup agar
partikel bahan tidak ikut terbawa aliran pelarut. Selanjutnya dipasang labu lemak dan
kondensor, pada labu dipanaskan dihotplate akan menguap, terkondensasi pada
pendingin,selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor. Apabila pelarut telah
mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan masuk
pada labu,dan begitu seterusnya. Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor
kontinyu, sehingga proses ekstraksi berlangsung terus menerus hingga pelarut yang
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Proses yang kontinyu ini berlangsung
selama minimal 5 jam (Nurcholis, 2013). Setelah terekstraksi, lemak yang telah turun
ke labu lemak bersama N-Heksane diambil kemudian dikeringkan dalam oven
sampai diperoleh berat konstan.
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar analisis lemak dengan
metode Soxhlet adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak yaitu N-Heksane. Berat
lemak bahan uji diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan pelarutnya, kadar
lemak dalam susu bubuk yang diuji dalam basis basah 55,3% dan basis kering 57%.
ANALISIS PENISILIN
I. TUJUAN
- Menentukan kadar ampicillin dalam sedian kaplet dengan metode iodimetri
CH 3
R N
H N CH3
COOH'
Penisilin mengandung cincin tazolidina (A) dan cincin beta laktam (B). H’
dapat diganti dengan kation anorganik atau organic membentuk suatu garam.
Penggantian gugus R mempengaruhi terhadap kelarutannya dalam pelarut
organik, stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase.
BAHAN :
Dipipet 5ml
(+) 1 ml NaOH 1N
20 menit dibiarkan ( ditempat gelap
(+) 1 ml HCL 1N
(+) 5 ml aquadest
VI. PERHITUNGAN
Kadar = (blanko – sampel) ml × 3,714 mg
= ( 8,7 – 3,40) ml × 3,714 mg
= 5,3 × 3,714 mg
= 19,6842 mg
VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat menetapkan kadar
penisilin dalam sediaan kaplet penisilin dengan menggunakan metode
iodometri. Hal ini berhubungan dengan penetapan mutu obat. Salah satu
parameter mutu obat adalah kadar atau konsentras iobat, yang
mempengaruhi khasiat atau efek obat. Dalam praktikum ini, akan dianalisis
apakah sampel obat ampisilin masih bermutu, dalam hal kadarnya masih
berada
dalam batasan yangdiperbolehkan oleh United State Pharmacopeia (2005), yai
tu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 120%, dihitung dari kadar yang
tercantum dalam label claim sediaan.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil pratikum, maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan penisilin yang terkandung dalam obat antibiotik (sampel
ampicillin) dengan metode iodimetri adalah 19,6842 mg dalam
500mg (1 kaplet).