Anda di halaman 1dari 72

Laboratorium Kimia Analisis Obat dan Makanan

Semester V 2022/2023

LAPORAN PRAKTIKUM

Kimia Analisis Obat dan Makanan

Pembimbing : M. Yasser, S.Si., M.Si


Kelas : 3B D3-Analisis Kimia
Kelompok : IV (Empat)
Nama Kelompok : 1) Nur Inayah
2) Andhika Pratama Tulak
3) Munnifah Anton
4) Fitra Maharani
5) Endang Suriyani Amir

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022
ANALISIS VITAMIN
I. TUJUAN
 Untuk mengetahui kadar vitamin A yang terkandung dalam susu bubuk;
 Untuk mengetahui kadar vitamin C yang terkandung dalam susu bubuk.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang Digunakan
 Corong pisah
 Pipet ukur 5ml, 25ml
 Gelas kimia 100ml
 Tabung reaksi
 Corong
 Erlenmeyer
 Labu ukur 10ml, 100ml, 500ml
 Botol semprol
 Bola hisap
 Batang pengaduk
 Buret
B. Bahan yang Digunakan
 Susu bubuk
 N-heksan
 Etanol 95%
III. DASAR TEORI
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang
berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat
beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain
retinol, retinol palmitan, dan retinol asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A sering kali
merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dnegan senyawa lain karena senyawa
inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Witamin A banyak
ditemukan pada wortel, minyak ikan, susum keju dan hati. Rumus kimia untuk
vitamin A adalah C20H30O.
Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indera penglihatan bagi
manusia. Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang
diterima oleh retina untuk membantu menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita.
Senyawa yang berperan utama dalam hal ini adalah retinol. Bersaama dengan
redopsin, senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang sensitive
terhadap adanya mentrasmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh karena itu, kekurangan
vitamin A di dalam tubuh sering kali berakibat fatal pada organ penglihatan.
Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi
manusia dan hewani. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam
askorbat dan garamnya, dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam
dehidroaskorbat. Askorbat dan asam askorbat keduanya secara alam terdapat dalam
tubuh ketika salah satu dari asam ini bertemu dalam sel karena perubahan bentuk
yang disebabkan oleh pH.
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat
karena kerja logam, terutama tembaga, besi dan juga adanya oksigen, dan ekspour
terhadap cahaya semuanya meruks kandungan dari vitamin C. enzim yang
mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostettiknya merupakan katalis yang
efesien untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat adalah lakton (ester dalam
asam hidroksikarboksilat) dan diberi oleh ciri gugus enadion, yang menjadikannya
senyawa pereduksi yang kuat.
Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran.
Contoh buah-buahan local yang diketahui kaya akan vitamin c adalah buah lemon
local, jeruk nipis, jambu biji, apel malang dan anans. Dibeberapa negara dosis yang
bisa dianjurkan berkisar dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap orang
membutuhkan 1000 mg atau lebih setiap harinya. Orang yang tidak suka makan
buah-buahan mengakibatkan kekurangan vitamin c. akibat dari kekurangan vitamin,
antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir pecah-pecah bahkan badan menjadi
lemas. Kelebihan vitamin c bisa memberikan dampak negative yaitu bisa
menimbulkan efek yang buruk terhadap tubuh, misalnya badan menjadi pucat dan
kurus. Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin c pada suatu
bahan pangan. Diantaranya metode titrasi, metode spektrofotometri, metode titrasi
iodium dan metode DPPH.

IV. PROSEDUR KERJA


A. Analisa Kadar Vitamin A
1. Ditimbang sampel sebanyak 3 gram ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambhakan 5 ml etanol 95% ke dalam sampel dan diaduk selama 1 menit.
3. Ditambahkan 10 ml petroleum eter, tabung reaksi ditutup dan dikocok selama
10 menit.
4. Dipipet 1 ml lapisan warna kuning kemudian ditambahkan 3-4 tetes n-heksan.
5. Dibuat larutan standar dan melarutkan 20 mg potassium ke dalam air sampai
larutan menjadi 100 ml.
6. Diukur absorbansi menggunkan spektrofotmeter UV-Vis dengan panjang
gelombanb 450 nm.
B. Analisis Kadar Vitamin C
 Pereaksi
1. Membuat larutan yodium 0,01 N (16 gram KI + 1,27 gram yodium
digerus hingga larut kemudian diencerkan hingga volume 1L).
2. Larutan amilum 1% (1 gram amilum + 25 ml aquades dan diaduk.
Dipanaskan suspence tersebut dalam gelas piala di atas api sampai larutan
tidak berwarna, kemudian diencerkan sampai volume 100 ml.
 Analisis Kadar Vitamin C
1. Dimasukkan sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
2. Ditimbang sebanyak 4 gram.
3. Ditambhakan aquades hingga volume 25 ml.
4. Dititrasi dengan larutan yodium dengan indicator amilum 1% sebanyak 1
tetes.
5. Dicatat volume yang digunakan.

V. DATA PENGAMATAN
 Vitamin A
a. Sampel
ABS
Sampel Berat Sampel (mg)
0,160
Simplo 3,0006
0,152
Duplo 3,0005
0,159
Triplo 3,0001
b. Larutan standar 0,286 A
c. Panjang gelombang 450 nm
 Vitamin C
Berat Sampel (mg) Hasil Titrasi (ml)

4,0343 7,9

4,0014 7,8

4,0205 8,0

VI. PERHITUNGAN
A. Analisa Vitamin A
𝐴𝐵𝑆 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜇𝑔 𝐴𝐵𝑆 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 5,6 𝑥 2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 ( 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) =
𝑔 Berat sampel
 Simplo
0,160 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0006 mg

0,5653 𝑥 11,2
=
3,0006

= 2,1100 µ/g : 2 µ = 1,055 gram

 Duplo
0,152 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0005 mg

0,5371 𝑥 11,2
=
3,0005
= 2,004 µ/g : 2 µ = 1,002 gram
 Triplo
0,159 𝐴 𝑥 5,6 𝑥 2
0,283 𝐴
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
3,0001 mg

0,5618 𝑥 11,2
=
3,0005

= 2,2845 µ/g : 2 µ = 1,14225gram

Rata-rata vitamin A dalam sampel susu bubuk:

1,005 gr + 1,002 gr + 1,1425 gr


𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐴 =
3

3,14925
=
3
= 1,04975 gram
B. Analisa Vitamin C
Rumus = 1 mg vitamin c / 100 g sampel

mg
ml larutan per liter x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
mg sampel

 Simplo

mg
7,9 ml x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
4.034,3 mg

695,2
= 4.034,3 mg

= 0,1723 mg

 Duplo
mg
7,8 ml x 0,88 ( ) 𝑥 100 𝑚𝑔
= ml
4.001,4 mg

686
=
4.001,4 mg

= 0,1715 mg

 Triplo
mg
8,0 ml x 0,88 ( ml ) 𝑥 100 𝑚𝑔
=
4.020,5 mg

704
=
4.020,5 mg

= 0,1751 mg
VII. PEMBAHASAN
VITAMIN A
Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin A dengan metode
spektofotometer UV-Vis. Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu susu
bubuk yang dilakukan secara triplo. Witamin A merupakan suatu alcohol, di dalam
tumbuhan terdapat sebagai senyawa karoten yang disimpan di dalam hati. Sumber
utama dalam vitamin A salah satunya berasal dari makanan hewani, buah yang
berwarna jingga dan sayur-sayuran yang berwarna hijau tua. Secara kimia, vitamin A
berupa kristal alcohol berwarna kuning dan larut di dalm lemak atau pelarut lemak.
Dalam makanan, vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat
pada asam lemak rantai panjang.
Penetapan vitamin A ini dilakukan dengan berbagai tahapan dan dimulai dari
saponifikasi, tahap ekstraksi, tahap pemekatan dan tahap pengukuran menggunakan
instrumen. Saponifikasi dilakukan dengan menggunkan kalium hidroksida dengan
pelarut campuran etanol dan air, penambahan zat antioksidan dan pemanasan pada
suhu 60-80ºC. tahap ekstraksi dilakuakan menggunkaan pelarut organic seperti
petroleum eter. Selanjutnya dilakukan pemekatan atau penguapan organic yang
digunakan, lalu dilarutkan lagi dengan pelarut lainnya seperti methanol atau etanol
dan selanjutnya siap untuk ditetapkan kadarnya menggunakan intstrumen
spektrofotometer UV-Vis.
Pada percobaan ini sampel ditambahkan dengan etanol 95% di vortex (kocok
manual selama 1 menit. Larutan ditambahkan n-heksan yang merupakan pelarut
organic sama seperti petroleum eter yang bertujuan untuk mengikat senyawa 𝛽 −
𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 di dalam sampel sehingga didapatkan ekstrak 𝛽 − 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛. Filtrat yang
mengandung ß-karoten dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan larutan n-heksan
Kembali sebanyak 3-4 ml kemudian dikocok selama 10 menit. Selanjutnya
ditandabataskan dengan n-heksan. Kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-
Vis.selain sampel, disiapkan juga larutan standar ß-karoten dan blanko dari pelarut n-
heksan. Selanjutnya blanko, standar dan sampel diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum 450nm.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kadar vitamin A di dalm sampel susu
bubuk yang dilakukan secara triplo dan hasilnya secara berturut-turut sebesar 1,005
gram; 1,022 gram; dan 1,14225 gram sehingga hasil yang didapatkan jika dirata-
ratakan sebesar 1,04975 gram.

VITAMIN C
Praktikum kali ini kita telah melakukan percobaan Analisa kadar vitamin C
dengan menggunakan metode iodometri. Tujuannya agar dapat menentukan ladar
vitamin C dengan metode iodometri, vitamin C merupakan salah satu vitamin yang
sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin c mempunyai peranan yang sangat penting
bagi tubuh, vitamin c juga mempunyai peranan penting bagi tubuh manusia seperti
dalam sistem kolagen pembentukan cartine, terlibat dalam metabolisme kolesterol
menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neutrotransmitter
norepinefrin.
Percobaan ini dilakukan dengan melakukan pembuatan larutan perekasi
yodium 0,01 N. larutan ini digunakan sebagai peniter. Sedangkan untuk larutan
amilum 1% dibuat sebagai indicator. Dalam persiapan sampelnya dilakukan
penimbangan sebanyak 4 gram, kemudian menambahkan aquades 25 ml.
penambahan aquades ini bertujuan meningkatkan volumenya agar hasil titik akhir
titrasi dapat terlihat dengan jelas. Lalu dilakukan penambhaan indicator 1 tetes
sebagai tanda bahwa larutan peniter telah berlebih. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pada Analisa kali ini, didapatkan hasil Analisa dengan metode iodimetry
secara triplo berturut-turut yaitu 0,173 mg; 0,1715 mg; 0,1751 mg dengan rata-rata
0,1729 mg.

VIII. KESIMPULAN
 Analisa Kadar Vitamin A
1. Simplo = 1,055 gram
2. Duplo = 1,002 gram
3. Triplo = 1,14225 gram
Rata-rata = 1,04975 gram
 Analisa Kadar Vitamin C
1. Simplo = 0,1723 mg
2. Duplo = 0,1715 mg
3. Triplo = 0,1751 mg
Rata-rata = 0,1729 mg

IX. DAFTAR PUSTAKA


Evans, W.J. 2000. Vitamin E, Vitmin C, and Exercise Am J clin Nurt.
Hariyadi P. 2011. Teknologi Fortifikasi Vitamin A pada minyak sawit. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
ANALISIS KARBOHIDRAT

I. TUJUAN
- Menetukan kadar gula reduksi dalam suatu bahan dengan metode luff
school

II. TINJAUAN PUSTAKA


Karbohidrat merupakan sumber kalori bagi organisme heterotroph
(makhlus hidup yang memerlukan sumber senyawa organic dari
lingkungannya untuk memperoleh energy). Karbohidrat tersusun dari unsur-
unsur karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O) dengan rumus umum
CnH2nOn. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan
glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energy, pemanis pada
makanan, penghemat protein, pengatur metabolism lemak, penawar racun,
dan masih banyak lagi.
Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan
makanan yang disimpanna dalam akar, batang, biji sebagai pati (amilum).
Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam
amino. gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin,2011).

Karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu:

1. Monosakarida
Adalah karbohidat yang tidak dapat dihidrolisi menjadi bentuk
yang lebuh sederhana lagi, dapat dibedakan berdasarkan banyaknya
atom C pada molekulnya, dan gugus aldehid atau keton yang dikadung
berubah menjadi aldose dan ketosa. Monosakarida merupakan gula
sederhanan yang memiliki satu atom karbon asimetrik. Contoh :
glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan ribose.
2. Oligosakarida
Adalah karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh
monosakarida yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Biasanya dikenal
dengan disakarida. Contoh: maltosa, laktosa, dan sukrosa.
3. Polisakarida
Adalah karbohidrat yang mengandung lebihg dari sepuluh
monosakarida yang berikatan. Bila dihidrolisis dapat menghasilkan
lebih dari 6 molekul monosakarida. Contoh: glikogen dan amilum (pati)
merupakan pilimer glukosa. Berfungsi untuk penyimpanna karbohidrat.
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat:
1. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula reduksi. Gula
pereduksi adalah gu;a yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedkitnya dua buah monosakarida. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna
merah bata. Unruk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Uji Benedict dapat memberikan hasil warna beragam, tergnautng
konsentrasi larutan monosakarida yang diuji. Hasil ini bersifat semi
kuantitaif, karena tingkatan warna yang dihasilka mulai dari hijau (+),
kuning (++), orange (+++) hingga merah bata (++++). Sifat demikian
disebabkan oleh peranan natrium sirat sebagai kelator ion kupri dalam
suasan alkalis lemah.
2. Test Yodium
Pada umumnya polisakarida dengan larutan yodium akan
membentuk ikatan yang berwarna. Misalnya zat pati ditambahkan larutan
yodium akan membentuk ikatan yod-amilum berwarna biru. Iondium
memberikan warna kompleks dengan polisakarida.
3. Uji Seliwanff
Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa
oleh asam panas menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural yang
selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membenruk senyawa
berwarna merah.

III. ALAT DAN BAHAN


 ALAT
- Gelas kimia
- Kertas saring
- Labu takar 100 ml, 200 ml
- Corong
- Batu didih
- Pendingin balik
- Erlenmeyer asa 250 ml
- Erlenmeyer 600 ml
- Batang Pengaduk
- Oven
- Desikator
 BAHAN
- Susu bubuk
- Aquadest
- Pb-asetat
- Na2CO3
- KI 20%
- H2SO4 26,5%
- Kertas saring
- Larutan Luff Schoorl

IV. PROSEDUR KERJA


a. Penentuan Gula Reduksi (Metode Luff Schoorl)
1. Menimbang sampel susu bubuk sebanyak 2 g. Dipindahkan kedalam
labu takar, lalu tambahkan 50 ml aquadest (lakukan secara triplo) .
2. Meneteskan larutan Pb-asetat, hingga latutan jenih

3. Setelah itu, filtrat ditampung ke dalam Erlenmeyer 250 ml. Diteteskan


larutan Na2CO3 (hingga jenuh)

4. Memipet filtrat dan menetesi Na2CO3 lalu di saring kembali pada


erlenmeyer 250 ml

5. Himpitkan filtrat dalam labu takar 250 ml dengan aquadest.


6. Memipet 25 ml sampel kedalam erlenmeyer asah 250 ml, lalu
tambahkan 25 ml larutan Luff-Schoorl.

7. Setelah itu, masukkan beberapa butir batu didih dan refluks sampai
terbentuk endapan merah.

8. Setelah larutan didinginkan. Ditambahkan KI 20% sebanyak 1 sendok


spatula dan 25 ml H2SO4 26,5% hingga larutan berwarna kuning
kunyit.

9. Menitrasi sampel dengan larutan Tio Sulfat hingga larutan berubah


warna menjadi kopi susu.

10. Mencatat volume titrasi


V. DATA PENGAMATAN
Blanko : 9 ml
Simplo : 7,5 ml
Duplo : 7,5 ml
Triplo : 7,5 ml

VI. PERHITUNGAN
Angka total = (blanko–sampel) x (Normalitas Na2S2O3 terstandarisasi/0,1)
0 , 105 𝑁
= (9-7,5) ml x ( )
0,1
= 1,5 ml x 1,05 N
= 1,575

Angka tabel =

ml Na2SO4 Glukosa
1 2,4
2 4,3

1,575 = 2,4 + ( 0,5 x 2,4 )

= 2,4 mg + 0,24 mg

= 2,64 mg
𝑢𝑠 𝑎 𝑥 𝑥 0 , 95
% karbohidrat = 𝑥 100%
𝑠𝑎

2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
= 𝑥
100%
2004,1

2 , 508
= 𝑥
100%
2004,1

= 0,1 %
2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
Duplo = 𝑥 100%
2007,6

2 , 508
= 𝑥
100%
2007,6

= 0,001 x 100%

= 0,1 %
2 , 64 𝑥 1 𝑥 0 , 95
Triplo = 𝑥 100%
2009,1

2 , 508
= 𝑥
100%
2009,1

= 0,1 %
VII. PEMBAHASAN
Pratikum kali ini yaitu analisis karobohidrat, Karbohidrat
merupakan sumber kalori bagi organisme heterotroph (makhlus hidup
yang memerlukan sumber senyawa organic dari lingkungannya untuk
memperoleh energy). Karbohidrat tersusun dari unsur-unsur karbon (C),
hydrogen (H), oksigen (O) dengan rumus umum CnH2nOn. Adapun
sampel yang digunakan pada pratikum ini yaitu susu bubuk, dimana kita
ketahui bahwa susu bubuk juga mengandung karbohidrat. Langkah
pertama yang dilakukan pada pratikum ini yaitu menimbang sampel
sebanyak 2 gram, kemudian diteteskan larutan pb-asetat, hal ini
bertujuan untuk mereduksi kandungan lain selain karbohidrat yang
terdapat pada sampel. Selanjutnya dilakukan penambahan Na2CO3 lalu
dihimpitkan dengan aquades lalu dipipet dan ditambhkan larutan luff-
schoorl, setelah itu direfluks didinginkan dan ditambhkan larutan KI
20% dan H2SO4 26,5% dan dititrasi dengan larutan Tio Sulfat. Setelah
dilakukan perhitungan kadar karbohidrat pada sampel susu bubuk
diperoleh hasil umtuk triplo sebar 01%, kadar karbohidrat pada susu bubuk
kemasan ini terbilang cukup rendah dibandikan kadar proteinnya.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan


dapat disimpulkanbahwa:
1. Prinsip analisa karbohidrat dengan menggunakan metode luff-
schoorl yaitu menentukan Kuprioksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula pereduksi (titrasi blanko) dan
sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi
sampel). .
2. Kadar karbohidrat pada susu bubuk kemasan untuk triplo
yaitu
0,1%

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet Laboratorium Obat dan Makanan Jurusan Teknik Kimia
Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
ANALISA SERAT KASAR

I. TUJUAN : 1). Mengetahui prinsip-prinsip kadar serat kasar


2). Menentukan kadar serat pada sayuran sawi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Serat Kasar

Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan
(dierty fiber) dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam
makanan adalah kemampuannya mengikat air, selulosa dan pectin. Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluram
pencernaan untuk disekresikan keluar. Istilah dari serat makanan harus
dibedakan dengan istilah serat kasar yang biasa digunakan dalam anakisa
proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulat dan
natrium hidroksida. Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut
dalam air.
Metode uji kualitatif yang biasa di pakai untuk menguji serat kasar
adalah dengan pereaksi schweltzar (kupra-ammoniumm-hidroksida),
karena selulosa adalah suatu zat yang berwarna putih dan tidak larut
dalam hamper semua pelarut. Pada analisa penentuan serat kasar
diperhitungkan banayknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer atau
basa encer dengan kondisi tertentu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:

1. Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel


menggunakan pelarut lemak.
2. Digfestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan
pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan
dalam keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat
mungkin dihilangkan dari pengaruh luar. Penyaringan harus segera
dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan penyaringan
dapat mengakibatkanlebih rendahnya hasil analisa karena terjadi
perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk
bahan yang mengandung banyak proten sering mengalami kesulitan
dalam penyaringan, maka sebaiknya dilakukan digesti pendahuluan
dengan menggunakan enzim.
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan
karena angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan
tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat digunakan umtuk
mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau
proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase
serat dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan atau efisiensi
suatu proses.
Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan,
dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube
Dietary Fiber), dan yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber). Serat yang
tidak larut dalam air ada 3 macam yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-
kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase
dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran,
sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber,
metode deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai
keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara
kimia tidak menunjukkan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan
apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah
antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan
terkecil pada kotiledon makanan.
Metode analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjem
Fiber, ADF, atau Neural Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode
gravimetric yang hanya dapat mengukur komponen serat makanan yang
tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti
pectin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama analisis
tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh
adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984)
merupakan metode fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim amylase,
uang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat
mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut, dan serat
makanan tidak larut secara terpisah. Ternyata dari hasil penyelidikan
memperlihatkan ternyata serat sangat baik untuk kesehatan, yaitu
membantu mencegahsemeblit, mencegah kanker, mencegah sakit pada
usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, makanan mengontrol
kadar gula dalam darah, mencegah wasir, membantu menurunkan berat
badan dan masih banyak lagi. Serat makanan tidak dapat diserap dalam
usus halus dan tidak dapat masuk dalam sirkulasi darah, serat ini akan
dibawa oleh usus halus masuk kedalam usus besar dengan gerakan
peristaltic usus. Kehadiran serat pada usus besar ini baik untuk membantu
proses-proses yang terjadi di usus besar. Rata-rata Negara didunia ini
menetapkan sebanyak 30 g kebutuhan akan serat setiap harinya.
B. Sawi

Sawi (Brassica juncea. L) merupakan tanaman semusim dan


tergolong marga brassica. Tanaman sawi yang dimanfaatkan adalah daun
atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman
secara teratur, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim
penghujan. Daerah penanaman yang cocok untuk sawi hijau adalah mulai
dari ketinggian 5 m sampai dengan 1.200m diatas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 m
sampai 500 m di atas permukaan laut. Umur panen sawi paling lama 40
hari, dan paling pendek 30 hari dan terlebih dahulu melihat fisik tanaman
seperti warna, bentuk, ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu
mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian
pangkal batang yang berada di atas tanahdengan pisau tajam.

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

 Timbangan analitik

 Mortar

 Soxhlet

 Kondensor

 Erlenmeyer

 Kertas saring

 Spatula

 Oven

 Desikator

 Cawan petri

B. Bahan

 Aquades

 Sampel sayuran sawi

 N-heksan

 Kertas Ph

 Kertas saring

 NaOH

 H2S04
IV. PROSEDUR KERJA
1.

Ditimbang sebanyak 2 g

2.

dilarutkan

3.

ditambahkan larutan H2SO4

Didihkan dalam Erlenmeyer selama 30 menit dengan sesekali


digoyang-goyangkan
4.

Menyaring suspense dengan kertas saring

5.

Mencuci residu dengan aquades panas hingga mencapai titik pH netral dan
dicuci dengan NaOH mendidih sampai semua residu masuk ke dalamnya

6.
Didihkan selama 30 menit

7.

Menyaring residu dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil
dicuci dengan aquades panas dan alkohol 96%

8.

Dikeringkan selama 1-2 jam Didinginkan


Suhu 105°C

Sampai diketahui berat konstan


V. DATA PENGAMATAN

Berat sampel: 2,0000 g


Berat kertas saring yang telah dikeringkan: 1,3792 g
Berat residu :
=(Berat kertas saring + residu) – (Berat kertas saring)
= 2,5152 g – 1,3792 g
= 1,136 g

VI. PERHITUNGAN

W 2 −W 1
Kadar serat kasar (g/100g bahan basah) = x 100
W

Dimana:
W: bobot sampel
W1: bobot kertas saring yang telah dikeringkan (g)
W2: bobot residu dan kertas saring yang telah dikeringkan (g)

2,5152 g −1, 37 92 g
Kadar serat kasar (g/100g bahan basah) = x 100
2,000 g
1,136 g
= x 100
2,000 g

= 56,8%

VII. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu analisa kadar serat pada sampel. serat kasar
adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air selain itu serat kasar
tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat. serat kasar mengandung
fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin yang dikategorikan sebagai
fraksi penyusun dinding sel tanaman. adapun sampel yang digunakan pada
pratikum kali ini yaitu sayura sawi. pada umumnya sawi mengandung
serat kasar sebesar 17,89 %. Adapun langkah awal yang dilakukan yaitu
sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 lalu direfluks selama 30
menit. Filtrate disaring untuk memperoleh residu. Residu dicuci dengan
aquades panas untuk mengurangi keasamannya. Kemudian dilakukan
hingga pH hingga mencapai 7 (netral). Dipindahkan residu erlenmeyer
lalu ditambahkan 100 ml NaOH mendidih. Direfluks kembali selama 30
menit, disaring kembali lalu dicuci dengan aquades panas dan alkohol
96%. Dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam pada suhu 105°C untuk
mengurangi kadar air. kemudian didinginkan dalam desikator untuk
menyerap kelebihan kadar air yang tersisa dan ditimbang sampai berat
konstan. Setelah dilakukan perhitungan kadar serat kasar pada sawi
diperoleh sebesar 56,8% hal ini menunjukan bahwa hasil yang diperoleh
lebih besar dibandingkan literatur.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan


dapat disimpulkanbahwa:
1. Prinsip analisa serat kasar yaitu sampel dihidrolisis dengan asam
kuat dan basa encer. Hal ini menyebabkan karbohidrat, protein dan
zat-zat lain terhidrolis dan larut, kemudian disaring dan dicuci
dengan air panas yang mengandung asam dan alkohol. Selanjutnya
dibakar dan ditimbang hasil yang didapat.
2. Kadar serat pada sayuran sawi yang diperoleh sebesar 56,8%

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet Laboratorium Obat dan Makanan Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
ANALISIS KADAR ABU
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini, untuk mengetahui dan memahami cara
analisis kadar abu dengan Metode Pengabuan Kering.

II. DASAR TEORI


Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan
menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut,
kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Analisis kadar abu
dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara mendestruksi
komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur
pengabuan (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna
putih keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam
udara bertindak sebagai oksidator. Residu yang didapatkan merupakan total
abu dari suatu sampel .(Andarwulan, 2011).
Berikut adalah kadar abu dari beberapa jenis bahan, menurut
Sudarmadji,2010.

Macam Bahan % Abu


Milk 0,5 – 1
Milk kering tidak berlemak 1,5
Buah-buahan segar 0,2 – 0,8
Buah-buahan yang dikeringkan 3,5
Bijji kacang-kacangan 1,5 – 2,5
Daging segar 1
Daging yang dikeringkan 12
Daging ikan segar 1–2
Gula, madu 0,5
Sayur-sayuran 1

Menurut Sudarmadji,2010. Penentuan abu total dapat digunakan untuk


berbagai tujuan yaitu antara lain:
1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan. Misalnya pada
penggilingan gandum diharapkan dapat dipisahkan antara bagian
endosperm dengan kulit dan lembaganya. Apabila masih banyak katul
atau lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang
dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi.
2. Untuk mengertahu jenis bahan yang digunakan. Misalnya penentuan
kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang
digunakan untuk membuat jelly atau marmalade.
3. Penentuan abu total sangat beguna sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang
cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain.
Secara umum pengabuan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara kering
dan cara basah. Perbedaan pengabuan cara kering dan cara basah adalah :
1. Cara kering biasa digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu
bahan makanan dan hasil pertanian, sedangkan cara basah untuk trace
elements.
2. Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air
serta abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relatif
lama,sedangkan cara basah memerlukan waktu yang cepat.
3. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan cara basah
suhu relatif rendah.
4. Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedang
cara basah sebaiknya sampel sedikit dan memerlukan reagensia yang
kadang kala agak berbahaya. (Sudarmadji,2010)

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
- Oven suhu 105 C
- Neraca analitik
- Desikator
- Talanan
- Penjepi gegep
- Cawan porselin
- Tanur
- Spatula
- Botol semprot
- Kaos tangan
b. Bahan :
- Sampel (Bubuk)
- Aquadest

IV. PROSEDUR KERJA

Memanaskan cawan selama 15 menit, lalu di dinginkan kemudian di timbang.


(+) 2.000 gram sampel dan tanur selama 3 jam.

Mendinginkan selama 15 menit dan di timbang untuk memperoleh berat


yang konstan.
(3x perlakuan)

V. DATA PENGAMATAN
No Berat cawan Berat cawan Berat cawan W1 – W2
kosong (W2) kosong + kosong +
sampel sebelum sampel setelah
pemanasan pemanasan
(W1)

1 41.9965 43.9965 43.9589 1,9624


2 51.2284 53.2284 53.1961 1,9677
3 46.6186 48.6186 48.5798 1,9612
Berat Sampel (W) = 2,000 grm

VI. PERHITUNGAN
A. Kadar abu basis basah
Cawan 1
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑤

2.001 𝑔 − 1.9624.
= 𝑥100%
2.001

0.0377
= 2.001

= 0.01884%
Cawan 2
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑊

2.000𝑔−1.9677
= 𝑥100%
2.000

0.0323
= 2.000

= 0.01615%
Cawan 3
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
Kadar Abu bahan basah = 𝑥100%
𝑊

2.001−(1,9612)
= 𝑥100%
2.001

0.0389
= 2.001

= 0.01944%

B. Kadar Abu Basis Kering


Cawan 1
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
Kadar abu kering =100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥100%

0.1884%
=100−0.1884% 𝑥100%

=0.1887%
Cawan 2
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
Kadar Abu Kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥100%

0.01615%
= 100−0.01615% 𝑥100%

=0,0161%
Cawan 3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
Kadar Abu Kering =100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥100%

0.01944%
=100−0.01944% 𝑥100%
=0.01944%
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini,pemanasan dilakukan menggunakan oven. Penggunaan
oven ini lebih mudah karena suhunya dapat diatur sesuai dengan ketentuan
yang akan digunakan untuk proses pemanasan . Untuk analisis kadar
abu,bahan yang digunakan adalah susu bubuk. Abu merupakan residu
anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organic bahan
bangan.Kadar abu dari suatu bahan pangab menunjukkan kandungan mineral
yang terdapat dalam bahan tersebut,kemurnian,serta kebersihan suatu bahan
yang dihasilkan.Sebelum menimbang sampel hal pertama yang harus
dilakukan adalah,memanaskan cawan kosong selama kurang lebih 30
menit.setelah itu didinginkan kemudian cawan tersebut ditimbang sebagai
berat kosong cawan .
Setelah cawan tersebut ditimbang kosong ,selanjutnya hal yang dilakukan
yaitu menimbang sampel susu bubuk sebanyak 2 gram. Kemudian
memasukkan sampel tersebut kedalam cawan yang telah ditimbang
kosong,selanjutnya cawan yang telah berisi sampel tersebut dimasukkaan
kedalam tanur selama 4 jam,mengapa kita gunakan durasi tersebut ,agar hasil
yang diperoleh betul betul akurat ,dan juga agar sampel tersebut cepat terbebas
dari kendungan air nya, dan menjadi abu yang sempurna.Analisis kadar abu
dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara mendeteksi
komponnen organic sampel didalam suhu tinggi dengan menggunakan
tanur,sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan deret konstan
tercapai oksigen yang terdapat didalam udara bertindak sebagai oksidator.
Residu yang didapatakan merupakan total abu dari suatu sampel.
Dari percobaan yang dilakukan ,pada praktikum yang telah dilakukaan
diperoleh hasil untuk kadar abu basis basah dari cawan 1 ,cawan 2 dan cawan
3.untuk cawan 1 =0.01884%,cawan 2= 0.01615%, dan cawan
3=0.01944%.dan untuk kadar abu berbasis kering datanya yaitu pada cawan
1=0.1887%,cawan 2=0.0161% serta cawan 3=0.01944%.

VIII. KESIMPULAN
Berdarsarkan praktikum yang telah dilakukan mapa dapat disimpulkan bahwa
analisa penetuan kadar abu ini dilakukan untuk mengetahui kadar abu dalam
sampel susu.kemudian adapun data yang diperoleh juga sudah sesuai.
ANALISIS KADAR AIR
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar air suatu sampel
dengan metode oven.

II. DASAR TEORI


Air merupakan zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme
hidup. Selain digunakan untuk keperluan proses biokimiawi, air terdapat pada
setiap bahan, atau yang disebut dengan kadar atau kandungan air. Pengukuran
kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang (Tarigan,
2015).
Air berwujud cair pada suhu 0-100oC dengan tekanan 1 atm. Perubahan suhu
pada air menyebabkan air mengalamu perubahan fisik. Apabila air dipanaskan,
jumlah rata-rata air dalam satu kelompok molekul air menurun dan ikatan
hidrogen putus kemudian terbentuk lagi secara cepat. Bila suhu pemanasan air
makin tinggi maka molekul air akan bergerak dengan sangat cepat dan pada saat
tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, beberapa molekul dapat terlepas dari
permukaan dan membentuk gas. Perubahan fisik air dari cair menjadi gas inilah
yang dijadikan prinsip pengeluaran air dari suatu bahan pangan terutama dalam
penentuan kadar air pangan dengan metode pengeringan. (Andarwulan,2011)
Menurut Sudarmadji,2010, air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam
berbagai bentuk, yaitu:
a. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-
pori yang terdapat dalam bahan.
b. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorpsi) pada permukaan
kolloid makromolekular seperti protein, pektin pati, selulosa. Selain itu air
juga terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang
ada didalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat
air bebas dan dapat dikristalkan pada pembekuan.
c. Air yang dalam keadaan terikat kuat, yaitu membentuk hidrat. Ikatanya
bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja 2009).
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung
pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau sampai
didapat berat yang konstan.Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang diuapkan.(Winarno,2004)
Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses
pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang
hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang
tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Beberapa faktor
yang dapat memengaruhi analisis air metode oven diantaranya adalah yang
berhubungan dengan penimbangan sampel, kondisi oven, pengeringan sampel,
dan perlakuan setelah pengeringan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
oven seperti suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan kelembaban udara adalah
faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan dalam metode pengeringan dengan
oven. (Andarwulan,2011)
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau thermogravitimetri
yaitu mengupakan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan
dam cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan
pemanasan dengan suhu rendah atau vakum. Namun, terdapat kelemahan cara
analisa kadar air dengan cara pengeringan, yaitu bahan lain selain air juga ikut
menguap dan ikut hilang misalnya alkohol, asam asetat,minyak atsiri. Kelemahan
lain yaitu dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lainya, dan juga bahan yang mengandung zat pengikat air akan
sulit melepaskan airnya walaupun sudah dipanaskan. (Sudarmadji,2010)
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis
daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup kering misalnya
dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyearapan air
atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, klorida,
kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida. (Sudarmadji, 2010)

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
- Oven suhu 105 C
- Neraca analitik
- Desikator
- Talanan
- Penjepi gegep
- Cawan porselin
- Tanur
- Spatula
b. Bahan :
- Sampel (Bubuk)
- Aquadest

IV. PROSEDUR KERJA

Memanaskan cawan selama 15 menit, lalu di dinginkan kemudian di timbang.


(+) 2.000 gram sampel dan mengeringkan selama 3 jam.

Mendinginkan selama 15 menit dan di timbang untuk memperoleh berat


yang konstan.
(3x perlakuan)

V. DATA PENGAMATAN

No. Berat Cawan Berat Cawan Berat Cawan W1 - W2


Kosong (W2) Kosong +Sampel Kosong+ Sampel
Sebelum Setelah
Pemanasan Pemanasan (w1)

1 32.7072 33.7072 33.5218 0.8148

2 31.4052 32,4052 32.2012 0,7960

3 41.2329 42.2329 42.0161 0.7832

Berat sampel =1.000 grm

VI. PERHITUNGAN
A. Kadar air basis basah
Cawan 1
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2

1.000−(𝑜.8148)
= 𝑥100%
0.8148

= 0.1852%

Cawan 2
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2

1.000−(𝑜.7960)
= 𝑥100%
0.7960

= 0.2573%
Cawan 3
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar air (g/100g bahan basah) = 𝑥100%
𝑤1−𝑤2

1.000−(𝑜.7832)
= 𝑥100%
0.7832

= 0.2770%

B. Kadar air basis kering


Cawan 1
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
Kadar air basis kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

0.1852%
= 𝑥100%
(100−0.1852%)

0.1852%
= 𝑥100%
(99.8148%)

= 0.1855%

Cawan 2
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
Kadar air basis kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

0.2573%
= 𝑥100%
(100−0.2573%)

0.2573%
= 𝑥100%
(99.7427%)

= 0.2579%

Cawan 3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
Kadar air basis kering = 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

0.2770%
= 𝑥100%
(100−0.2770%)

0.2770%
= 𝑥100%
(99.723%)

= 0.2777%
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar air pada sampel susu ,yang
mana susu yang digunakan yaitu susu bubuk ,pratikum ini bertujuan untuk
mengetahui berepa banyak kadar air dalam sampel susu bubuk. Kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada
bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa
pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut.
Pada percobaan ini yang pertama dilakukan yaitu memanaskan cawan terlebih
dahulu selama kurang lebih 30 menit bertujuan untuk mengetahui bobot konstan
cawan,selanjutnya setelah diperoleh berat cawan kosong maka kita harus
menimbang sampel susu sebanyak 100 gram,lalu dimasukkan kedalam cawan
,yang mana cawan yang digunakan ada tiga jadi masing masing di isikan sampel
sebanyak 100 gram ,lalu setelah itu sampel dimasukkan kedalam oven selama
kurang lebih 4 jam ,guna memperoleh hasil yang baik jadi waktu yang
digunakan kisaran seperti itu,kemudian setelah 4 jam ,sampel didinginkan lalu
ditimbang dan kemudian menghitung berapa jumlah kadar air di masing masing
cawan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan beberapa data hasil percobaan
untuk analisis kadar air yaitu pada analisis kadar air basis basah untuk cawan 1
diperoleh sebanyak 0,1852% dan untuk cawan 2 yaitu sebanyak 0,2573% serta
cawan 3 sebanyak 0,2770% . Kemudian untuk kadar air berbasis kering
diperoleh data untuk cawan 1 sebanyak 0,1885% dan data untuk cawan 2
sebanyak 0,2579% kemudian yang terakhir data untuk cawan 3 yaitu sebanyak
0,2777%.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa
analisis kadar air merupakan berapa banyak kandungan air yang terkandung
dalam suatu bahan.
ANALISIS PROTEIN
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar protein suatu
bahan dengan menggunakan Metode Lowry.

II. DASAR TEORI


Cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mamae pada mamalia yaitu susu.
Susu merupakan cairan yang tidak tergolong klostrum untuk memberi nutrisi pada
keturunannya. Suus tergolong cairan yang banyak mengnadung protein. Struktrur
primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan
ikatan-ikatan peptide. Protein pada bagian padat disebut kasein dan pada bagian
cair disebut whey. Kasein merupakan protein yang terbesar dalam susu dan
sisanya berupa protein whey. Kadar kasein dalam susu mencapai 80% selebihnya
merupakan whey. Protein whey merupakan protein yang terdapat dalam susu
berupa cairan. Pemanasan, pemberian enzim proteolitik, dan pengasaman dapat
memisahkan kasein dengan protein whey.
Protein merupakan senyawa makromolekul kompleks yang terdiri dari unsur
C, H, O, N, S, dan dalam bentuk kompleks mengandung unsur P. dalam berbagai
studi mengenai bahan makanan penting untuk mengetahui presentasi kadar protein
pada pangan yang diujikan sehingga nilai protein pada bahan lain dapat dikonversi
menjadi nilai gizi pangan.
Protein merupakan suatu polipetida yang emmiliki struktur primer, sekunder,
tersier dan kuarter. Penentuan konsentrasi protein merupakan proses yang rutin
digunkaan dalam kerja Biokimia. Ada beberap metode yang biasa digunakan
dalam rangka penentuan konsentrasi protein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain
sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung
pada beberapa factor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang
tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri
yang tersedia (VIS atau UV).
Adapaun metode yang digunakan adalah metode Lowry, diamna pada metode
ini reaksi Cu dengan ikatan peptide oleh tirosin dan tripotan yang membentuk
fosfotungstat-fosfomolbdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru
yang intensitasnya betgantung pada konsentrasi yang ditera. Konsentrasi protein
diukur berdasarkan optic density pada Panjang gelombang 600 nm.
Factor yang mempengaruhi rusaknya protein adalah :
a. Ph
b. Pelarut organic
c. Suhu
d. Mekanik

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
- Labu ukur dan tutup
- Spatula
- Batang pengaduk
- Gelas kimia
- Pipet ukur
- Bola hisap
- Neraca analitik
- Kuvet
- Spektrofotometri UV-Vis
- Kertas saring
- Kertas Ph
- Corong
- Botol semprot
b. Bahan
- Sampel (susu bubuk)
- NaOH 0,02 N
- Aquades
- Folin 1 N (1 ml Folin : 1 ml Aquades)
- CuSO4.5H2O
- Na-K-Tartrat
- Na2CO3
- NaOH

IV. PROSEDUR KERJA


1. Larutan A

2 g Na2CO3 + 0,4 g NaOH Timbang

Melarutkan dalam gelas kimia lalu di tanda bataskan

2. Larutan B

0,5 g CuSO4.5H2O + 1 g Na-K-Tartrat Timbang


Melarutkan dalam gelas kimia lalu di tanda bataskan.

3. Larutan C

1 mL Larutan B + 50 mLLarutan A

4. Larutan D

1 ml Folin 2 N + 1 ml Aquades Folin 1 N


5. Cara Kerja Larutan Standar

Larutan standar + 2,5 ml larutan C dan di kocok, lalu didiamkan selama 10


menit

Menambahkan 0,25 ml larutan D, lalu kocok dan diamkan selama 30


menit. Kemudian di ukur absorbansinya.

(Larutan standar yang di buat : 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm,


40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm)
6. Persiapan Sampel Padat

Timbang sampel 5 gram

Menambahkan NaOH 0,02 N, lalu di encerkan dengan aquadest sampai pH 10.

Menyaring lalu memipet filtrat sebanyak 1 ml dan di tandabataskan.

Mengukur absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

V. DATA PENGAMATAN
1. Larutan standar
Konsentrasi (ppm) Absorbansi (ABS)
0 0
5 0,149
10 0,151
20 0,255
40 0,349
60 0,509

2. Sampel
Sampel Absorbansi (ABS)
Simplo 0,136
Duplo 0,141
Triplo 0,146

VI. GRAFIK KONSENTRASI (ppm) VS ABSORBANSI

Konsentrasi (ppm) VS Absorbansi


0.6
0.509
y = 0.0928x - 0.0894
0.5 R² = 0.9535

0.4 0.349
Absorbansi

0.3 0.255

0.2 0.149 0.151

0.1
0
0
0 5 10 20 40 60
Konsentrasi (ppm)

VII.PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Standar
1000 ppm = 0,1 g/100
 5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5 ppm = V2 .1000
50 ml = V2 . 1000
50 ml
V2 = 1000
V2 = 0,05 ml

 10 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 10 ppm = V2 .1000
100 ml = V2 . 1000
100 ml
V2 = 1000
V2 = 0,1 ml

 20 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 20 ppm = V2 .1000
200 ml = V2 . 1000
200 ml
V2 = 1000
V2 = 0,2 ml
 40 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 40 ppm = V2 .1000
400 ml = V2 . 1000
400 ml
V2 = 1000
V2 = 0,4 ml

 60 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 60 ppm = V2 .1000
600 ml = V2 . 1000
600 ml
V2 = 1000
V2 = 0,6 ml

 80 ppm
V1 . N1 = V2 . N 2
10 ml . 80 ppm = V2 .1000
800 ml = V2 . 1000
800 ml
V2 = 1000
V2 = 0,8 ml

2. Menghitung Kadar Protein


a. Simplo
Dari grafik, diperoleh persamaan :
Dimana :
y = absorbansi, x = konsentrasi

y = 0,0928x – 0,0894
0,136 = 0,0928x – 0,0894
0,136 + 0,0894 = 0,0928x
0,2254 = 0,0928x
0,2254
x = 0,0928
x = 2,4288 ppm
Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,4288 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
24,288
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00485 x 100 %
= 0,485 %

b. Duplo
y = 0,0928x – 0,0894
0,141 = 0,0928x – 0,0894
0,141 + 0,0894 = 0,0928x
0,2304 = 0,0928x
0,2304
x = 0,0928
x = 2,4827 ppm

Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,4827 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
24,827
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00496 x 100 %
= 0,496 %

c. Triplo
y = 0,0928x – 0,0894
0,146 = 0,0928x – 0,0894
0,146 + 0,0894 = 0,0928x
0,2354 = 0,0928x
0,2354
x = 0,0928
x = 2,5366 ppm

Kadar Protein
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
2,5366 𝑥 100 𝑥 0,01 𝐿
𝐿
= 𝑥 100 %
5.000,4 𝑚𝑔
25,366
= 5.000,4 x 100 %
= 0,00507 x 100 %
= 0,507 %

VIII. PEMBAHASAN
Adapun percobaan kali ini adalah analisis protein pada susu bubuk.. Susu
disebut sebagai bahan pangan yang hamper sempurna karena kandungan gizi yang
lengkap. Sebagian besar zat gizi essensial ada dalam susu diantaranya adalah
protein. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat.
Pada percobaan ini menggunakan metode Lowry. Prinsip metode Lowry
adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada
suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada
konsentrasi protein yang ditera.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum analisis kadar protein, menghasilkan
kurva standar yang semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi juga
absorbansinya. Hal tersebut terjadi karena mengindikasikan protein yang terlarut
dalam larutan semakin banyak. Dan menghasilkan nilai y = 0,0928x – 0,0894
dengan nilai R2 = 0,9535.
Dari hasil perhitungan menghasilkan kadar protein pada simplo adalah 0,485
%, duplo 0,496 %, dan triplo 0,507 %. Sedangkan pada kandungan protein pada
susu B pada kemasannya dalah 5 gram.

IX. KESIMPULAN
1. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur.
2. Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-
fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang
intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang ditera.
3. Kadar protein yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu :
- Simplo = 0,485 %
- Duplo = 0,496 %
- Triplo = 0,507 %

X. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Kimia Analisis Obat dan Makanan Politeknik Negeri Ujung Pandang
Hardiyanti. 2013. Laporan Protein. Academia,edu. Universitas Jember
Rohman. Laporan Analisa Protein Metode Lowry. Academia, edu
ANALISIS ANTIBIOTIC TETRASIKLIN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

I. TUJUAN
Untuk mengetahui kandungan tetrasiklin yang terkandung dalam antibiotic
dengan metode spektrofotometri UV-Vis.

II. DASAR TEORI


Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang
terbentuk (Cairns, 2009).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya
yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet
(Sastrohamidjojo, 2007)
Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-350nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya UV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih rendah.
Adapun bagian-bagian dari spektrofotometer adalah :
a. Sumber cahaya
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002).
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
b. Monokrometer
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi).
c. Detector
Peranan detektor penerma adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam
bentuk jarum atau angka digital. Mengukur trasmitans larutan sampel,
dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan
hukum Lambert- Beer. Spektrofotometer akan mengukur intesitas cahaya
melewati sampel, dan membandingkan ke intesitas cahaya sebelum melewat i
sampel . Rasio disebut transmitans dan biasanya digunakan dalam presentase.
d. Mikroprosesor
Mikroprosesor dan output software dari kalibrator dapat disimpan dan
konsentrasi sampel yang tidak diketahui secara otomatis dapat dihitung
(KEMENKES,2010).
e. Piranti pembaca
Fungsinya adalah membaca sinyal listrtik dari detector dimana data
digambarkan dalam bentuk yang bisa diinterprestasikan atau disajikan pada
display yang dapat dibaca oleh pemeriksa (KEMENKES,2010).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada gelombang
tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki absorbansi pada Panjang
gelombang tertentu yang khas. Panjang gelombnag dengan absorbansi tertinggi
digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa. Banyaknya cahaya yang
diabsrobsi oleh zat berbang lurus dengan kadar zat. Memastikan ketetapan
pengukuran, kadar yang hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang
diketahui (standar). Setelah dimasukkan blanko (KEMENKES,2010)
Spektrofotometer memiliki 2 tipe yaitu spektrofotometer sinar tunggal dan
spektrofotometer sinar ganda. Spektrofotometer sinar tunggal biasanya dipakai
untuk kawasan spectrum ultraungu dan cahaya yang terlihat. Spektrofotometer
sinar ganda dapat dipergunakan baik dalam kawasan ultraungu dan cahaya yang
terlihat maupun dalam kawasan inframerah (Ganjar, 2007).
Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relat if
kecil (Tjay & Rahardja, 2007).
Menurut Stephens (2011), walaupun terdapat hampir 100 antibiotik namun
hanya terdiri dari beberapa golongan. Golongan-golongan tersebut adalah :
1. Golongan penisilin.
Penisilin merupakan antara antibiotik yang paling efektif dan paling
kurang toksik. Penisilin mengganggu reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel
bakteri.

2. Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai
cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman gram positif dan gram
negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotik sangat
beragam (Harvey & Champe, 2009).
3. Golongan tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik yang menghambat sintesis protein. Golongan ini aktif terhadap
banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Tetrasiklin merupakan obat
pilihan bagi infeksi Mycoplasma pneumonia, chlamydiae dan rickettsiae.
Tetrasiklin diabsorpsi di usus halus dan berikatan dengan serum protein.
Tetrasiklin didistribusi ke jaringan dan cairan tubuh yang kemudian
diekskresi melalui urin dan empedu.
4. Golongan aminoglikosida
Aminoglikosida termasuk streptomisin, neomisin, kanamisin dan
gentamisin. Golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif enterik.
Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein yang ireversibel.
5. Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum
antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien- pasien yang alergi
penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Antara obat
dalam golongan ini adalah eritromisin. Eritromisin efektif terhadap bakteri
gram positif.
6. Golongan sulfonamida dan trimetropim
Sulfonamida menghambat bakteri gram positif dan gram negatif.
Trimetropim menghambat asam dihidrofolik reduktase bakteri. Kombinasi
sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing,
salmonelosis dan prostatitis.
7. Golongan flurokuinolon
Flurokuinolon merupakan golongan antibiotik yang terbaru. Antibiotik
yang termasuk dalam golongan ini adalah ciprofloksasin (Katzung, 2007).
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah
menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap
merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma,
psitakosis, salpingitis, uretritis dan limfogranuloma venereum), riketsia
(termasuk Q-fever), brusela (doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin)
dan spiroketa, Borellia burgdorferi (Lyme disease). Tetrasiklin juga digunakan
pada infeksi saluran pernafasan dan mikoplasma genital, akne, destructive
(refractory) periodontal disease, eksaserbasi bronkitis kronis (karena
aktivitasnya terhadap Hemophilus influenzae), dan untuk leptospirosis pada
pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai alternatif dari eritromisin).
Secara mikrobiologis, hanya sedikit jenis organisme yang dapat diatasi
dengan menggunakan golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin yang memiliki
spektrum luas. Minosiklin sudah jarang digunakan karena efek samping seperti
vertigo dan pusing. Infeksi pada rongga mulut. Pada dewasa dan anak di atas 12
tahun, tetrasiklin efektif terhadap kuman anaerob oral namun sudah jarang
digunakan karena resistensi. Obat ini masih mempunyai peranan dalam terapi
destructive (refractory) forms of periodontal disease. Doksisiklin mempunyai
lama kerja yang lebih panjang daripada tetrasiklin, klortetrasiklin atau
oksitetrasiklin dan hanya perlu diberikan satu kali sehari, juga dilaporkan lebih
aktif terhadap anaerob dibandingkan tetrasiklin lainnya.
Tetrasiklin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik.
Tetrasiklin dapat meningkatkan kelemahan otot pada pasien miastenia gravis
dan eksaserbasi lupus eritematosus sistemik. Antasida dan garam Al, Ca, Fe, Mg
dan Zn menurunkan absorpsi tetrasiklin. Susu menurunkan absorpsi
demeklosiklin, oksitetrasiklin dan tetrasiklin.
Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat
antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping lain
yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi hipersensitivitas
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven- Johnsons, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat sebagai
pertanda adanya benign intracranial hypertension (terapi dihentikan).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
- Labu ukur 100 ml dan 250 ml
- Neraca analitik
- Spektrofotometri UV-Vis
- Labu semprot
- Pipet tetes
- Kuvet
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Lumpang
- Kertas timbang
- Pipet ukur 5 ml dan 25 ml
b. Bahan :
- Sampel (obat tetrasiklin)
- Aquades
- NaOH 5N
- Tissu

IV. PROSEDUR KERJA

Timbang tetrasiklin 1 tablet

Menggelus tetrasiklin, lalu


diditimbang 0,02725 g

Menambahkan
aquades 25 ml, lalu
ditandabataskan
dalam labu ukur
250 ml.

- Memipet
larutan 5 ml
- (+) 75 ml H2O
- (+) 5 ml NaOH
- Diterakan dalam
labu 100 ml
Di hitung 6 menit setelah
ditambahkan NaOH, lalu di
ukur menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis
pada Panjang gelombang
380 nm.

V. DATA PENGAMATAN
Data penimbangan obat 1 tablet = 0.5451 gram
0.545 1 𝑔
Data penimbangan obat setelah dibagi = = 0.02725 gram
20

Data hasil pengukuran pada sampel adalah 0.165 Abs

VI. PERHITUNGAN

Harga 𝐸1%
1 = 372

1% 𝑒 𝑒 𝑖
𝐸1 = 𝑋
372 1%

0.165
Konsentrasi = 372
𝑥1%
Konsentrasi = 0.000443548387 %
Konsentrasi = 0.00044 %

VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi tetrasiklin
dalam 1 tablet obat. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah obat
yang mengandung tetrasiklin. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi sampel adakah spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri UV-
Vis merupakan gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan Visible.
Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
cahaya UV dan sumber cahay Visible. Larutan yang dianalisis diukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang
dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang
terdapat dalam larutan tersebut.
Tetrasiklin HCL merupakan suatu senyawa berwarna kuning, larut di
dalam air. Tetrasiklin HCL dapat ditentukan kadarnya dengan metode
spektrofotometri UV-Vis karena memiliki gugus kromofor di dalam
strukturnya. gugus kromofor ini yang menyebabkan tetrasiklin HCL
memiliki ikatan rangkap terkonjungsi sehingga mudah diidentifikasi dengan
spektrofotometri UV-Vis.
Tetracycline HCl termasuk dalam antibiotik golongan tetracycline.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein yang
penting untuk pertumbuhan bakteri. Dengan begitu, bakteri tidak bisa
bertambah banyak dan infeksi akan lebih mudah diatasi oleh sistem
kekebalan tubuh.
Tetrasiklin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik.
Tetrasiklin dapat meningkatkan kelemahan otot pada pasien miastenia
gravis dan eksaserbasi lupus eritematosus sistemik. Antasida dan garam Al,
Ca, Fe, Mg dan Zn menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat
antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping
lain yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan
darah, fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi
hipersensitivitas (ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven-Johnsons,
urtikaria, angioedema, anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat sebagai pertanda adanya benign intracranial
hypertension (terapi dihentikan). Bulging fontanelles pada bayi telah
dilaporkan.
Adapun hasil pengukuran absorbansi sampel adalah 0.165 abs. Dari
data tersebut dapat dihitung jumlah konsentrasi (%) yang terkandung dalam
1 tablet obat tetrasiklin. Dan dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi
tetrasiklin (%) yang terkandung dalam 1 tablet obat adalah 0.00044 %. Hasil
yang diperoleh membuktikan bahwa ada senyawa lain yang terkandung dalam
obat tetrasiklin sebagai satu kesatuan yang Menyusun obat tersebut menjadi
obat yang kompleks.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini, maka fdapat disimpulkan bahwa kandungan
tetrasiklin yang terkandung sebagai antibiotic adalah 0.00044 % dalam
0.02725 gram dalam 500 mg (1 tablet) dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis.
ANALISIS LEMAK

METODE SOXHLET (SNI 01-2891-1992)

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar analisis lemak dengan
metode Soxhlet.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar lemak pada sejumlah bahan
ujiatau sampel.

II. DASAR TEORI


Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk
padagolongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak
larutdalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar,misalnya dietil eter(
C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak
danminyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena
lemak danminyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut
(Astuti danGardjito, 1986).
Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen
yangmenyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipidan merupakan golongan
senyawaorganik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira
40% darimakanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat sebagai
berikut :
1. Tidak larut dalam air.
2. Larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton,
kloroform, dan karbon tetraklorida.
3. Mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen,
kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor.
4. Bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.
5. Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana.
Minyakdan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlahkecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin,
sephalin,fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan
bebas atauterikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang
larut dalamlemak, dan hidrokarbon. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida
campuran,yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang.
Sumber lemak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu minyak/lemak naba
tidan hewani. Budimarwati (tanpa tahun) menyebutkan bahwa minyak
nabatiterdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar
tanaman, dansayur-sayuran. Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh
badan,tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan sumsum tu
lang Bahanmakanan hewani yang umum dikonsumsi untuk mencukupi
kebutuhan lemaktubuh salah satunya adalah daging sapi. Menurut Setyanti
(2013), kandunganlemak pada daging sapi cukup banyak, yaitu sekitar 13,9 gr
per 100 gr dagingsapi. Lemak daging berwarna putih dan terdapat pada
beberapa bagian daging.
Analisis terhadap lemak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
analisiskualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dapat dilakukan
dengan tujuanmengetahui sifat lemak, yang meliputi kelarutan, kepolaran,
kejenuhan lipid, danketengikan lipid (Stepani dkk., 2013). Sedangkan analisis
kuantitatif dilakukanuntuk mengetahui kandungan lemak pada suatu bahan
pangan. Metode analisislemak ada berbagai macam, antara lain dengan
metode Soxhlet, metode Babcock,Weibull, dan lain-lain. Meskipun metode
analisis lemak bermacam-macam, padadasarnya dapat dibedakan menjadi
metode analisis kering dan basah. Dalam halini, metode yang cocok
digunakan untuk menganalisis bahan padat adalah metodeSoxhlet, sedangkan
untuk bahan cair digunakan metode Babcock (Dina, 2013).
Daging merupakan padatan, sehingga untuk analisis lemak pada
dagingdilakukan ekstraksi padat-cair untuk memisahkan lemak dengan
menggunakansuatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor
Soxhlet. Misalnya untukmengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang
terdapat pada bahan alam yangtidak mudah menguap). Larutan pengekstrak
ditempatkan pada labu alas bulat.Sampel yang telah dibungkus dengan kertas
saring ditempatkan pada tabungektraktor. Bagian ujung atas merupakan
pendingin Allihn atau pendingin bola.Ekstraktor soxhlet ini merupakan
ektraktor kontinyu, pelarut pada labudipanaskan dan akan menguap,
terkondensasi pada pendingin, selanjutnya pelarutakan masuk pada ektraktor.
Apabila pelarut telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak
dengan sampel akan masuk pada labu, dan begituseterusnya (Lab Kimia Dasar
FMIPA UGM, 2008). Gambar rangkaian ekstraktor Soxhlet ditunjukkan pada
Gambar 1.

Prinsip analisis lemak dengan metode Soxhlet adalah ekstraksi lemak


dengan pelarut lemak seperti petroleum eter, petroleum benzena, dietil
eter,aseton, methanol, dan lain-lain. Prinsip lain dari metode Soxhlet ini
adalah beratlemak bahan uji diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan
pelarutnya,misalnya dengan menguapkan pelarut melalui pemanasan
(Nurcholis, 2013).Setelah didapatkan minyak melalui proses ekstraksi
Soxhlet, berat minyak/lemakyang terkandung dalam bahan uji dapat
ditentukan dengan rumus berikut.
% lemak = ( W1 – W2) x 100%
W0
Menurut Budimarwanti (tanpa tahun), penentuan kadar minyak atau
lemaksuatu bahan yang dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet merupakan
caraekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh
kembali.Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus
cukup kering,karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi,
air dapat turun kedalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan
(Ketaren, 1986, dalamBudimarwanti, tanpa tahun). Banyak hal yang
mempengaruhi kemurnian lemakyang diekstraksi melalui ekstraksi Soxhlet.
Hal tersebut disebabkan pada waktuekstraksi lemak dengan pelarut lemak
masih terdapat zat lain seperti phospolipid,sterol, asam lemak bebas, pigmen,
karotenoid, dan klorofil. Oleh karena itu, hasilanalisis lemak ditetapkan
sebagai lemak kasar.
Meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat.
Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap
dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas (Harper
1979). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien,
karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan
kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika
masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke
dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,
1986:36).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
 Kertas saring
 alat ekstraksi soxhlet (kondensor dan pemanas listrik)
 labu lemak 250 Ml
 oven
 neraca analitik
 kapas bebas lemak
 desikator.
B. Bahan
 Pelarut non-polar (heksan) Larutan HCl 25%
 Sampel ( Susu Bubuk)

IV. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan labu lemak, keringkan dalam oven bersuhu 105C selama 15
menitdan dinginkan dalam dalam desikator dan timbang sampai bobot tetap.
2. Menimbang 1-2 gram sampel dan memasukkan kedalam selongsong
kertassaring yang dialasi dengan kapas.

3. Memasukkan selongsong yang berisi sampel kedalam soxhlet yang telah


dihubungkan dengan labu lemak.
4. Memasukkan larutan N-Heksane kedalam soxhlet dan ekstrak lemak dengan
menggunakan larutan N-Heksan sebanyak 150 ml selama 1 jam 30 menit
sebanyak tiga kali.
5. Suling larutan heksan dan keringkan labu berisi ekstrak lemak dalam oven
pengering pada suhu 105C, dinginkan pada desikator dan timbang hingga
diperoleh bobot tetap.

V. DATA PENGAMATAN

Berat Erlenmeyer + Batu Didih ( Berat Erlenmeyer + Batu Didih (


Sebelum Refluks) Sesudah Refluks)
182,0396 182,5955
Sampel = 1,0035 gram
Kadar Air Basis Kering = 0,0343%
VI. PERHITUNGAN
A. Kadar Lemak Basis Basah
Kadar lemak basis basah = ( W1 – W2) x 100%
W0
= (182,5955 gram - 182,0396 gram) x 100%
1,0035 gram
= 0,5559 g x 100%
1,0035 g
= 55,3 %

B. Kadar Lemak Basis Kering


Diketahui : Kadar air basis kering susu = 0,0193 = 1,93%
Kadar lemak basis kering =Kadar lemak x 100 %
100 – kadar air
= 55,3 % x 100%
100 – 1,93 %
= 55,9 % x 100%
98,07%
= 57%
VII. PEMBAHASAN

pada percobaan ini isolasi lemak dalam susu dilakukan dengan metode ekstraksi
Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia
yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair. Ekstraksi dilakukan untuk menyarizat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan bahan-bahan lain. Ekstraksi ini didasarkanpada
prinsip perpindahan massan kompoen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Voight,
1971). Metode soxhlet dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efisiensi bahan)dan larutan sari yang dialirkan melalui kertas saring tetap tinggal dala
m labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengeskstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Pemilihan pelarut ideal untuk ekstraksi lemak
harus mampu secara sempurna mengeksktaksi semua komponen lemak dar i
makanan dan meninggalkan komponen selain lemak. Efisiens i
pelarut tergantung,polaritas lemakyang ada. Lemak polar seperti fosfolipid lebih mudah
larut dalam pelarut yang lebih polar seperti alkohol. Sebaliknya, lemak non-polar
seperti triasilgliserol lebih mudah larut dalam solven non-polar seperti heksan. Pelarut
yang dipilih juga harus murah, mempunyai titik didih rendah, non- toksik dan tidak
mudah terbakar.
Pada dalam selongsong diletakkan kapas bebas lemak sebagai penutup agar
partikel bahan tidak ikut terbawa aliran pelarut. Selanjutnya dipasang labu lemak dan
kondensor, pada labu dipanaskan dihotplate akan menguap, terkondensasi pada
pendingin,selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor. Apabila pelarut telah
mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan masuk
pada labu,dan begitu seterusnya. Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor
kontinyu, sehingga proses ekstraksi berlangsung terus menerus hingga pelarut yang
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Proses yang kontinyu ini berlangsung
selama minimal 5 jam (Nurcholis, 2013). Setelah terekstraksi, lemak yang telah turun
ke labu lemak bersama N-Heksane diambil kemudian dikeringkan dalam oven
sampai diperoleh berat konstan.

VIII. KESIMPULAN

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar analisis lemak dengan
metode Soxhlet adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak yaitu N-Heksane. Berat
lemak bahan uji diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan pelarutnya, kadar
lemak dalam susu bubuk yang diuji dalam basis basah 55,3% dan basis kering 57%.
ANALISIS PENISILIN

I. TUJUAN
- Menentukan kadar ampicillin dalam sedian kaplet dengan metode iodimetri

II. TINJAUAN PUSTAKA


Antibiotik merupakan senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh
organisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang
dibuat secara sintetik, dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses
penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Antibiotik
dapat dikelompokkan berdasarkan spectrum aktivitas, tempat kerja, dan
struktur kimia.
Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan
digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap
kuman, yakni antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika
yang bersifat primer bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini
misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,
linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat
bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak
membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya
tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisida, yang secara aktif
membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida
(dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Pembagian
lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja
antibiotika tersebut pada kuman, yakni :
- Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman,
termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin,
ristosetin dan lain-lain.
- Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme
transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin,
imidazol, nistatin dan polimiksin.
- Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni
kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan
aminogliosida.

- Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat,


yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida
dan trimetoprim.

Salah satu golongan antibiotik yang sering digunakan adalah golongan


penisilin. Golongan penisilin bersifat bakterisida dan bekerja dengan
mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas
secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin
tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki
Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram
negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok,
yakni:
- Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman
terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G
(benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin
benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin
prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara
oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum
antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan
utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A,
pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans,
Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus
anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum,
Leptospirae dan Actinomycetes sp.
- Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah
kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin,
sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi
enzimpenisilinase.
- Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram
negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah
ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan
penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam,
dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim
penisilinase.
- Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini
termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan
khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.
Turunan penisilin merupakan pilihan pertama untuk infeksi bakteri
yang peka terhadap penisilin karena efek toksiknya terhadap organ tubuh relatif
kecil bila dibandingkan dengan antibiotik lain. Turunan penisilin yang banyak
digunakan dalam klinik salah satunya adalah ampisillin.
Ampisilin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, merupakan
turunan penisilin yang tahan asam termasuk tahan asam lambung tetapi tidak
tahan terhadap enzim penisilinase. Absorbsi obat dalam saluran cerna kurang
baik (± 30-40%), obat terikat oleh protein plasma ± 20%, kadar darah
maksimalnya dicapai dalam 2 jam setelah pemberian oral. Ampisilin memiliki
gugus phenoxyl yang terikat oleh gugus alkyl dari rantai alkylnya. Kemampuan
membunuh bakteri ialah karena penicillin ini menghambat perkembangan
dinding sel kuman dengan jalan menjadikan in aktif, dengan demikian tidak
memungkinkan terhubungnya kedua lapisan linier serabut peptidoglycan yang
terdapat di kedua lapis dinding sel sebelah dalam. Ampisilin tidak aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa yang merupakan salah satu bakteri
Gramnegatif yang sulit dibasmi.

Semua penisilin mempunyai rumus bangun dasar sebagai berikut:

CH 3

R N

H N CH3

COOH'

Penisilin mengandung cincin tazolidina (A) dan cincin beta laktam (B). H’
dapat diganti dengan kation anorganik atau organic membentuk suatu garam.
Penggantian gugus R mempengaruhi terhadap kelarutannya dalam pelarut
organik, stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase.

Salah satu metode penetapan Ampicilin secara kimia adalah metode


iodometri. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar
dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator
seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi
dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya
dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang
digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan
banyaknya sampel.
Cincin β-laktam pada Ampicilin akan dipecah oleh alkali atau β-
laktamase. Senyawa yang terbentuk dapat ditetapkan kadarnya karena dapat
mengikat iodium sedangkan Ampicilin tidak dapat mengikat iodium. Metode
ini merupakan metode titrasi tidak langsung di mana kelebihan iodium akan
dititrasi dengan baku natrium tiosulfat. Metode iodometri agak spesifik, karena
senyawa bukan penisilina yang ada tidak ikut tertetapkan dengan cara
melakukan blanko. Juga metode ini cukup peka karena jumlah iod yang
bereaksi cukup besar.
Dengan mempelajari sifat kimia dan rumus bangun dari suatu antibiotik
maka dapat disusun penetapan secara kimiawi yang lebih baik. Metode yang
paling baik adalah metode yang dapat menetapkan suatu senyawa secara
kuantitatif tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain yang
mempunyai sifat kimia yang serupa.

III. ALAT DAN


BAHANALAT:
- Buret
- Erlenmeyer
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Labu takar
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Bulb
- Statif dan klem
- Botol semprot
- Spatula
- Batang pengaduk
- Neraca analitik

BAHAN :

- Sampel obat penisilin (ampisilin)


- Aquades
- NaOH 1N
- Asam aseta 12%
- Na-asetat 27%
- HCL 1N
- Larutan iod 0,01 N
- Natrium tiosulfat 0,01 N
- Indicator kanji 0,5

IV. PROSEDUR KERJA


a. Preparasi sampel

(+) 0,06978 gram obat tetrasiklin

Dipipet 5ml

(+) 1 ml NaOH 1N
20 menit dibiarkan ( ditempat gelap

Atau didalam laci).

(+) 5ml dapar asetat

(+) 1 ml HCL 1N

(+) 10 ml iod 0,01N

20 menit dibiarkan ( ditempat gelap

Atau didalam laci).

(+) 1 ml kanji 0,5%

Titrasi dengan tiosulfat 0,01N


b. Preparasi blanko

(+) 5 ml aquadest

(+) 5ml dapar asetat

(+) 1ml HCL 1N

(+) 10ml iod 0,01N

Diamkan selama 20 menit di tempat gelap (didalam laci)

(+) 1 ml kanji 0,5%

Titrasi dengan tiosulfat 0,01N


V. DATA PENGAMATAN
- Data penimbangan obat 1 tablet = 0,6960 gram
- Data penimbangan obat setelah dibagi = 0,06960 gram
- Volume hasil titrasi :
Sampel = 3,45 ml
Blanko = 8,5 ml

VI. PERHITUNGAN
Kadar = (blanko – sampel) ml × 3,714 mg
= ( 8,7 – 3,40) ml × 3,714 mg
= 5,3 × 3,714 mg
= 19,6842 mg

VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat menetapkan kadar
penisilin dalam sediaan kaplet penisilin dengan menggunakan metode
iodometri. Hal ini berhubungan dengan penetapan mutu obat. Salah satu
parameter mutu obat adalah kadar atau konsentras iobat, yang
mempengaruhi khasiat atau efek obat. Dalam praktikum ini, akan dianalisis
apakah sampel obat ampisilin masih bermutu, dalam hal kadarnya masih
berada
dalam batasan yangdiperbolehkan oleh United State Pharmacopeia (2005), yai
tu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 120%, dihitung dari kadar yang
tercantum dalam label claim sediaan.

Sediaan kaplet merupakan salah satu jenis sediaan farmasi (dosage


form) yang memerlukan berbagai macam uji, meliputi uji kualitas dan
kuantitas sebelum dipasarkan. Ampisilin sebagai antibiotik yang bersifat tahan
terhadap asam dan lebih luas spektrum kerjanya (broad spectrum), efektif
terhadap bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan chlamydias. Ampisilin
mampu menghambat pertumbuhan mikroba dengan
menghambat biosintesis dinding sel mikroba
dengan cara berlaku sebagai substrat palsu dan menghambat transpeptidase
sehingga tidak terjadi pembentukan ikatan silang lisin-alanin (peptidoglikan).
(Pratiwi, 2004)
Ampisilin merupakan antibiotik dengan spektrum luas,
merupakan turunan penisilin yang tahan asam termasuk tahan asam
lambung tetapi tidak tahan terhadap enzim penisilinase. Ampisilin
memiliki gugus phenoxyl yang terikat oleh gugus alkyl dari rantai
alkylnya. Kemampuan membunuh bakteri ialah karena penicillin ini
menghambat perkembangan dinding sel kuman dengan jalan
menjadikan in aktif, dengan demikian tidak memungkinkan
terhubungnya kedua lapisan linier serabut peptidoglycan yang
terdapat di kedua lapis dinding sel sebelah dalam.
Pada pratikum yang telah dilakukan, diperoleh volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen pada blanko
sebesar 8,7ml, sedangkanuntuk volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik akhir pada sampel sebesar 3,45ml. Dari perhitungan
diperoleh kadar ampicillin sebesar 19,4985 mg dalam 500mg (1
kaplet) menunjukkan bahwa dalam 1 kaplet ini memenuhi syarat
kandungan zat aktif menurut farmakope Indonesia yaiu sebesar 450
– 600 mg. dapat disimpulkan bahwa dalam 1 kaplet ini layak untuk
digunakan karena telah memenuhi syarat farmakope Indonesia.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil pratikum, maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan penisilin yang terkandung dalam obat antibiotik (sampel
ampicillin) dengan metode iodimetri adalah 19,6842 mg dalam
500mg (1 kaplet).

Anda mungkin juga menyukai