PENDAHULUAN
Protein merupakan sumber gizi yang dibutuhkan manusia dan memiliki fungsi utama
sebagai penyusun dan pengatur. Terdapat dua jenis sumber protein yaitu hewani dan nabati.
Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan tubuh baru
yang selalu berlangsung dalam tubuh. Selain itu, protein juga berfungsi sebagai bahan bakar
apabila kebutuhan energi tubuh tidak terpenuhi oleh ketersediaan karbohidrat dan lemak.
Sumber protein hewani umumnya berkualitas tinggi, tetapi ada beberapa protein nabati yang
memiliki peringkat sebagai sumber protein berkualitas tinggi dengan 16-33%, seperti yang
ditemukan pada kacang-kacangan dan biji-bijian. Protein nabati khususnya kacang-kacangan
bernilai gizi rendah karena kandungan zat anti nutrisinya, salah satu senyawa antioksidan
tersebut adalah asam fitat. Asam fitat adalah penghambat potensial terhadap penyerapan zat
besi yang tersedia secara alami maupun zat besi yang diserap dari bahan pangan (Dewi,
2011). Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan utama fosfor (P) dan dapat mencapai 80%
dari total fosfor yang ada. Asam fitat juga mampu mengikat mineral-mineral bervalensi 2
atau 3 (kalsium, besi seng, magnesium) untuk membentuk kompleks yang sulit diserap usus
(Amin, et al., 2011). Asam fitat yang ditemukan dalam biji-bijian berkontribusi terhadap
kekurangan zat besi dan Zn pada orang yang menggunakan biji-bijian seperti beras dan
kacang-kacangan sebagai makanan pokok mereka. Senyawa ini dianggap dapat menyerap
ion-ion logam, garam yang sebagian besar dikeluarkan melalui urin dan feses, sehingga
mengurangi penyerapan unsur mineral penting baik pada manusia dan hewan seperti unsur
Fe, Zn, Ca dan Mg.
Parameter
Sampel Kadar Asam Fitat (mg/g )
I II III Rata-Rata
Kedelai 0,00120 0,00147 0,00144 0,00137
Berdasarkan Tabel 1. Kadar asam fitat antara ketiga kelompok tidak berbeda jauh
nilainya. Kadar asam fitat yang paling tinggi adalah kedelai dengan rata-rata 0,00137 mg/g.
Kadar asam fitat pada sampel tempe rata-rata sebesar 0,00117 mg/g berat kering sampel.
Hasil ini sedikit berbeda dari penelitian Egounlety dan Aworh (2011) yang mengukur kadar
asam fitat pada tempe kedelai fermentasi 24 jam sebesar 1.3 % dari berat kering sampel.
Perbedaan ini mungkin karena pengendapan fosfat anorganik dan senyawa polifosfat lainnya
selama ekstraksi asam fitat, sehingga mereka juga terukur dalam analisis. Inositol tri dan
pentafosfat juga dapat membentuk kompleks yang tidak larut dengan ion besi dalam kondisi
asam dan oleh karena itu ikut terukur dalam uji asam fitat. Menurut literatur, asam fitat
bersifat tahan panas. Pemanasan serpihan kedelai pada suhu 115°C selama 30 menit
mengakibatkan sedikit perubahan kandungan asam fitat dan penurunan sampel, sedangkan
pemanasan serpihan kedelai pada suhu yang sama selama 2 jam menurunkan kandungan
asam fitat awal sebesar 70%. Pemanasan serpihan kedelai mengubah inositol hexaphosphate
menjadi inositol pentaphosphate. Hal ini menunjukkan bahwa penghancuran asam fitat terjadi
melalui mekanisme hidrolitik. Penurunan kadar asam fitat yang signifikan pada percobaan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya enzim fitase dengan aktivitas tinggi
yang dihasilkan pada tempe (Anam, et al., 2011). Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
literatur adalah kandungan asam fitat dari ketiga bahan tersebut lebih tinggi dari pada
literatur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan penyimpanan dan perlakuan awal (pencucian,
pemanasan, perebusan, perendaman) sebelum dikonsumsi.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., Jusadi, D. & Mokoginta, I., 2011. Penggunaan Enzim Fitase Untuk Meningkatkan
Ketersediaan Fosfor Dari Sumber Bahan Nabati Pakan dan Pertumbuhan Ikan Lele
(Clarias Sp). Jurnal Saintek Perikanan, VI(2), pp. 52-60.
Anam, C., Handayani, S. & Rokhmah, L. N., 2011. KAJIAN KADAR ASAM FITAT DAN
KADAR PROTEIN SELAMA PEMBUATAN TEMPE KARA BENGUK (Mucuna
pruriens,L) DENGAN VARIASI PENGECILAN UKURAN DAN LAMA
FERMENTASI. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, III(1), pp. 34-43.
Egounlety, M. & Aworh, O., 2011. Effect of soaking, dehulling, cooking and fermentation
with Rhizopus oligosporus on the oligosaccharides, trypsin inhibitor, phytic acid and
tannins of soybean (Glycine max Merr.), cowpea (Vigna unguiculata L. Walp) and
groundbean. Journal of Food Engineering, VVI(2-3), pp. 249-254.
LAMPIRAN
KELOMPOK 1
A tepung tempe = 0,603
A tepung kedelai = 0,350
Asam Fitat = x.20.FP10000.1.vol kuvet
y = -1,11196x + 2,0265
Tempe
y = -1,11196x + 2,0265
0,603 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265-0,603
1,11196x = 1,4235
x = 1,42351,11196
x = 1,280
Kedelai
y = -1,11196x + 2,0265
0,350 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265-0,350
1,11196x = 1,676
x = 1,6761,11196
x = 1,507
Kedelai
y = -1,11196x + 2,0265
-0,009 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265+0,009
1,11196x = 2,0355
x = 2,03551,11196
x = 1,831
Asam fitat t. kedelai = x.20.FP10000.1.vol kuvet
= (1,831).(20).(1)10000.1.2,5
= 36,6225000
= 0,00147 mg/g
Tempe
y = -1,11196x + 2,0265
0,274 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265-0,274
1,11196x = 1,7525
x = 1,75251,11196
x = 1,576
KELOMPOK 3
A tepung tempe = 0,322
A tepung kedelai = 0,023
Asam Fitat = x.20.FP10000.1.vol kuvet
y = -1,11196x + 2,0265
Tempe
y = -1,11196x + 2,0265
0,322 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265-0,322
1,11196x = 1,7045
x = 1,70451,11196
x = 1,533
Asam fitat t. tempe = x.20.FP10000.1.vol kuvet
= 1,533.20.110000.1.2,5
= 30,6625000
= 0,00123 mg/g b.k
kedelai
y = -1,11196x + 2,0265
0,023 = -1,11196x + 2,0265
1,11196x = 2,0265-0,023
1,11196x = 2,0035
x = 2,00351,11196
x = 1,802
Gambar 1. Mengambil sampel tempe dengan Gambar 2. Mengambil sampel HNO3 0,5 ml
mikropipet
Gambar 3. Menuangkan sampel kedalam tabung Gambar 4. Direndam dalam air mendidih