Oleh:
Kelompok V
1.1 Teori
1.1.1. Buah Alpukat (Persea americana )
Tanaman alpukat (Persea americana ) berasal dari Amerika tengah yang
beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis
termasuk Indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat,
karena buah ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Winarno,1992).
Kandungan Jumlah
Vitamin A 0,13-0,51 mg
Vitamin B1 0,025-012 mg
Vitamin B2 0,13-0,23 mg
Vitamin B3 0,79-2,16 mg
Vitamin B6 0,45 mg
Vitamin C 2,3-37 mg
Vitamin D 0,01 mg Memang
alpukat Vitamin E 3 mg merupakan
salah satu Vitamin K 0,008 mg buah lezat
yang Besi 0,9 mg memiliki
rasa hambar, Fosfor 20 mg akan tetapi
tidak hanya Kalium 604 mg daging
buahnya Natrium 4 mg saja yang
dapat di Kalsium 10 mg konsumsi,
biji alpukat Air 67,49 - 84,3 g juga sangat
baik untuk Protein 0,27 – 1,7 g kesehatan
Lemak 6,5 – 25,18 g
Karbohidrat 5,56 – 8 g
Serat 1,6 g
Energi 85 – 233 kal
dan berikut adalah beberapa dari manfaat yang bisa kita dapatkan (Prasetyowati
dkk, 2010) :
1. Mampu digunakan sebagai penyembuh sakit gigi.
2. Mengobati sakit maggh.
3. Mampu mengobati penyakit kencing manis (diabetes) terutama diabetes
melitus.
4. Mampu menghilangkan stress akibat aktivitas yang padat.
5. Mampu mengobati sariawan.
6. Mampu menghilangkan rasa nyeri
Untuk mengkonsumsinya ada banyak sekali cara yang bisa kita gunakan
dan salah satunya adalah dengan meminum rebusan dari biji alpukat. Biji buah
alpukat memiliki banyak sekali manfaat yang dapat kita manfaatkan sebagai
bahan penyembuhan. Ternyata selain daging buahnya yang dapat di konsumsi dan
bijinya yang dapat digunakan sebagai bahan obat, ternyata biji buah alpukat juga
dapat di manfaatkan sebagai bahan pewarna industry tekstil, karena biji alpukat
memiliki kualitas warna yang cukup baik serta tahan lama (Fessenden dan
Fessenden, 1995).
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi
selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan
di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3. Prinsip Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari
ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah
seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan
kondensor.Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk
mempermudah pelarutan senyawa.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotar
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat - syarat pelarut
yang digunakan dalam proses sokletasi (Voight, 1995) :
a. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alcohol
b. Titik didih pelarut rendah
c. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
d. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
e. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
f. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar
Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Voight, 1995) :
a. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang
b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
c. Proses sokletasi berlangsung cepat
d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
e. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan
ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnyaberlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
1.1.4. Pelarut
Dalam sokletasi ada beberapa pelarut yang dapat digunakan. Berikut
adalah pembagian pelarut-pelarut yang dapat digunakan dalam sokletasi
(Fessenden dan Fessenden, 1995) :
Tabel 1.4 Jenis-Jenis Pelarut
Konstanta
Solvent Titik didih Massa Jenis
Dielektrik
Pelarut Non-Polar
Heksana 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat 77 °C 6.0 0.894 g/ml
Pelarut Polar
1,4-Dioksana 101 °C 2.3 1.033 g/ml
Tetrahidrofuran 66 °C 7.5 0.886 g/ml
(THF)
Diklorometana 40 °C 9.1 1.326 g/ml
(DCM)
Asetona 56 °C 21 0.786 g/ml
Asetonitril 82 °C 37 0.786 g/ml
(MeCN)
Dimetilformamida 153 °C 38 0.944 g/ml
(DMF)
Dimetil sulfoksida 189 °C 47 1.092 g/ml
(DMSO)
Asam asetat 118 °C 6.2 1.049 g/ml
n-Butanol 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format 100 °C 58 1.21 g/ml
Air 100 °C 80 1.000 g/ml
1.1.5. Heksana
Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non
polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T
dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang
ditemukan oleh Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakan senyawa
dengan 6 rantai karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak men)tah.
Heksana biasanya digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari
minyak nabati (Voight, 1995).
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah :
2 Corong
4 Gelas ukur 50 ml
5 Kertas Saring
6 Benang
2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :
2 Batu didih
3 Heksan untuk ekstraksi lemak
2.4 Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan percobaan sokletasi
No Perlakuan Pengamatan
1. Biji alpukat di haluskan dan di Ditimbang sebanyak 50 gr
keringkan
2. Ditimbang labu alas datar dan batu Berat labu (161,32) + berat batu
didih didih (6,01) = 167.33 gram
3. Bahan dibungkus dengan kertas Bentuk selonsong
saring pelarut heksan dimasukkan
ke dalam tabung sokletasi
4. Heksan 350 ml dimasukkan ke Lemak masih tercampur heksan
dalam tabung selongsong lalu dan terjadi perubahan warna
dipanaskan selama 4 jam 45 menit menjadi kuning
5. Lemak yang masih tercampur Heksan menguap dan menyisakan
heksan didiamkan selama sehari lemak sebesar 0,52 gram
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dari percobaan yang dilakukan kadar lemak yang diperoleh sebanyak 0.01
gram dan berat lemaknya 0.52 gram. Larutan heksan yang semulanya berwarna
putih menjadi warna kuning. Persentase yang diperoleh yaitu sebesar 1,04 %.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Menurut Desti Nila Sari
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama membersihkan labu didih, dan
ditambahkan batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk mempercepat proses
pendidihan dan mencegah letupan akibat panas yang tidak merata. Labu didih
seberat 161.32 gram yang berisi batu didih 6.01 gram yaitu 167.33 gram
kemudian ditimbang biji alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan
sebanyak 50 gram. Biji alpukat dihancurkan atau diblender untuk memperbesar
luas permukaan dan mempermudah pelepasan (penarikan) lemak dari biji oleh
heksan. Proses sokletasi berlangsung dimana pelarut (heksan) yang menguap ke
kondensor menetes ke tabung soklet dan membasahi sampel sampai tinggi pelarut
dalam tabung soklet sama tinggi dengan pelarut pada pipa sifon. Lalu pelarut
seluruhnya akan masuk ke dalam labu didih dan begitu seterusnya.
Setelah proses sokletasi dianggap selesai, lalu selonsong dikeluarkan dari
tabung soklet dan diperas untuk mengambil sisa pelarut yang masih tertinggal dan
mengetahui apakah masih ada kandungan lemak yang belum terekstrak.
Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi) dan diperoleh berat
minyak sebesar 0.52 gram dengan kadar lemak 0,01 gram dan % rendemen
sebesar 1,04 %. Jumlah pelarut yang di peroleh tidak sama dengan jumlah pelarut
awal karena heksan mudah menguap ketika dilakukan pemanasan dan pelepasan
alat sokletasi. Di diamkan semalaman agar terpisahnya heksan dari lemak.
3.2.2 Menurut Ruth Butar Butar
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam sampel padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
pelarut tertentu sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel dapat
terisolasi dengan sempurna (Voight, 1995).
Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah membersihkan labu
didih, kemudian merangkai alat sokletasi. Selanjutnya ditimbang labu didih yang
telah dibersihkan (161,32 gr) dan batu didih (6,01 gr) sehingga didapat berat total
167,33 gr. Fungsi dari batu didih ialah untuk mempercepat proses pendidihan,
meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan akibat panas yang
tidak merata). Lalu hal berikutnya yang dilakukan adalah menimbang biji buah
alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan sebanyak 50 gram, yang
berikutnya dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring
(selongsong telah dibuat terlebih dahulu). Biji buah alpukat dihancurkan dengan
maksud untuk memperbesar luas permukaan dan mempermudah pelepasan
(penarikkan) lemak dari biji oleh N-heksana. Selanjutnya selongsong dimasukkan
ke dalam tabung soklet dan disambungkan dengan labu didih yang dilakukan di
atas mantel pemanas (terlebih dahulu diolesi dengan vaseline pada ujung tepi
tabung soklet), berikutnya pengisian pelarut N-heksana pada tabung soklet
sebanyak 270 ml lalu disambungkan dengan kondensor. Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan uap N-heksana yang naik sehingga uap tersebut mencair dan
turun kembali ke dalam tabung soklet untuk melarutkan minyak. Setelah semua
alat sokletasi terpasang dengan benar, air dialirkan ke kondensor melalui selang
dan diikuti dengan penghidupan mantel pemanas.
Proses sokletasi berlangsung, dimana pelarut (N-heksana) yang telah
menguap ke kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel
sampai tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan
pelarut pada pipa sifon, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam
labu didih dan begitu seterusnya (efek sifon). Proses ini berlangsung selama
kurang lebih 4 jam, 45 menit dengan refluks sebanyak 10 kali. Setelah proses
sokletasi dianggap selesai, lalu selongsong dikeluarkan dari tabung soklet.
Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi), dan diperoleh
pelarut sebanyak 350 ml. Jumlah pelarut yang diperoleh tidak sama dengan
jumlah pelarut awal, hal ini disebabkan karena N-heksana mudah menguap dan
menguap ketika dilakukan pemasangan dan pelepasan alat sokletasi. Selanjutnya
lemak yang terekstraksi pada labu didih dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
dibiarkan selama satu malam dengan tujuan agar pelarut heksana yang masih
terikat dengan ekstraksi lemak dapat menguap dengan baik dan menyisakan
lemak hasil ekstraksi seberat 0,52 gr dengan kadar lemak 0.01 gram. Dan hasil %
rendemen yang didapar sebesar 1,04%.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat lemak yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi biji alpukat adalah 0.52
gram dengan kadar lemak 0,01 gram
2. Kadar ekstrak biji alpukat yang didapat dari hasil percobaan adalah 1.04 %
dari 50 gram sampel.
4.2 Saran
1. Jangan lupa untuk melumuri vaselin pada permukaan bagian alat yang akan
disambungkan agar lebih mudah dalam melepas alat.
2. Praktikan harus menimbang dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada
hasil yang diperoleh.
3. Saat hendak membuka alat, harus dalam keadaan dingin.
DAFTAR PUSTAKA
Yeni, Kartika dan Riska. 2009. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat
(http://www. google.com/SNTKI). Diakses pada tanggal 23 Maret.
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
3. % Rendemen = x 100%