Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK

EKSTRAKSI PADAT – CAIR


ISOLASI LEMAK DARI BAHAN ALAM SECARA
SOKLETASI

Oleh:
Kelompok V

Desti Nila Sari (1507037661)


Ruth Butar Butar (1507037672)
Sandi Sudarsono (1507023571)
Thita Oktaviana Hamelia (1507037577)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Teori
1.1.1. Buah Alpukat (Persea americana )
Tanaman alpukat (Persea americana ) berasal dari Amerika tengah yang
beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis
termasuk Indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat,
karena buah ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Winarno,1992).

Gambar 1.1 Daging Dan Biji Buah Alpukat (Najla, 2015)

Alpukat berupa pohon dengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat,


bercabang, coklat, kotor. Alpukat memiliki daun bertangkai, berjejal-jejal pada
ujung ranting, berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau bulat telur terbalik,
memanjang, dan waktu muda berambut rapat. Bunga berkelamin dua, dalam malai
yang bertangkai dan berbunga banyak, terdapat di dekat ujung ranting. Buah buni
berbentuk bola atau peer, panjang 5-20 cm, berbiji satu, berwarna hijau atau hijau
kuning, memiliki bau yang enak. Alpukat memiliki biji berbentuk bola dengan
diameter 2,5-5 cm. Berikut ini klasifikasi alpukat : (Steenis, 1975)
Tabel 1.1 Klasifikasi Alpukat
Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
Sub divisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Bangsa Laurales
Suku Lauraceae
Marga Persea
Jenis Persea Americana

Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung


vitamin A, B, C, dan E dalam jumlah yang besar serta nutrien lain seperti folacin,
niacin, besi (Fe), magnesium (Mg), folat, asam pentotenat, dan potassium (K).
Vitamin C, E, dan beta karoten (prekursor vitamin A) merupakan senyawa
antioksidan alami yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Alpukat juga terbukti mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh
tubuh (Aurora, 2015).
Tabel 1.2 Kandungan Buah Alpukat

Kandungan Jumlah
Vitamin A 0,13-0,51 mg
Vitamin B1 0,025-012 mg
Vitamin B2 0,13-0,23 mg
Vitamin B3 0,79-2,16 mg
Vitamin B6 0,45 mg
Vitamin C 2,3-37 mg
Vitamin D 0,01 mg Memang
alpukat Vitamin E 3 mg merupakan
salah satu Vitamin K 0,008 mg buah lezat
yang Besi 0,9 mg memiliki
rasa hambar, Fosfor 20 mg akan tetapi
tidak hanya Kalium 604 mg daging
buahnya Natrium 4 mg saja yang
dapat di Kalsium 10 mg konsumsi,
biji alpukat Air 67,49 - 84,3 g juga sangat
baik untuk Protein 0,27 – 1,7 g kesehatan
Lemak 6,5 – 25,18 g
Karbohidrat 5,56 – 8 g
Serat 1,6 g
Energi 85 – 233 kal
dan berikut adalah beberapa dari manfaat yang bisa kita dapatkan (Prasetyowati
dkk, 2010) :
1. Mampu digunakan sebagai penyembuh sakit gigi.
2. Mengobati sakit maggh.
3. Mampu mengobati penyakit kencing manis (diabetes) terutama diabetes
melitus.
4. Mampu menghilangkan stress akibat aktivitas yang padat.
5. Mampu mengobati sariawan.
6. Mampu menghilangkan rasa nyeri

Untuk mengkonsumsinya ada banyak sekali cara yang bisa kita gunakan
dan salah satunya adalah dengan meminum rebusan dari biji alpukat.  Biji buah
alpukat memiliki banyak sekali manfaat yang dapat kita manfaatkan sebagai
bahan penyembuhan. Ternyata selain daging buahnya yang dapat di konsumsi dan
bijinya yang dapat digunakan sebagai bahan obat, ternyata biji buah alpukat juga
dapat di manfaatkan sebagai bahan pewarna industry tekstil, karena biji alpukat
memiliki kualitas warna yang cukup baik serta tahan lama (Fessenden dan
Fessenden, 1995).

1.1.2. Lemak Biji Buah Alpukat


Lemak biji alpukat dapat diperoleh dengan metode ekstraksi maupun
metode pengepresan. Adapun metode pengambilan lemak biji alpukat pada
penelitian ini adalah metode ekstraksi dengan pelarut N-heksana. Dengan metode
ekstraksi kehilangan lemak dalam proses lebih sedikit, sehingga lemak yang
dihasilkan lebih banyak (Berger dan Williams, 1992).
Dalam praktikum ini bahan utama yang digunakan adalah biji alpukat,
Metode yang digunakan ialah metode ekstraksi, yang menggunakan serangkaian
alat berupa kondensor, soklet, dan heating mantle (pemanas). Biji alpukat
mengandung 1,25% sampai dengan 4% lemak. Lemak biji alpukat belum
dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia (Yeni dkk, 2009).
Tabel 1.3 Komposisi Asam Lemak Biji Alpukat
Asam Lemak %
Palmetic Acid C16:1 11,85
Palmitoleic Acid C16:1 3,98
1.1.3. Stearic Acid C18: 0 0,87
Oleic Acid C18:17 70,54
Linoleic Acid C18:2 9,45
Linolenic Acid C18:3 0,87
Arachidic Acid C20:0 0,50
Eliosenoic Acid C20:1 0,39
Behenic Acid C22:0 0,61
Lignoceric Acid C24:0 0,34
Ekstraksi
Metoda – metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta
refluks. Metoda-metoda ekstraksi sebagai berikut : (Voight, 1995).
1. Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam
sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar
dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan
dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan.

2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi
selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan
di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

3. Prinsip Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari
ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah
seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan
kondensor.Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk
mempermudah pelarutan senyawa.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotar
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat - syarat pelarut
yang digunakan dalam proses sokletasi (Voight, 1995) :
a. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alcohol
b. Titik didih pelarut rendah
c. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
d. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
e. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
f. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar

Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Voight, 1995) :
a. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang
b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
c. Proses sokletasi berlangsung cepat
d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
e. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi adalah sebagai berikut :


a. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian
b. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksimeyer, Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya
c. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
sedang berlangsung.Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi
harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar
matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa
artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.

4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan
ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnyaberlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

5. Prinsip Destilasi Uap Air


Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam
labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam
labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor
dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak
menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan
minyak.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi
(Voight, 1995) :
a. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan
dengan kebutuhan pemakai.
b. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya
dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi
seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang
diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau
kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
c. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional,
dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese
medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air
dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru
sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia
lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat
tradisional.
d. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut


organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel.

1.1.4. Pelarut
Dalam sokletasi ada beberapa pelarut yang dapat digunakan. Berikut
adalah pembagian pelarut-pelarut yang dapat digunakan dalam sokletasi
(Fessenden dan Fessenden, 1995) :
Tabel 1.4 Jenis-Jenis Pelarut
Konstanta
Solvent Titik didih Massa Jenis
Dielektrik
Pelarut Non-Polar
Heksana 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat 77 °C 6.0 0.894 g/ml
Pelarut Polar
1,4-Dioksana 101 °C 2.3 1.033 g/ml
Tetrahidrofuran 66 °C 7.5 0.886 g/ml
(THF)
Diklorometana 40 °C 9.1 1.326 g/ml
(DCM)
Asetona 56 °C 21 0.786 g/ml
Asetonitril 82 °C 37 0.786 g/ml
(MeCN)
Dimetilformamida 153 °C 38 0.944 g/ml
(DMF)
Dimetil sulfoksida 189 °C 47 1.092 g/ml
(DMSO)
Asam asetat 118 °C 6.2 1.049 g/ml
n-Butanol 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format 100 °C 58 1.21 g/ml
Air 100 °C 80 1.000 g/ml

1.1.5. Heksana
Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non
polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T
dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang
ditemukan oleh Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakan senyawa
dengan 6 rantai karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak men)tah.
Heksana biasanya digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari
minyak nabati (Voight, 1995).

Tabel 1.5 Karakteristik Pelarut Heksana


Karakteristik Pelarut Heksana
Rumus Molekul C6H14
Massa Molar 86,18 gr/mol
Titik Leleh 0,6548 gr/mol
Titik Didih -95oC (178 K)
Densitas 69oC (342 K)
Viskositas 0,294 Cp pada 25oC

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari proses ekstraksi padat-cair secara sokletasi
2. Memisahkan persea americana dari biji alpukat
3. Memisahkan lemak dari sumber bahan alam

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah :

No Nama Alat Gambar


1 Satu set alat soklet

2 Corong

3 Gelas piala 100 ml

4 Gelas ukur 50 ml
5 Kertas Saring

6 Benang

2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :

No Nama Alat Gambar


1 Biji alpukat 50 gr

2 Batu didih
3 Heksan untuk ekstraksi lemak

2.3 Prosedur Percobaan


Ekstraksi Lemak dan Analisa Kadar Lemak menggunakan metoda Sokletasi
1. Di haluskan bahan yang akan di uji kandungan lemaknya
2. Di timbang dengan teliti bahan yang telah di haluskan 50 gr, dicatat sebagai
berat sampel, X gr
3. Di timbang labu alas datar dan batu didih, di catat beratnya sebagai a gr
4. Bahan yang mengandung lemak di bungkus menggunakan kertas saring,
dimasukkan dalam eksroktor soklet
5. Di masukkan pelarut heksan sebanyak 350 ml ke dalam labu 500 ml
6. Di rangkai peralatan sokletasi, selanjutnya di panaskan menggunakan mantel
pemanas sampai semua lemak terekstrak sempurna dari sampel lebih kurang 5
jam
7. Pelarut heksan yang di gunakan di uapkan. Di timbang labu + batu didih +
lemak / minyak, di catat beratnya sebagai b gr
8. Hitung kadar lemak dalam sampel
Kadar lemak = berat b (gr) – berat a (gr)
Berat X (gr)

2.4 Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan percobaan sokletasi

No Perlakuan Pengamatan
1. Biji alpukat di haluskan dan di Ditimbang sebanyak 50 gr
keringkan
2. Ditimbang labu alas datar dan batu Berat labu (161,32) + berat batu
didih didih (6,01) = 167.33 gram
3. Bahan dibungkus dengan kertas Bentuk selonsong
saring pelarut heksan dimasukkan
ke dalam tabung sokletasi
4. Heksan 350 ml dimasukkan ke Lemak masih tercampur heksan
dalam tabung selongsong lalu dan terjadi perubahan warna
dipanaskan selama 4 jam 45 menit menjadi kuning
5. Lemak yang masih tercampur Heksan menguap dan menyisakan
heksan didiamkan selama sehari lemak sebesar 0,52 gram
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Dari percobaan yang dilakukan kadar lemak yang diperoleh sebanyak 0.01
gram dan berat lemaknya 0.52 gram. Larutan heksan yang semulanya berwarna
putih menjadi warna kuning. Persentase yang diperoleh yaitu sebesar 1,04 %.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Menurut Desti Nila Sari
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama membersihkan labu didih, dan
ditambahkan batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk mempercepat proses
pendidihan dan mencegah letupan akibat panas yang tidak merata. Labu didih
seberat 161.32 gram yang berisi batu didih 6.01 gram yaitu 167.33 gram
kemudian ditimbang biji alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan
sebanyak 50 gram. Biji alpukat dihancurkan atau diblender untuk memperbesar
luas permukaan dan mempermudah pelepasan (penarikan) lemak dari biji oleh
heksan. Proses sokletasi berlangsung dimana pelarut (heksan) yang menguap ke
kondensor menetes ke tabung soklet dan membasahi sampel sampai tinggi pelarut
dalam tabung soklet sama tinggi dengan pelarut pada pipa sifon. Lalu pelarut
seluruhnya akan masuk ke dalam labu didih dan begitu seterusnya.
Setelah proses sokletasi dianggap selesai, lalu selonsong dikeluarkan dari
tabung soklet dan diperas untuk mengambil sisa pelarut yang masih tertinggal dan
mengetahui apakah masih ada kandungan lemak yang belum terekstrak.
Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi) dan diperoleh berat
minyak sebesar 0.52 gram dengan kadar lemak 0,01 gram dan % rendemen
sebesar 1,04 %. Jumlah pelarut yang di peroleh tidak sama dengan jumlah pelarut
awal karena heksan mudah menguap ketika dilakukan pemanasan dan pelepasan
alat sokletasi. Di diamkan semalaman agar terpisahnya heksan dari lemak.
3.2.2 Menurut Ruth Butar Butar
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam sampel padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
pelarut tertentu sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel dapat
terisolasi dengan sempurna (Voight, 1995).
Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah membersihkan labu
didih, kemudian merangkai alat sokletasi. Selanjutnya ditimbang labu didih yang
telah dibersihkan (161,32 gr) dan batu didih (6,01 gr) sehingga didapat berat total
167,33 gr. Fungsi dari batu didih ialah untuk mempercepat proses pendidihan,
meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan akibat panas yang
tidak merata). Lalu hal berikutnya yang dilakukan adalah menimbang biji buah
alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan sebanyak 50 gram, yang
berikutnya dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring
(selongsong telah dibuat terlebih dahulu). Biji buah alpukat dihancurkan dengan
maksud untuk memperbesar luas permukaan dan mempermudah pelepasan
(penarikkan) lemak dari biji oleh N-heksana. Selanjutnya selongsong dimasukkan
ke dalam tabung soklet dan disambungkan dengan labu didih yang dilakukan di
atas mantel pemanas (terlebih dahulu diolesi dengan vaseline pada ujung tepi
tabung soklet), berikutnya pengisian pelarut N-heksana pada tabung soklet
sebanyak 270 ml lalu disambungkan dengan kondensor. Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan uap N-heksana yang naik sehingga uap tersebut mencair dan
turun kembali ke dalam tabung soklet untuk melarutkan minyak. Setelah semua
alat sokletasi terpasang dengan benar, air dialirkan ke kondensor melalui selang
dan diikuti dengan penghidupan mantel pemanas.
Proses sokletasi berlangsung, dimana pelarut (N-heksana) yang telah
menguap ke kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel
sampai tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan
pelarut pada pipa sifon, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam
labu didih dan begitu seterusnya (efek sifon). Proses ini berlangsung selama
kurang lebih 4 jam, 45 menit dengan refluks sebanyak 10 kali. Setelah proses
sokletasi dianggap selesai, lalu selongsong dikeluarkan dari tabung soklet.
Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi), dan diperoleh
pelarut sebanyak 350 ml. Jumlah pelarut yang diperoleh tidak sama dengan
jumlah pelarut awal, hal ini disebabkan karena N-heksana mudah menguap dan
menguap ketika dilakukan pemasangan dan pelepasan alat sokletasi. Selanjutnya
lemak yang terekstraksi pada labu didih dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
dibiarkan selama satu malam dengan tujuan agar pelarut heksana yang masih
terikat dengan ekstraksi lemak dapat menguap dengan baik dan menyisakan
lemak hasil ekstraksi seberat 0,52 gr dengan kadar lemak 0.01 gram. Dan hasil %
rendemen yang didapar sebesar 1,04%.

3.2.3 Menurut Sandi Sudarsono


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang didinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Selain itu ekstraksi
juga dapat diartikan sebagai penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-
seyawa yang mudah larut dalam pelarut organik.
Sokletasi adalah suatu metode proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat
disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut
dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara
maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus
selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa
organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Prinsip kerja sokletasi penyaringan secara berkesinambungan dimana
cairan penyaring dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi
molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam
selongsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas
bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat
aktif menjadi sempurna.
Dalam percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu merangkai alat
sokletasi. Langkah selanjutnya yaitu menimbang serbuk biji alpukat 50 gram.
Selanjutnya serbuk biji alpukat dibungkus dengan kertas saring. Kemudian
dimasukkan kedalam tempat ekstraksi yaitu selongsong. Setelah itu dimasukkan
heksan 350 ml dan batu didih kedalam labu bulat yang bertujuan untuk
mengurangi letupan serta meratakan panas dalam pelarut secara meratakan panas
dalam pelarut, kemudian mengalirkan air pada pendingin (kondensor). Langkah
berikutnya yakni dipanaskan labu alas diatas pemanas air. Pada ekstraktor soklet,
heksan dipanaskan dalam labu alas bulat dan batu didih sehingga menghasilkan
uap dan sedikit letupan. Uap tersebut kemudian masuk melalu pipa penguapan
kemudian masuk kedalam kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair
ini terjadi karena heksan mengalami pendinginan dengan adanya kondensor.
Kemudian heksan masuk kedalam selongsong yang berisi serbuk biji alpukat.
Dimana heksan akan membasahi sampel dan tertampung didalam selongsong
sampai tinggi heksan dalam pipa siphon sama dengan tinggi heksan di
selongsong. Kemudian heksan seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu alas
bulat dan begitu seterusnya .peristiwa ini disebut dangan efek siphon. selanjutnya
melakukan pengamatan terhadap sirkulasi (perputaran/perpindahan) yang terjadi
pada proses sokletasi dengan rentang waktu yang dibutuhkan 4 jam 45 menit dan
diperoleh sirkulasi sebanyak 10 kali, pada sirkulasi pertama waktu yang
dibutuhkan 18 menit. Selanjunya pengolahan data, setelah dilakukan pengolahan
data ternyata berat zat aktif dalam serbuk biji alpukat yang diperoleh 0,52 gram
dengan kadar lemak 0,01 gram dan diperoleh kadar ekstrak lemak biji alpukat
yaitu 1,04 %.

3.2.4 Menurut Thita Oktaviana Hamelia


Pada percobaan ini pertama-tama membersihkan labu ukur, kemudian
merangkai alat sokletasi. Setelah bersih, labu ukur ditambahkan dengan batu didih
lalu ditimbang. Didapati berat dari batu didih 0.61 gram. Guna batu didih ini
untuk mempercepat proses pendidihan serta meratakan panas dan mencegah
terjadinya letupan akibat panas yang tidak merata. Selanjutnya yaitu menimbang
biji buah alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan sebanyak 50 gram
kemudian digulung dengan kertas saring dan diikat dengan benang yang mana
biasa disebut selongsong. Adapun tujuan biji buah alpukat dihancurkan yaitu
mempermudah pelepasan lemak dari biji oleh N-heksana. Setelah itu selongsong
dimasukkan ke dalam tabung soklet dan disambungkan dengan labu didih yang
dilakukan di atas mantel pemanas lalu soklet diisi dengan pelarut N-heksana
sebanyak 350 ml kemudian disambungkan dengan kondensor. Fungsi dari
kondensor ini yaitu untuk mendinginkan uap N-heksana yang naik sehingga uap
tersebut mencair dan turun kembali ke dalam tabung soklet untuk melarutkan
lemak.
Proses sokletasi berlangsung, dimana N-heksana sebagai pelarut yang telah
menguap ke kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel
sampai tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan
pelarut pada pipa sifon, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam
labu didih dan begitu seterusnya (efek siphon). Proses ini berlangsung selama
kurang lebih 4 jam 45 menit, dengan sirkulasi sebanyak 10 kali, pada sirkulasi
pertama waktu yang dibutuhkan 18 menit. Setelah proses sokletasi selesai
kemudian selongsong dikeluarkan dari tabung soklet dan diperas untuk
mengambil sisa pelarut yang masih tertinggal dan mengetahui apakah masih ada
kandungan minyak yang belum terekstrak.
Selanjutnya yaitu pengolahan data dan diperoleh berat lemak sebesar 0.52
gram dengan kadar lemak 0.01 gramserta diperoleh % rendemennya ( kadar
ekstrak lemak biji alpukat) sebesar 1.04 %.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat lemak yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi biji alpukat adalah 0.52
gram dengan kadar lemak 0,01 gram
2. Kadar ekstrak biji alpukat yang didapat dari hasil percobaan adalah 1.04 %
dari 50 gram sampel.

4.2 Saran
1. Jangan lupa untuk melumuri vaselin pada permukaan bagian alat yang akan
disambungkan agar lebih mudah dalam melepas alat.
2. Praktikan harus menimbang dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada
hasil yang diperoleh.
3. Saat hendak membuka alat, harus dalam keadaan dingin.
DAFTAR PUSTAKA

Aurora, N. 2015. Alpukat (http://najlaaurora.heck.in/atasi-kulit-kering-dengan-


masker-alpukat.xhtml). Diakses pada tanggal 23 Maret.

Berger & Williams.1992. Fundamental of nursing: collaborating for optimal


health. USA: Apleton & Lange.

Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:  UI


Press.

Prasetyowati, dkk. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea Americana


Mill) Dengan Metode Ekstraksi. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Steenis, V.C.G.G.J. 1975. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: PT.


Pradnya Paramita.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:  PT. Gramedia Pustaka.

Yeni, Kartika dan Riska. 2009. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat
(http://www. google.com/SNTKI). Diakses pada tanggal 23 Maret.
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI

Gambar 1. Biji alpukat yang telah dihaluskan

Gambar 2. Proses Sokletasi


Gambar 3. lemak Biji Alpukat
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Berat lemak= Berat Keseluruhan – berat labu didih + batu didih


= 167,85 gram – 167,33 gram
= 0,52 gram

2. Kadar lemak = berat b- berat a


Berat sampel
= 167,85-167,33
50
= 0,01 gram

3. % Rendemen = x 100%

% Rendemen = 0,52 x 100 %


50
% Rendemen = 1,04%
LAMPIRAN C JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan rumus bangun dari piperin !


Jawab :

2. Berapa persentase piperin yang anda dapatkan ?


Jawab : 1.04 %
3. Berapa kadar lemak yang anda dapatkan ?
Jawab : 0,01 gram

Anda mungkin juga menyukai