Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan


pelayanan kesehatan dalam bentuk acuhan perawatan, tindakan medis dan diagnostik
serta upaya rehabilitasi medis untuk memenuhi kebutuhan pasien bahkan sebagai
tempat pendidikan.Pemenuhan kebutuhan untuk pasien ini tentu didasarkan atas batas-
batas kemampuan rumah sakit itu masing-masing. Rumah sakit adalah sarana upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi
sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Depkes RI, 1994 : 2).

Masalah kesehatan sampai saat ini masih mendapatkan masalah yang serius
dari berbagai pihak. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, status
perekonomian yang buruk yang diperberat dengan minimalnya fasilitas kesehatan dan
kualitas pelayanan kesehatan mengakibatkan semakin tingginya angka kesakitan
masyarakat di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung dapat mengakibatkan
menurunnya produktifitas masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah kesehatan yang telah berkembang
saat ini. Dan Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang strategis
dan mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kualitas pelayanan
rumah sakit yang bermutu dan didampingi dengan fasilitas kesehatan yang memadai
dapat memeprcepat proses pemulihan kesehatan masyarakat dan dapat meningkatkan
citra rumah sakit sebagai pusat kesehatan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan dibutuhkan suatu pengenalan sebelum melakukan


kegiatan.Pengenalan tersebut biasa dikenal dengan orientasi. Kegiatan orientasi
merupakan kegiatan awal yang dilakukan mahasiswa untuk mangenal lingkungan dan
sistem kerja dalam sebuah rumah sakit sebelum melaksanakan praktik di rumah sakit
tersebut. Awal orientasi yang mahasiswa lakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar pada Rabu, 02 Januari 2019. Mahasiswa harus benar – benar
mengenal dan memahami lingkungan rumah sakit karena mahasiswa akan
melaksanakan praktik keperawatan pada tingkat lebih lanjut di tempat tersebut. Masa

1
orientasi sangat penting bagi mahasiswa. Pada masa ini mahasiswa belajar agar bisa
beradaptasi dengan tenaga kesehatan, memahami peran perawat dan bagaimana cara
berkomunikasi atau berinteraksi dengan pasien. Semua hal itu kelak akan menjadi
bekal nanti bagi mahasiswa saat melakukan praktik keperawatan. Untuk orientasi kali
ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan orientasi dalam aspek
keperawatan kegawatdaruratan yang dilakukan di ruangan IGD.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan area paling kritis sebagai pintu
masuk pasien rumah sakit (RS), setiap keterlambatan pelayanan dapat mengakibatkan
konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit
pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat,IGD dituntut memberikan
pelayanan ekstra dibandingkan unit-unit lainya baik dalam hal ketersediaan tenaga
medis maupun ketersediaan peralatan dan obat-obatan. Adapun tenaga medis yang
dibutuhkan di unit ini adalah dokter dan perawat. Namun pekerjaan perawat lebih
banyak dibandingkan dokter, sehingga kuantitas perawat lebih banyak dibutuhkan
pada unit ini. Ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar merupakan tempat pelayanan
penanganan pasien yang sulit untu di periksa (Unpredictable). Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai Ruangan IGD Medik, akan dibahas lebih lengkap di bab
berikutnya.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana gambaran umum ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar?
2. Bagaimana aturan dan tata tertib umum yang berlaku bagi petugas, pengunjung
dan klien?
3. Bagaimana sistem Universal Precaution (UP) yang diberlakukan?
4. Bagaimana struktur pengorganisasian ruangan perawatan di ruang IGD Bedah
RSUP. Sanglah Denpasar?
5. Bagaimana sistem atau model pelayanan keperawatan yang diberlakukan di
ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar?
6. Bagaimana peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan yang
diberlakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar?
7. Jenis – jenis penyakit apa saja yang di derita oleh pasien di ruang IGD Bedah
RSUP. Sanglah Denpasar?
8. Alat – alat dan fasilitas apa saja yang ada di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah
Denpasar?

2
9. Form pengkajian apa yang digunakan untuk pelayanan keperawatan yang di
lakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar?
10. Bagaimana pendokumentasian pelayanan keperawatan yang di lakukan di ruang
IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar?

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti orientasi diharapkan mahasiswa mengetahui dan
memahami gambaran umum tentang keperawatan komprehensif di Ruangan
IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran umum ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah
Denpasar
2. Untuk mengetahui aturan dan tata tertib umum yang berlaku bagi petugas,
pengunjung dan klien
3. Untuk mengetahui sistem Universal Precaution (UP) yang diberlakukan
4. Untuk mengetahui struktur pengorganisasian ruangan perawatan di ruang
IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar
5. Untuk mengetahui sistem atau model pelayanan keperawatan yang
diberlakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan
yang diberlakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar
7. Untuk mengetahui jenis – jenis penyakit yang di derita oleh pasien di ruang
IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar
8. Untuk mengetahui alat – alat dan fasilitas yang ada di ruang IGD Bedah
RSUP. Sanglah Denpasar
9. Untuk mengetahui form pengkajian yang digunakan untuk pelayanan
keperawatan yang di lakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar
10. Untuk mengetahui pendokumentasian pelayanan keperawatan yang di
lakukan di ruang IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar

1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang lingkungan rumah sakit khususnya ruangan
IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar.
2. Mengetahui struktur, fasilitas, SDM dalam ruangan IGD Bedah RSUP. Sanglah
Denpasar.
3. Mendapatkan gambaran tentang tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah
sakit sakit khususnya ruangan IGD Bedah RSUP. Sanglah Denpasar.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Orientasi


Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan perawatan kesehatan
atau bagian dari oraganisasi medis yang menyediakan dokter, perawat dan
tenaga ahli lainnya untuk membantu masyarakat penyembuhan penyakit,
melahirkan dan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan.Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah:“Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat”.Sedangkan pengertian rumah sakit menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :“Rumah sakit merupakan sarana
pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang
sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis
pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan
kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para
medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan
kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia
dibedakan atas lima macam yaitu:
1. Rumah Sakit Tipe-A
Rumah sakit tipe-A adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
luas. Oleh pemerintah, RS tipe-A ini telah ditetapkan sebagai
tempat pelayanan rujukan tertinggi (Top Refetral Hospital).
2. Rumah Sakit Tipe-B

4
Rumah sakit tipe-B adalah RS yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Direncanakan RS tipe-B didirikan disetiap ibukota Propinsi
(Provincial Hospital) yang menampung pelayanan rujukan RS
Kabupaten.
3. Rumah Sakit Tipe-C
Rumah Sakit Tipe-C adalah RS yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat
macam pelayanan spesialis yang disediakan yaitu pelayanan
penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak
serta pelayanan kebidanan dan kandungan.
4. Rumah Sakit Tipe-D
Rumah sakit tipe-D adalah RS yang bersifat transisi karena
pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi RS tipe-C. Pada saat
ini kemampuan RS tipe-D hanyalah memberikan pelayanan
kedokteran umum dan kedokteran gigi.
5. Rumah Sakit Tipe-E
Rumah sakit tipe-E adalah RS khusus (special hospital)
yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan
kedokteran saja (Azwar, 1996 : 89-90).Jenjang-jenjang rumah
sakit ini serta berbagai sarana pelayanan kedokteran lainnya
saling berhungan dalam satu sistem rujukan.
2.2. Tujuan Orientasi
Tujuan orientasi menurut R. E. Smith dalam Marwansyah,
(2010:143) sebagai berikut:
1. Pengenalan organisasi atau perusahaan.
2. Penyampaian kebijakan dan praktik-praktik yang penting.
3. Penyampaian informasi tentang benefits danservices.
4. Pendaftaran program benefit.
5. Pengisian dokumen-dokumen kepegawaian.
6. Penyampaian informasi tentang harapan-harapan manjemen.
7. Penetapan harapan-harapan atau tujuan karyawan.
8. Pengenalan rekan-rekan kerja.
9. Pengenalan fasilitas kerja.
10. Pengenalan tugas-tugas/pekerjaan.
Menurut Sedarmayanti (2010:115), tujuan orientasi adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan karyawan baru dengan ruang lingkup tempat
bekerja, dan kegiatannya.
2. Memberi informasi tentang kebijakan yang berlaku.

5
3. Menghindarkan kemungkinan timbul kekacauan yang dihadapi
karyawan baru, atas tugas atau pekerjaan yang diserahkan
kepadanya.
4. Memberi kesempatan karyawan baru menanyakan hal
berhubungan dengan pekerjaannya.
2.3. Pengertian IGD
Pelayanan gawat darurat (Emergency care) adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
(mediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving ). Pelayanan
instalasi gawat darurat (IGD) adalah salah satu unjuk tombak pelayanan
kesehatan sebuah rumah sakit.Setiap rumah sakit pasti memiliki layanan
IGD yang melayani pelayanan media 24 jam.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian dirumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera, yang dapay mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD
dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah
perawat dan juga asisten dokter.
Pelayanan Gawat Darurat (Emergency care) adalah bagian dari
pelayanan dari kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu
segera (immediately) untuk menyelamatkan kehidupan (life saving).

2.4. Tujuan IGD


Tujuan dari pelayanan gawat darurat adalah untuk memberikan
pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari sebagai
resiko, seperti ; kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau
bencana lainnya yang langsung membutuhkan tindakan.
Pelayanan pada instalasi Gawat darurat bagi pasien yang datang akan
langsung dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya.
Bagi pasien yang tergolong emergency (akut) akan langsung dilakukan
tindakan menyelamatkan jiwa pasien (life saving). Bagi pasien yang
tergolong tidak akut dan gawat akan dilakukan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan dan kasus masalahnya yang setelah itu akan dipulangkan
kerumah.
2.5. Kriteria Pelayanan IGD
Kriteri Pelayanan Gawat Darurat yaitu:
1. Pelayanan yang harus diselenggarakan selama 24 jam.

6
2. Pelayanan pasien yang tidak gawat darurat tidak boleh
menganggu pelayanan yang gawat darurat.
3. Instalasi gawat darurat yang membatasi diri dalam pelayanan
gawat darurat saja, perawat selanjutnya diatur dibagi ditempat
lain
4. Instalasi gawat darurat menyelenggarakan pendiddikan
pelatihan penanggulangan keadaan gawat darurat untuk
perawat/pegawai rumah sakit dan masyarakat sekitar.
5. Penelitian yang berhubungan dengan fungsi instalasi gawat
darurat dan kesehatan masyarakat yang harus diselenggarakan.
2.6. Prinsip Umum Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.856/Menkes/SK/IX/2009 bahwa Prinsip Umum IGD adalah sebagai
berikut :
Setiap Rumah Sakit wajib mimiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan :
1. Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat.
2. Melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving)
a. Pelayanan di instalasi gawat darurat rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam alam sehari dan 7 hari dalam
seminggu
b. Berbagai nama untuk instalasi atau unit pelayana gawat
darurat dirumah sakit di seragamkan menjadi Instalasi
Gawat Darurat (IGD)
c. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat
menangani kasus gawat darurat .
d. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima)
menit setelah sampai di IGD.
e. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan
berdasarkan Organisasi multidisiplin, multiprofesi dan
terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang
terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap
pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD),
dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.

7
f. Setiap rumah sakit wajip berusaha untuk meyesuaikan
pelayanan gawat daruratnya minimal sesuai engan
klasifikasi.
2.7. Pengertian Triage

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus


dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk
memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani,
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatdaruratannya yang
memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triage berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage
dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cidera/penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber
daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100
juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya
(Pusponegoro, 2010).
2.8. Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam


nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau
drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

8
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat
kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam
proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat
2.9. Klasifikasi dan Penentuan Prioritas

Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage


didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang
mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang
terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standart, ENA tahun 1999,
penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan
psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat system pelayanan kedaruratan. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang
cenderung berulang atau meningkat keparahannya.
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam system
triage adalah kondisi klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan
kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /
Pernafasan, Circulation / Sirkulasi), jika tidak ditolong segera
maka dapat meninggal atau cacat (Wijaya, 2010)
Berdasarkan prioritas keperawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Tabel 1. Klasifikasi Triage
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa /
adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac
arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat

9
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat.
Setelah dilakukan resusitasi maka
ditindaklanjuti oleh dokter spesialis.
Misalnya : pasien kanker tahap
lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam
nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada
gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor /
tertutup, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan
/ asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (MERAH) Mengancam jiwa atau fungsi vital,
perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar tingkat II dan

10
III > 25 %
Prioritas II (KUNING) Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat. Contoh :
patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %,
trauma thorak / abdomen, laserasi
luas, trauma bola mata.
Prioritas III (HIJAU) Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka
ringan.
Prioritas 0 (HITAM) Kemungkinan untuk hidup sangat
kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contoh henti jantung
kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004).


TINGKAT KEAKUTAN KETERANGAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya
memar minor) dapat menunggu lama
tanpa bahaya
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak
(misalnya ruam, gejala flu) dapat
menunggu lama tanpa bahaya
Kelas III Semi-urgen / semi mendesak
(misalnya otitis media) dapat
menunggu sampai 2 jam sebelum
pengobatan
Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur
panggul, laserasi berat, asma); dapat
menunggu selama 1 jam

11
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti
jantung, syok); tidak boleh ada
keterlambatan pengobatan ; situasi
yang mengancam hidup
Beberapa petunjuk tertentu yang harus diketahui oleh perawat
triage yang mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi.
Petunjuk tersebut meliputi :
2.9.1 Nyeri hebat
2.9.2 Perdarahan aktif
2.9.3 Stupor / mengantuk
2.9.4 Disorientasi
2.9.5 Gangguan emosi
2.9.6 Dispnea saat istirahat
2.9.7 Diaforesis yang ekstern
2.9.8 Sianosis
2.9.9 Tanda vital diluar batas normal (Iyer, 2004).

BAB III
HASIL ORIENTASI

3.1. Gambaran umum ruang IGD Medik RSUP. Sanglah Denpasar


A. Definisi

12
Instalasi/ Unit Gawat Darurat (IGD) merupakan suatu unit
penanganan pasien yang sulit untuk diprediksi (Unpredictable).
Seringkali melibatkan berbagai situasi yang mengharuskann setiap
staff untuk memiliki otonomi dalam situasi sebagai anggota tim
yang melibatkan multidisiplin. Unit Gawat Darurat akan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan,kepercayaan dan kompetensi dalam berbagai
spesialisasi profesi.
Dalam memberikan pelayanan, perawat akan bekerjasama
dengan Tim Medis lain yang terdiri dari Konsultan, Resident
(Chief, senior, junior), dokter umum mahasiswa, tenaga lain yang
ikut dalam memberikan pelayanan meliputi : Cleaning service,
Security, Staf administrasi, Staf Humas dan Penyanggra.
B. Ruang Lingkup dan Area Pelayanan Perawatan Pasien di IGD
Ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar merupakan tempat
pelayanan penanganan pasien yang sulit untu di periksa
(Unpredictable). Ruang lingkup dan area pelayanan di IGD
meliputi:
1. Triage
Triage merupakan suatu system pemilahan pasien
berdasarkan tingkat kegawatannya. Rumah Sakit Sanglah ini
menggunakan Triage dengan system lima level yang diadopsi
dari ATS (Australasian Triage Scale).Adapun system Triage
Lima Level (TTL) dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Kategori TTL untuk pengukuran tingkat ketajaman dan


penilaian kinerja

Kategori Treatment Acuity Indicator kinerja


(%)
TLL (Waktu Tunggu
Maksimum)

1 Segera 100

2 10 menit 80

3 30 menit 75

13
4 60 menit 70

5 120 menit 70

Tabel 2. Ringkasan Prediktor Fisiologis Dewasa Dari TLL ( Triage


Lima Level )

TLL Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

Airway Obstruksi/ Bebas Bebas Bebas Bebas


obstruksi
partial

Breathing Respiratory Respiratory Respira Tidak terjadi Tidak


distress distress tory respiratory terjadi
berat/ tidak sedang distress distress respiratory
ada respirasi ringan distress
/
hipoventilas
i

Circulati Gangguan Gangguan Ganggu Tidak terjadi Tidak


on hemodinami hemodinam an gangguan terjadi
k berat atau ik sedang hemodi hemodinamik gangguan
tidak ada namik hemodinam
circulasi ringan ik

Disability GCS < 9 GCS 9-12 GCS > GCS normal GCS
12 normal

Factor risiko untuk penyakit serius atau cedera - usia, riwayat usia tinggi,
mekanisme cedera, factor risiko jantung, efek dari obat-obatan atau alcohol,
ruam dan perubahan, dalam suhu tubuh harus dipertimbangkan secara jelas
dalam riwayat penyakit dan data fisiologis. Beberapa factor resiko ,
meningkatkan factor resiko cidera serius atau penyakit. Adanya satu atau lebih
factor resiko dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengalokasikan
kategori triage ke yang lebih tinggi.

14
Alur/proses triage secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Pasien Datang Registrasi


Loket 1

Triage: Dokter Triage


Dokter/Perawat; Mengobservasi Pasien Pasien membaik
Memilah Pasien Kategori 4,5 Di Ruang dipulangkan
Sesuai Katagori Fast Track

Kategori 1,2,3 Pasien Indikasi Konsul Administrasi


Diteruskan Di Periksa Pasien Di Pembayaran
Sesuai SMF Konsulkan Ke Loket 4,5
SMF
2. Fast Track
Pasien membaik
Administrasi Fast Track merupakan ruang ruang penangan pasien dengan
Indikasi Rawat
Pendaftaran
dipulangkan
pembayaran tingkat kegawatan
Inap Dokter
atau SMF
level 4 dan 5 (pasien False Emergency). Di
Rawat Inap Di
loket 4,5 Mengaktifkan
Ruang Fast Track pasien akan ditangani oleh General Practitioner/
Admission
Alur Rawat Inap
Dokter Umum yang sudah memiliki ijin praktik di RSUP Sanglah
Denpasar. Bagi pasien yang mampu duduk, akan dianjurkan duduk
Pasien di antar
di ruang pemeriksaan pasien, dan bila tidak mampu maka akan
perawat/CS ke
dibaringkan di tempat tidur. ruangan
3. Area Medik
Area Medik merupakan area penanganan pasien medic dengan
level 1,2, dan 3. Di area medic terdapat ruang resusitasi untuk
penanganan pasien level 1, ruang pemeriksaan mata, ruang
pemeriksaan pasien kardio, interna, dan neurologi. Dokter yang
bertanggung jawab memeriksa pasien di area medic adalah dokter
DPJP yang dibantu oleh Chief Resident pada masing-masing divisi.
4. Area Bedah
Area Bedah merupakan area penanganan pasien bedah dengan
level 1,2, dan . Di area bedah terdapat ruang resusitasi bedah dan
resusitasi kebidanan dengan kapasitet 2 tempat tidur untuk

15
penanganan pasien level 1. Di area bedah juga terdapat ruang
tindakan yang dilengkapi dengan monitor, oksigen, dan alat-alat
emergency. Dokter yang bertanggung jawab memeriksa pasien di
area bedah adalah dokter DPJP yang dibantu oleh Chief Resident
pada masing-masing divisi.
C. Visi, Misi & Tujuan
1. Visi ruang IGD adalah “menjadi pusat unggulan traumatologi
terkemuka di Bali. Nusa Tenggara dan Indonesia bagian
Timur untuk mendukung RSUP Sanglah menjadi
RSIKD.
2. Misi ruang IGD adalah “Menyelenggarakan pelayanan
penderita gawat darurat dengan cepat, tepat, dan professional
untuk mencegah kematian dan kecacatan dari penderita
dengan standar pelayanan kelas dunia.
3. Tujuan Perawatan Pasien IGD
Sesuai dengan misi, tujuan pengembangan IRD dirumuskan
sebagai berikut :
1) Membangun team work diantara staf medis, antara staf
medis dan paramedic dan antara smf dan Instalasi
2) Mewujutkan mutu pelayanan yang akan menjamin
keamanan dan kepuasan pasien
3) Meningkatkan kompetensi seluruh staff IRD
4) Mewujudkan kelengkapan peralatan medis untuk
menunjang program pelayanan IRD.

3.2. Tata Tertib Pasien/Pengunjung Dan Petugas Di Ruang TRIAGE IGD


RSUP Sanglah
Adapun tata tertib yang berlaku untuk pasien /pengunjung serta perawat
yang bertugas di ruangan yaitu :
A. Pasien /pengunjung :
1. Pasien tidak boleh di tunggu di ruang perawatan kecuali pasien
bayi/anak atau pasien sangat tua.Keluarga menunggu di tempat
yang telah di sediakan dan masuk ke ruang perawatan pada jam
berkunjung apabila di panggil oleh petugas.
2. Pengunjung/ keluarga apabila masuk ke ruangan harus cuci tangan
3. Pengunjung/ keluarga tidak di perkenankan memaki alat-alat
rumah sakit tanpa seijin petugas.

16
4. Penunggu pasien di larang makan di ruang perawatan pasien.
B. Petugas
Untuk aturan jam kerja (shift) pegawai :
1. Shift pagi : pukul 07.00-14.00 WITA
2. Shift siang : pukul 14.00-20.00 WITA
3. Shift malam : pukul 20.00-07.00 WITA
4. Perawat wajib cuci tangan 6 langkah dan 5 moment
5. Untuk seragam disesuaikan dengan aturan RSUP sanglah.

3.3. Prosedur Keselamatan Pasien dan Pencegahan Infeksi


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan
keselamatan pasien sesuai dengan Standar IPSG (International Patient
Safety Goals). Adapun standar tersebut meliputi :
A. Melakukan Idetifikasi Pasien secara tepat.
B. Meningkatkan Komunikasi yang efektif dan read back.
C. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan
perhatian.
D. Mengurangi risiko salah lokasi, salah pasien dan tindakan operasi.
E. Mengurangi resiko infeksi :
1. Cuci tangan
Terdapat 2 metode cuci tangan yang digunakan yaitu : cuci
tangan menggunakan air mengalir dan cuci tangan dengan
handrup.
2. Pengelolaan sampah
Sampah dikelola berdasarkan jenisnya. Untuk sampah infeksius
ditempatkan di tempat sampah dengan tas plastic berwarna
kuning, untuk sampah domestic ditempatkan di tempat sampah
dengan tas plastic berwarna hitam, dan untuk sampah tajam
ditempatkan di sharp box. Sampah tidak boleh dicampur. Ketika
sampah sudah 2/3 penuh harus diganti dengan yang baru.
3. Penggunaan tangkai pel
Untuk mencegah infeksi maka kain pel tidak boleh dicampur
antara ruang perawat, ruang petugas, koridor, dan dapur.
Penanda ini diberikan pada tangkai pel.
4. Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh

3.4. Struktur Pengorganisasian Perawat Di Ruang IGD RSUP. Sanglah


Terlampir
3.5. Sistem Atau Model Pelayanan Keperawatan Yang Diberlakukan Di
Ruang IGD RSUP. Sanglah Denpasar
A. Prosedur Pendaftaran Pasien

17
Pasien yang datang ke IGD Triage dianjurkan mendaftar untuk rawat
jalan di loket pendaftaran (loket 1). Sedangkan pasien yang akan
masuk rumah sakit opname didaftarkan di bagian admission. Ketika
pasien akan diopnamekan maka dokter pemeriksaan membuatkan
form permintaan masuk rumah sakit.form ini dibawa ke bagian
admission oleh petugas (perawat/CS/petugas billing/ataupun
mahasiswa) bersama sama keluarga pasien. Selanjutnya petugas
admission akan memproses ruang tempat pasien masuk rumah sakit
sesuai permintaan dokter yang merawat dan membawakan rekam
medis pasien ke area medik, bedah, ataupun area anak.
B. Pengelolaan dan Pemberian Obat Kepada Pasien
Obat obat yang diperlukan oleh pasien akan diresepkan
menggunakan KIO (Kartu Intruksi Obat) oleh dokter/residen yang
bertugas. KIO ini dibawa ke apotik Depo IGD oleh petugas. Saat
memberikan obat kepada pasien, petugas petugas wajib melakukan
identifikasi pasien dengan menanyakan pasien dan mencocokkan
nomor rekam medis pasien. Saat memberikan obat juga wajib
disaksikan oleh dua orang petugas dan pemberian obat ke pasien
menggunakan system 6 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian, dan benar
dokumentasi.
C. Jadwal Dinas
Dinas diatur berdasarkan shif
a. Pagi : dimulai pukul 07.30 Wita dan berakhir pukul 13.30
Wita
b. Sore : dimulai pukul 13.30 Wita dan berakhir pukul 19.30
Wita
c. Malam : dimulai pukul 19.30 Wita dan berakhir pukul
07.30 Wita
d. Paste pagi : dinas enam hari kerja kecuali hari libur
e. Shif : dinas diatur dengan siklus 2 hari dinas pagi, 2 hari
dines sore, 2 hari dinas malam, dan 2 hari libur.
D. Waktu Istirahat Petugas
Petugas diijinkan isttirahat untuk snack secara bergantian
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di ruang gawat darurat.
Waktu istirahat untuk jaga pagi dimulai jam 12.00 dan jaga sore

18
dimulai jam 17.00. Masing masing staf diberikan waktu istirahat
selama 15 menit. Sebelum petugas meninggalkan meninggalkan
tempat tugas untuk break, petugas yang incharge wajib melakukan
operan ke petugas lain untuk mengambil alih tugas sementara
sehingga ruangan tidak kosong. Untuk jaga malam, waktu istirahat
dapat diatur sendiri oleh Ka Tim dan dilakukan secara bergiliran.
E. Prosedur Kedaruratan
Setiap petugas yang bertugas di UGD Triage maupun di ruangan lain
wajib mengetahui prosedur kedaruratan. Ada beberapa kode yang
digunakan :
1. Red Code
Apabila terjadi kebakaran petugas wajib menghubungi pesawat
333 untuk melaporkan tempat terjadinya kebakaran dan
sekaligus meminta bantuan.
2. Black Code
Apabila ada pasien/ keluarga pasien yang mengamuk dan
kemungkinan membahayakan pasien lain dan petugas, maka
petugas wajib menghubungi pesawat 333 untuk meminta
bantuan.
3. Yellow Code
Apabila ada pasien yang menghilang, maka petugas wajib
menghubungi pesawat 333 untuk melaporkan keadaan dan
meminta bantuan.
4. Silver Code
Apabila ada pasien minggat, maka petugas wajib menghubungi
pesawat 333 untuk melaporkan keadaan dan meminta bantuan.
5. Gold Code
Apabila ada pasien lapas, maka petugas wajib menghubungi
pesawat 333 untuk meminta bantuan pengawasan terhadap
pasien tersebut.
F. Pemindahan Pasien ke Ruang Perawatan
Observasi pasien di ruang gawat darurat dilakukan selama 6
jam. Setelah 6 jam pasien wajib dipindahkan ke ruang perawatan
untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
G. Ketenagaan
1. Dokter
Dokter yang yang incharge di area Triage dan Fast Track adalah
dokter umum. Dokter di area medic, bedah, dan anak adalah

19
dokter residen setingkat chif dokter sedangkan dokter konsultan (
DPJP ) bertugas secara oncall.
2. Perawat
Jumlah tenaga perawat yang saat ini ada di IGD Triage sebanyak
46 orang yang terdiri dari Perawat Kepala Ruangan, Inventaris,
Clinical Nurse Educator ( CNE ), perawat penanggung jawab
tim, dan perawat pelaksana dengan pendidikan S2 sebanyak 2
orang, pendidikan S1 sebanyak 11 orang, pendidikan D IV
sebanyak 2 orang dan pendidikan D III sebanyak 31 orang.
Pembagian tugas perawat diatur berdasarkan shift dan
ditempatkan di masing masing area.
3. Cleaning Services (CS)
Jumlah tenaga CS yang saat ini ada di IGD Triage sebanyak 14
orang.
4. Petugas Billing
Jumlah tenaga billing yang saat ini bertugas di IGD Triage
sebanyak 18 orang.

3.6. Peran Dan Fungsi Perawat Di Ruang IGD RSUP Sanglah


Menurut (priharjo,2008) peran perawat dalam pelayanan pada sistem
komprehensif yaitu sebagai :
A. Perawat practitioner role (peran praktis)
Perawat bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan
individu pasien, keluarga dan orang terdekat. Peran ini dominan
pada tingkat primer, sekunder dan tersier yang menyangkut direct
intervention (melakukan tindakan ttv), teaching coordinating
(perawat luka) dan collaborating.Pemenuhan kebutuhan dasar
pasien dari makan, selfcare atau personal hygine dilakukan oleh
perawatsesuai kondisi pasien.
Saat observasi dilakukan terlihat peran praktis perawat di
ruang IGD RSUP Sanglah seperti memandikan pasien, membantu
pemenuhan eliminasi dengan menyediakan pispot serta membantu
pasien dalam pemenuhan nutrisi ( makan dan minum).
B. Edukator (pendidik)
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

20
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Sebagai
edukator perawat IGD RSUP Sanglah diharuskan mampu
memberikan informasi tentang penyakit, pengobatan, indikasi serta
kontraindikasi pasien serta yang paling penting adalah kondisi
pasien dapat tiba-tiba memburuk hingga mengakibatkan kematian
di ruangan tersebut. Cara penyampaian informasi diharuskan
dengan komunikasi terapeutik, mudah dimengerti dan dapat
diaplikasikan untuk meminimalkan kesalahpahaman atau miss
persepsi oleh klien ataupun keluarga klien.
C. Advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatn yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelainan.
D. Kolaborator
Peran perawat disisni dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi
dan lain-lain dengan berupanya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
E. Konsultan
Peranannya adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
F. Research role (peran peneliti)
Pada peran perawat sebagai peneliti, perawat berkewajiban
mengembangkan penelitian di bidang keperawatan dan perawat
harus mempergunakan penemuannya dalam praktik keperawatan.

21
Hasil yang relevan dapat dipergunakan untuk memperbaiki pelayan
pasien. Peran peneliti dalam ruang IGD RSUP Sanglah belum
dijalankan karena keterbatasan dan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan.

3.7. Jenis – Jenis Penyakit Yang Diderita Oleh Pasien Di Ruang IGD
RSUP. Sanglah Denpasar
Di IGD RSUP. Sanglah melayani pasien dengan berbagai kasus
kegawatan penyakit yang meliputi kasus bedah, kasus penyakit dalam,
neurologi, kardiologi,psikiatri, mata, THT, kulit kelamin, dan kasus
anak. Dengan area pelayanan yaitu :
A. Area medik menangani pasien kegawatdaruratan medic seperti
pasien kardio, pasien interna, pasien neurologi, pasien mata,
pasien THT, pasien kulit kelamin, dan pasien psikiatri. Jenis
penyakit 3 bulan terakhir yang banyak terdapat di IGD medic
yaitu CKD, SNH, PPOK, HIV, pneumonia, ACKD, DM, TBC.
B. Area bedah menangani pasien trauma maupun non trauma untuk
semua usia.
C. Area anak menangani jenis kegawatdaruratan pasien anak dari
umur 0-18 tahun.

3.8. Alat – Alat Dan Fasilitas Yang Ada Di Ruang IGD RSUP. Sanglah
A. Fast Track
Pengelolaan ruang Fast Track dilengkapi dengan tempat tidur, 1
buah oksigen, transport, alat nebulizer, troli injeksi, alat EKG,
pengukuran berat badan dan tinggi badan, stetoskop, tensi meter,
thermometer, dan alat pemeriksaan gula darah (glukotest).
B. Area Bedah
1) Pada ruang area bedah dilengkapi dengan :
1. Tempat tidur = tempat pasien tidur
2. AC central = pengatur suhu ruangan
3. Oksigen central = memberikan suplay oksigen untuk setiap
ruangan
4. Oksigen transport = memberikan suplay o2 yang dapat di
bawa kemana mana
5. Suction central/portable = mengeluarkan cairan / dahak
6. Bed side monitor = memonitor keadaan pasien
7. Troly emergency = tempat alat alat gawat darurat

22
8. Troly injeksi = tempat alat alat injeksi
9. Alat EKG = untuk mengetahui kelistrikan jantung
10. Alat nebulizer portable = alat untuk mengurangi sesak
pasien asma dan mengencerkan dahak
11. Alat DC Shock = alat untuk memberikan renjatan arus
listrik ke jantung
12. Stetoskop = alat untuk mendengarkan suara dala tubuh
13. Spignomanometer = alat untuk mengukur tekanan darah
14. Thermometer glukometer = alat untuk mengecek gula darah
15. Syringe pump, infusion pump = alat untuk mengukur
jumlah cairan yang masuk dalam tubuh
16. ventilator portable = alat bantu nafas
2) Ruang resusitasi
Pada area bedah terdapat ruang resusitasi yang
diperuntukan untuk semua pasien dengan kategori Triage Lima
Level 1, baik itu pasien bedah dan kebidanan.
Ruang resusitasi di area bedah dilengkapi :
- 2 brancard = tempat tidur portable
- 2 bed side monitor = memonitor keadaan pasien
- 2 oxygen central = memberikan suplay oksigen untuk
setiap ruangan
- 2 oxygen portable = suplay oksigen yang bisa dibawa
kemana mana
- 1 alat suction portable = alat mengeluarkan dahak / cairan
- 1 ventilator portable yang langsung disambungkan ke
oxygen portable
- 1 defibrilator bifasik =
- 1 alat USG = alat mencitrakan organ internal
- Troley emergency = trolley tempat alat alat gawat darurat
- 2 set laryngoscope = alat untuk memeriksa bagian belakang
tenggorokan
- OPA/NPA berbagai ukuran =
- ETT berbagai ukuran = alat pembebas saluran nafas
- 2 BVM dewasa dan 1 pediatri
- Nasal canule = alat bantu pernafasan
- Simple mask O2/ rebreathing mask = alat bantu pernafasan
- Non rebreathing mask = membantu pengiriman dalam
terapi oksigen
- Stilet
- Margil forceps = memandu tabung trakea ke laring
- Soft / rigid suction
- Electrode = konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non logam

23
- APD = alat pelindung diri
- Meja observasi
- Tempat sampah infeksius dan domestic
3) Ruang tindakan
Area bedah memiliki ruang tindakan yang berkapasitas 4
brancard dilengkapi dengan 4 bedside monitor, 2 oksigen
central, 4 lampu portable, 8 troley tindaka dan meja observasi.
Ruang tindakan ini diperuntukan untuk semua pasien
trauma/non trauma yang mau dilakukan tindakan dengan
katagori triage lima level 2 dan 3.
4) Ruang observasi
Area bedah meiliki ruang observasi berkapasiatas 10 brancard
dilengkapi 4 oksigen central, dan meja observasi. Jarak antara
brancard dipisahkan oleh sampiran yang bertujuan menjaga
privasi pasien. Pasien yang berada diruang observasi adalah
pasien yang menunggu acara oprasi, menunggu hasil
pemeriksaan penunjang dan pasien yang menunggu kamar.
C. Area Anak
Area anak dilengkapi dengan fasilitas 3 tempat tidur, dan 2 buah
box bayi. Fasilitas lain meliputi oksigen central, suction central,
radiant heater, bedside monitor, incubator transport, alat
pemeriksaan saturasi oksigen. Timbangan anak dan bayi, meteran
untuk mengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter anak,
thermometer, troly injeksi, headbox, dan alat alat Distraction Toys.
Alat Distraction Toys digunakan untuk mengalihkan perhatian
anak saat dilakukan prosedur tindakan.
D. Area Medik
Pengelolaan area medic dilengkapi dengan 20 tempat tidur, AC
central, oksigen central, oksigen transport, suction
central/portable, bed side monitor, troly emergency, troly injeksi,
alat EKG, alat nebulizer portable, alat DC Shock, stetoskop,
tensimeter, thermometer glukometer, syringe pump, infusion
pump, dan ventilator portable.
3.9. Form pengkajian yang digunakan untuk pelayanan keperawatan
yang digunakan di ruang IGD RSUP. Sanglah Denpasar

24
Form pengkajian keperawatan yang digunakan di ruang IGD RSUP.
Sanglah ada 2 antara lain : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan
Pengkajian Keperawatan Fast Track Gawat Darurat.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. IGD (Instalasi Gawat Darurat)


IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) maupun Emergency Room adalah
sebuah unit yang melayani pasien dalam kondisi gawat darurat
berdasarkan Triage ( Triase ) yang ditentukan oleh dokter UGD.
Sedangkan Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD
yang dimiliki. Triage dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa
intervensi tindakan apapun. Awal mula Sistem Triage digunakan oleh
seorang dokter Militer bernama Dominique Jean Larrey . Triage sendiri
berasal dari bahasa Perancis trier yakni seleksi berdasar prioritas kegawat
daruratan kondisi seeorang yang membutuhkan bantuan medis. Mengapa
perlu dilakukan Triage dan apa sebabnya di UGD tidak berlaku sistem
antrian seperti di poliklinik rawat jalan.Triase dikelompokan dalam
beberapa macam dengan cara tanda berikut: pasien dengan tanda status
merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat, tanda kuning
berarti pelayanan dapat ditunda, tanda hijau pasien tidak dalam kondisi
gawat darurat dan dapat ditunda. Sedangkan tanda hitam berarti pasien
sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat tipis. Ruang

25
UGD atau instalasi rawat darurat erat kaitannya dengan keberadaan
ambulance yang mengirim pasien. Pada kasus kasus kecelakaan dan
serangan jantung maupun stroke sudah dapat dipastikan Ambulance yang
lebih banyak membawa pasien dengan kategori merah. Maka dari itu
ketika pasien yang datang terlebih dahulu dengan kasus tergolong kondisi
triase kelompok hijau kadang terpaksa ditunda pelayanannya untuk segera
mendahulukan kasus kecelakaan misalnya luka bakar, kecelakaan, stroke
dan serangan jantung. Lebih jelasnya dapat kita beri contoh misalkan
pada pasien label merah adalah pasien dengan keadaan gawat darurat
kecelakaan, patah tulang, perdarahan otak dan luka bakar atau pasien
dengan serangan hipertensi stroke, kegagalan fungsi jantung dan gagal
nafas, tidak sadar. Sedangkan pada pasien dengan label kuning adalah
pasien misalnya dengan penyakit infeksi luka ringan, usus buntu, patah
tulang, luka bakar ringan. Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien
dengan kondisi kesehatan yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan
benturan memar di permukaan kulit, luka lecet, tertusuk duri, dan demam
ringan, radang lambung. Pasien dengan tanda triage hitam adalah pasien
yang tidak memungkinkan memiliki harapan hidup kendati dilakukan
tindakan medis. Misalnya pasien dengan kondisi kerusakan berat dari
seluruh organ penting tubuh, misalnya akibat kecelakaan, bencana alam
dan luka bakar. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat darurat
harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih
peka, tanggap situasi, cepat dan tepat dalam menilai perubahan
mendadak pasien yang berada di UGD, sewaktu - waktu kondisi status
triage bisa berubah.
4.2. Gambaran Umum Ruang/Area Bedah
Area bedah merupakan area penanganan pasien bedah dengan level 1, 2,
dan 3. Di area bedah terdapat ruang resusitasi untuk penanganan pasien
level 1,di area bedah juga terdapat ruang tindakan yang dilengkapi dengan
monitor, oksigen, dan alat alat emergency. Dokter yang bertanggung
jawab memeriksa pasien di area bedah adalah dokter DPJP yang dibantu
oleh Chef Resident pada masing-masing devisi.
4.3. Penyakit Yang Ditangani Di Ruang/Area Bedah

26
Penyakit yang ditangani di area bedah meliputi semua pasien dengan
kegawatdaruratan seperti pasien deng CKB, CKR, farktur dan masalah
muskulo.
4.4. Pemeriksaan Pasien Di Area Bedah
Setiap pasien yang datang ke area bedah (sesuai SMF masing-masing
akan dilakukan pemeriksaan secara umum yang meliputi pemeriksaan
airway, breathing, circulation, dandixability sesuai format yang telah
disediakan. Selain itu pasien juga wajib diperiksa vital sign yang meliputi
suhu, nadi, tekanan darah, respirasi, dan nyeri sebagai tanda vital yang
kelima. Pemeriksaan EKG, rontgen, lab DL, kimia darah, pemeriksaan
urine, AGD, pemeriksaan gula darah menggunakan glukumeter dilakukan
sesuai intruksi dokter.Pemberian oksigen, pemasangan bed side monitor,
mengukur saturasi oksigen, pemasangan infus, pemasangan NGT,
pemasangan dower cateter, pemberian obat melalui alat nebulizer,
injeksi, pemberian obat secara oral perrectal, tindakan suction, gastrie
lavage, tindakan DC Shock dan lain-lain dapat dilakukan di area medik.
Bila setelah observasi selama kurang lebih 6 jam kondisi pasien membaik
maka pasien akan dipulangkan, tetapi bila kondisi pasien belum setabil
maka pasien akan di MRSkan.
4.5. Peralatan dan Fasilitas Di Area Bedah
Pengelolaan area medic dilengkapi dengan 5 tempat tidur, 12 AC
central, oksigen central, oksigen transport, suction central/portable, bed
side monitor, troly emergency, troly injeksi, alat EKG, alat nebulizer
portable, alat DC Shock, stetoskop, tensimeter, thermometer glukometer,
syringe pump, infusion pump, dan ventilator portable.

27
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Instalasi/ Unit Gawat Darurat (IGD) merupakan suatu unit
penanganan pasien yang sulit untuk diprediksi (Unpredictable). Seringkali
melibatkan berbagai situasi yang mengharuskann setiap staff untuk
memiliki otonomi dalam situasi sebagai anggota tim yang melibatkan
multidisiplin. Unit Gawat Darurat akan memberikan kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan,kepercayaan dan kompetensi
dalam berbagai spesialisasi profesi.
Ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar merupakan tempat pelayanan
penanganan pasien yang sulit untu di periksa (Unpredictable). Ruang
lingkup dan area pelayanan di IGD meliputi: Triage, Fast Track, Area
Medik, Area Bedah, Area Anak. Penanganan di area triage sudah berjalan
sesuai alur yang sudah ditentukan di IGD Interna RSUP. Sanglah. Penyakit
yang ditangani di area medik meliputi semua pasien dengan
kegawatdaruratan medic seperti pasien kardio, pasien interna, pasien
neurologi, pasien mata, pasien THT, pasien kulit kelamin, dan pasien
psikiatri. Form pengkajian keperawata yang digunakan di ruang IGD

28
RSUP. Sanglah ada 2 antara lain : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan
Pengkajian Keperawatan Fast Track Gawat Darurat.

5.2. Saran

Sebagai perawat pemula jadikanlah observasi sebagai sebuah


tambahan wawasan dan sebagai bekal untuk ke depan dalam melakukan
praktik selanjutnya. Dalam melakukan observasi seharusnya data yang
diperoleh sesuai dengan hasil wawancara dan fakta yang kita lihat.

DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uns.ac.id/29044/1/S411408051_pendahuluan.pdf
https://www.scribd.com/document/155353155/Definisi-Instalasi-Gawat-Darurat
Tim Depkes RI & WHO.1991.Prosedur Perawatan Dasar.Jakarta : Depkes RI.

29

Anda mungkin juga menyukai