Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Commotion cerebri (gegar otak) merupakan bentuk trauma kapitis ringan,
dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit). Gejala gejala lain mungkin
termasuk noda-noda di depan mata dan linglung. Komosio serebri tidak
meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan kerusakan struktur otak
(Pahria, 1996: 48).
Commotion cerebri atau gegar otak adalah keadaan pingsan yang berlangsung
tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai dengan
kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh sakit kepala, vertigo,
mungkin muntah, tampak pucat (Harsono, 2000: 310).
Commotion cerebri adalah disfungsi neuron otak sementara yang disebabkan
oleh trauma kapitis (benturan kepala) tanpa menunjukkan kelainan makroskopis
jaringan otak.
Commotio Cerebri adalah gegar otak, keadaan yang ditandai dengan pingsan,
muntah-muntah, kelumpuhan, kelainan denyut jantung, nadi, dan penafasan
(Lakman, 2002)

B. ETIOLOGI
Penyebab dari commotion cerebri antara lain:
1. Kecelakaan sepeda motor atau lalu lintas
2. Jatuh, benturan dengan benda keras
3. Karena pukulan dengan benda tajam, tumpul dan perkelahian
4. Cerdera karena olahraga
2
(Corwin, 2000: 175)

Sedangkan menurut Barbara C. Long (1996 : 203), etiologi commotion


cerebri biasanya berasal dari trauma langsung dan tidak langsung pada kepala,
yaitu :
1. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau
kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher.
2. Trauma langsung bila kepala langsung terluka akibat kecelakaan, jatuh,
dan olahraga

3
C. MANIFESTASI KLINIS
Commotion cerebri adalah suatu kehilangan fungsi neural akut yang
berlangsung sebentar saja. Penderita mengalami amnesia retrograde tanpa
ditemukannya kelainan neurologis. Sepertiga kasus mengelami kasus linier yang
tidak dapat mengubah perjalanan penyakit sehingga tidak perlu rawat inap. Bila
terjadi fraktur yang melintasi arteri meningia media, sutura lamdoidal atau sutura
sagitalis sebaiknya dilakukan perawatan, karena kemungkinan akan terjadi
hematoma epidural.2
Tanda dan gejala yang terjadi pada commotion cerebri, antara lain :
1. Nyeri kepala/pusing
2. Tidak sadar atau pingsan kurang dari 30 menit
3. Amnesia retrogade : hilangnya ingatan pada peristiwa beberapa lama
sebelum kejadian kecelakaan (beberapa jam sampai beberapa hari). Hal ini
menunjukkan keterlibatan/gangguan pusat-pusat dikorteks lobus temporalis
4. Post traumatik amnesia (anterogade amnesia) : lupa peristiwa beberapa saat
sesudah trauma.
5. Tanda-tanda vital tidak normal atau menurun.
6. Mual, dan muntah.

D. PATOFISIOLOGI
Benturan pada kepala menimbulkan gelombang tekanan didalam rongga
tengkorak yang kemudian disalurkan kearah lobang foramen megnum kearah
bawah canalis spinalis dengan demikian batang otak teregang dan menyebabkan
lesi iritatif/blokade sistem reversibel terhadap sistem ARAS. Pada komosio
serebri secara komosionil batang otak lebih menderita dari pada fungsi hemisfer.
Keadaan ini bisa juga terjadi karena trauma tidak langsung yaitu jatuh terduduk
sehingga meregangkan batang otak.
Akibat proses patologi diatas maka terjadi gangguan kesadaran (tidak sadar
kurang dari 30 menit) bisa diikuti penurunan tekanan darah, dan suhu tubuh.
Muntah dapat juga terjdadi bila pusat muntah dan di medula oblongata
4
terangsang.
Derajat keparahan trauma yang dialaminya mempunyai korelasi dengan
lamanya waktu daripada retrogade amnesia, post traumatik amnesia dan masa-
masa konfusionya. Amnesia ringan disebabkan oleh lesi di hipokampus, akan
tetapi jika amnesianya berat dan menetap maka lesi bisa meluas dari sirkuit
hipokampus kegaris tengah diensefalon dan kemudian kekorteks simulate untuk
bergabung dengan diamigdale atau proyeksinya kearah garis tengah talamus dan

5
dari situ ke korteks orbitofrontal. Amnesia retrogade dan anterogade terjadi
secara bersamaan pada sebagian besar pasien (pada kontosio serebri 76% dan
komosio serebri 51%). Amnesia anterogde lebih sering terjadi daripada
anterogade.
Gejala tambahan: bradikardi dan tekanan darah naik sebentar, muntah-
muntah, mual, vertigo (vertigo dirasakan berat disertai komosio labirin). Bila
terjadi tekerlibatan komosio medulae akan terasa transient parastesia ke empat
ekstermitas.
Gejala-gejala penyerta lainnya (sindrom post trauma kapitis adalah nyeri
kepala, nausea, dizzines, sensitif terhadap cahaya dan suara, iritability, kesukaran
konsentrasi pikiran, dan gangguan memori. Sesudah beberapa hari atau beberapa
minggu, bisa didapat gangguan fungsi kognitif (konsentrasi, memori), lamban,
sering-sering capek, depresi, iritability. Jika mengenai daerah temporal nampak
gangguan kognitif pada tingkah laku lebih menonjol.

6
E. WOC

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
a. CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran
ventrikel pergeseran cairan otak.
b. MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.
c. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
d. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
e. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran
struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen
tulang).
f. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang
otak.
7
g. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme
pada otak
h. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
i. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh
dalam peningkatan TIK.
j. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.

k. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab


terhadap penurunan kesadaran.
l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi
yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

G. PENATALAKSANAAN


Setiap penderita komosio sebaiknya masuk rumah sakit untuk observasi,
karena dengan penurunan kesadaran yang singkat saja sudah ada gangguan
pada otak. Selain itu dapat diketahui pula bila terjadi perdarahan epidural.

Pemeriksaan intern dan neurologis yang cermat.

Pemeriksaan intern mencakup: Tanda-tanda vital. Pemeriksaan neurologis
menckup: Kesadaran (GCS), pupil, refleks sefalik, saraf otak, ekstremitas
(paresis, gangguan serebelum).

Terapi terhadap gejala vegetatif (simptomatis).

Muntah diberikan dimenhidrinat (Dramamin). Sakit kepala diberikan analgetik.

Mobilisasi secara perlahan-lahan, bila pada hari kedua tidak ada kelainan, atau
penderita makin membaik.

Penderita dipulangkan kurang dari satu minggu.1,2

1. Tindakan terhadap peningkatan TIK


a. Pemantauan TIK dengan ketat.

8
b. Oksigenasi adekuat
c. Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
e. Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala
f. Bedah neuro

2. Tindakan pendukung lain


a. Dukung ventilasi
b. Pencegahan kejang
c. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
d. Terapi antikonvulsan
e. CPZ untuk menenangkan pasien
f. NGT

H. KOMPLIKASI
Menurut S. markam (2002) komplikasi yang mungkin timbul pada pasien
dengan commotion cerebri antara lain :
1. Meningkatnya tekanan intracranial
2. Perdarahan
3. Kejang
4. Meningitis

9
BAB III
KESIMPULAN

10
Daftar Pustaka

1. Bahrudin, moch. 2016. Neurologis klinis. Penerbitan


Universitas Malang: UMM Press.
2. Munir, Badrul. 2015. Neurologi dasar. Jakarta: Sagung seto.

11

Anda mungkin juga menyukai