PASIEN CRANIOTOMY
DISUSUN OLEH:
2023
A. DEFINISI
Otak diibaratkan sebagai sebuah komputer yang mengatur, memberikan perintah ke
seluruh organ tubuh. Otak mengatur mulai dari sikap dan perilaku, kecerdasan, ingatan,
fungsi panca indera, menggerakkan tubuh, hingga mengatur fungsi vital seperti tekanan
darah, denyut jantung, pola pernafasan, suhu tubuh, dan berbagai fungsi penting lain. Begitu
penting nya otak bagi tubuh manusia, hingga tentu saja tindakan operasi yang dilakukan pada
otak memerlukan pertimbangan yang matang. Kraniotomi (craniotomy) berasal dari kata
cranium yang artinya tulang kepala / tengkorak, dan -tomia yang artinya memotong.
Kraniotomi adalah suatu prosedur pembedahan yang dilakukan dengan membuka sebagian
tulang kepala, untuk mendapatkan akses ke rongga kepala.
Kraniotomi adalah operasi untuk membuka kepala untuk mengekspos otak. Kata
craniotomy berarti membuat lubang (-otomi) di tengkorak (cranium). (Brain and Spain
Foundation, 2013)
Kraniotomi adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahanuntuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan
tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol hemoragi. (Brunner
and Suddarth)
B. ETIOLOGI
Menurut Urden et al (2014) beberapa indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan
intrakranial yaitu sebagai intervensi untuk pengangkatan, jaringan abnormal, baik tumor
maupun kanker, mengurangi tekanan intrakranial, mengevaluuasi adanya bekuan darah,
pembenahan organ-organ intrakranial, mengatasi perdarahan dalam otak, cerebral aneurysm,
trauma tengkorak, dan adanya peradangan dalam otak.
Menurut Hanft et al (2017) Kondisi yang meningkatkan risiko yang terkait dengan
kraniotomi sebagai berikut yaitu Usia lanjut, status fungsional buruk, penyakit
kardiopulmoner berat, dan runtuh sistemik yang parah dan membutuhkan dukungan
perawatan intensif (misalnya, sepsis, kegagalan multiorgan)
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)
1. Pusing
2. Sakit kepala
3. Muntah
4. Perubahan mental
5. Kejang
Manifestasi klinik local (akibat kompresi pada bagian yang spesifik dari otak)
D. PATOFISIOLOGI
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai geger otak.
Lukaterbuka dari tengkorak ditandai kerusakan otak. Luasnya luka bukan
merupakanindikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala dari
tingkat ringansampai tingkat berat adalah edema otak, defisit sensori dan motorik,
peningkatan intrakranial. Kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak, isoheni otak dan
hipoxia.
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada
kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau keluaranyang
merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala
langsung terluka. Semua ini berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan
pembentukan rongga (dilepasnya gas, dari cairan lumbal, darah, dan jaringan otak).
Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya, rusaknya otak oleh
kompresi, goresan atau tekanan.
Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek yang bergerak
dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari kekuatan akselerasi,
kikiran atau kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang, otak dan cerebelum dapat
terjadi.
Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi
tersebut: kulit kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom
subdural dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Akut: terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam.
3. Kronis: terjadi setelah beberapa minggu atau bulan dari terjadinya cedera.
Perdarahan intracerebral biasanya timbul pada daerah frontal atau temporal.
Kebanyakan kematian cedera kepala akibat edema yang disebabkan oleh kerusakan dan
disertai destruksi primer pusat vital. Edema otak merupakan penyebab utama
peningkatan TIC. Klasifikasi cedera kepala :
1. Conscussion/comosio/memar
Termasuk didalamnya adalah luka memar, perdarahan dan edema. Dapat terlihat
pada lobus frontal jika dilakukan lumbal pungkri maka lumbal berdarah.
3. Lacertio cerebri
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Tujuan: mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
Catatan: pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infarkmungkin
tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c. Angiopati Serebral
Tujuan: menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral, seperti pergeseran jaringanotakakibat
edema, perdarahan, trauma.
F. KOMPLIKASI
1. Edema cerebra
2. Perdarahan epidural
Yaitu penimbunan darah di bawah dura meter. Terjadi secara akut dan biasanyakarena
perdarahan arteri yang mengancam jiwa.
3. Perdarahan subdural
Perdarahan subdural dapat terjadi akibat perdarahan lambat yang disebut perdarahan
subdural sub akut, secara cepat (subdural akut) dan sangat besar(subdural kronik).
4. Perdarahan intracranial
Yaitu perdarahan di dalam otak itu sendiri. Dapat terjadi pada cedera kepalatertutup yang
berat, atau yang lebih sering, cedera kepala terbuka. Dapat timbul akibat pecahnya suatu
ancorisma atau stroke hemoragik. Perdarahan di otakmenyebabkan peningkatan TIC,
sehingga sel-sel dan vaskuler tertekan.
5. Hypovolemik syok
6. Hydrocephalus
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
8. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahayabesar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darahvena dan ikut
aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,dan otak. Pencegahantromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
9. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapylococus auereus, organism garam positif stapylococus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi lukayang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptic danantiseptic.
10. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka ataueviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi lukaadalah keluarnya organ-
organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensiatau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutupwaktu pembedahan
G. PENATALAKSAAN
c. Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati – hati jangan
sampai drain tercabut.
d. Perawatan luka operasi secara steril
2. Makanan
c. Flatus positif
3. Mobilisasi
a. Sistem Perkemihan
1) Control volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi →
retensio urine.
2) Pencegahan : inpeksi, palpasi, perkusi → abdomen bawah (distensi buli –
buli)
3) Dower catheter → kaji warna, jumlah urine, out put urine <30 ml/jam →
komplikasi ginjal
b. System Gastrointestinal
3) Kaji paralitik ileus → suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
8) Memonitor perdarahan.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Dikaji tentang identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, diagnosa
medis, nomor medrek, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian.
Juga identitas penanggung jawab klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan terakhir dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian, nyeri
biasanya menjadi keluhan yang paling utama terutama pada pasien post op
craniotomy.
c. Alasan Masuk
Merupakan alasan yang mendasari klien dibawa ke Rumah Sakit atau kronologis
yang menggambarkan perilaku klien dalam mencari pertolongan.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Pola pengkajian
a) Kepala
6. Diagnosa Keperawatan
7. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan: 1. Kaji nyeri, catat 1. Berguna dalam
agens cedera lokasi, pengawasan
Setelah Dilakukan
biologis karakteristik, skala keefektifan obat,
tindakan keperawatan
(0-10). Selidiki kemajuan
selama 1x 24 jam,
dan laporkan penyembuhan.
diharapkan nyeri akan
perubahan nyeri perubahan pada
berkurang,
dengan tepat. karakteristik nyeri
menghilang dengan
2. Pertahankan posisi menunjukkan
KH:
istirahat semi terjadinya abses.
1. Klien dapat fowler. 2. Mengurangi
memanagemen 3. Dorong ambulasi tegangan abdomen
pengetahuan dini. yang bertambah
tentang penyakit 4. Berikan kantong es dengan posisi
akut pada abdomen. telentang.
2. Dapat 5. Berikan analesik 3. Meningkatkan
memanegemen sesuai indikasi. normalisasi fungsi
diri tentang organ, contoh
penyakitnya merangsang
3. Klien dapat peristaltic dan
mengontrol kelancaran flatus,
dan menurunkan
tingkat gejala ketidaknyamanan
penyakitnya abdomen.
4. Klien dapat 4. Menghilangkan dan
memanagemen mengurangi nyeri
nyeri secara melelui
mandiri penghilangan ujung
saraf.
catatan:jangan
lakukan kompres
panas karena dapat
menyebabkan
kongesti jaringan.
5. Menghilangkan
nyeri
mempermudah
kerja sama dengan
intervensi terapi
lain.
2. Kerusakan Tujuan: 1. Kaji dan catat 1. Mengidentifikasi
integritas kulit ukuran, warna, terjadinya
Setelah dilakukan
berhubungan keadaan luka, dan komplikasi.
tindakan 3x24 jam,
dengan luka kondisi sekitar 2. Merupakan
klien tidak
insisi. luka. tindakan protektif
mengalami
2. lakukan perawatan yang dapat
gangguan integritas
luka dan hygiene mengurangi nyeri.
kulit.
sesudah mandi, 3. Memungkinkan
Kriteria hasil:
lalu keringkan pasien lebih bebas
1. Integritas kulit
kulit dengan hati bergerak dan
yang baik bisa
hati. meningkatkan
dipertahankan
3. Monitor kulit akan kenyamanan
2. Tidak ada luka /
adanya kemerahan pasien.
lesi pada kulit
4. Mempercepat
3. Mampu
proses
melindungi kulit
dan 4. Jaga kebersihan penyembuhan dan
mempertahankan kulit agar kering rehabilitasi pasien,
kelembapan kulit dan bersih
dan perawatan
alami.
3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Awasi tanda-tanda 1. Deteksi dini adanya
infeksi berhubu vital, perhatikan infeksi.
Setelah dilakukan
ngan dengan demam, menggigil, 2. Memberikan
tindakan keperawatan
higiene luka berkeringat dan deteksi dini
3x24 jam, klien
yang buruk. perubahan mental terjadinya proses
diharapkan tidak
dan peningkatan infeksi.
mengalami infeksi.
nyeri kepala. 3. Menurunkan
Kriteria hasil:
2. Lihat luka insisi dan penyebaran bakteri
1. Tidak
balutan. catat 4. Mungkin diberikan
menunjukkan karakteristik, secara profilaktif
adanya tanda drainase luka. untuk menurunkan
infeksi. 3. Lakukan cuci tangan jumlah organisme,
2. Tidak terjadi yang baik dan dan untuk
infeksi. lakukan perawatan menurunkan
luka aseptik. penyebaran dan
4. Berikan antibiotik pertumbuhannya.
sesuai indikasi.
4. Gangguan Tujuan: 1. Observasi 1. Tirah baring lama
perfusi jaringan ekstermitas terhadap dapat mencetuskan
Setelah dilakukan
berhubungan pembengkakan, dan statis venadan
tindakan keperawatan
dengan eritema. meningkatkan
3x24 jam, klien tidak
pendarahan. 2. Evaluasi status resiko
terjadi gangguan
mental. perhatikan pembentukan
perfusi jaringan.
terjadinya trombosis.
Kriteria hasil:
hemaparalis, afasia, 2. Indikasi yang
1. Tanda-tanda vital
kejang, muntah dan menunjukkan
stabil.
peningkatan TD. embolisasi sistemik
pada otak.
2. Kulit klien
hangat dan
kering
3. Nadi perifer ada
dan kuat.
4. Masukan atau
haluaran
seimbang.
5. Kekurangan Tujuan: 1. Awasi intake dan out 1. Memberikan
volume cairan put cairan. informasi tentang
Setelah dilakukan
berhubungan 2. Awasi TTV, kaji penggantian
tindakan keperawatan
dengan membrane mukosa, kebutuhan dan
3x24 jam, klien
perdarahan post turgor kulit, fungsi organ.
menunjukkan
operasi. membrane mukosa, 2. Indicator
keseimbangan cairan
nadi perifer dan keadekuatan
yang adekuat, dengan
pengisian kapiler. volume sirkulasi/
KH:
3. Awasi pemeriksaan perfusi.
1. Tanda-tanda vital
laboratorium. 3. Memberikan
stabil.
4. Berikan cairan IV informasi tentang
2. Mukosa lembab
atau produk darah volume sirkulasi,
3. Turgor kulit/
sesuai indikasi keseimbangan
pengisian kapiler
cairan dan
baik.
elektrolit.
4. Haluaran urine
4. Mempertahankan
baik.
volume sirkulasi.
6. Pola nafas Tujuan: 1. Evaluasi frekuensi 1. Kecepatan dan
inefektif pernafasan dan upayamungkin
setelah dilakukan
berhubungan kedalaman. meningkat karena
tindakan keperawatan
dengan efek 2. Auskultasi bunyi nyeri, takut,
3x24 jam, klien
anastesi. nafas. demam, penurunan
menunjukkan pola
3. Lihat kulit dan volume sirkulasi
nafas yang efektif.
membran mukosa darah dan
Kriteria hasil:
akumulasi
1. volume nafas untuk melihat secretatau juga
adekuat. adanya sianosis. hipoksia.
2. klien dapat 4. Berikan tambahan 2. Bunyi nafas sering
mempertahankan oksigen sesuai menurun pada
pola nafas kebutuhan. dasar paru selama
normal dan periode waktu
efektif dan tidak setelah
ada tanda pembedahan
hipoksia. sehubungan dengan
terjadinya
atelektasis.
3. Sianosis
menunjukkan
adanya hipoksia
sehubungan dengan
gagal jantung atau
komplikasi paru.
4. Untuk
memaksimalkan
pengambilan
oksigen yang akan
diikat oleh Hb yang
menggantikan
tempat gas
anestesidan
mendorong
pengeluaran gas
tersebut melalui zat
instalasi
7. Bersihan jalan Tujuan: 1. Awasi frekuensi, 1. Perubaahan sputum
napas inefektif irama, kedalaman menunjukkan
setelah dilakukan
berhubungan pernafasan. terjadi distres
tindakan keperawatan
dengan pernafasan.
3x24 jam, klien
penumpukan menunjukkan bunyi 2. Auskultasi paru, 2. Deteksi adanya
secret. nafas yang jelas. perhatikan stridordan obstruksi.
Kriteria hasil: penurunan bunyi 3. Meningkatkan
nafas. ekspansi paru
1. frekuensi nafas
3. Dorong batuk atau optimal/fungsi
dalam rentang
latihan pernafasan. pernafasan.
normal.
4. Perhatikan adanya 4. Dugaan adanya
2. bebas dipsnea.
warna pucat atau hipoksemia atau
merah pada luka. karbon monoksida.
8. Perubahan pola Tujuan: 1. Catat keluaran urine, 1. Penurunan aliran
eliminasi urin selidiki penurunan urine tiba-tiba
setelah dilakukan
berhubungan aliran urine secara dapat
tindakan keperawatan
dengan efek tiba-tiba. mengindikasikan
3x24 jam, klien
anastesi. 2. Awasi TTV, kaji adanya obstruksi
menunjukkan aliran
nadi perifer, turgor atau juga karena
urine yang lancar.
kulit, pengisian dehidrasi.
Kriteria hasil:
kapiler. 2. Indikator
1. Haluaran urine
3. Dorong peningkatan keseimbangan
adekuat.
cairan dan cairan.
pertahankan 3. Mempertahankan
pemasukan akurat. hidrasi dan aliran
urine baik.
9. Perubahan Tujuan: 1. Timbang BB secara 1. Kehilangan atau
nutrisi kurang teratur. peningkatan
Setelah dilakukan
dari kebutuhan 2. Auskultasi bising menunjukkan
tindakan keperawatan
berhubungan usus, catat bunyi tak perubahan hidrasi,
3x24 jam, klien
dengan mual ada atau hiperaktif. tapi kehilangan
menunjukkan
muntah. 3. Tambahkan diet lanjut juga
keseimbangan berat
sesuai toleransi. menunjukkan
badan.
defisit nutrisi.
Kriteria hasil:
2. Meskipun bising
1. Berat badan klien
usus sering tak ada,
tetap seimbang.
inflamasi atau
iritasi usus dapat
menyertai
hiperaktifitas usus,
penurunan absorbsi
air atau juga diare.
3. Kemajuan diet
yang hati-hati saat
memasukkan
nutrisi dimulai
lagi dapat
menurunkan iritasi
gaster.
8. Implementasi
9. Evaluasi