Disusun guna memenuhi penugasan pada stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
berkembang khususnya yang dirawat di rumah sakit masih belum baik (Oyedele et al,
2015)
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu
lintas (WHO, 2011). Menurut Korps Lalu Lintas Polisi RI (KORLANTAS POLRI,
2018) dalam grafik kecelakaan yang dilaporkan ke polisi lalu lintas ditampilkan per
triwulan (kuartal). Grafik dihasilkan secara online dari database kecelakaan Automatic
Identification System (AIS). Dalam grafik tersebut didapatkan data kecelakaan pada
tahun 2018 sebanyak 28,784 orang dengan 6,262 korban meninggal. Kecelakaan ini
Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau
juga karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai
tidak sadarkan diri. Ristanto et al, (2016) menjelaskan cedera kepala merupakan salah
satu penyebab utama kematian dan kecacatan akibat trauma yang membutuhkan
tindakan cepat dan efisien untuk mencegah perburukan kondisi pasien.Cidera kepala
ditemukan fraktur basis krani, cedera otak difus, hematoma intraserebral, dan
hematoma subdural. Prevelensi tertinggi didapatkan pada jenis kelamin laki-laki, usia
dapat kondisi mencegah terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Kesiapan
dan kewaspadaan itu dapat dibangun dan dimulai dari mengantisipasi setiap perubahan
data dari kejadian kasus cedera kepala (Ristanto, 2016). Oleh karena latar belakang
tersebut, kelompok kami membuat makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan Pada
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep teori trauma kepala serta asuhan
2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian
b. Analisa data
c. Rencana tindakan
d. Evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
Cedera kepala merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak dan otak
B. Etiologi
1. Cedera Akselerasi, yaitu ketika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak
2. Cedera Deselerasi, yaitu ketika kepala yang bergerak membentur objek yang
diam
bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak
substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan
Menurut Arifin ddk (2013) Cidera kepala secara umum disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada kepala,
tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Krisanty, ddk. (2009) gejala klinis cedera kepala yang dapat membantu
mendiagnosis adalah battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
ekhimosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung), rhinorrhoe (cairan serebrospinal
Tanda–tanda atau gejala klinis untuk yang cedera kepala ringan adalah pasien
tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh, sakit kepala
yang menetap atau berkepanjangan, mual dan atau muntah, gangguan tidur dan nafsu
makan yang menurun, perubahan kepribadian diri, letargik. Tanda–tanda atau gejala klinis
untuk yang cedera kepala berat adalah perubahan ukuran pupil (anisocoria), trias Cushing
(denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan) apabila meningkatnya tekanan
Kecelakaan, Jatuh,
Trauma benda
tajam/tumpul
Trauma Kepala
Peningkatan
TIK Gangguan
Fungsi otak
Ganguan Terjadi gangguan
Girus medialis Neurologis pada pengaturan
lobus temporal nafas
bergeser Dx. Risiko
Ketidakefektifan Defisit neurologis
Perfusi Jaringan Terjadi dispnea
Hemlasi Unkus otak Henti nafas
Gangguan Persepsi Perubahan pola
Sensori nafas
Mesefallon
tertekan
Dx.
Ketidakefektifan
Gangguan Pola Nafas
Dx. Risiko
Kesadaran Cidera
Imobilisasi
1. Gejala sisa cedera kepala berat: beberapa pasien dengan cedera kepala berat dapat
2. Kebocoran cairan serebrospinal: bila hubungan antara rongga subarachnoid dan telinga
tengah atau sinus paranasal akibat fraktur basis cranii hanya kecil dan tertutup jaringan
otak maka hal ini tidak akan terjadi. Eksplorasi bedah diperlukan bila terjadi kebocoran
3. Epilepsi pascatrauma: terutama terjadi pada pasien yang mengalami kejang awal (pada
minggu pertama setelah cedera), amnesia pascatrauma yang lama, fraktur depresi
5. Sindrom pasca concusio : nyeri kepala, vertigo dan gangguan konsentrasi dapat
menetap bahkan setelah cedera kepala ringan. Vertigo dapat terjadi akibat cedera
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi kranium: untuk mencari adanya fraktur, jika pasien mengalami gangguan
kesadaran sementara atau persisten setelah cedera, adanya tanda fisik eksternal yang
menunjukkan fraktur pada basis cranii fraktur fasialis, atau tanda neurologis fokal
lainnya. Fraktur kranium pada regio temporoparietal pada pasien yang tidak sadar
meningea media.
2. CT scan kranial: segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat kesadaran atau jika
terdapat fraktur kranium yang disertai kebingungan, kejang, atau tanda neurologis
fokal. CT scan dapat digunakan untuk melihat letak lesi, dan kemungkinan komplikasi
jangka pendek seperti hematom epidural dan hematom subdural (Pierce & Neil, 2014).
G. Penatalaksanaan
Secara umum, pasien dengan cedera kepala harusnya dirawat di rumah sakit untuk
observasi. Pasien harus dirawat jika terdapat penurunan tingkat kesadaran, fraktur kranium
dan tanda neurologis fokal. Cedera kepala ringan dapat ditangani hanya dengan observasi
neurologis dan membersihkan atau menjahit luka / laserasi kulit kepala. Untuk cedera kepala
berat, tatalaksana spesialis bedah saraf sangat diperlukan setelah resusitasi dilakukan.
1. Bedah
a) Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom yang mendesak ruang.
laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini membutuhkan terapi bedah segera
2. Medikamentosa
a) Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada tindakan darurat sebelum evakuasi
hematom intrakranial pada pasien dengan penurunan kesadaran.
b) Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii.
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala menurut Yasmara
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila
mual muntah bahkan kejang sampai tidak sadar di samping gejala kelumpuhan
separuh badan.
masalah yang dialami klien sekarang seperti adakah riwayat penggunaan obat
terjadi pada keluarga pasien secara garis keturunan maupun yang tinggal
5) Pola Metabolik
Kaji kesulitan menelan dan adanya mual muntah (yang berkaitan dengan
perdarahan).
6) Pola Eliminasi
7) Pola Aktivitas
8) Pola Persepsi
a) Kaji pasien apabila tidak memahami penjelasan dari apa yang telah terjadi
b) Kaji pasien saat mengeluh pusing, mengantuk, sakit kepala, leher kaku,
9) Pola Istirahat
10) Kardiovaskular
11) Paru-paru
bidang visual pada satu atau kedua mata), apraxia (keridakmampuan untuk
13) Integumen
Kaji Cappilary Refill Time (CRT), turgor kulit dan adanya tanda sianosis.
b. Diagnosa keperawatan
d. Risiko Syok (00205) d.d adnya darah yang keluar dari hidung, telinga dan mulut
e. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) b.d benda asing dalam jalan napas
f. Nyeri Akut (00132) b.d. Agen cedera fisik (cidera kepala berat) d.d. keluhan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Ketidakefektifan Status pernapasan: Kepatenan Manajemen Jalan Napas (3140) Manajemen Jalan Napas (3140)
1
bersihan jalan Jalan Napas (0410) 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Agar memudahkan jalan napas pasien
napas (00031) b.d Setelah dilakukan tindakan ventilasi 2. Agar dapat mengetahui adanya
benda asing keperawatan selama 1 x 8 jam di 2. Auskultasi suara napas, catat area yang sumbatan jalan napas seperti benda
dalam jalan napas harapkan “Status pernapasan” Tn X ventilasinya menurun atau tidak ada dan asing (darah, logam, sekret dan lain
ke level 3 (sedang) dengan kriteria 3. Lakukan penyedotan lendir (darah) 3. Agar dapat
1. Frekuensi pernapasan < 16x/menit sebagaimana mestinya (darah) yang menutupi jalan napas
2. Tidak ada suara napas tambahan 4. Monitor status pernapasan dan pasien
3. Tidak terdapat penggunaan otot oksigenasi sebagaimana mestinya 4. Agar status pernapasan pasien dalam
Risiko Syok Setelah diberikan tindakan Pencegahan Syok (4260) Pencegahan Syok (4260)
3
(00205) keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Monitor adanya respon kompensasi awal 1. Agar respon kompensasi awal syok
Hipovolemik (0419)” Tn. X 2. Monitor status sirkulasi 2. Agar status sirkulasi pasien terkaji
meningkat dari level 2 (cukup berat) 3. Monitor tekanan oksimetri 3. Agar tekanan oksimetri pasien terkaji
ke level 4 (ringan), dengan kriteria 4. Monitor kemungkinan penyebab 4. Agar kemungkinan penyebab
1. Tekanan nadi perifer (60- 5. Berikan cairan melalui IV atau oral 5. Agar akses untuk pemenuhan
mmHg)
5. Akral hangat
4 Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
(00132) b.d. keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Observasi adanya petunjuk nonverbal 1. Agar terkaji petunjuk nonverbal
Agen cedera fisik diharapkan “Tingkat Nyeri (2102)” mengenai ketidaknyamanan terutama mengenai ketidaknyamanan
(Cidera kepala Tn. X meningkat dari level 1 (sangat pada mereka yang tidak dapat 2. Agar pasien mampu mengatasi nyeri
berat) d.d. berat) ke level 4 (ringan), dengan berkomunikasi secara efektif. secara mandiri
ekspresi wajah 1. Nyeri yang dilaporkan aktivitas, akupressure, aplikasi 4. Agar pasien tetap mendapatkan
2. Panjangnya episode
3. Ekspresi nyeri hanya 1. Cek adanya riwayat alergi obat 1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
Setelah diberikan tindakan dan keparahan nyeri sebelum mengobati 2. Agar pemberian obat dapat dilakukan
diharapkan “Keparahan Cedera Fisik 3. Cek perintah pengobatan meliputi obat, kualitas dan keparahan nyeri yang
(1913)” Tn. X dipertahankan di level 2 dosis, dan frekuensi obat analgesik yang telah ditentukan
(cukup berat) dengan kriteria hasil : diresepkan 3. Agar pemberian obat sesuai dengan
1. Cidera kepala tertutup tidak 4. Tentukan pilihan obat analgesik dosis, dan frekuensi obat analgesik
analgesik dan adanya efek samping 4. Agar pemberian obat sesuai dengan
5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Jalan Nafas (3140) 1. Manajemen jalan nafas
keperawatan 1 x 8 jam Status a. Monitor status pernafasan dan
a. Agar mengetahui status
Pola Napas Pernafasan (0415) dapat di oksigenasi, sebagaimana mestinya
tingkatkan dari level 2 (Deviasi yang b. Posisikan pasien untuk pernafasan pasien
cukup berat dari kisaran normal) ke memaksimalkan ventilasi b. Agar ventilasi pasien
level 3 (Deviasi sedang dari kisaran c. Auskultasi suara nafas maksimal
normal) denan kriteria hasil : d. Kelola pemberian bronkodilator
c. Agar mengetahui adanya suara
1. Frekuensi pernafasan
dalamrentang normal 16- 2. Monitor Pernafasan (3350) nafas tambahan
24 x/menit a. Monitor kecepatan, irama, d. Agar dapat merilekskan otot
2. Irama Pernafasan regular kedalaman dan kesulitan bernafas pernafasan pasien
(teratur) b. Monitor saturasi oksigen pada pasien 2. Monitor pernafasan
3. Tidak ada suara nafas yang tersedasi (SaO 2 a. Agar mengetahui
tambahan SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang kedalaman dan kesulitan pasien
4. Saturasi oksigen dalam rentang ada bernafas
normal c. Posisikan pasien sesuai kebutuhan b. Agar saturasi okseigen yang
5. Gangguan kesadaran d. Kolaborasi pemberian oksigen diberikan sesuai kebutuhan pasien
6. Dispnue saat istirahat e. Kolaborasi pemberian obat c. Agar pasien merasa nyaman
tidak terjadi d. Agar oksigen pasien terpenuhi
e. Membantu penyembuhan pasien
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN RUANG IGD/RESUME UGD
1. PENGKAJIAN
1. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. X
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Mahasiswa
Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
2. Primary Survey
1. Air Way
Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir. Terdengar suara napas stridor
2. Breathing
Adanya pengembangan dinding dada, frekuensi 32x/menit. Tampak adanya otot bantu
pernapasan.
RR : 32 x/menit
Pemeriksaan AGD:
SpO2= 95%
3. Circulation
Akral Tn. X teraba dingin, CRT > 3 detik, N : 102x/menit, TD : 100/60 mmHg, nadi
radialis teraba lemah. Keluar darah dari telinga, mulut dan hidung.
4. Disability
5. Exposure/Environtment
3. Secondary Survey
RIWAYAT KOMPAK/AMPLE
Obat : Tn. A mengatakan Tn. X sebelumnya tidak memiliki riwayat konsumsi obat
apapun.
Makanan: Tn. A mengatakan sebelum keluar rumah Tn. X berbuka puasa dengan nasi, ikan
dan es buah.
Alergi : Tn. A mengatakan Tn. X tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan
Kejadian/Event : Tn. A mengatakan Tn. X mengalami kecelakaan motor tunggal menabrak
jalanan (trotoar) di dekat rumah temannya, Tn. A diberitahu oleh warga yang
RESPON NYERI
menggerakkan kepala
tumpul
Region :
Depan Belakang
Time : Tn. X mengatakan nyeri terasa sangat lama dan secara terus menerus
Keadaan Umum
TTV:
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 102x/menit
Suhu : 37,8oC
RR : 32x/menit
2. Hidung : tampak simetris, tidak ada polip, terdapat perdarahan dan nyeri tekan
4. Gigi : tidak ada caries gigi, tidak ada gigi yang patah/ lepas
7. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
a. Pulmo
Auskultasi : suara paru kanan dan paru kiri normal, inspirasi terdengar pendek
b. Cor
10. Abdomen
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, hati teraba halus batas tegas.
11. Punggung
Inspeksi : tidak ada memar atau jejas, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
12. Pinggang
13. Genetalia
2) Perempuan :-
14. Rectum : tidak ada lecet atau memar, tidak ada hemoroid
15. Ektremitas
1) Atas : tampak lecet dan sedikit berdarah pada punggung tangan kiri, terpasang
2) Bawah : tampak lecet di lutut sebelah kanan dan tampak sedikit mengeluarkan darah
Pemeriksaan Penunjang :
Hematokrit 33 33 - 45 % Normal
5. Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Cairan IV RL 30 tpm IV Cairan koloid, sebagai pengganti
cairan tubuh yang hilang
kepala
kepala
belakang (oksipital)
terasa di skala 9
terus menerus
(20.00 DO : (00205)
- N : 102x/menit (teraba
lemah)
- TD : 100/60 mmHg
- CRT > 3 detik
hidung
stridor
temannya
DO:
- Pasien mengalami
penurunan kesadaran,
bagian kepala
- Terdapat hematoma di
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) b.d benda asing dalam jalan napas
3. Risiko Syok (00205) d.d adnya darah yang keluar dari hidung, telinga dan mulut
4. Nyeri Akut (00132) b.d. Agen cedera fisik (cidera kepala berat)
C. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama/TTD
Keperawatan
Ketidakefektifan Status pernapasan: Kepatenan Manajemen Jalan Napas (3140) Manajemen Jalan Napas (3140)
1 Niko, Desy
bersihan jalan Jalan Napas (0410) 1. Posisikan pasien untuk 1. Agar memudahkan jalan napas
benda asing keperawatan selama 1 x 8 jam di 2. Auskultasi suara napas, catat area 2. Agar dapat mengetahui adanya
dalam jalan napas harapkan “Status pernapasan” Tn X yang ventilasinya menurun atau sumbatan jalan napas seperti
meningkat dari level 2 (cukup berat) tidak ada dan adanya suara benda asing (darah, logam,
2. Tidak ada suara napas tambahan nasotrakea sebagaimana mestinya lendir (darah) yang menutupi
3. Tidak terdapat penggunaan otot Terapi Oksigen (3320) jalan napas pasien
bantu pernapasan 1. Berikan oksigen tambahan seperti 4. Agar status pernapasan pasien
Risiko Syok Setelah diberikan tindakan Pencegahan Syok (4260) Pencegahan Syok (4260)
3 Niko, Desy
(00205) keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Monitor adanya respon 1. Agar respon kompensasi awal
Hipovolemik (0419)” Tn. X 2. Monitor status sirkulasi 2. Agar status sirkulasi pasien
meningkat dari level 2 (cukup berat) 3. Monitor tekanan oksimetri terkaji
ke level 4 (ringan), dengan kriteria 4. Monitor kemungkinan 3. Agar tekanan oksimetri pasien
7. Tekanan nadi perifer (60- 5. Berikan cairan melalui IV 4. Agar kemungkinan penyebab
4 Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400) Desy, Niko
(00132) b.d. keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Observasi adanya petunjuk 1. Agar terkaji petunjuk
Agen cedera fisik diharapkan “Tingkat Nyeri (2102)” nonverbal mengenai nonverbal mengenai
(Cidera kepala Tn. X meningkat dari level 1 (sangat ketidaknyamanan terutama pada ketidaknyamanan
berat) d.d. berat) ke level 4 (ringan), dengan mereka yang tidak dapat 2. Agar pasien mampu mengatasi
ekspresi wajah 2. Panjangnya episode nyeri farmakologi (seperti; relaksasi, 3. Agar nyeri yang dirasakan
keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Cek adanya riwayat alergi obat mendapatkan dukungan dari
(1913)” Tn. X dipertahankan di level 2 kualitas dan keparahan nyeri Pemberian Analgesik (2210)
(cukup berat) dengan kriteria hasil : sebelum mengobati pasien 1. Agar tidak terjadi kesalahan
1. Cidera kepala tertutup tidak 3. Cek perintah pengobatan meliputi dalam pemberian obat
bertambah parah obat, dosis, dan frekuensi obat 2. Agar pemberian obat dapat
5. Agar dapat
dipertanggungjawabkan
efek samping
D. CATATAN PERKEMBANGAN
diperintahkan
Ds:-
Do:
Tn. X terpasang oksigen 5 lpm dengan simpel mask
2 30 April 20.05 1. Memonitor tanda-tanda vital pasien 30 Aprol 2020 (21.00 WIB) Niko, Desy
2020 WIB Ds: - S: -
Do: TD: 100/60 MmHg O:- Pasien masih belum tampak sadar
S : 37,8°C TD: 100/70 MmHg
N : 160x/m CRT > 2 detik S : 37,0°C N : 110x/m
RR : 32x/m SpO2 : 95% RR: 30x/m CRT < 3 detik SpO2 :
20.10 2. Memonitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan 97%
WIB dengan nilai normal - GCS 7 : E2M3V2
Ds: - A:Tujuan belum tercapai
Do: Pasien masih tampak belum sadar P: Lanjutkan intervensi
GCS 7: E2M3V2 1. Memonitor tanda–tanda vital
10.15 3. Memposisikan tinggi kepala pasien 30 derajat atau lebih 2. Memonitor status neurologis pasien
WIB Ds: - 3. Memposisikan tinggi kepala 30
Do: pasien diposisikan 30 derajat untuk mengurangi tekanan
derajat
Intrakranial
20.20
4. Anjurkan pasien untuk istirahat
WIB
Ds: -
Do: Pasien tampak belum sadar
5. Kolaborasi pemberian sedasi
21.00
3 30 April 20.10 1. Memonitor adanya respon kompensasi awal syok 30 April 2020 (20.25) Niko, Desy
2020
WIB DO : Akral Tn. X teraba dingin, N : 102x/menit (teraba S : -
4. Memonitor kemungkinan penyebab kehilangan darah 2. Berikan cairan melalui IV atau oral
Ds: -
kanan
4 30 April Tingkat Nyeri (2102) Kamis, 300 April 2020 (21.00) Niko, Desy
2020
20.30 1. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai S :
Wib ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat P : Tn. X mengatakan nyeri masih terasa
berkomunikasi secara efektif. ketika banyak bergerak (terutama
Ds: -
digerakkan bagian kepala)
Do : Tn. X tampak meringis kesakitan
P : Tn. X mengatakan nyeri berkurang
2. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti;
20.30 ketika ia tertidur dan tidak banyak
relaksasi, terapi aktivitas, akupressure, aplikasi
Wib menggerakkan bagian kepala
panas/dingin dan pijatan).
Q : Tn. X mengatakan nyeri yang
Pemberian Analgesik (2210)
20.35 dirasakan seperti di hantam benda
1. Cek adanya riwayat alergi obat
tumpul
Ds: Tn. A mengatakan bahwa Tn. X tidak memiliki alergi
R : Tn. X mengatakan nyeri terasa di
obat apapun
Do: Tidak ada respon alergi yang terlihat pada Tn. X kepala bagian belakang (oksipital)
stelah diberikan obat sesuai dengan resep S : Tn. X mengatakan nyeri terasa di
20.40 nyeri sebelum mengobati pasien T : Tn. X mengatakan nyeri terasa terus
Wib DS : menerus
Q : Tn. X mengatakan nyeri yang dirasakan seperti - Tidak ada keparahan yang bertambah
S : Tn. X mengatakan nyeri terasa di skala 9 (ringan) dan Keparahan Cedera Fisik
T : Tn. K mengatakan nyeri terasa sangat lama dan (1913) di level 2 (cukup berat), lanjutkan
Wib dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan mereka yang tidak dapat
Ds: -
mg/8jam/IV
BAB IV
PEMBAHASAN
Kondisi pasien pada kasus sesuai dengan tinjauan teori, dimana pasien mengalami
kecelakaan dan terjadi cidera kepala. Tanda dan gejala yang muncul pada kasus juga sesuai
dengan teori dimana pasien mengeluhkan nyeri pada daerah kepala, hematoma pada daerah
oksipital, tampak darah pada hidung, mulut dan telinga, tampak adanya otot bantu pernapasan
, dari hasil pemeriksaan CT-Scan terdapat edema cerebral pada bagian kepala dan dicurigai
adanya trauma cervikal. Tindakan yang dilakukan pada kasus sudah sesuai dengan teori
dilakukan suction untuk menghilangkan darah yang terdapat pada jalan napas, diberikan
terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan diberikan resusitasi cairan untuk
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau juga
karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak
sadarkan diri. Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan
gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan
kematian sel. Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma
sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti
hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau
sistemik.
B. Saran
terkait dengan trauma kepala sehingga diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan trauma kepala, serta dapat dijadikan panduan dalam pengambilan
Aprilia, H .( 2017). Gambaran status fisiologis pasien cedera kepala di IGD RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2016. Dinamika Kesehatan, volume 8, nomor 1.
Arifin, M.Z. (2013). Cedera Kepala : Teori dan Penanganan. Jakarta: Sagung Seto
Krisanty, P., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta :
Trans Info Media.
Oyedele EA, Andy E, Solomon GM, Rifkatu L, Nanbur S. (2015). The prevalence of traumatic
head injury seen in a Tertierty Health Facility in NorthCentral Nigeria, International
Journal of Public Health Research.
Pierce A.G, Neil R.B. (2014). At A Glance Ilmu Bedah Ed.3. Surabaya. Airlangga University
Press.
Ristanto R, Indra MR, Poeranto S, Setyorini I.(2016). Akurasi revised trauma score sebagai
prediktor mortality pasien cedera kepala, Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti.
Sjahrir H. (2012). Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta. Pustaka Cendekia Press.
Susan, B., Stillwell. (2011). Pedoman keperawatan kritis. Edisi: 3. Jakarta : EGC.
Yasmara Deni, dkk .(2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC