OLEH:
I Nyoman Bagus Yudisthira K.P
22.901.2976
3. Etiologi/ Predisposisi
Menurut Tarwoto (2010), penyebab dari Cedera Kepala adalah:
1) Kecelakaan lalu lintas.
2) Terjatuh
3) Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
4) Olah raga
5) Benturan langsung pada kepala.
6) Kecelakaan industri.
5. Klasifikasi
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma Data
Bank berdasarkan Skore Scala Coma Glascow (GCS). Penggunaan istilah
cedera kepala ringan, sedang dan berat berhubungan dari pengkajian parameter
dalam menentukan terapi dan perawatan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai
berikut :
1. Cedera Kepala Ringan
Nilai GCS 13-15 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia akan
tetapi kurang dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada
kontusio serebral dan hematoma.
2. Cedera Kepala Sedang
Nilai GCS 9-12 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih
dari 0 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Cedera Kepala Berat
Nilai GCS 3-8 yang diikuti dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih
dari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intrakranial.
6. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi
kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme
otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-
gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan
menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit
/ 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan
disritmia,fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimanapenurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar. Cedera kepala menurut
patofisiologi dibagi menjadi dua:
• Memar otak
• Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti:
• Hipotensi sistemik
• Hipoksia
• Hiperkapnea
• Udema otak
• Komplikai pernapasan
• Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain (Kowalak, 2011).
Etiologi
(Kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, kecelakaan olahraga, pukulan)
Trauma Kepala
Intra kranial
Ekstra kranial
Tulang kranial
Terputusnya jaringan tulang
kontinuitas jaringan Jaringan otak rusak
kulit, otot dan vskuler Terputusnya kontinuitas (kontusio, laserasi
jaringan tulang
Herniasi unkus
Bersihan jalan
Tonsil cerebelum tergeser Kompresi medula
nafas tidak efektif
oblongata
Mesesenfalon tertekan
Intoleransi
immobilisasi aktivitas
Gangguan kesadaran
Kurang Ansietas
mendapatkan
informasi
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut:
a. Non pembedahan
a) Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema.
b) Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter untuk
mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis.
c) Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan
tekanan intracranial.
d) Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan ventilasi
mekanik untuk megontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat
meningkatkan resiko peningkatan tekanan intracranial.
b. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
a) Mengatasi subdural atau epidural hematoma.
b) Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol.
c) Mengobati hidrosefalus
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan. Terdapat identitas lengkap
penderita CKR
2) Keluhan utama
Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung
seberapa jauh dampak dari trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala yang akibat dari kecelakaan
lalu lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung ke kepala. Pengkajian
yang didapat, meliputi tingkat kesadaran menurun, konfulse, muntah, sakit
kepala, lemah, liquor dari hidung dan telinga serta kejang.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu dipertanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,
riwayat cidera sebelumnya, DM, dan penggunaan obat-obatan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan DM
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum penurunan kesadaran pada CKR umumnya
Glasgow Coma Scale 14-15.
b. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola makan atau cairan
Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS biasanya pada klien
CKR timbul mual dan muntah serta mengalami selera makan
2) Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum dan saat sakit. Biasanya klien
mengalami perubahan pada pola istirahat tidur karena nyeri dan
ansietas
3) Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit
4) Pola katifitas dan latihan
Klien dengan CKR biasanya mengalami kelemahan, letih, dan
terkadang terjadi perubahan kesadaran.
5) Pola presepsi dan konsep diri
Kaji bagaimana klien mamandang dirinya serta penyakit yang
dideritanya
6) Pola peran hubungan
kaji bagaimana peran dan fungsi serta hubungan dengan
masyarakat
7) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami
klien
8) Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana tidankan klien dalam menjaga kebersihan dirinya.
Rencana Keperawatan
No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
6
Perlindungan infeksi(I.14539): 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan asuhan 1. Memonitor adanya tanda dan
keperawatan …..x…... gejala infeksi sistemik dan
diharapkan keparahan lokal keparahan infeksi
infeksi berkurang dengan 2. Monitor kerentanan terhadap
kriteria hasil(L.14137) : infeksi 2. Untuk mengetahui
- Nyeri berkurang 3. Monitor hitung mutlak WBC tingkat infeksi pasien
- suhu tubuh stabil 3. Agar mengetahui
- Nafsu makan kadar sel darah putih
meningkat dalam tubuh yang
dapat menimbulkan
4. Berikan perawatan kulityang infeksi
tepat untuk area yang terluka 4. Agar luka pasien
5. Berikan waktu untuk diskusi terhindar dari infeksi
dan mengajukan pertanyaan
terkait test diagnostic yang 5. Agar pasien
dilakukan memahami terkait test
6. Ajarkan pasien dan keluarga diagnostic yang
mengenai tanda dan gejala dilakukan
infeksi dan kapan harus 6. Untuk mencegah
melaporkan kepada petugas komplikasi dari luka
kesehatan pasien
7. Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberian antibiotic
Lafixime 2 x 1 gram. 7. Untuk memberikan
terapi lanjutan kepada
pasien
Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi(I.03119) :
7.
kaperawatan selama 1. Monitor kalori dan asupan 1. Untuk mengetahui
….x…. diharapkan status makanan status nutrisi pasien
nutrisi : asupan makanan 2. Monitor tanda tanda vital 2. Untuk mengetahui
dan cairan kembalinormal pasien keadaan umum
dengan kreteria pasien
hasil (L.03030): 3. Monitor kecendrungan 3. Agar nutrisi pasien
- Asupan karbohidrat penurunan berat badan seimbang
pasien terpenuhi 4. Berikan pilihan makanan 4. Agar nafsu makan
- Asupan protein pasien yang lebih sehat pasien meningkat
terpenuhi 5. Berikan arahan mengenai 5. Agar pasien
- Asupan kalori dan makanan sehat mengetahui menu
mineral pasien makanan sehat
terpenuhi 6. Instruksikan pasien 6. Agar pasien dapat
mengenai kebutuhan nutrisi memenuhi
kebutuhan
nutrisinya sendiri
7. Anjurkan pasien untuk 7. Agar asupan kalori
memantau kalori dan intake dan intake makanan
makanan pasien tetap
seimbang
8. Lakukan tindakan delegatif 8. Untuk memberikan
pemberian obat sebelum terapi lanjutan
makan(penghilang rasa nyeri kepada pasien
: keterolac 3 x 1(30 mg))
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka
perawat dapat melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien
atau keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan. Dalam buku konsep dasar
keperawatan menurut Asmadi (2018), Implementasi adalah tahap ketika
perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu pasien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang
sistematis pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan
format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa dan
data perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keparawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang (Nursalam, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M., et all. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi
Keenam. Singapore: Elsivier.
Heather, Herdman T. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Singapore: Elsivier.
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8.
Jakarta: EGC.
Tarwoto. 2010. Cedera Kepla Ringan. Jakarta: Salemba Medik