OLEH:
I PUTU YUDIARTANA
P07120019068
3.2
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari otak
disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas dari otak.(Nugroho, 2011)
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2011).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi
trauma oleh benda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan
(akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat disebabkan oleh Kecelakaan,
Jatuh, Trauma akibat persalinan.
C. PATOFISIOLOGI
a. Cedera Primer
Kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang tengkorak, robek
pembuluh darah (hematom), kerusakan jaringan otak (termasuk robeknya
duramater, laserasi, kontusio).
b. Cedera Sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut melampaui
batas kompensasi ruang tengkorak.
Hukum Monroe Kellie mengatakan bahwa ruang tengkorak tertutup dan
volumenya tetap. Volume dipengaruhi oleh tiga kompartemen yaitu darah,
liquor, dan parenkim otak. Kemampuan kompensasi yang terlampaui akan
mengakibatkan kenaikan TIK yang progresif dan terjadi penurunan Tekanan
Perfusi Serebral (CPP) yang dapat fatal pada tingkat seluler.
Cedera Sekunder dan Tekanan Perfusi :
CPP : Cerebral Perfusion Pressure MAP : Mean Arterial Pressure ICP : Intra
Cranial Pressure
Penurunan CPP kurang dari 70 mmHg menyebabkan iskemia otak.
Iskemia otak mengakibatkan edema sitotoksik – kerusakan seluler yang makin
parah (irreversibel). Diperberat oleh kelainan ekstrakranial hipotensi/syok,
hiperkarbi, hipoksia, hipertermi, kejang, dll.
c. Edema Sitotoksik
Cedera kepala
Oedem otak
kebocoran cairan
Ketidakefektifan kapiler
perfusi jaringan
cerebral oedema paru cardiac output
Penumpukan
Ketidakefektif pola cairan/secret
Ketidak efektifan
napas
perfusi jaringan
Difusi O2 perifer
Ketidakefektif bersihan
terhambat
jalan napas
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
b. Kebingungan
c. Iritabel
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
j. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
k. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
F. KOMPLIKASI
b. Kejang
f. Edema cerebri
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam,
jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio atau temotom (sekitar 55%
).
b. Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran
atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak,
disorientasi ringan ( bingung ).
c. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam,
juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.
Selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut :
1. Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak tulang
tengkorak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai
edema cerebra.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
− Observasi atau dirawat di rumah sakit bila CT Scan tidak ada atau hasil CT Scan
abnormal, semua cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala
sedang–berat, pasien dengan intoksikasi alkohol/obat-obatan, fraktur
tengkorak, rinorea-otorea, cedera penyerta yang bermakna, tidak
ada keluarga yang di rumah, tidak mungkin kembali ke rumah sakit dengan
segera, dan adanya amnesia. Bila tidak memenuhi kriteria rawat maka pasien
dipulangkan dengan diberikan pengertian kemungkinan kembali ke rumah sakit
bila dijumpai tanda-tanda perburukan.
− Observasi tanda vital serta pemeriksaan neurologis secara periodik setiap
½- 2 jam.
− Pemeriksaan CT Scan kepala sangat ideal pada penderita CKR kecuali memang
sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal.
b. Penatalaksanaan cedera kepala sedang (GCS 9-12)
− Pastikan jalan nafas korban clear (pasang ET), berikan oksigenasi 100% dan
jangan banyak memanipulasi gerakan leher sebelum cedera cervical dapat
disingkirkan.
− Berikan cairan secukupnya (ringer laktat/ringer asetat) untuk resusitasi korban
agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfusi
darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl.
− Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS
dan pemeriksaan batang otak secara periodik.
− Berikan manitol iv dengan dosis 1 gr/kgBB diberikan secepat mungkin pada
penderita dengan ancaman herniasi dan peningkatan TIK yang mencolok.
− Berikan anti edema cerebri: kortikosteroid deksametason 0,5 mg 3×1,
furosemide diuretik 1 mg/kg BB tiap 6-12 jam bila ada edema cerebri, berikan
anti perdarahan.
− Berikan obat-obatan neurotonik sebagai obat lini kedua, berikan anti kejang jika
penderita kejang, berikan antibiotik dosis tinggi pada cedera kepala terbuka,
rhinorea, otorea.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
Pada identitas pasien yang perlu di kaji yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, alasan masuk dan diagnose medis.
2. Primary Survey
1) Airway:
2) Breathing:
Mengkaji fungsi pernapasan berupa:
− Jenis pernapasan
− Frekuensi pernapasan
− Bunyi napas
− Hembusan napas
3) Circulation:
− CRT.
4) Disability:
− Refleks fisiologis
− Reflek patologis
− Kekuatan otot
3. Secondary Survay
1) Riwayat Kesehatan
b. Wajah : Apabila ada cedera di sekitar mata jangan lupa untuk memeriksa
mata, karena pembengkakan dimata akan menyebabkan pemeriksaan mata
selanjutnya sulit
- Mata : pemeriksaan kornea ada cidera atau tidak, pupil mengenai isokor
serta refleks cahaya, acies virus dan acies campus
g. Genetalia Inspeksi pada daerah meatus uretra atau paling luar, adanya
pendarahan, pembengkakan dan memar
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Intervensi pendukung :
Penjahitan luka
Observasi
1. Identfikasi riwayat alergi
terhadap anatesi
2. Identifikasi benang
adanya riwayat keloid
3. Identifikasi jenis jahit
yang sesuai
4. Identifikasi jenis jarum
jahit yang sesuai dengan
5. identifikasi metode jahitan
yang sesuai berdasarkan
jenis luka
Terapeutik
1. Cukur rambut yang berada
disekitar luka
2. Bersihkan daerah luka
dengan larutan antiseptik
3. Lakukan teknik steril
4. Berikan anestesi topikal
atau injeksi di daerah luka
5. Jahit luka dengan
memasukkan jarum lurus
ke permukaan kulit
6. Tarik jahitan yang
terpasang kencang sampai
kulit tidak tertekuk
7. Kunci jahitan dengan
simpul jahitan, sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan
2. jelaskan tanda-tanda
infeksi
3. Ajarkan cara merawat
jahitan
4. Informasikan tentang
waktu menjahit
Kolaborasi
1. Kolaborasi penjahitan
luka yang dalam, sendi,
atau luka yang mungkin
infeksi
2 Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
Nyeri Kronis
keperawatan selama 1x2 jam
Perawatan Kenyamanan
maka maka Tingkat Nyeri
menurun dengan Kriteria • Observasi