OLEH
SISTRA IKA PALANGDA S.Kep
Ns 19.060
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………………….) (…………………………………)
TRAUMA KEPALA
A. Defenisi
Trauma kepala adalah trauma yang mengenai otak yang dapat yang dapat
dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil,
2011).
percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan kepada
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan
(Rendy, 2012).
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
1. Trauma tajam
sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, peregeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera Akson,
multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer
a. Kekuatan benturan
Trauma cup adalah kerusakan pada daerah dekat terbentur. Trauma kontra
benturan.
3. Lokasi benturan
atau telinga.
C. Faktor resiko terjadinya trauma kepala
Pemakai jalan merupakan unsur yang terpenting dalam lalu lintas karena
2. Faktor pengemudi
Tingkah laku pribadi pengemudi di dalam arus lalu lintas adalah faktor yang
Pejalan kaki sangat mudah mengalami cidera serius atau kematian jika di
4. Faktor kendaraan
mesin kendaraan.
5. Faktor jalan
pemakainya.
6. Faktor lingkungan
mengatur kecepatan.
D. Patofisiologi
Cedera kepala terjadi karena kekuatan mekanis terhadap kranium dan struktur
Melaju dengan kecepatan tinggi dan kemudian berhenti secara mendadak dapat
menyebabkan benturan otak pada bagian dalam tulang tengkorak pada arah
injury. Cedera ini dapat dibagi berdasarkan waktu cedera yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala sekunder. Berdasarkan sifata dan lokasinya dibagi
menjadi cedera fokal dan difus. Adanya truma dapat mengakibatkan gangguan
vaskuler.
Trauma kepala
kepala, gangguan pergerakan, kejang, dan syok akibat cidera multi system.
otak.
cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur dan perasaan cemas.
atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
bahkan koma.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. CT Scan
patologis.
2. Pemeriksaan laboratorium
b. Elektrolit serum
penurunan kesadaran.
1. Penatalsanaan umum
a. Monitor respirasi
2. Operasi
3. Pengobatan
furodemid (lasik).
tegretol, valium.
deksametason.
ranitidine.
I. Komplikasi
2. Kejang
3. Pneumonia
4. Perdarahan gastrointestinal
5. Distritmia jantung
6. Hidrosephalus
A. Pengkajian
1. Anamnese
Identitas klien meliputi nama, umur, tanggal lahir, agama dll. Keluhan utama
tngkat kesadaran.
2. Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesehatan saat
4. Sirkulasi
takikardi,dystritmia).
5. Eliminasi
Kesukaran menelan
7. Persyarafan/neurosensori
8. Nyeri/kenyamanan
Wajah mengerut, respon menarik diri pada rangsangan nyeri yang hebat
atau gelisah.
9. Pernafasan
10. Keamanan
demam
B. Diagnosa keperawatan
3. Nyeri akut
6. Resiko infeksi.
C. Intervensi keperawatan
normal
tambahan
efektif.
3 Nyeri akut Noc : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(skala, insensitas,
frekuensi)
normal
kemerahan
TTV dalam batas normal
4. Monitor warna kulit
pakaian longgar
6 Resiko infeksi Noc: 1. Observasi tanda-tanda infeksi
Batasan karakteristik : Meningkatkan status 2. Obsevasi TTV
paparan pathogen Setelah dilakukan tindakan 4. Ajarkan teknik cuci tangan yang
normal
C. Contoh kasus.
Trauma kepala dapat terjadi kepada siapapun dan segala umur. Pada beberapa
penelitian di dapatkan usia penderita cedera kepala adalah 29,6tahun dan sebagian
besar karena kecelakaan lalu lintas (92%). Hal lain menunjukkan bahwa risiko
terjadinya cedera kepala berat terjadi pada usia yang lebih tua (51,3 tahun). Hasil
cedera kepala berat karena kekurangan cadangan fisiologisnya (terutama bila jatuh
menunjukkan pada jenis kelamin laki-laki (58%) lebih banyak mengalami cedera
kepala dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa laki-
laki mempunyai injury severity score lebih tinggi pada usia tua. Trauma kepala
banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di seluruh dunia tiap 12 menit ada
yang meninggal karena trauma dan lebih dari 60% diantaranya disebabkan oleh
Injury (TBI) menjadi kasus paling sering menimbulkan morbiditas dan mortalitas
terutama pada anak 0-6 tahun dengan cedera kepala sedang dan cedera kepala
Hasil pengukuran rata-rata waktu tunggu cedera kepala ringan 3,2 menit
(target 15 menit), hal ini terjadi karena diagnosis ditegakkan berdasarkan GCS
sementara faktor penyerta dalam hal ini luka lecet/robek justru sangat berpengaruh
pada saat pasien tiba di IGD. Hasil pengukuran rata-rata waktu tunggu pasien
cedera kepala sedang 3.3 menit (target 10 menit), justru lebih lama karena
gejala/tanda penyertanya antara lain muntah, namun justru sedikit mengalami luka
cedera kepala berat 0.7 menit (target 5 menit), beberapa faktor yang berpengaruh
antara lain kondisi fisik pasien langsung membutuhkan tindakan life saving yaitu
perawatan luka. Pada penanganan cedera kepala ringan dilakukan bedside. Pada
umumnya cedera kepala ringan hanya mengalami luka eksternal saja tanpa
Scan yang menjadi salah satu kunci dalam diagnosis morfologik selanjutnya
pada pasien yang dirawat adalah perawatan luka, observasi gejala/tanda klinis
cedra kepala serta persetujuan dirawat dari keluarga pasien. Pada pasien dengan
cedera kepala berat adalah padwaktu tunggu ABC sehingga cedera dapat dikurangi.
Tindk lanjut pada pasien cedera kepala berat rujukan versifat diagnostik adalah
pada arti luas yaitu meliputi tahap persiapan pertolongan sampai pasien siap untuk
tindakan defenitive atau dirujuk. Pada cedera kepala berat lebih sering
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi.(2015).NANDA NIC-NOC Jilid 1.Jogja: Medication Jogja
Medika