Anda di halaman 1dari 10

Disusun Oleh :

Regif Intan Barany ( 18631721 )


Cici andri widiasari ( 18631709 )
Aprillia Christine A.S. ( 18631695 )
Figa Danang H. ( 18631686 )

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2018

1
DAFTAR ISI
1. Halaman Sampul 1
2. Daftar Isi 2
3. Kata Pengantar 3
4. Bab I Pendahuluan 4
5. Bab II Pembahasan 6
6. Bab III Penutup 12
7. Lampiran 13
8. Daftar Pustaka 18

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kelompok hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari
dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.
Seperti pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak retak” begitu pula dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari teman-teman demi penyempurnaan makalah ini.

Ponorogo,

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari tahun ke tahun pravalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia,
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC
(Internasional Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan,
prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih
yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di inggris dan Australia mencapai 20-30% National
Heart, Lung and Blood Institute melakukan bahwa asma di derita oleh 20 juta penduduk
Amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di
Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207
khasus yang diteliti, 44 sampai 51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir.
Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam
seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dan berekreasi atau olahraga
sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan
karir 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan
dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu,
total biaya pengobatan untuk asma di USE sekitar 10 milyar dollar pertahun dengan
pengeluaran terbesar untuk ruang emergency dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena
itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian asma?


2. Bagaimana rentang normal RR pasien?
3. Bagaimana hasil format pengkajian pasien?
4. Diagnosis keperawatan apakah yang muncul?
5. Bagaimana susunan intervensi keperawatan sesuai diagnosis keperawatan?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui tentang asma
2. Untuk mengetahui rentang normal RR pasien.

4
3. Untuk mengetahui hasil format pengkajian pasien.
4. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan yang muncul.
5. Untuk mengetahui susunan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis
keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma

Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai gangguan


inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mest,
eosinophil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi dapat menyebabkan mengi
berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.

Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala mengi serta batuk
dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodic dana tau kronik, cenderung pada
malam hari atau dini hari (nocturnal), musiman. Adanya factor pencetus diantaranya aktivitas
fisik dan bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah di
singkirkan (Nelson, 1996).

Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang praktis dalam bentuk
batasan operasional yaitu mengi berulang terkadang di sertai batuk persisten dengan
karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodic, cenderung pada malam hari atau dini
hari (nocturnal), musiman, factor pencetus diantaranya aktifitas fisik, dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain
pada pasien atau keluarganya (PPIDAI,2004).

Pengertian sebelumnya asma diartikan sebagai sumbatan jalan nafas yang timbul
mendadak, akan membaik secara spontan atau dengan pengobatan. Mekanisme utama
timbulnya gejala diakibatkan hiperaktifitas bronkus, sehingga pengobatan utama adalah
mengatasi bronkospasme. Konsep terkini yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi
kronis yang khas, melibatkan dinding saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya aliran
udara dan peningkatan reaktifitas saluran nafas. Gambaran khas adanya inflamasi saluran
respiratorik adalah aktifasi eosinophil, sel mast, makrofag, dan sel limfosif. T pada mukosa
dan lumen saluran respiratorik. Proses inflamasi terjadi meskipun asmanya ringan atau tidak
bergejala (PP IDAI,2004)

Banyak kasus terutama pada anak dan dewasa muda, asma dihubungkan dengan
manifestasi riwayat atopi melalui mekanisme IgE-dependent. Pada populasi diperkirakan

6
factor riwayat atopi memberikan kontribusi pada 40% penderita asma anak dan dewasa
(PPIDAI,2004)

Reaksi imonologig yang timbul akibat paparan dengan allergen awalnya


menimbulkan fase sensitisasi. Akibatnya terbentuk Ig E specific oleh sel plasma. Ig E
melekat pada Fc reseptor pada membrane sel mast dan basophil. Bila ada rangsangan
berikutnya dari allergen serupa, akan timbul reaksi asma cepat (immediate asthma reaction)
(Warner,2001)

Terjadi digranulasi sel mast, dilepaskan mediator-mediator: histamine, leukotriene C4


(LTC4), prostaglandin D2 (PGD2), tromboksan A2, trypetasel. Mediator-mediator tersebut
menimbulkan spasma otot bronkus, hipersekresi, kelenjar, edema, peningkatan permeabilitas
kapiler, disusul dengan akumulasi sel eosinophil. Gambaran klinis yang timbul adalah
serangan asma akut. Keadaan ini akan segera pulih kembali (serangan asma hilang) dengan
pengobatan (Warner,2001).

2.2 Rentang Respiratory Rate Normal Pasien

Pengukuran laju pernafasan bias menunjukkan apakah anda memiliki pernafasan


normal atau tidak normal. Pernafasan tidak normal akan mengindikasikan bahwa anda
memiliki pernafasan cepat,lambat atau sulit pernafasan. Laju pernapasan adalah jumlah
tarikan nafas setiap menit. Pengukuran laju pernapasan bias mengukurnya sendiri di rumah.
Pemeriksaan laju pernapasan diketahui dengan cara menghitung berapa kali tarikan napas
yang ditandai dengan mengembangnya rongga dada selama satu menit. Alat yang dibutuhkan
untuk melakukan pemeriksaan tand-tanda vital ini cukup menggunakan stopwatch. Laju
pernapasan normal untuk orang dewasa ketika beristirahat adalah 12-24 kali permenit anda
bias mengukur nilai pengukuran laju pernapasan yang telah anda lakukan dengan nilai laju
pernapasan nilai ini.

Apabila nilai laju pernapasan dibawah angka 12 atau diatas 24 maka dianggap
pernapasan tidak normal. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkannya, diantarnya adalah
demam,cemas,penyakit paru-paru,asma,pneumonia,gagal jantung,dan penyalahgunaan obat-
obatan terlarang nilai laju pernapsaan normal pada anak-anak berkisar antara 20-50 kali
permenit, sedangkan laju pernapasan normal pada bayi adalah 30-40 kali permenit .

2.3 Hasil Pengkajian

7
Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang berisiko tinggi atau yang
memperlihatkan adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan mendefinisikan asma sebagai
kumpulan tanda dan gejala mengi serta batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul
secara episodic dana tau kronik, cenderung pada malam hari atau dini hari (nocturnal),
musiman. Adanya factor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversible baik
secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien atau keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah di singkirkan (Nelson, 1996).

Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang praktis dalam
bentuk batasan operasional yaitu mengi berulang terkadang di sertai batuk persisten dengan
karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodic, cenderung pada malam hari atau dini
hari (nocturnal), musiman, factor pencetus diantaranya aktifitas fisik, dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain
pada pasien atau keluarganya

2.4 Diagnosa Keperawatan (Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif )

Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten

Penyebab :
Fisiologis Situasional
1. Spasme jalan napas 1. Merokok aktif
2. Hipersekresi jalan napas 2. Merokok pasif
3. Disfungsi neuromuskuler 3. Terpajan polutan
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

8
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing da/atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas (pada
neonates)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah

Kondisi Klinis Terkait


1. Gangguan barre syndrome
2. Sklerosis multiple
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (mis. bronkoskopi, transesophageal echocardiography [TEE])
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi meconium
10. Infeksi saluran napas

2.5 Intervensi Keperawatan

9
Diagnosa keperawatan : Ketidakan efektifan jalan nafas

1. Buka jalan nafas dengan Teknik chin lift atau jaw thrust, sebagaimana mestinya
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukan alat membuka jalan
nafas
4. Masukan alat nasopharyngeal airway (npa) atau oropharyngeal airway (opa),
sebagaimana mestinya
5. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
6. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menydot lender
7. Motivasi pasien untuk bernafas pelan,dalam,berputar, dan batuk
8. Gunakan Teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada
anak-anak (misal : meniup gelembung, meniup kincir, peliut, harmonica, dll)
9. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
10. Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya
11. Auskultasi suara nafas, catat area yang fentilasinya menurun/tidak ada suara
tambahan
12. Lakukan penyedotan melalui endotrakea/nasotrakea, sebagaimana mestinya
13. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
14. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaier sesuai resep, sebagaimana mestinya
15. Kelola pengebotan aerosol
16. Kelola nebulizer ultrasonic
17. Kelola udara atau oksigen yang di lembabkan
18. Ambil benda asing dengan forsep McGill, sebagaimana mestinya
19. Regulasi cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
20. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
21. Monitor status pernafasan dan oksigennasi.

10

Anda mungkin juga menyukai