Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak kelenjar saliva yang paling sering
terjadi pada kelenjar ludah minor. Adenoma pleomorfik pada palatum berasal dari
kelenjar ludah minor dan lebih sedikit terjadi dibanding adenoma pleomorfik yang
berasal kelenjar saliva mayor. Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada
kelenjar saliva mayor (50%), palatum (42,8%), bibir atas (10,1%), pipi (5,5%),
tenggorok (2,5%) dan region retromolar (0,7%). Tumor ini merupakan tumor
jinak dengan karasteristik tumbuh lambat, setelah mencapai ukuran tertentu akan
menetap dan tidak berkembang lagi, tanpa rasa sakit, disertai pembengkakan dan
tidak menyebabkan ulserasi mukosa yang melapisinya. Adenoma pleomorfik
mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan dapat berubah menjadi maligna. 1-3
Adenoma pleomorfik palatum dapat terjadi pada semua umur, namun paling
sering terjadi pada orang dewasa yaitu dekade ketiga sampai keenam kehidupan.
Angka kejadian pada wanita lebih sering dibandingkan laki-laki dengan
perbandingannya 2:1. Penyebabnya belum diketahui secara pasti namun diduga
terjadi akibat adanya kelainan kromosom klonal 8q12 dan 12q15. Beberapa faktor
yang juga dapat berpengaruh diantaranya adalah pemakaian tembakau, virus serta
paparan radiasi. 1,2,5-7
Adenoma pleomorfik ditemukan sekitar 3-10% dari neoplasma daerah
kepala dan leher. Pada kelenjar ludah mayor parotis sekitar 53-77%, tumor
submandibular 44-68% dan 33-43% dari kelenjar ludah minor. Palatum
merupakan lokasi yang paling sering pada intra oral yaitu sekitar 42,8%-68,8%.
Di RS Moh. Hoesin Palembang sendiri angka kejadian adenoma pleomorfik pada
5 tahun terakhir adalah sebanyak 2 kasus yaitu tumor pada palatum dan
nasolabial.
Gambaran klinis adenoma pleomorfik palatum yaitu massa tumor tunggal,
berbentuk bulat dengan permukaan licin, padat kenyal, keras, batas tegas, mobile,
pertumbuhan lambat, tidak nyeri serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda
peradangan dan ulkus. Pasien sering datang dengan keluhan timbul benjolan di
langit-langit rongga mulut sehingga mengeluh terganggu untuk mengunyah dan
menelan makanan. Diagnosis adenoma pleomorfik dapat ditegakkan melalui
1
pemeriksaan histopatologi, FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) serta biopsi
insisi. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi dengan tomografi komputer atau
MRI untuk mengetahui lokasi, besar tumor, batas tumor serta perluasan tumor. 4,5,8
Diagnosis banding dari adenoma pelomorfik palatum adalah abses
palatum, kista odontogenik, sarkoma, serta tumor jaringan lunak seperti limfoma,
lipoma dan fibroma. Perubahan kearah malignansi adalah 6% dari seluruh kasus
adenoma pleomorfik dengan gambaran klinis yaitu pertumbuhan yang cepat dan
adanya riwayat eksisi berulang. Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorik
palatum adalah eksisi tumor secara trans oral dengan angka kesembuhan
mencapai lebih dari 95%. Resiko kekambuhan sangat rendah. Tumor ini biasanya
tidak kambuh kembali apabila dilakukan pengangkatan tumor secara
keseluruhan.4,9,14
2
Gambar 1. Rongga mulut dan palatum 11
3
Gambar 2. Kelenjar saliva mayor14
4
bentuknya memanjang dengan berat 2-3 gram. Duktusnya yaitu ductus Bartholin.
Kelenjar sublingual hampir seluruhnya mukous dengan sedikir serous. 12,13
5
dan kelenjar-kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva
dimulai dari proksimal oleh duktus asinus yang akan dialirkan ke duktus
interkelasi, menuju duktus interlobulus, kemudian duktus intralobulus dan
berakhir pada duktus kolektivus. 12,13
ETIOLOGI
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Secara umum -
catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan adenoma
pleomorfik. Tidak hanya dalam perubahan bentuk maligna, tetapi juga di dalam
pengaturan fungsi-fungsi fisiologis. Ekspresi molekul-molekul adhesi di dalam
neoplasma-neoplasma kelenjar saliva juga pernah diteliti. Studi saat ini
mengatakan, penelitian untuk memperjelas peran sel di dalam onkogenesis dan
sitodiferensiasi adenoma pleomorfik dan karsinoma dari kelenjar saliva yaitu
ekspresi dari -catenin berupa imunohistokemikal yang di uji dalam lesi-lesi
maupun dalam kelenjar saliva normal. 18-20
Gen -catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 -
catenin tercakup didalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari
sel selama embriogenesis. Studi terbaru menunjukkan -catenin secara langsung
berhubungan dengan anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan
aktifasi dari gen target yang spesifik. Beberapa kelompok cacat genetik didalam
adenoma pleomorfik sebagian besar ditandai dengan penyimpangan struktur,
khususnya translokasi resiprokal. Subgrup yang besar ditandai oleh penyusunan
kembali regu 8q12. Gen kromosom 8p12 dikembangkan dari regulasi zinc finger
gene, menunjukkan PLAG1. Secara fungsional adalah signifikan, sebagaimana
mempunyai pengaruh dalam stabilitas dan translatabilitas dari hasil fusi mRNA
dan sebagai konsekuensinya juga pada konsentrasi PLAG1 dan -catenin. Studi
ini mengkonfirmasikan reduksi ekspresi molekul adhesi didalam sel-sel
neoplasma dari tumor jika dibandingkan dengan duktus kelenjar sel. Hal ini dapat
dihubungkan dengan translokasi antara PLAG1 dan CTNNB1.13,20
Kejadian Adenoma pleomorfik telah ditemukan untuk meningkatkan 15-
20 tahun setelah terpapar radiasi. Satu studi menunjukkan bahwa virus simian
6
(SV40) mungkin memainkan peran penyebab dalam pengembangan adenoma
pleomorfik. Virus Epstein-Barr merupakan salah satu faktor didalam
perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar saliva. 13,20
GAMBARAN KLINIK
Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor
tunggal yang berada pada submukosa tanpa adanya ulserasi ataupun inflamasi di
sekitarnya, keras, bulat, mudah digerakkan (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa
rasa sakit dan berkonsistensi kenyal. Jika berasal dari kelenjar saliva minor,
biasanya adenoma pleomorfik tumbuh di palatum durum dengan alasan palatum
merupakan lokasi tersering dan konsentrasi terbanyak aliran kelenjar saliva minor
pada saluran cerna bagian atas. 21-23
Pada kelenjar saliva minor, adenoma pleomorfik lebih sering dijumpai pada
palatum. Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum terkadang
sering lebih melekat. Adenoma pleomorfik dapat menyebabkan atrofi ramus
mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotis. Gejala dan tanda tumor ini
tergantung pada lokasinya. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotis dapat
menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis tetapi ini jarang di jumpai, tapi apabila
tumor ini bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai,
seperti ketika tumor ini menjadi maligna. Apabila tumor ini di jumpai pada
kelenjar saliva minor, gejala yang timbul bermacam-macam tergantung pada
lokasi tumor. Gejala yang timbul dapat berupa disfagia, dispnea, serak dan susah
mengunyah.18,19,21
7
DIAGNOSIS
8
terutama untuk diagnosis erosis dan perforasi tulang palatum dan kemungkinan
keterlibatan kavum nasi atau sinus maksila. 8,17
HISTOPATOLOGI
9
yang lebih dominan. Tipe miksoid didominasi oleh elemen berupa miksoma atau
miksokondroma. Tipe campuran adalah tipe yang klasik, pada bentuk ini termasuk
bentuk spindle, skuamosa, basaloid, kuboid, plasmasitoid, onkositik , mukoid dan
sebaseous.25,26
DIAGNOSIS BANDING
Adenoma pleomorfik di diagnosis banding dengan abses palatum, kista
odontogenik dan non-odontogenik, tumor jaringan lunak seperti fibroma, lipoma,
neurofibroma. 7,18
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor adenoma pleomorfik adalah pembedahan dengan
mengupayakan agar seluruh jaringan tumor terangkat. Eksisi tumor dengan
mengangkat periosteum dan juga tulang jika terdapat keterlibatan tulang. Jika
pengambilan tumor tidak hati-hati dan meninggalkan sel tumor di dalam jaringan
mesenkim glandula, maka dapat terjadi kekambuhan. Defek post operasi atau
kerusakan jaringan lunak palatum dapat mengalami penyembuhan sendiri
sedangkan kerusakan jaringan keras palatum dapat diperbaiki dengan bantuan
obturator prostetik, flap local dan flap free radial forearms. Penyembuhan komplit
dari defek membutuhkan waktu sekitar dua setengah bulan dan pasien dipantau
setiap bulan selama satu tahun. 3,8,18
10
PROGNOSIS
Prognosisnya sangat baik setelah reseksi bedah dengan tingkat kesembuhan
lebih dari 95%, namun kekambuhan bisa terjadi pada adenoma pleomorfik,
terutama yang terjadi di kelenjar parotis. Risiko kekambuhan lebih sering pada
yang gambaran mikroskopisnya di dominasi myxoid. Kekambuhan disebabkan
oleh banyak faktor yaitu termasuk pengangkatan kapsul yang tidak lengkap, nodul
tumor di luar kapsul dan ruptur tumor intraoperatif. Kekambuhan biasanya terjadi
secara multinodular. 7,18
Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan ke arah
ganas yaitu karsinoma ex-pleomorfik adenoma atau nama lainnya benign
metastazing mixed tumor. Kekambuhan juga berkaitan dengan tumor yang
mengandung mesenkimal tinggi, terutama chondroid dan stroma myxoid.
Perubahan menjadi ganas sekitar 6% kasus yang dihubungkan seperti tumor yang
sering kambuh, lobus tumor yang lokasinya lebih dalam, jenis kelamin laki-laki
dan usia yang lebih tua. 18,26
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke klinik THT RSMH dengan
keluhan utama benjolan pada langit-langit mulut sejak 10 tahun yang lalu, mula-
mula sebesar biji kacang kedele lalu semakin membesar. Benjolan tidak disertai
rasa nyeri. Penderita merasa terganggu pada saat mengunyah makanan namun
masih dapat makan dan minum seperti biasa. Keluhan sesak nafas tidak ada. Suara
sengau tidak ada. Keluar darah dari mulut tidak ada, hidung tersumbat dan keluar
darah dari hidung tidak ditemukan. Bengkak pada leher tidak ada dan penurunan
11
berat badan tidak ada. Riwayat tertusuk duri ikan dan trauma lain disangkal,
riwayat gigi berlubang tidak ditemukan, riwayat mengunyah tembakau tidak ada.
Riwayat merokok sejak 10 tahun yang lalu sebanyak 1 bungkus sehari. Riwayat
minum alkohol disangkal. Riwayat paparan radiasi disangkal. Riwayat keluhan
yang sama pada anggota keluarga lainnya tidak ada. Pasien lalu berobat ke rumah
sakit daerah, dilakukan pemeriksaan FNAB dan dikatakan terdapat daging tumor
pada langit-langit dan kemudian pasien dirujuk ke RSMH.
12
Penderita kemudian direncanakan untuk menjalani CT scan kepala dengan
irisan aksial dan koronal dengan hasil tampak massa soft tissue yang berbatas
tegas di daerah palatum durum kiri dengan ukuran 5x4x3 cm. Tidak tampak
destruksi tulang di bawahnya dan perluasan ke daerah sinus paranasalis.
Selanjutnya pasien didiagnosis dengan adenoma pleomorfik palatum durum dan
direncanakan operasi eksisi tumor palatum durum dengan anestesi general.
Dilakukan pameriksaan laboratorium lengkap dengan hasil dalam batas normal
dan pemeriksaan foto polos dada didapatkan hasil jantung dan paru-paru tidak
tampak adanya kelainan.
13
Gambar 11. Proses Operasi
14
Hari pertama pascaoperasi didapatkan keluhan nyeri pada lokasi bekas
operasi, darah pada luka operasi tidak ditemukan, mulai terbentuk fibrin, asam
traneksamat injeksi di hentikan, terapi lain masih dilanjutkan. Pada hari kedua
pasc aoperasi keluhan nyeri minimal pada lokasi bekas operasi, darah pada luka
operasi tidak ditemukan, mulai terbentuk fibrin, ketorolak injeksi di ganti asam
mefenamat tablet 3x500 mg, terapi lain masih dilanjutkan. Pada hari ke empat
pascaoperasi, keluhan nyeri minimal pada lokasi bekas operasi, darah pada luka
operasi tidak ditemukan, fibrin terbentuk menutupi luka oparasi, NGT di lepas,
pasien direncanakan rawat jalan dan diberikan terapi sefadroksil 2x500 mg, asam
mefenamat 3x500mg, ranitidin 2x1 tablet, betadin kumur 4x perhari dan
dianjurkan untuk diet makanan lunak.
Pasien kontrol ke klinik THT-KL RSMH keluhan nyeri tidak ada, terbentuk
fibrin dan tidak ditemukan adanya tanda infeksi. Pasien diberi terapi sefixime
2x100mg, parasetamol 3x100mg, ranitidin 2x1 tablet, obat kumur cair aloevera.
Hasil PA No. 1421/A/2014 dengan gambaran makroskopis, sepotong jaringan
ukuran 5 x 2,5 x 2 cm dengan bagian luas licin pada potongan padat warna putih
dijumpai permukaan strukturnya seperti papiler. Sediaan berasal dari palatum
durum, yang terdiri komponen epitel, mioepitel dan stroma miksoid. Komponen
epitel terutama terdiri dari sel skuamus metaplasia dengan keratin pearls
diantaranya. Tampak ula sel spindle, plasmasitoid dan struktur kelenjar yang
15
dilapisi sel kuboid luminal. Mioepitel tampak dengan lumen mengandung bahan
amorf eosinofilik. Gambaran morfologi ini sesuai dengan adenoma pleomorfik.
Pasien kontrol kembali setelah 1 tahun post operasi. Pasien kontrol kembali
ke klinik THT-KL dan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan masih didapatkan
benjolan kecil sebesar 2x1x1/2 cm. Pasien disarankan untuk operasi rekonstruksi
kembali namun pasien menolak karena merasa tidak ada keluhan. Pasien
disarankan kontrol kembali bila terdapat keluhan dan tanda-tanda kekambuhan.
DISKUSI
16
Adenoma pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, namun paling sering
terjadi pada orang dewasa yaitu dekade ketiga sampai keenam kehidupan. Angka
kejadiannya lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki dengan perbandingan
2:1. Chaudhari dkk melaporkan 4 kasus adenoma pleomorfik palatum durum
dengan rentang usia antara 30-45 tahun. Sebagian besar pasien adalah perempuan
yaitu sebanyak 3 orang dan hanya 1 pasien laki-laki. Gupta S dkk melaporkan
kasus adenoma pleomorfik palatum durum yang terjadi pada dekade kedua
kehidupan yaitu pada laki-laki berusia 25 tahun. Pada kasus ini penderita adalah
laki-laki berusia 35 tahun.19,21-23
Penyebab adenoma pleomorfik pada kelenjar ludah belum diketahui secara
pasti namun diduga terjadi akibat adanya kelainan kromosom klonal yaitu
penyimpangan gen 8q12 dan 12q15. Beberapa faktor yang juga dapat berpengaruh
diantaranya adalah pemakaian tembakau, virus serta paparan radiasi. Pada kasus
ini, penderita memiliki kebiasaan merokok kurang lebih sebanyak satu bungkus
perhari. Riwayat paparan radiasi disangkal. Riwayat keluhan yang sama pada
anggota keluarga lainnya tidak ada.24,25,27
Pasien dengan adenoma pleomorfik palatum durum biasanya datang
dengan keluhan timbul benjolan pada langit-langit rongga mulut dengan
pertumbuhan yang lambat, biasanya muncul setelah beberapa tahun dan tidak
nyeri. Keluhan lain yang dapat timbul adalah sulit mengunyah, disfagia serta
dispnea. Thiagarajan B dkk melaporkan kasus adenoma pleomorfik dengan massa
tumor berukuran 7x5 cm yang tumbuh lambat selama 5 tahun sedangkan Gupta S
dkk melaporkan kasus adenoma pleomorfik berukuran 1,5 x 0,7 cm yang timbul
sejak 3 bulan. Chaudhari S dkk melaporkan 4 kasus adenoma pleomorfik pada
palatum durum dan semua pasien datang dengan keluhan timbul benjolan yang
tidak nyeri di daerah palatum durum yang menyebabkan kesulitan untuk
mengunyah makanan. Bucak A dkk melaporkan 2 kasus adenoma pleomorfik
yang datang dengan keluhan sulit mengunyah dan menelan makanan. Pada kasus
ini, pasien datang dengan keluhan timbul benjolan di langit-langit rongga mulut
sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu, mula-mula kecil kemudian membesar
secara perlahan dan tidak dirasakan nyeri. Massa berukuran 5x4x3 cm sehingga
17
penderita merasa terganggu pada saat mengunyah makanan namun penderita
masih dapat makan dan minum seperti biasa. Keluhan sesak nafas tidak ada.19-22
Berdasarkan beberapa literatur, pada pemeriksaan fisik adenoma
pleomorfik palatum durum didapatkan massa tumor yang tunggal, berbentuk bulat
dengan permukaan licin, padat kenyal, dapat bergerak atau mobile, berbatas tegas
tidak ada ulkus serta tanda peradangan. Apabila merupakan adenoma pleomorfik
yang rekuren, massa yang timbul biasanya multipel. Pada kasus ini terdapat massa
yang tunggal, padat kenyal dengan batas tegas dan permukaan licin di daerah
palatum durum posterolateral sisi kiri, tidak nyeri tekan, dapat digerakkan,
mukosa di sekitarnya normal, tidak ada ulkus, fluktuasi, pus serta tanda-tanda
radang lainnya.20,26,29,30
Diagnosis adenoma pleomorfik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
histopatologi dengan Fine Needle Aspiration Biopsy atau FNAB serta biopsi
insisi. Pada 4 kasus adenoma pleomorfik yang dilaporkan oleh Chaudhari S dkk
diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan FNAB sedangkan Sharma N dkk dan
Singh RB dkk melakukan biopsi insisi untuk menegakkkan diagnosis. Pada kasus
ini, diagnosis adenoma pleomorfik ditegakkan melalui FNAB yang sebelumnya
sudah dilakukan di RSUD setempat.19,22,29,31
Pemeriksaan radiologi berupa CT scan dan MRI dilakukan untuk
mengetahui lokasi, besar tumor, batas tumor serta perluasan tumor. Pada kasus ini
dilakukan pemeriksaan CT scan irisan aksial dan koronal dengan hasil tampak
massa soft tissue yang berbatas tegas di daerah palatum durum kiri. Tidak tampak
destruksi tulang di bawahnya dan perluasan ke daerah sinus paranasalis.21,26,31
Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorfik palatum durum adalah
bedah eksisi. Thiagarajan B dkk menyatakan bahwa eksisi harus dilakukan secara
keseluruhan di sekitar massa tumor dan mengangkat seluruh kapsul untuk
meminimalkan kekambuhan. Mubeen K dkk melakukan bedah eksisi pada
penderita dengan adenoma pleomorfik palatum durum dengan margin 1 mm di
sekitar massa tumor sedangkan Singh RB dkk melakukan bedah eksisi dengan
margin 2 mm. Pada kasus ini telah dilakukan operasi bedah eksisi dengan
mengangkat seluruh tumor dan memastikan tidak ada tumor yang tersisa.26,27,30,31
18
Rekonstruksi palatum harus dilakukan sebaik mungkin setelah eksisi untuk
memperbaiki fungsi dan estetika. Kerusakan jaringan lunak palatum dapat
mengalami penyembuhan sendiri sedangkan kerusakan jaringan keras palatum
dapat diperbaiki dengan bantuan obturator. Lamanya penyembuhan luka
bervariasi. Bucak A dkk melaporkan kasus adenoma pleomorfik pada laki-laki, 78
tahun yang telah dilakukan operasi eksisi tumor, penyembuhan terjadi dalam 1
bulan sedangkan Moghe S dkk melakukan operasi eksisi tumor pada perempuan,
24 tahun, penyembuhan luka terjadi dalam 3 minggu. Mubeen K dkk melaporkan
kasus adenoma pleomorfik dengan destruksi tulang di bawahnya, dilakukan eksisi
tumor sampai mukoperiosteum dan tulang palatum durum yang terkena. Defek
yang ditimbulkan akibat operasi eksisi tersebut ditutup dengan menggunakan
obturator dan penyembuhan defek terjadi dalam 2,5 bulan. Pada laporan kasus ini
dilakukan operasi eksisi tumor palatum durum, luka operasi kemudian dijahit dan
penyembuhan luka terjadi dalam waktu 4 minggu. 26,30,33
Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak tetapi dapat terjadi rekuren
pada sebagian kecil kasus. Angka rekuren untuk adenoma pleomorfik adalah 2-
44%. Transformasi ganas menjadi karsinoma ditemukan 8%. Pada dewasa muda
angka rekuren setelah reseksi bedah lebih rendah. Rekuren dapat terjadi terutama
disebabkan reseksi dan enukleasi yang tidak adekuat. Adenoma pleomorfik
merupakan tumor jinak campuran yang mengenai kelenjar liur minor paling sering
ditemukan pada palatum. Kontrol secara periodik diperlukan mengingat adanya
kemungkinan tumor ini rekuren dan bertransformasi menjadi ganas. Walaupun
radioterapi tidk diindikasikan pada penanganan tumor kelenjar saliva jinak tetapi
kadang-kadang harus digunakan untuk mengontrol Adenoma pleomorfik rekuren.
Apabila Adenoma pleomorfik telah berubah menjadi ganas maka dapat dianjurkan
radioterapi atau kombinasi pembedahan dan radioterapi sebagai terapi paliatif
tergantung ukuran dan stadium tumor serta factor lain seperti toksisitas, status
fungsi, penyakit komorbid dan kenyamanan pasien. 27-30
Secara umum modalitas tunggal seperti operasi saja ataupun radiasi saja
lebih diperuntukkan bagi stadium dini, T1 atau T2, sedangkan untuk lesi lanjut
kombinasi modalitas lebih baik. Pada pasien dengan hasil patologi resiko tinggi,
19
kemoterapi konkuren dengan radiasi pasca operasi meningkatkan control.
Gambaran patologi beresiko tinggi antara lain stadium T lanjut, klinis KGB positif
multipel, penyebaran ekstrakapsuler, batas sayatan positif dan invasi perineural.30
SIMPULAN
Dilaporkan satu kasus pada seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan
benjolan yang tidak nyeri di palatum sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit,
histopatologi mengkonfirmasi pleomorfik adenoma sebagai diagnosisnya. Pada
pasien ini dilakukan eksisi tumor sebagai penatalaksanaannya. Tumor jinak pada
palatum sering berupa pleomorfik adenoma yang bila dilakukan eksisi tumor
secara komplit memberikan prognosis yang baik. Dari kasus diatas dapat
disimpulkan bahwa adenoma pleomorfik adalah kasus yang sangat jarang terjadi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
12. Holsinger FC and Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of the
Salivary Glands,p 1-16.
13. Framita J. Tumr parotis dextra, Laporan kasus, Bagian ilmu bedah
RSU.Prof.R.D.Kandau, Manado,2001.
14. Http://www.Aboutcancer.com/salivary_anatomy_nett.gif
15. Http://Headandneckcancerguide.org/wp_content/uploads/2013/02/14_min
orglands1.jpg
16. Img.medscape.com/pi/emed/ckb/clinical_prosedures/79926-79932-
1520068-1597047tn.jpg.
17. Singh RB, Baliarsingh, Satpathy AK, Naik CB, Nayak A, Lohar TP.
Pleomorphic adenoma of both harda nd soft palate, a case report, annals
and essences of dentistry vol IV Issue 3, april-Jun 2012, p. 30-34.
18. http://www.neuronarc.com/pleomorphic-adenoma-definition-etiology-
clinical-features-investigation-differential-diagnosis-treatment.html
19. Chaudhari S, Hatwal D, Ashok, Suri V. Pleomorphic adenoma of hard
cases palate: A report of four. IJCRI. 2013 ; 4(2) : 9094.
20. Oh YS, Eisele DW. Salivary Gland Neoplasms. In : Johnson JT, Pou
AM,editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4 th ed. Philadelpia :
Lippincot Williams & Wilkins; 2006. p. 1516-17.
21. Thiagarajan B. Pleomorphic adenoma hard palate a case report and
literature review - ENT Scholar. 2013 ; 1-4
22. Sharma N, Singh V, Malhotra D. Pleomorphic adenoma of the hard palate-
a case report. Indian Journal of Dental Sciences. 2010 ; 2(1) : 18-20.
23. Byakodi S, Charanthimath S, Hiremath S, Kashalikar JJ. Pleomorphic
adenoma of palate : a case report. Int J Dent Case Reports. 2011 ; 1(1):
36-40.
24. Gupta S, Gupta K, Ram H, Gupta OP. Pleomorphic Adenoma of Minor
Salivary Gland: Report of Two Cases. Asian Journal of Oral Health &
Allied Sciences.2012 ; 2( 1) : 31-34.
25. Ord RA, Pazoki AE. Salivary Gland Disease and Tumors. In : Miloro M,
editor. Petersons Principles of oral and Maxillofacial Surgery. 2 nd ed.
London : BC Decker : 2004 : p. 671-73
26. Moghe S, Pillai AK, Prabhu S, Nahar S, Kartika UK. Pleomorphic
Adenoma of the Palate:Report of a Case. International Journal of
Scientific Study. 2014 ; 2(1) : 54-56.
22
27. Lenka SP, Padhiary SK, Subudhi SK, Pathak H, Sahoo S. .Pleomorphic
Adenoma of Hard Palate : a case report. International Journal of
Scientific and Research Publications. 2013 ; 3(1) : 1-3.
28. Vujhini SK, Kumar KM, Omkareshwar K, Reddy S, Ganesh. FNAC
diagnosis of pleomorphic adenoma of palate. MRMS Journal of health
sciences. 2014; 2(1) : 57-58.
29. Everson JW, Kusafuka K, Stenman G, Nagao T. Pleomorphic Adenoma. In
: Barnes L, Everson JW, Reichart P, Sidransky D, editors. Pathology and
Genetics of Head and Neck Tumours. Lyon : International Agency for
Research on Cancer ( IARC) Press ; 2005.p.254-8.
30. Mubeen K, Vijayalakshmi KR, Abhishek RP, Girish BG, Chandravir S.
Beningn pleomorphic adenoma of minor salivary gland of palate. Journal
of Dentistry and Oral Hygiene. 2011; 3(6) : 82- 88.
31. Singh RB, Baliarsingh RR, Satpathy AK, Naik CB, Nayak A, Lohar TP,
Parida A. Pleomorphic adenoma of both hard and soft palate- a case report.
Annals and Essences of Dentistry. 2012 ; 4(3) : 30-33.
32. Bradley PJ. Recurrent Pleomorphic Adenoma. In : Myers EN, Ferris RL,
editors. Salivary Gland Disorders. New York : Springer-Verlag Berlin
Heidelberg,2007.p.268-77.
33. Bucak A, Ulu S, Tekin MS, Kacar E, Kahveci OK, Haktanir N. Two
Different Giant Pleomorphic Adenoma Arising from the Palate and
Parapharyngeal Space. Kocatepe Medical Journal. 2014;15(3) : 345-8
23