Anda di halaman 1dari 3

AUDIOMETRI TUTUR (SPEECH AUDIOMETRY)

Dapat diperoleh informasi :


1. Jenis ketulian dan derajat ketulian
2. Lokalisasi kerusakan rantai pendengaran
3. Kenaikan batas minimum pendengaran penderita setelah operasi timpanoplasti
4. Pemilihan alat bantu pendengaran (APM) yang cocok
Dikenal 2 titik penting :
1. Speech Reception Threshold (SRT) =_ merupakan batas minimum penerimaan
percakapan dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan pendengaran penderita
dalam mengikuti percakapan sehari-hari atau disebut Validitas Sosial.
Titik SRT ini diperoleh bila penderita telah dapat menirukan secara betul 50% dari
kata-kata yang disajikan. Dengan SRT kita dapat memperoleh gambaran ketulian
secara Kuantitatif.
2. Speech Discrimination Score (SDS) =_ untuk mengetahui kemampuan pendengaran
penderiata dalam membedakan macam-macam kata yang didengar.
Normal : 90 100 %
Dengan SDS dapat diperoleh gambaran ketulian secara Kualitatif

MATERIAL TEST ==_ berupa deretan kata-kata yang jumlahnya


tertentu pada setiap deret, dapat berupa :
1. Bilangan,
2. Spondee _ kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata, dimana tiap-tiap
suku kata mendapat tekanan yang sama dan mempunyai arti sendiri
3. Kata-kata yang tidak berarti (Non sens words) _ terdiri dari kata-kata
yang tidak mempunyai arti
4. Phonetically Balanced Test terdiri dari sederetan _kata-kata yang
merupakan kumpulan kata-kata sehari-hari (PB List)
Material test PBL inilah yang dianggap paling baik, oleh karena :
1. faktor terka tidak atau kurang berperan
2. menggunakan kata-kata percakapan sehari-hari
Untuk SRT dipakai kata-kata Spondee, untuk SDS dipakai kata-kata PBL

Contoh :
Gajah Mada PBL:
I II . X
1. Sadar sabar
2. Bintang sakit
3. Hendak simpan
4. Timbang lembar
5. Senang tukar
, dlll
Spondee :
I II III
bangsa paspal sepak bola
pingsan sosbud bulu tangkis
kurma sospol olah raga
jaksa orpol orang tua
telpon hansip raja hutan

Interpretasi hasil pemeriksaan Speech Audiometry :


1. Normal
SDS = 90 100% pada intensitas 60 dB
2. Tuli Konduktif (CHL)
SDS < 90%
3. Tuli persepsi (SNHL)
SDS < 80%
4. Tuli campur
Bila intensitas suara dinaikkan akan terjadi perbaikan score SDS-nya, namun
tidak mencapai score yang memuaskan
5. Seseorang dengan SDS 40%, disebut Critical Level.
Sukar mengikuti percakapan sehari-hari, contoh : Acustic Neuroma

Menurut Hopkinson dan Thompson (1967) :


SDS 90 100% =_ Normal atau tuli konduktif
SDS 50 80% =_ Tuli campuran, Presbiakusis
SDS 22 40% =_ Kelainan koklea
SDS < 22 =_ Kelainan retrokoklea

timpanometri

Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada
cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga
atau bahkan gendang telinga terlalu lentur.

Timpanometer adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri, bagian-


bagiannya yaitu:

A. Oscilator : Alat yang menghasilkan bunyi (biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan
tersebut masuk ke earphone dan diteruskan ke liang telinga.
B. Pompa Udara : Menghasilkan udara bertekanan -200 mmHg sampai dengan 200 mmHg
C. Compliancemeter : untuk menilai bunyi yang diteruskan melalui mikrofon.

Energi akustik tinggi dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung bersumbat, sebagian
diabsorbsi dan sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran dari
kedua tabung tersebut.

Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan relatif sistem timpano
osikular sementara tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan maksimal
diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau
diturunkan. Individu dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan
memperlihatkan sistem timpano osikular yang normal.

Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:


- tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal;
- tipe B terdapat cairan di telinga tengah;
- tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;
- tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan
- tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)
Pada telinga normal, memperlihatkan bahwa besar energi yang di pantulkan tersebut lebih
kecil dari energi insiden. Sebaliknya, bila telinga terisi cairan atau bila gendang telinga
menebal, atau sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar
dari telinga normal, sehingga jumlah energi yang dipantulkan makin setara dengan energi
insiden.

Anda mungkin juga menyukai