Anda di halaman 1dari 7

TES PENDENGARAN

Tes pendengaran ada 3 macam, yaitu:


1. Tes suara bisik (noise box)
2. Tes garputala
3. Audiometer
ketiga tes tersebut dapat dijelaskan seperti dibaa! ini:
1. TES SUARA BISIK
Tes berbisik dilakukan di ruang yang cukup tenang, dengan panjang " meter.
#emeriksa duduk ke samping, telinga yang akan diperiksa ke ruang yang " meter itu,
sedangkan telinga yang sebela! lagi ditutup dengan jarinya. #emeriksa mengucapkan kata
yang terdiri dari 2 suku kata, diucapkan secara berbisik pada ak!ir ekspirasi. #asien !arus
mengulangi apa yang disebut pemeriksa. $imulai sejak jarak " meter, makin lama
pemeriksa makin mendekat, sampai pasien dapat menyebut kata dengan benar. %asil uji
berbisik orang normal iala! &'" ( "'".
2. TES PENALA / GARPUTALA
#emerikasaan ini merupakan tes kualitati). #enala terdiri dari 1 set (& bua! ) dengan
)rekuensi: 12* %+, 2&" %+, &12 %+, 1,2- %+, dan 2,-* %+.
Tes Rinne, iala! tes untuk membandingkan !antaran melalui udara dan
!antaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
.ara pemeriksaan:
#enala digetarkan, tangkainya diletakkan diprosesus mastoideus, setela! tidak terdengar
penala dipegang didepan telinga kira ( kira 2,& cm. /ila masi! terdengar disebut tes 0inne
(1), bila tidak terdengar disebut tes 0inne (2).
Tes Weber, iala! tes pendengaran untuk membandingkan !antaran tulang
telinga kiri dan kanan.
.ara pemeriksaan:
#enala digetarkan dan tangkai penala diletakkan digaris tenga! kepala (di3erteks, da!i,
pangkal !idung, ditenga! ( tenga! gigi seri atau dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebi! keras pada sala! satu telinga disebut 4eber lateralisasi
ketelinga tersebut. /ila tidak dapat membedakan keara! telinga mana bunyi terdengar lebi!
keras disebut 4eber tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach, membandingkan !antaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa.
.ara pemeriksaan:
#enala digetarkan, dan tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi. 5emudian tangkai penala segera dipinda!kan pada prosesus mastoideus
pemeriksa. /ila pemeriksa masi! dapat mendengar disebut 6c!abac! memendek, bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya.
3 AUDIOMETER
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji
pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,
tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang
menimbulkan gangguan pendengaran.
Audiometri adala! subua! alat yang digunakan untuk mengeta!ui le3el pendengaran
seseorang. $engan bantuan sebua! alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat
ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang
yang merasa memiliki gangguan pendengaran atau seseorang yang akan bekerja pada suatu
bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
#emeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien
yang kooperati). #emeriksaan standar yang dilakukan adala! :
1) Audiometri nada murni
6uatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat meng!asilkan
bunyi nada2nada murni dari berbagai )rekuensi 2&,2&,,, 1,,,22,,,, -,,,2*,,, dan dapat
diatur intensitasnya dalam satuan (d/). /unyi yang di!asilkan disalurkan melalui telepon
kepala dan 3ibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. 7asing2masing
untuk mengukur ketajaman pendengaran melalui !antaran udara dan !antaran tulang pada
tingkat intensitas nilai ambang, se!ingga akan didapatkan kur3a !antaran tulang dan !antaran
udara. $engan membaca audiogram ini kita dapat mengeta!ui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. 8ambaran audiogram rata2rata sejumla! orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 2,229 ta!un merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk
nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran )rekuensi 2,22,.,,, %+.
:rekuensi dari &,,22,,, %+ yang paling penting untuk mema!ami percakapan se!ari2!ari.
Tabel berikut memperli!atkan klasi)ikasi ke!ilangan pendengaran :
Kehilanan !ala"
Desi#el
Klasifi$asi
,21& #endengaran normal
;1&22& 5e!ilangan pendengaran kecil
;2&2-, 5e!ilangan pendengaran ringan
;-,2&& 5e!ilangan pendengaran sedang
;&&2<, 5e!ilangan pendengaran sedang sampai berat
;<,29, 5e!ilangan pendengaran berat
;9, 5e!ilangan pendengaran berat sekali
#emeriksaan ini meng!asilkan gra)ik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada
murni. =ilai ambang diukur dengan )rekuensi yang berbeda2beda. 6ecara kasar ba!a
pendengaran yang normal gra)ik berada diatas. 8ra)iknya terdiri dari skala decibel, suara
dipresentasikan dengan aerp!on (air kondution) dan skala skull 3ibrator (bone conduction).
/ila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya .%>. Turunnya nilai ambang
pendengaran ole! bone conduction menggambarkan 6=%>.
2) Audiometri tutur
Audiometri tutur adala! sistem uji pendengaran yang menggunakan kata2kata terpili! yang
tela! dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang tela! dikaliberasi, untuk mrngukur
beberapa aspek kemampuan pendengaran. #rinsip audiometri tutur !ampir sama dengan
audiometri nada murni, !anya disini sebagai alat uji pendengaran digunakan da)tar kata
terpili! yang dituturkan pada penderita. 5ata2kata tersebut dapat dituturkan langsung ole!
pemeriksa melalui mikropon yang di!ubungkan dengan audiometri tutur, kemudian
disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata2kata
rekam lebi! da!ulu pada piringan !itam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali
dan disalurkan melalui audiometer tutur. #enderita diminta untuk menirukan dengan jelas
setip kata yang didengar, dan apabila kata2kata yang didengar makin tidak jelas karena
intensitasnya makin dilema!kan, pendengar diminta untuk menebaknya. #emeriksa mencatat
presentase kata2kata yang ditirukan dengan benar dari tiap dena! pada tiap intensitas. %asil
ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adala! intensitas suara kata2kata
yang didengar, sedangkan ordinatnya adala! presentasi kata2kata yanag diturunkan dengan
benar. $ari audiogram tutur dapat diketa!ui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) 5emampuan pendengaran dalam menangkap &,? dari sejumla! kata2kata yang dituturkan
pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang la+imnya disebut persepsi tutur atau =#T,
dan dinyatakan dengan satuan de2sibel (d/).
b) 5emamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi ()onem)
dalam kata2kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau =$T.
6atuan pengukuran =$T itu adala! persentasi maksimal kata2kata yang ditirukan dengan
benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. $engan demikian, berbeda dengan audiometri
nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat
nilai ambang (=#T), tetapi juga jau! diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuru! mendengar kata2kata yang jelas artinya pada
intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai &,? tidak dapat menirukan kata2kata dengan
tepat.
5riteria orang tuli :
0ingan masi! bisa mendengar pada intensitas 2,2-, d/
6edang masi! bisa mendengar pada intensitas -,2", d/
/erat suda! tidak dapat mendengar pada intensitas ",2*, d/
/erat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas ;*, d/
#ada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masi! memiliki
sisa pendengaran di!arapkan dengan bantuan alat bantu dengar (A/$'!earing A@$) suara
yang ada diampli)ikasi, dikeraskan ole! A/$ se!ingga bisa terdengar. #rinsipnya semua tes
pendengaran agar akurat !asilnya, tetap !arus pada ruang kedap suara minimal sunyi. 5arena
kita memberikan tes pada )rekuensi tertetu dengan intensitas lema!, kalau ada gangguan
suara pasti akan mengganggu penilaian. #ada audiometri tutur, memang kata2kata tertentu
dengan 3ocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependerita. @ntensitas pada
pemeriksaan audiomatri bisa dimulai dari 2, d/ bila tidak mendengar -, d/ dan seterusnya,
bila mendengar intensitas bisa diturunkan , d/, berarti pendengaran baik. Tes sebelum
dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apaka! ada cairan dalam telinga
atau tidak, apaka! ada kotoran telinga (serumen), apaka! ada lubang gendang telinga, untuk
menentukan penyebab kurang pendengaran.
#. Manfaa% a&!i'"e%(i
1) Antuk kedokteran klinik, k!ususnya penyakit telinga
2) Antuk kedokteran klinik 5e!akiman,tuntutan ganti rugi
3) Antuk kedokteran klinik #encega!an, deteksi ketulian pada anak2anak
). T&*&an
Ada empat tujuan ($a3is, 19<*) :
1) 7ediagnostik penyakit telinga
2) 7engukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan se!ari2!ari, atau dengan
kata lain 3aliditas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apaka! butu! alat
pembantu mendengar atau pndidikan k!usus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran
ke!akiman dan asuransi).
3) 6krinig anak balita dan 6$
-) 7emonitor untuk pekerja2pekerja dinetpat bising
+isi'l'i Pen!ena(an
8etaran suara ditangkap ole! telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan
timpani, se!ingga memberan timpani bergetar. 8etaran ini diteruskan ke tulang2tulang
pendengaran yang ber!ubungan satu sama lain. 6elanjutnya stapes menggerakkan
perilim)e dalam skala 3estibuli kemudian getaran diteruskan melalui 0issener yang
mendorong endolim)e dan memberan basal ke ara! baa!, perilim)e dalam skala timpani
akan bergerak se!ingga tingkap bundar ()oramen rotundum) terdorong keara! luar.
0angsangan )isik tadi diuba! ole! adanya perbedaan ion kalium dan ion =a menjadi
aliran listrik yang diteruskan ke cabang =.B@@@ yang kemudian meneruskan rangsangan
ke pusat sensori pendengaran di otak melalui sara) pusat yang ada di lobus temporalis.
Kelainan /Gan&an +isi'l'i Telina
1. Tuli kondukti)
5arena kelainan ditelinga luar atau di telinga tenga!
a. 5elainan telinga luar yang menyebabkan tuli kondukti) adala! astresia liang telinga,
sumbatan ole! serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang telinga.
b. 5elainan telinga tenga! yang menyebabkan tuli kondukti) adala! tuba katar'sumbatan
tuba eustac!ius, otitis media, otosklerosis dan dislokasi tulang pendengaran.
2. Tuli 6ensorineural (persepti))
$ibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea.
a. Tuli sensorineural koklea disebabkan ole! aplasia (congenital), labirintitis (ole!
bakteri'3irus), intoksikasi obat (streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina,
asetosal atau alco!ol). 6elain itu juga dapat disebabkan ole! tuli mendadak (sudden
deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising.
b. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan ole! neuroma akustik, tumor serebelum,
myeloma multiple, cedera otak, perdara!an otak.
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna se!ingga in)eksi
sekunder (tuli persepsi juga).

Anda mungkin juga menyukai