Anda di halaman 1dari 21

LITERATUR JURNAL

RESPON KERADANGAN GINGIVA


AKIBAT PEMAKAIAN ALAT ORTODONTIK CEKAT

Oleh
drg I Gusti Agung Dyah Ambarawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ......................................................................................... 2

A. Latar Belakang ......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3

A. Gingiva ..................................................................................................... 3

B. Plak........................................................................................................... 8

C. Alat Ortodontik Cekat .............................................................................. 11

TERJADINYA RESPON KERADANGAN GINGIVA AKIBAT

PEMAKAIAN ALAT ORTODONTIK CEKAT .......................................... 14

A. Respon Keradangan Gingiva Akibat Pemakaian Alat Ortodontik Cekat. 14

B. Pencegahan dan perawatan keradangan gingiva akibat pemakaian alat

ortodontik cekat ........................................................................................ 15

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17

A. Kesimpulan .............................................................................................. 17

B. Saran......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR JURNAL

RESPON KERADANGAN GINGIVA


AKIBAT PEMAKAIAN ALAT ORTODONTIK CEKAT

Oleh:
drg I Gusti Agung Dyah Ambarawati
NIP : 19811124200122004

Abstrak

Kesehatan jaringan periodontal merupakan hal yang mendasar pada setiap


jenis perawatan gigi. Salah satunya adalah perawatan ortodontik, yang mana
perawatan ini memperbaiki estetika gigi. Namun perawatan ortodontik dapat
menyebabkan peradangan pada gingiva jika pasien tidak mendapatkan motivasi
yang layak atau merespon terapi periodontal yang diberikan. Pada penggunaan
alat ortodontik cekat, retensi plak cenderung naik sehingga keradangan gingiva
cenderung terjadi selama pemakaian alat ortodontik cekat. Plak merupakan faktor
etiologi utama timbulnya keradangan. Pemakaian alat cekat seperti band, wire
merupakan tempat yang baik untuk akumulasi plak. Ketidakmampuan pasien
untuk membersihkan daerah disekitar alat ortodontik cekat secara memadai
menyebabkan akumulasi plak disekitar daerah penempatan alat ortodontik cekat,
yang selanjutnya menyebabkan keradangan pada gingiva. Keradangan gingiva
akibat pemakaian alat ortodontik cekat diikuti oleh perubahan warna, ukuran,
bentuk, konsistensi dan karaktristik permukaan. Untuk keberhasilan perawatan,
pendidikan dan komunikasi mengenai metode pemeliharaan kebersihan mulut
pada pasien yang menggunakan alat ortodontik cekat adalah amat penting.

Kata kunci : Keradangan gingiva, alat ortodontik cekat, plak gigi

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaringan periodontal adalah jaringan yang berada di sekitar gigi yang
20
berfungsi untuk mempertahankan gigi pada soketnya . Jaringan periodontal
terdiri dari jaringan gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan tulang
alveolar 13.
Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang
alveolar dan leher gigi8. Pada keadaan yang sehat gingiva biasanya keras,
berwarna merah muda dan tidak berdarah pada saat penyondean. Peradangan pada
gingiva diikuti oleh perubahan bentuk gingiva yang biasanya dinyatakan menurut
13
warna, ukuran, bentuk, konsistensi dan karakteristik permukaan . Dalam dua
dekade terakhir telah didapatkan adanya permintaan khusus dalam estetika
dentofasial khususnya pada remaja yaitu dengan adanya peningkatan permintaan
16
perawatan ortodontik untuk perbaikan estetika pada remaja . Salah satu tujuan
utama dalam perawatan ortodontik adalah untuk memperbaiki masalah estetika.
Pada beberapa kasus tindakan ortodontik, perawatan ortodontik dapat pula
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal seperti peradangan gingiva dan
resesi gingiva 20.
Pada penggunaan alat ortodontik cekat, retensi plak cenderung naik
sehingga keradangan gingiva cenderung terjadi selama pemakaian alat ortodontik
cekat 8. Pemakaian alat cekat, seperti band, wire, dll merupakan tempat yang
sangat baik untuk pertumbuhan bakteri dan hal tersebut merupakan faktor
21
pendukung yang sangat berperan terhadap timbulnya keradangan . Masalah
periodontal paling umum yang timbul selama perawatan ortodontik adalah
keradangan gingiva. Kondisi ini adalah akibat pembentukan plak dan kalkulus
karena ketidakmampuan pasien menjaga gigi-gigi tetap bersih ketika adanya alat
ortodontik 2. Keadaan ini, sering terjadi karena pasien tidak dapat melepas alat
ortodontik untuk dibersihkan. Ketika band telah disemen atau braket telah
dilekatkan pada gigi dan tersambung dengan archwire, maka alat ortodontik cekat
tidak bisa dibuka oleh pasien 8.

2
TIJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva
1. Anatomi Fungsi dan Histologi Gingiva
Jaringan gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang melapisi
tulang alveolar pada rahang atas dan rahang bawah serta mengelilingi
11
leher gigi . Secara klinis gingiva merupakan satu-satunya komponen
17
periodonsium yang dapat dilihat langsung di dalam rongga mulut .
Jaringan gingiva secara anatomi dibagi menjadi gingiva tepi (marginal
gingiva), gingiva cekat (attached gingiva) yaitu bagian gingiva yang
melekat pada tulang alveolar dan bagian papila interdental (interdental
papillae) atau gingiva interdental yaitu bagian gingiva yang terletak
disela-sela antar gigi 11. Fungsi gingiva yaitu menyangga gigi, melindungi
tulang alveolar dan ligamen periodontal dari serangan bakteri, trauma,
atrisi dan sejumlah besar stimulus 11,13.
Gingiva tepi membentuk cuff sebesar 1-2 mm dan terletak disekitar
13.
leher gigi Dearah cuff dapat dipisahkan dari gingiva menggunakan
11
sonde tumpul. Bagian ini disebut juga free gingiva . Gingiva cekat
(attached gingiva) meluas dari lekuken gingiva bebas (free gingiva
groove) hingga pertautan mukogingiva (muccogingiva junction) untuk
13
selanjutnya bertemu dengan mukosa alveolar . Gingiva cekat melekat
12
pada bagian tulang plat korteks prosesus yang berada dibawahnya .
Pertemuan antara gigi dan gingiva (dentino gingiva juction) merupakan
hubungan struktural antara jaringan keras dan jaringan lunak yang disebut
epitel attachment (junction epithelial), yang berada di dasar kantong
gingiva atau gingiva sulkus 11. Gingiva sulkus adalah bagian yang terletak
diantara free gingiva dan gigi. Pada gingiva sulkus, makanan dapat
terjebak di celah ini 11. Gingiva sulkus mempunya kedalaman ± 3mm 12.
Gingiva tepi terdiri dari inti jaringan ikat fibrosa yang tertutup
epitelium skuamosa stratifikasi. Seperti semua sel epitel lainnya, sel-sel
epitelium gingiva saling berhubungan satu sama lain dan berhubungan
dengan jaringan ikat dibawahnya. Epitel permukaan bagian luar atau

3
permukaan gingiva tepi terbentuk dari anyaman bundel serat kolagen yang
terletak pada substansi dasar dan mengandung fibrosa, histiosit, pembuluh
darah, saraf, limfosit, sel plasma dan sel-sel sistem pertahanan tubuh yang
lain 13.
Suplai darag gingiva berasal dari tiga sumber yaitu pembuluh darah
supraperiosteal. Pembuluh darah ligamen periodontal serta pembuluh
darah alveolar. Drainase limfatik dimulai dari papila jaringan ikat dan
berdrainase ke nodus limfa regional. Dimana drainase limfatik papila
jaringan ikat gingiva pada bagian mandibula mengalir ke nodus limfa
regional pada bagian servikal, drainase limfatik papila jaringan ikat
gingiva pada bagian submandibular mengalir ke nodus limfatik submental.
Sedangkan drainase limfatik pada papila jaringan ikat gingiva maksila
menuju ke nodus limfatik servikal bagian dalam. Suplai saraf gingiva
berasal dari cabang-cabang saraf trigeminus 13.

2. Kriteria Gingiva Normal


Gingiva dapat ditentukan oleh warna, tekstur permukaan, bentuk,
konsistensi dan sulkusnya 8.
a. Warna
Warna gingiva sehat adalah merah muda (coral pink). Warna ini
ditentukan oleh warna mukosa oral yang kemerahan dengan
permukaan epitelium yang tipis dan berkeratinisasi. Warna gingiva
juga dipengaruhi oleh adanya pigmentasi dan aliran darah pada
jaringan 8.
b. Tekstur Permukaan
Gingiva tepi mempunyai permukaan yang pada umunnya halus yang
berbeda dengan gingiva cekat. Tekstur permukaan seperti kulit jeruk,
strippling terlihat pada permukaan fasial dan sering tidak terlihat pada
usia lanjut dan bayi. Stippling dapat dilihat dengan cara mengeringkan
gingiva 13.

4
c. Bentuk
Bentuk gingiva tergantung kondisin dan ukuran interdental serta
kondisi dan ukuran gigi. Ujung papila gingiva sering terdapat pada
bagian insisal atau bagian oklusal gingiva. Pinggir gingiva normal
tipis 8.
d. Konsistensi
Konsistensi gingiva dapat diamati dengan menggunakan instrumen
tumpul. Gingiva tepi terlihat lunak, sedangkan gingiva cekat adalah
kenyal seperti berpegas dan rapat melekat pada dasar jaringan keras 8.
e. Sulkus Gingiva
Pengukuran kedalaman sulkus gingiva dilakukan dengan probe
periodontal. Kedalaman sulkus gingiva antara 1-2 mm. Jika
dimasukkan probe tidak berdarah 8.

3. Mekanisme Pertahanan Gingiva


Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi
dengan perubahan lingkungan dan rongga mulut merupakan bagian
pertama dari daerah awal masuknya makanan dan terpapar oleh sejumlah
stimulus seperti temperatur, konsistensi makanan dan minuman, komposisi
kimia, asam dan basa sangat bervariasi, selain itu juga dapat terpapar oleh
13
trauma dan iritasi . Lesi mulut juga sering terjadi akibat infeksi
oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri rongga mulut, yang
dalam keadaan normal terpelihara seimbang oleh mekanisme pertahanan
27
tubuh . Gingiva juga mempunyai suatu mekanisme pertahanan yang
mencakup aliran saliva dan kandungan saliva misalnya lisosim dan IgA,
pergantian sel dan deskuamasi permukaan, aktivitas mekanisme imun 13.
Mukosa ronnga mulut merupakan salah satu pertahanan yang dapat
menyerang bakteri patogen dan sejenisnya27. Sistem pertahanan tubuh
terdapat dalam sejumlah besar didekat epitel attachment, dimana
mekanisme imunitas juga dipertahankan13. Sekresi saliva merupakan
pertahanan penting yang kedua27. Enzim antibakteri Lisosim berfungsi

5
dengan memecahkan dinding sel bakteri dan berfungsi sebagai penakluk
bakteri. Sedangkan imunologlobulin A (IgA) dapat mencegah perlekatan
13
bakteri dan virus pada permukaan gigi dan mukosa mulut . Pada proses
keradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri menyebabkan keluarnya
suatu molekul dalam jumlah yang banyak dari salah satu mekanisme
pertahanan imun yang disebut dengan prostaglandin yang diproduksi oleh
beberapa sel enzim (Oral Cavity 2004). Selain itu juga adanya mekanisme
imun adaptif atau spesifik seperti T4 helper cell, sel efektor T8, limfosit B
sebagai mekanisme perlindungan spesifik sistem imun. Ketiga sel ini
merupakan sel sentral dari seluruh sistem umum karena berhubungan
dengan pengenalan antigen, pembentukan bank memori sel dan stimulasi
dari sel efektor pada sistem imun (Manson dan Eley 1993).

4. Respon Keradangan Gingiva


Inflamasi atau peradangan adalah suatu perubahan yang dapat
diamati pada jaringan yang berkaitan dengan perubahan permeabilitas dan
dilatasi vaskuler. Hal tersebut seringkali disertai dengan infiltrasi leukosit
kedalam jaringan yang terlibat. Perubahan ini menimbulkan erythema,
edema, panas, nyeri dan fungsiolaesa yang merupakan tanda-tanda utama
dari keradangan. Secara typical, keradangan dapat berkembang melalui 3
fase yaitu fase immmediate (seketika), fase akut dan fase kronik. Leukosit
atau sel darah putih mengontrol 3 fase keradangan tersebut. Leukosit-
leukosit ini mentransmisikan informasi yang mengawali proses
keradangan seketika. Keradangan seketika tersebut disusul dengan fase
keradangan akut dalam waktu singkat yang ditandai oleh masuknya
sejumlah besar neutrofil ke dalam daerah jaringan setelah keluar dari
darah. Jika keadaan ini tadak segera ditanggulangi maka keradangan akut
ini akan memberikan jalan bagi keradangan kronik yang berpotensi terjadi
secara terus menerus yang didominasi oleh migrasi limfosit dan makrofag
ke dalam jaringan lokal (Carranza 2002).

6
Penyakit periodontal yang lazim ditemukan pada manusia adalah
gingivitis dan periodontitis. Penyakit tersebut merupakan respon
keradangan pada jaringan periodontal yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan (Carranza 2002). Penyebab utama dari respon keradangan
tersebut adalah plak. Ada beberapa faktor yang merupakan predisposisi
dari akumulasi plak atau disebut dengan faktor retensi plak, sehingga
menyebebkan adanyaperubahan respon gingiva terhadap plak. Faktor-
faktor ini dapat dianggap sebagai faktor etiologi sekunder dari penyakit
periodontal (Manson dan Eley 1993). Selain itu faktor etiologi lokal
sekunder lainnya yang mendukung terjadinya keradangan yaitu seperti
faktor kimia, kekuatan oklusal yang berlebihan (bruksism), trauma, faktor
iatrogenik, suhu, dan radiasi (Goldman dan Cohen 1980, Tiscali 2004).
Gingivitis adalah keradangan pada gingiva yang paling sering terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis dan biasanya disebabkan oleh plak
bakteri (Lesmana 1999). Gingivitis akut timbul secara mendadak,
durasinya pendek dan dapat terasa nyeri. Fase kondisi akut yang belum
parah diberi istilah sub akut. Sedangkan gingivitis kronis serangannya
lama serta durasinya lama tidak terasa sakit atau nyeri jika tidak
terkomplikasi oleh eksaserbasi akut dan sub akut (Carranza 2002).
Terdapat dua gejala awal radang gingiva yang mendahului terjadinya
gingivitis, yaitu adanya peningkatan produksicairan krevikuler gingiva dan
perdarahan yang mengalir dari gingiva sulkus meskipun probing dilakukan
secara perlahan (Carranza 2002). Disini terlihat peningkatan migrasi
leukositmelalui epitelium jungsional. Kemudian fibroblas mulai
berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva
pecah sehingga seal dari cuff marginal gingivamenjadi lemah. Pada
keadaan ini terlihat peningkatan sel-sel keradangan, 75% diantaranya
terdiri dari limfosit dan beberapa sel plasma dan makrofag. Pada fase ini
tanda-tanda klinis dari keradangan makin jelas terlihat. Papila interdental
menjadi kemerahan, bengkak dan mudah berdarah saat penyondean. Bila
terjadi edema peradangan dan pembengkaan gingiva terjadi cukup besar,

7
maka poket gingiva yang terjadi biasanya cukup dalam. Fase ini
menandakan gingivitis dalam tahap lanjut (Manson dan Eley 1993).
Perubahan jaringan gingiva lainnya seperti resesi gingiva. Resesi sering
disertai dengan jelas erosi pada servikal gigi (Mustaqimah 2002).

B. Plak
1. Pengertian
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas sisa makanan, bak
teri yang berkembang dengan baik diatas matrik yang terbentuk dan
melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Rahimah 1985 cit
Natamiharja dan Dewi 1988, Manson dan Eley 1993, Haake 2004,
Sjuhada 2004).

2. Pembentukan Plak
Pembentukan plak tidak terjadi secara acak tetapi terjadi teratur.
Pelikel yang barasal saliva atau cairan gingiva akan terbentuk terlebih
dahulu pada permukaan gigi. Pelikel permukaan kutikel yang tipis bening
dan terutama terdiri dari glikoprotein. Komponen lainnya pada pelikel
yaitu albumin, lysozyme, immunoglobulin A, prolin kaya protein dan
musin (Haake 2004). Segera setelah pembentukan kutikel yang tipis,
bakteri tipe kokus (terutama Streptokokus) akan melekat ke permukaan
kutikel yang lengket. Kemudian, organisme tersebut akan membelah dan
membentuk koloni bakteri. Perlekatan bakteri akan bertambah erat dengan
adanya produksi dektran dari bakteri sebagai produk sampingan dari
aktivitas metabolisme. Baru kemudian, tipe bakteri lain akan melekat pada
massa dan bakteri gabungan lainnya. (Forrest 1995). Interaksi perlekatan
antara bakteri dengan pelikel juga ditentukan oleh karakteristik permukaan
yang spesifik dari permukaan sel bakteri. Beberapa kelompok protein pada
permukaan sel bakteri melekat dan berhubungan dengan pelikel
glikoprotein yang membantu perlekatan bakteri spesifik untuk
berkolonisasi pada pelikel, dan terbentuklah plak (Beemsterboer 2004).

8
3. Komposisi Plak
Hampir 70% plak terdiri dari mikrobial dan sisa-sisa produk
ekstraseluler dari bakteri plak, sisa sel dan derivat glikoprotein (Manson
dan Eley 1993). Diperkirakan sebanyak 400 jenis spesies bakteri dapat di
jumpai pada plak. Selain bakteri, plak terdiri dari sejumlah kecil sel epitel,
leukosit, dan makrofag (Haake 2004). Protein karbohidrat, dan lemak juga
dapat ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah
produk bakteri dektran, juga levan dan galaktose. Kompoen utama
anorganik utamanyaadalah kalsium, fosfor, magnesium, potasium, dan
sodium (Manson dan Eley 1993).

4. Potensial Patogenik Plak Terhadap Gingiva


Bakteri plak mempunyai berbagai macam produk enzim pelarut
yang dapat melarutkan protein host dan molekul lainnya, sehingga terben
tuk suatu nutrien untuk pertumbuhannya. Beberapa enzim yang dikeluar
kan oleh bakteri merupakan enzim protease yang dapat melarutkan
kolagen. Elastin fibronektin, fibrin dan berbagai macam komponen lainnya
pada matrik intra-selular di epitelial dan jaringan penghubung (Gorrel
1998)
Enzim lainnya yang dihasilkan oleh bakteri plak yang dapat merusak
jaringan secara langsung yaitu histolitik enzym dan cytotoxic agent dan
hialuronidase yang dapat menghidrolisa asam hialuronik. Enzim bakteri
litik lainnya seperti neurominidase, deoksiribanuklease, ribonuklease juga
terdapat pada plak gigi dan diproduksi oleh bakteri tertentu pada plak gigi
(Goldman dan Cohen 1980). Selain enzim, bakteri plak juga mempunyai
produk yang rumit (H2S, MH3, amino, endotoxin, dan antigen) yang dan
menembus jaringan gingiva dan menyebabkan respon keradangan. Respon
keradangan pada gingiva dan sekeliling jaringan penghubung oleh bakteri
plak gigi yang berakumulasi pada permukaan gigi pada umumnya dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu gingivitis atau periodontitis. Gingivitis lebih
sering terjadi, dan manifestasi kliniknya berupa perdarahan pada gingiva

9
tanpa terlihat adanya kerusakan tulang atau poket periodontal yang dalam.
Adanya poket merupakan tanda adanya kerusakan patologis pada jaringan
diantara gigi dan gingiva (Loesche 2004).

5. Faktor-Faktor Retensi Plak


Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan pre
Disposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak,
faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak (Manson dan Eley 19
93), yaitu :
a. Alat ortodontik
Pada pemakaian alat ortodontik cekat, alat tidak dapat dilepas oleh
pasien. Sehingga untuk melakukan prosedur pemeliharaan kebersihan
mulut lebih suli oleh karena adanya komponen alat ortodontik cekat
didalam rongga mulut, hal ini merupakan retensi yang baik untuk
terjadinya akumulasi plak.
b. Gigi tiruan sebagian lepasan
Gigi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi
sebagai fokus timbunan plak, dapat menimbulkan keradangan dan
kerusakan jaringan serta dapat menekan gingival. Efek keradangan
gingiva semakin bertambah buruk apabila gigi tiruan tidak dibersihkan
dengan baik.
c. Maloklusi
Maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur merupakan predisposisi
dari retensi plak dan mempersulit upaya pembersihan plak.
d. Restorasi yang keliru
Tepi tumpatan yang berlebihan merupakan kegagalan perawatan untuk
memoles bagian tepi tumpatan, hal tersebut dapat menyebabkan kontur
tumpatan menjadi buruk sehingga dapat menghalangi aksi penyikatan
gigi yang efektif.

10
e. Merokok tembakau
Stain tembakau pada rokok dapat memperkasar permukaan gigi.
Permukaan gigi yang kasar merupakan faktor retensi yang baik untuk
terjadinya akumulasi plak.
f. Bernafas dengan mulut
Ketika jaringan gingiva dehidrasi oleh karena bernafas dengan mulut,
saliva sebagai mekanisme pertahanan gingiva tidak bekerja dengan
maksimal sehingga plak menjadi lebih patogenik
g. Poket yang dalam
Poket merupakan tempat yang baik untuk retensi plak dan sulit untuk
dibersihkan, apabila kebersihan mulut tidak dijaga dengan baik maka
selanjutnya plak dapat berkmbang baik dan menyebabkan kerusakan
jaringan.
h. Kalkulus
i. Perawatan tertentu lainnya (Beemsterboer 2004).

C. Alat Ortodontik Cekat


1. Pengertian
Alat ortodontik digolongkan menjadi dua yaitu alat lepasan dan alat cekat.
Pada alat ortodontik cekat, alat tidak dapat dilepas maupun dipasang oleh
pasien. Ketika band telah disemen atau braket telah dilekatkan secara
langsung ke gigi dan tersambung dengan archwire, maka alat ortodontik
tidak dapat dibuka oleh pasien. (Ggoldman dan Cohen 1980;Webmd
2004).

2. Komponen Alat Ortodontik Cekat


Suatu alat ortodontik cekat mempunyai 3 komponen dasar yaitu:
Braket, archwire, asesori (pegas), disamping 3 komponen dasar tersebut,
alat ortodontik cekat juga terdiri dari alat-alat lainnya seperti band,
headgear tube, hook, elastic (rubber band), tie wire, loop in archwire,
elastic tie.

11
a. Braket
Braket merupakan logam yang pendek serta dibuat berbentuk huruf M.
Braket dilekatkan pada band dan ketika digunakan archwire aktif akan
terletak pada saluran sentral dan ditahan oleh archwire yang melewati
saluran.
b. Archwire
Kawat/wire utama yang bekerja sebagai panduan sepanjang gigi. Alat
ini berubah secara berkala selama perawatan, pada pergerakan gigi ke
posisi yang akan dituju.
c. Pegas coil
Pegas coil yang melekat diantara braket yang berfungsi membuka
celah antar gigi.
d. Band
Logam dengan bentuk melingkar dan melekat pada gigi
e. Headger tube
Lingkaran, lingkaran berlubang sebagai perlekatan pada band bagian
belakang. Ikatan simpul bagian dalam headger melekat pas
didalamnya.
f. Hook
Lengan elastis (band karet) yang dapat dibuat cekat ataupun lepasan
yang dilekatkan
g. Loop In Archwire
Sering menutupi timbulnya celah setelah pencabutan. Banyak archwire
yang tidak memiliki loop
h. Elastic tie
Band karet tipis yang melekat pas sekeliling braket untuk menahan
archwire pada tempatnya.
i. Tie Wire
Band karet kecil yang dicantel diantara titik yang berbeda diantara
pemakaian untuk memelihara tekanan pada perpindahan gigi
(Bizzacountingsolution 2004).

12
3. Mekanisme Kerja Alat Ortodontik Cekat
Gigi bergerak ketika archwire menekan braket dan gigi. Terkadang
pegas atau rubber band dipakai sebagai kekuatan untuk lebih menekan
pada arah yang lebih spesifik. Braket menekan dengan kekuatan konstan,
yang secara terus menerus menggerakkan gigi ke posisi yang diinginkan.
Gerakan yang dihasilkan oleh alat cekat seperti gerakan tipping,
uprighting, torqueing, bodily, dan rotasi.
Ketika band telah disemen atau braket telah dilekatkan pada gigi dan
tersambung dengan archwire maka terjadilah tekanan yang dapat
menyebabkan pergerakan gigi. Tekanan ini diperoleh dengan membuat
archwire sedemikian rupa melengkung sesuai dengan bentuk rahang yang
diinginkan . Apabila penempatan alat tidak tepat, jika tidak segera
disesuaikan maka dapat menyebabkan iritasi pada gingiva dan merupakan
tempat yang baik untuk retensi plak (Adams 1991)

4. Kelebihan dan Kekurangan Alat Ortodontik Cekat


Kelebihan :
a. Retensi tidak menjadi masalah
b. Kurang membutuhkan keterampilan dari pihak pasien dalam
mengendalikan alat cekat.
c. Dengan alat cekat bisa diperoleh pergerakan gigi yang lebih cepat
dibandingkan dengan alat ortodontik lepasan

Kekurangan :
a. kekurangan utama alat cekat terpusat pada masalah kesehatan rongga
mulut.
b. Menghasilkan gerakan gigi yang merugikan apabila pengontrolan alat
oleh operator kurang tepat (Foster 1997).

13
TERJADINYA RESPON KERADANGAN GINGIVA AKIBAT
PEMAKAIAN ALAT ORTODONTIK CEKAT
A. Respon Keradangan Gingiva Akibat Pemakaian Alat Ortodontik Cekat.
Masalah periodontal paling umum yang timbul selama perawatan
ortodontik adalah keradangan pada gingiva (gingivitis) (Alexander 2004). Pada
penggunaan alat ortodontik cekat, adanya peningkatan, adanya peningkatan
keradangan giniva yang ditandai dengan adanya pembesaran gingiva secara klinis,
sehingga gingiva terlihat bengkak (Manson dan Eley 1993, Setiyohadi 1999). Hal
ini disebabkan karena mudah terjadinya retensi sisa makanan pada alat-alat
ortodontik, pembentukan plak dan kalkulus oleh karena keetidk kemampuan
pasien untuk menjaga gigi-giginya tetap bersih ketika adanya alat ortodontik
(Setiyohadi 1999, Alexander 2001).
Selain itu efek kombinasi dari keradangan gingiva akibat plak dan
tekanan oklusal sudah sering ditelitidan terbukti kedua faktor ini saling
mendukung satu sama lain. Tekanan oklusal diakibatkan oleh beban yang terlalu
besar misalnya bila pada gigi diaplikasikan tekanan-tekanan yang bersumber dari
berbagai tipe pesawat atau bila ada restorasi yang terlalu tinggi sehingga
mengganggu oklusi. Jaringan yang meradang oleh karena terinfeksi bakteri plak
lebih mudah mengalami kerusakan bila terkena tekanan oklusa yang cukup besar
begitu pula keradangan karena terinfeksi oleh bakteri plak jauh lebih cepat pada
jaringan yang sudah rusak akibat tekanan oklusal yang terlalu besar (Manson dan
Eley 1998). Perubahan struktur jaringan gingiva akibat proses infeksi dan
didukung oleh faktor mekanisme dapat berupa pembesaran gingiva, stippling
berkurang, palpasi lunak sampai keras, kecendrungan mudah berdarah saat
instrumentasi, warna gingiva menjadi lebih merah kebiruan, perkusi sakit
(Setiyohadi 1999).
Teknik etsa asam yang dipakai dalam perlekatan juga dapat menyebabkan
iritasi jaringan gingiva jika tidak dilakukan perawatan dengan baik. Sebab-sebab
iantrogenik meliputi pemasangan band yang tidak tepat disekeliling gigi,
kelebihan semen yang tidak dibersihkan dengan baik juga dapat menyebabkan

14
iritasi gingiva (Alexander 2001), dan merupakan retensi yang baik untuk
terjadinya akumulasi plak (Tiscali 2004).

B. Pencegahan dan perawatan keradangan gingiva akibat pemakaian alat


ortodontik cekat
1. Pencegahan
Penyikatan gigi setiap hari dan pembersihan gigi secara profesional
yang dianjurkan oleh dokter tampaknya cukup mencegah timbulnya
penyakit periodontal (Loesche 2004).
Pendidikan dan komunikasi mengenai metode pemeliharaan oral
hygiene pada pasien yang menggunakan alat ortodontik adalah amat
penting. Ahli ortodontik harus memberikan informasi tentang metode
pemeliharaan kebersihan yang layak serta penggunaan produk ortodontik
yang kemungkinan dapat mengurangi radang pada gingiva. Dengan
bagaimana sikat gigi dapat membantu menghilangkan plak dan memantau
teknik dan hasil perawatan berjalan secara konstan dan kontinyu. Bantuan
visual dapat membantu, misalnya foto, yang memperlihatkan sudut sikat
dan posisi bulunya (Eastham dan Eastham 2004).

Instruksi untuk menyikat gigi :


a. menempatkan posisi bulu sikat secara vertikal diantara braket yang
diarahkan kebagian inciso-gingiva (lihat gambar 3). Kemudian bulu
sikat digerakkan dengan gerakan maju-mundur (vibrasi).
b. Menempatkan bulu sikat pada sudut 45 derajat antara braket dan
gingiva, lakukan gerakan vibrasi atau rotasi (memutar) hingga ke
sulcus gingiva.
c. Menggosok gigi terlebih dahulu tanpa menggunakan pasta gigi agar
dapat melihat plak lunak untuk dibersihkan. Setelah itu disusul
penggunaan sejenis pasta gigi dengan efek anti kariesnya.
d. Penggunaan sikat gigi interdental pada pasien juga dianjurkan. (lihat
gambar 4) (Eastham dan Eastham 2004).

15
Instruksi pemakaian benang gigi
a. penggunaan benang sebaiknya diajarkan dengan menggunakan jenis
kumparan.
b. Benang gigi ditarik dari kumparannya, pastikan bahwa terdapat cukup
benang yang melewati loop sehingga tidak melenceng atau terlepas
dari loop ketika menarik benang floss di bawah kawat (lihat gambar 5).
c. Ketika benang floss ditarik dibawah kawat, benang floss tersebut
dimasukkan kesela interproksimal dan dimasukkan ke bawah celah
free gingiva.
d. Ketika benang floss didalam sulkus, sebuah gerakan menggesek
dilakukan untuk menghilangkan plak dari permukaan gigi (Eastham
dan Eastham 2004).

2. Perawatan
Perawatan keradangan gingiva pada pemakaian ortodontik cekat meliputi :

Pada keradangan lokal


a. Scalling
b. Area keradangan diusap dengan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan H2O2 3%.
c. Penderita dianjurkan mengurut gingivanya dengan sikat yang
diputarkan 180º dari arah gingiva ke gigi untuk beberapa saat, 3 kali
sehari setelah menyikat gigi. Dengan tujuan untuk memperlancar
aliran darah sehinnga daya imun meningkat.
d. Jika tampak hiperemis dan edema diperlukan anti inflamasi dan
analgtika, dosisi disesuaikan dengan keadaan pasien (Mustaqimah
2003).
e. Pemberian obat kumur dan vitamin C (Prayitno 2003).

Pada keradangan akut


a. Apabila terjadi keradangan akut penderita diberikan antibiotika obat
kumur (Chorhexidine gluconate 0,12%), analgetika, anti inflamasi,
dosisi disesuaikan dengan keadaan pasien.

16
b. setelah keadaan akut hilang pada kunjungan berikut dilakukan scalling.
c. Penderita disiapka untuk perawatan-perawatan periodontal yang
dibutuhkan (Mustaqimah 2002). Pada beberapa kasus, perawatan
gingivektomi dilakukan pada kondisi gingiva membesar yang
didukung oleh pemeriksaan biopsi dan rotgen foto untuk mengetahui
ada tidaknya gambaran keganasan . pada perawatan tertentu alat
ortodontik cekat tidak dianjurkan untuk diaktifkan sementara agar
tidak memperparah keradangan yang ada (Prayitno 2003).

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesehatan jaringan periodontal merupakan hal yang mendasar pada setiap
jenis perawatan gigi. Salah satunya adalah perawatan ortodontik, yang mana
perawatan ini memperbaiki estetika gigi. Namun perawatan ortodontik dapat
menyebabkan peradangan pada gingiva jika pasien tidak mendapatkan motivasi
yang layak atau merespon terapi periodontal yang diberikan. Pada penggunaan
alat ortodontik cekat, retensi plak cenderung naik sehingga keradangan gingiva
cenderung terjadi selama pemakaian alat ortodontik cekat. Keradangan gingiva
akibat pemakaian alat ortodontik cekat diikuti oleh perubahan warna, ukuran,
bentuk, konsistensi dan karaktristik permukaan. Untuk keberhasilan perawatan,
pendidikan dan komunikasi mengenai metode pemeliharaan kebersihan mulut
pada pasien yang menggunakan alat ortodontik cekat adalah amat penting.

B. Saran
1. Diperlukan pendidikan dan motivasi bagi pasien yang menggunaka alat
ortodotik untuk mencegah timbulnya keradangan pada jaringan periodontal.
2. Kontrol sesuai jadwal untuk menjaga kebersihan dan kesehatan jaringan
periodontal.
3. Perlu kesinambungan antara perawatan ortodontik dan perawatan jaringan
periodontal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adams, C.P.,1994, Desain konstruksi dan kegunaan pesawat ortodontik lepas, Ed.
Ke-5, penerjemah: L. Yuwono, Widya Medika, Jakarta.

Alexander, R.G., 2001, Teknik Alexander Konsep dan Filosofi Kontemporer,


Penerjemah: B.Susetyo, EGC Penerbit Buku Kedokteran,Jakarta.

Anatomy and Histology of the Gingiva and Basic Oral Hygiene [Homepage of
P&G Dental Resourcenet], Available: http://www.dentalcare.com [5
juni 2004].

Beemsterboer, P., Plaque and Calculus [Homepage of Plaque & Calculus],


Available: http://www.dent.ucla.edu [15 Mei 2004].

Diagram of Braces Component [Homepage of Bizaccountingsolution], Available:


http://www.bizaccountingsolution.com [4 juli 2004].

Caranza, F.A., Takei,H.H., dan Newman. M.G., 2002, Carranzaʼs Clinical


Periodontology, Ed. Ke-9,W.B Saunders Company, Philadelphia.

Eastham,R., dan Eastham, P., Ortodontik Patients-Implication for Dental Hygiene


Therapy [Homepage of Dental Hygienist News], Available:
http://www.Dentalcare.com [5 juni2004].

Fixed Aplliances [Homepage of Oral Care Center], Available:


http://health.yahoo.com [9 juli 2004].

Forrest, J.O, 1995, Pencegahan Penyakit Mulut, Ed-2, penerjemah: L.Yuwono,


Hipokrates Jakarta

Foster, T.D.,1999, Buku Ajar Ortodonsi, Ed-3, Penerjemah:


L.Yuwono,EGC,Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Gingiva [Homepage of Infodontinc], Available: http://www.infodontinc.com [2


juni 2004].

Goldman, H.M dan Cohen, D.W., 1980, Periodontal Therapy, Ed-6, Mosby
co.,St.Louis.

Gorrel, 1998, Periodontal Disease and Diet in Domestic Pets [Homepage of the
Journal of Nutrition], Available: http://www.nutrition.org[29 juni
2004].

Haake, S.K, Mikrobiologi of Dental Plaque [Homepage of dent], Available:


http://dent.ucla.edu [5 juni 2004].

18
Importance of Saliva [Homepage of Oral Cavity] Available:
http://www.Isuhc.com [10 juli 2004].

Lesmana , R.A., 1999, Faktor-faktor Periodontolal yang Harus Dipertimbangkan


padaPerawatan dengan Gigi Tiruan Cekat, JDUI, Vol.6,no.3, hlm, 34-
43.

Loesche W.J., Microbiology Of Dental Decay and Periodontal Disease,


[Homepage of Medmicro], Available: http://www.utmb.edu [29 juni
2004].

Malocclusion and Orthodontic [Homepage of WebMD], Available:


http://www.webmdhealth.com [5 juni 2004].

Manso, J.D dan Eley, B.M, 1993, Buku Ajar Periodontal, Ed-2, Penerjemah:
S.Anasrasia, Hipokrates, Jakarta.

Mustaqimah, D.N.,2002, Masalah nyeri pada kasus penyakit periodontal dan


cara mengatasinya, JDUI, Vol.9,no.2,Hlm 14-19

Natamiharja, L.,Dewi, O., 1998, Perbandingan penurunan indeks plak sebelum


dan sesudah menyikat gigi antara kelompok sikat gigi dengan bulu
sikat lurus dan zig zag di tiga sekolah dasar,JDUL,Vol.5,no.3,hlm,109-
116.

Ong, M.M.A., dan wang, H.L.,2002, Periodontic and orthodontic treatment in


adults, Ajo-Do, Vol.122,no.3 Hlm.420-426.

Periodontal Disease [Homepage of Tiscali] Available: http://www.Netscape.com


[26 april 2004].

Prayitno, S.w.,2003, Periodontologi Klinik-Fondasi Kedokteran Gigi Masa


Depan, Ed-1 Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Sjuhada, Penyakit Gusi [Homepage of Indonesian e-dental information]


Available: http://www.Geocities.com [15 mei 2004].

Setiyohadi,1999, Perubahan Struktur Jaringan Periodontal Selama dan Setelah


Perawatan Ortodontik, Journal of the Indonesian Dental Association,
Ed-Khusus Kongres PDGI XX Tahun ke-6, Hlm 26-29.

The Mouth as A Portal of Entery for Infection [Homepage of SGROHWEB


Chapter 5] Available: http://www.Nidr.Gov [10 juli 2004].

19

Anda mungkin juga menyukai