Anda di halaman 1dari 3

Analisis (Emulsi)

Pada uji emulsi dalam tabung reaksi dimasukkan larutan sabun sebanyak 3 ml
kemudian dimasukkan minyak jagung, minyak zaitun, minyak ikan, minyak VCO, minyak
kacang, minyak kelapa sawit, gaje sapi, dan mentega terhadap masing-masing tabung
kemudian dikocok dan didapatkan hasil yang positif yaitu ada endapan (terdapat lapisan).
Adanya reaksi yang positif menunjukkan larutan sabun yang ditambahkan dalam tabung
reaksi bertindak sebagai emulgator. Pada susu sapi, susu kambing, susu kedelai, dan gliserol
didapatkan hasil yang negative yaitu tidak terdapat endapan (tidak terdapat lapisan). Adanya
hasil yang negative berarti larutan sabun yang ditambahkan tidak bereaksi (tidak bertindak
sebagi emulgator). Kemudian pada campuran minyak jelantah dan sabun ditambah Na2CO3
didapatkan hasil yang positif, hal ini menandakan NaCO3 dan yang ditambahkan dalam
minyak jelantah bertindak sebagai emulgator.

Pembahasan

Pada uji emulsi terhadap minyak jagung, minyak zaitun, minyak ikan, minyak VCO,
minyak kacang, minyak kelapa sawit, gaje sapi, dan mentega didapat hasil yang positif yaitu
terbentuk emulsi. Terbentuknya emulsi yang stabil karena larutan sabun tersebut mampu
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan, inilah yang dinamakan zat
pengemulsi (emulsifier atau emulsying agent). Daya kerja emulsifier terutama disebabkan
oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun pada air. Emulsifier
akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan
permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan
bersatunya butir-butir minyak satu sama lain. Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya
yaitu gaya London-Van Der Waals yang menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan mengendap. Selain gaya tersebut juga disebabkan oleh gaya tolak
menolak yang disebabkan oleh pertumpang tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan
sama. Gaya ini akan menstabilkan dipersi koloid.

Percobaan emulsi pada minyak jelantah saat pelarutnya berupa Na 2CO3 dan air sabun
menunjukkan adanya sedikit endapan. Hal ini sesuai pendapat Hart et al (2003) bahwa
apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukkan dengan adanya endapan(emulsi). larutan sabun tersebut mampu
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan, inilah yang dinamakan zat
pengemulsi (emulsifier atau emulsying agent). Daya kerja emulsifier terutama disebabkan
oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun pada air. Emulsifier
akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan
permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan
bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.

Pada uji emulsi pada susu sapi, susu kambing, susu kedelai, dan gliserol didapatkan hasil
yang negative, didapatkan hasil yang negative dikarenakan Emulsi tidak stabil disebabkan
oleh adanya tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang mengakibatkan keduanya
tidak saling melarutkan. Selain itu hal tersebut disebabkan karena apabila dua larutan yang
tidak larut seperti susu sapi, susu kedelai, susu kambing, dan gliserol dicampurkan dengan
sabun, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk system disperse yang disebut
emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fase berada di sebelah dalam fase lainnya.
Bila proses pegocokan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada system
disperse terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Daftar rujukan

Hart et al, 2003, Kimia Organik (terjemahan Achmadi S), Edisi 11. Jakarta: Erlangga

Hala, Y. & Hartono. 2014. Penuntun Biokimia Umum. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

Analisis (Benedict)

Pada percobaan Benedict dilakukan uji terhadap bahan minyak minyak jagung, minyak
zaitun, minyak ikan, minyak VCO, minyak kacang, minyak kelapa sawit, gaje sapi, mentega,
susu sapi, gliserol, dan gliserol campuran (H2O2 dan FeCl3). Dari bahan tersebut didapatkan
hasil yang positif yaitu dihasilkan warna kuning pada minyak jagung, minyak zaitun, minyak
ikan, minyak jelantah, minyak kelapa sawit, dan gliserol campuran. Sementara itu, bahan
yang menunjukkan hasil negative yaitu dihasilkan warna bening pada minyak VCO, minyak
kacang, lemak sapi, dan gliserol

Pembahasan (Benedict)
Pada percobaan Benedict terhadap minyak jagung, minyak zaitun, minyak ikan, minyak
jelantah, minyak kelapa sawit, dan gliserol campuran didapatkan hasil positif yaitu terdapat
warna kuning. Adanya warna kuning tersebut diperkuat dengan teori Hala (2014), yang
menyatakan bahwa prinsip kerja percobaan ini adalah gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk kuprooksida yang berwarna kuning hingga merah. Lemak/minyak merupakan
asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam
rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam
bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan
gliserol suku tinggi. Asam lemak ialah asam yang diperoleh dari proses penyabunan lemak/
minyak (Hart, 2003). Hal ini menandakan jika percobaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori sebab bahan yang diuji menunjukkan hasil positif.

Pada percobaan Benedict terhadap minyak VCO, minyak kacang, lemak sapi, dan gliserol
didapatkan hasil negatif yaitu tidak adanya perubahan warna kunig/merah (bening). Seperti
yang telah diketahui bahwa menurut Hart (2003) lemak/minyak merupakan asam
karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai
alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk
ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol
suku tinggi. Asam lemak ialah asam yang diperoleh dari proses penyabunan lemak/ minyak.
Berdasarkan hal tersebut percobaan seharusnya menunjukkan hasil positif, akan tetapi
percobaan yang kami lakukan terhadap minyak VCO, minyak kacang, lemak sapi dan gliserol
tidak terjadi perubahan warna (bening),hal ini disebabkan karena tidak terrbentuknya
ladehidatu keton bebas atau keton bebsa. Dikrenakan lemak mempunyai sifat yang tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut organic seprti eter, kloroform dan
pelarut organic lainnya.

Anda mungkin juga menyukai