Anda di halaman 1dari 7

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
 pengkajian, nomor rekam medis.
 b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
 biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
 pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual.
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive.
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:

16
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
 No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama : gangguan Mengungkapkan ingin
Merusak diri sendiri,
konsep diri : harga diri rendah diakui jati dirinya.
Merusak orang lain,
Mengungkapkan tidak
Ekspresi malu,
ada lagi yang peduli.
Menarik diri dari
Mengungkapkan tidak
hubungan social,
 bisa apa-apa.
Tampak mudah
Mengungkapkan dirinya
tersinggung,
tidak berguna.
Tidak mau makan dan
Mengkritik diri sendiri.
tidak tidur.
Perasaan tidak mampu.
2 Penyebab tidak efektifnya Mengungkapkan Tampak ketergantungan
koping individu ketidakmampuan dan terhadap orang lain
meminta bantuan orang Tampak sedih dan tidak
lain. melakukan aktivitas
Mengungkapkan malu yang seharusnya dapat
dan tidak bisa ketika dilakukan
diajak melakukan Wajah tampak murung
sesuatu.
Mengungkapkan tidak
 berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.
3 Akibat isolasi sosial menarik Mengungkapkan enggan Ekspresi wajah kosong
diri
 bicara dengan orang lain tidak ada kontak mata
Klien mengatakan malu ketika diajak bicara
 bertemu dan berhadapan Suara pelan dan tidak
dengan orang lain  jelas
Hanya memberi
 jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati

17
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
 pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Risiko Bunuh Diri
 b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan jenis masalah jiwa pada narapidana yaitu
harga diri rendah dan risiko bunuh diri, sebagai berikut:
A. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif (Keliat,
1999).
Tujuan umum: Klien dapat memiliki koping yang efektif.
Tujuan khusus:
1). Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas.
Kriteria evaluasi: Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas.
Intervensi:
- Ijinkan klien untuk menangis.
- Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.
-  Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila klien
 belum siap membicarakan permasalahannya.
2). Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan dengan
kejadian yang dihadapi.
Kriteria evaluasi: Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang
 berkaitan dengan kejadian yang dihadapi.
Intervensi:
- Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama.
- Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi perasaan
dan masalah.
- Identifikasi koping yang pernah dipakai.
- Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien.
3). Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif.
Kriteria evaluasi: Klien memodifikasi pola kognitif yang negatif.

18
Intervensi:
- Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien.
- Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau substitusi.
- Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
- Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang penyimpangan
dan pendapatnya yang tidak rasional.
- Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.
- Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat
klien.
- Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan perubahan
yang terjadi.
4). Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan dirinya.
Kriteria evaluasi: Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
 berkenaan dengan perawatan dirinya.
Intervensi:
- Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin
dicapai.
- Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.
- Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan.
- Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat.
- Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
 penampilannya bagus.
- Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut.
5). Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.
Kriteria evaluasi: Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang
realistik.
Intervensi:
- Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan
kegiatan pada saat sekarang bukan pada masa lalu.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya.
- Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien.

19
- Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan berikan
 penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
- Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan tidak bersalah.

B. Risiko Bunuh Diri


1) Sp I Pasien
- Membina hubungan saling percaya dengan klien.
- Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
- Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
- Melakukan kontrak treatment.
- Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
2) Sp II Pasien
- Mengidentisifikasi aspek positif pasien
- Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
- Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang
 berharga
3) Sp III Pasien
- Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
- Menilai pola koping yng biasa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
- Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
- Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
4) Sp IV Pasien
- Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
- Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis
5) SP 1 Keluaga
- Mendiskusikan massalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
 pasien
- Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis
 prilaku yang di alami pasien beserta proses terjadinya

20
- Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami
 pasien beserta proses terjadinya.
6) SP II Keluarga
- Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan resiko
 bunuh diri
- Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri.
7) SP III Keluarga
- Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk
minum obat.
- Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan perencanaan tindakan keperawatan, maka selanjutnya
dilakukan implementasi sesuai waktu dan urutan perencanaan tindakan
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan asuhan keperawatan jiwa pada klien
untuk mengetahui perubahan kondisi yang baik dirasakan oleh klien.

21

Anda mungkin juga menyukai