Anda di halaman 1dari 3

KLASIFIKASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Menurut pasal 5 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004, dinyatakan bahwa bentuk-bentuk KDRT
adalah sebagai berikut :
a. Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat.
b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan / atau penderitaan
psikis berat pada seseorang
c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
dalam lingkup rumah tangga tersebut
d. Penelantaran rumah tangga, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketergantuangan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang orang bekerja yang layak di dalam
atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut

KLASIFIKASI NARAPIDANA
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menentukan
bahwa dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan
penggolongan atas dasar1
1. Umur;
- Anak (umur 12 s.d 18 tahun)
- Dewasa (Diatas 18 tahun)
2. Jenis kelamin;
- Laki-laki
- Perempuan
3. Lama pidana yang dijatuhkan;
- Pidana 1 hari s.d 3 bulan
- Pidana 3 bulan s.d 12 bulan 5 hari ( 1 tahun)
- Pidana 12 bulan 5 hari (satu tahun keatas)
1
- Pidana seumur hidup
- Pidana mati
4. Jenis kejahatan;
- Jenis Kejahatan Umum
- Jenis Kejahatan Khusus
5. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

KLASIFIKASI PEMERKOSAAN
a. Seductive Rape
Perkosaan yang terjadi karena pelaku merasa terangsang nafsu birahi, dan bersifat
subjektif. Biasanya perkosaan semacam ini karena diantara kedunya sudah saling
mengenal, misalnya: pemerkosaan oleh pacar, pemerkosaan oleh anggota keluarga dan
pemerkosaan oleh teman.
b. Sadistic Rape
Permerkosaan yang dilakukan secara sadis. Dalam hal ini pelaku mendapat kepuasan
seksual bukan karena hubungan tubuhnya melainkan perbuatan kekerasan yang dilakukan
oleh pelaku terhadap korban.
c. Anger Rape
Perkosaan yang dilakukan sebagai ungkapan marah pelaku. Perkosaan semacam ini
biasanya disertai tindakan brutal pelakunya secara fisik. Kepuasan seksual bukan
merupakan tujuanya melainkan melampiaskan rasa marahnya.
d. Domination Rape
Dalam hal ini pelaku ingin menunjukan dominasinya terhadap korban. Kekerasan fisik
tidak merupakan tujuan utama korban karena tujuan utamanya adalah pelaku ingin
menguasai korban secara seksual dengan demikian pelaku dapat menunjukan bahwa ia
berkuasa atas orang tertuntu. Misalnya : Pemerkosaan pembantu oleh majikan.
e. Exploitasion Rape
Pemerkosaan semacam ini dapt terjadi karena ketergantungan korban terhadap pelaku,
baik secara ekonomi atau social. Dalam hal ini pelaku tanpa menggunakan kekerasan
fisik namun pelaku dapat memaksa keinginanya terhadap korban

SUMBER:

Rahmat Hi. Abdullah. (2015). Urgensi Penggolongan Narapidana Dalam Lembaga


Pemasyarakatan. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 9 (1); 49-60.

Nisa, Haiyun. (2018). Gambaran Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dialami
Perempuan Penyintas. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studie, 4 (2);
57-66.

Hakrisnowo. Hukum Pidana Perpektif Kekerasan tehadap Wanita, (Jogjakarta: Jurnal Studi
Indonesia, 2000), h. 54.

Anda mungkin juga menyukai