Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
TRAKEOSTOMI

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Didi Kurniawan, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

Anita Astuti (2011166006) Rahmad Hidayat (2011166601)


Dien Fadillah (2011166204) Ratih Oktavia (2011166603)
Fenni Indrayati (2011166201) Sandra Morena (2011166015)
Fenny Arzimustika (2011166001) Sekar D.Pratiwi (2011165373)
Intan Ayuza (2011165993) Sonia P.Sihaloho (2011166737)
Nora Situmeang (2011166010) Winda GP Br. M (2011165996)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
2.1 Defenisi Trakeostomi....................................................................................................5
2.2 Anatomi dan Trakea......................................................................................................5
2.3 Fungsi Trakeostomi.......................................................................................................9
2.4 Klasifikasi Trakeostomi...............................................................................................10
2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan Trakeostomi.........................................11
2.6 Komplikasi Pasien Terpasang Trakeostomi..............................................................16
2.7 Penatalaksanaan Trakeostomi....................................................................................16
2.8 SPO Trakeostomi.........................................................................................................16
2.9 Perwawatan Trakeostomi............................................................................................16
2.10 Indikasi Pelepasan Trakeostomi...............................................................................16

BAB 3PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
3.2 Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tracheostomy merupakan prosedur yang dilakukan dengan membuat lubang ke dalam
trakea dan memasukkan selang indwelling ke dalam trakea yang dapat bersifat permanen
(Hidayati, dkk, 2014). Komplikasi yang mengancam akan selalu ada, sehingga perawat selalu
mengamati dengan ketat pasien yang dilakukan pemasangan tracheostomy (Nurhidayati,
2010).
Pasien saat terpasang tracheostomy mempunyai komplikasi yang mengancam.
Komplikasi tersebut seperti obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi, infeksi, fistula
trakeosofagus, dilatasi trakea dan nekrosis (Novialdi & Azani, 2015). Komplikasi yang
terjadi dapat di cegah dengan melakukan tindakan keperawatan berupa tracheostomy care.
Tracheostomy care merupakan tindakan dengan membersihkan kanul tracheostomy untuk
menjaga kepatenan jalan napas (Hidayati, dkk, 2014).
Pasien selalu dihadiri oleh petugas yang terlatih dan berkompeten dalam melakukan
tindakan keperawatan. Penyediaan pelayanan yang efektif pada pasien, diharapkan dapat
meminimalisir angka kematian dan kesakitan (Nurhidayati, 2010). Perawat merupakan tenaga
kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Tantangan yang dihadapi
perawat salah satunya yaitu tuntutan dari masyarakat yang menginginkan pelayanan yang
berkualitas. Keberadaan perawat juga memiliki posisi strategis, karena sebagian besar
persoalan pasien berhubungan dengan pelayanan perawat. Oleh karena itu, perawat dituntut
agar memiliki keterampilan yang lebih baik, disertai dengan kemampuan untuk menjalin
kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan pasien di masyarakat
(Deden, 2013).
Kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan mengandung tuntutan akan
kemampuan perawat sebagai tenaga profesional dan mandiri. Pencapaian kemampuan
tersebut diawali dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti perawat dan
melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan perawat sesuai dengan
kebutuhan (Deden, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi trakeostomi?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi trakea?
3. Apa fungsi trakeostomi?
4. Apa saja klasifikasi trakeostomi?
5. Apa indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan trakeostomi?
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan trakeostomi?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien yang terpasang trakeostomi
8. Bagaimana SPO trakeostomi?
9. Bagaimana perawatan trakeostomi?
10. Apa indikasi pelepasan trakeostomi?

1.3 Tujuan Penulisan


Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami perawatan pada pasien yang
terpasang trakeostomi.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan pembelajaran
tentang perawatan pada pasien yang terpasang trakeostomi
2. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk menunjang
proses pembelajaran.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Trakeostomi


Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur
pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas. Trakcostomi merupakan tindakan
operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas haru pada trakea dengan mehuat
sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4 (adams, 1997).
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat
suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata-kata yang dipergunakan
dalam membedakan "ostomy" dan otomy" tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab
lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Apabila kanula telah ditempatkan, bukan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat
sembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula
trakcostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama.
Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan
yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada
rekanulasi; alternatifinya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Trakea


Trakea berbentuk Cincin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U)
memiliki panjangnya 10-20 cm, dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk
huruf C dan berakhir ketika bercabang dua karina, bagian yang tidak berkatilago
disebut trakea membranosa, berada di posterior, pada ketinggian vertebra torakalis 4,
trakea bercabang dua di karina menjadi bronkus utama kanan dan kiri di atas tempat
masuknya bronkus utama, kedua kartilago bertemu membentuk cincin sempurna,
tidak hanya C, melainkan O ( Kennedy, 2012).
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang
masuk kembali keatas.

2.3 Fungsi Trakeostomi


Fungsi dari trakheostomi antara lain:
1. Mengurangi tahanan aliran udara pemalasan yang selanjutnya mengurangi
kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan
peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang
trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer
oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang
normal.
2.4 Klasifikasi Trakeostomi
Menurut Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi (2012), trakeostomi dibagi atas
dua macam, yaitu :
1. Berdasarkan letak trakeostomi
Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas:
a. Trakeostomi letak rendah
b. Trakeostomi letak tinggi dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga.
2. Berdasarkan waktu dilakukan tindakan.
Berdasarkan waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam:
a. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana sangat
kurang)
b. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara
baik.

2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan Trakeostomi


1. Indikasi
Menurut novialdi dan surya (2009). Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar
adalah :
a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas
b. Membantu respirasi untuk periode yang lama
c. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
e. Trakeostomi elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher sehingga
memudahkan akses dan fasilitas ventilasi.
f. Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
g. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.
h. Mencegah obstruksi jalan nafas atas karena tumor, pembedahan, trauma,
benda asing, atau infeksi
i. Untuk mencegah kerusakan laring di jalan nafas karena intubasi
j. Endotrakeal yang berkepanjangan
k. Untuk memudahkan akses ke jalan nafas untuk melakukan pengisapan dan
pengangkatan sekresi
l. Untuk menjaga jalan napas yang stabil pada pasien yang membutuhkan
dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonged
2. Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi mutlak untuk tindakan trakeostomi. Untuk kasus-
kasus yang tidak emergensi misalnya pada tumor subglotis (stadium I) tindakan
trakeostomi dapat ditangguhkan. Dalam hal ini trakeostomi sebaiknya dilakukan
pada saat atau mendekati saat tindakan laringektomi untuk menghindari
kemungkinan tumor mencapai stoma. Terdapat juga kontraindikasi relatif pada
patah tulang leher yang tidak stabil dan hematoma di leher yang luas.

2.6 Komplikasi Pasien Terpasang Trakeostomi


Komplikasi yang mungkin terjadi saat trakeostomi (intraoperatif) adalah
laserasi organ dan perdarahan. Selain itu, terdapat juga komplikasi dini yang
dapat terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah tindakan dan
komplikasi lambat yang dapat terjadi sekitar tiga minggu setelah tindakan.
Contoh komplikasi intraoperatif selain perdarahan adalah pneumothorax,
aspirasi darah, cedera laring dan trakea, henti jantung, gagal napas, dan
skematian. Sedangkan contoh komplikasi dini pascaoperasi yang dapat terjadi di
minggu pertama adalah perubahan posisi kanul, sumbatan kanul akibat sekret
yang mengental, perdarahan, infeksi jaringan lunak, emfisema subkutis,
atelektasis, dan pneumomediastinum.
Komplikasi lambat pascaoperasi yang dapat terjadi setelah tiga minggu adalah
perubahan posisi kanul, granulasi jaringan di sekitar luka insisi, stenosis trakea,
fistula trakeokutan, fistula trakeoesofagus, dan infeksi seperti pneumonia
aspirasi.
Menurut Smeltzer & Bare (2013:654) komplikasi yang terjadi dalam
penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas:
a. Komplikasi dini
• Perdarahan
• Pneumothoraks
• Embolisme udara
• Aspirasi
• emfisema subkutan atau mediastenum
• kerusakan saraf laring kambuhan atau penetrasi sinding trakea
posterior
b. Komplikasi jangka panjang
• Obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi
• Infeksi
• Ruptur arteri inominata
• Disfagia
• Fistula trakeoesofagus
• Dilatasi trakea atau iskemia trakea
• Nekrosis
2.7 Penatalaksanaan Trakeostomi
Penatalaksanaan trakeostomi dapat di laksanakan dengan dua tindakan yaitu :
a. Tindakan darurat (percutaneous Tracheostomy)
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan
tidak meninggalkan scar.Selain itu kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih
kecil.
b. Tindakan elektif (surgical Tracheostomy)
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi.
Insisi ini dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain
itu terdapat mini tracheostomi yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada
pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan
menggunakan kawat dan dilator (Bradlet,1997)
Bryan, LR, Trinkle, J., Dublier L (1971) Reappraisal of tracheal injury from
cuffed trcheostomy tubes, Journal of The American Medical Association 215:4

2.8 SPO Trakeostomi


Pengertian : Tindakan merawat lubang stoma pada trakheostomi dan area
sekitar

Tujuan 1.:       Menjaga keutuhan jalan nafas.


2.      Mencegah infeksi
3.      Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakheostomi

Kebijakan : Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil


Prosedur 1.:       PERSIAPAN ALAT
1.      Tali pengikat trakheostomi.
2.      Kom/mangkuk steril, cairan NaCl, hydrogen peroksida (H2O2),
spuit 10 cc.
3.      Stetoskop.
4.      Suction set.
5.      Set ganti balut steril.
6.      1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril.
7.      Kapas apus (swab), alkohol 70%.
8.      Nierbeken / bengkok, plester, dan gunting.
9.      Sikat pembersih
10.  Handuk, perlak, dan kantung plastik
11.  Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/skort (kalau
perlu).

PENATALAKSANAAN
1.      Menjelaskan prosedur dan tujuannya serta partisipasi klien yang
dibutuhkan.
2.      Membantu klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien dan perawat
(supine atau semifowler).
3.      Membentangkan handuk didada klien.
4.      Menjaga kebutuhan privacy klien.
5.      Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau.
6.      Menutup sampiran (kalau perlu).
7.      Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih.
8.      Membuka set peralatan  dan bungkus alat-alat yang dibutuhkan untuk
pembersihan trakheostomi.
        Meletakkan perlak paling bawah dan atur peralatan suction.
b.    Mengatur mangkuk steril kedua dekat tetapi diluar lalu lintas
mangkuk pertama, jangan menyentuh bagian dalam mangkuk.
c.    Menuangkan sekitar 50 ml hidrogen peroksida.
d.    Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi
hidrogen peroksida.
e.    Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa
pertama, dan normal saline pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga
tetap dibiarkan kering.
f.     Membuka swab berujung kapas. Tuangkan hidrogen peroksida pada
satu paket swab, dan normal saline apda paket swab lainnya.
g.    Jika trakheostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai
(disposible). Buka bungkusnya, sehingga dapat dengan mudah
diambil. Pertahan sterilitas kanule dalam.
h.    Menentukan panjang tali pengikat trakheostomi yang diperlukan
dengan menggandakan lingkar leher dam menambah 5 cm dan
gunting tali pada panjang tersebut.
9.      Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah menggunakan skort,
kaca mata pelindung, dan handscoen steril.
10.  Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen
steril yang baru. Pertahankan agar tangan dominan tetap steril
sepanjang prosedur dilakukan.
11.  Membersihkan kanule dalam.
12.  Mengganti kanule dalam sekali pakai (disposible inner-canula) :
a.    Membuka dan dengan hati-hati lepaskan kanule dalam dengan
menggunakan tangan yang tidak dominan.
b.    Melakukan penghisapan dengan teknik steril (jika diperlukan).
c.    Mengeluarkan kanule dalam baru steril dari bungkusnya dan siramkan
sejumlah normal saline steril pada kanule baru tersebut. Biar4kan
normal saline menetes dari kanule dalam.
d.    Memasang kanule dalam dengan hati-hati dan cermatm dan kunci
kembali agar tetap pada tempatnya.
e.    Menghubungan kembali klien dengan sumber oksigen.
13.  Membersihakn kanule dalam tak disposible :
a.    Melepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan, dan
masukkan kanule tersebut kedalam mangkuk berisi hidrogen
peroksida.
b.    Membersihkan kanule dalam dengan sikat (tangan dominan
memegang sikat dan tangan yang tidak dominan memegang kanule.
c.    Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida
dan tuangkan normal saline pada kanule sampai semua bagian kanule
terbilas dengan baik. Biarkan normal saline menetes dari kanule
dalam.
d.    Memasang kembali kanule dalam dan kunci.
e.    Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen.
14.  Membersihkan bagian luar/sekitar kanule dan kulit sekitarnya dengan
menggunakan hidrogen peroksida, lalu bilas dengan NaCl dan
keringkan dengan kasa.
15.  Mengganti tali pengikat trakheostomi :
a.    Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara
memasang tali yang baru.
b.    Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate.
Melingkarkan kedua ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang
leher klien ke sisi lainnya faceplate dan ikat dengan kuat tetapi idak
ketat. Gunting tali trakheostomi yang lama.
16.  Memasang kasa pada mengelilingi kanule luar dibawah tali pengikat
dan faceplate. Periksa kembali untuk memastikan bahwa tali pengikat
tidak terlalu ketat tetapi pipa trakheostomi tertahan dengan aman pada
tempatnya.
17.  Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakheostomi :
a.    Memakai handscoen steril
b.    Jika terdapat klem pada pada pipa cuff  lepaskan klemnya dan
sambungkan dengan spuit.
c.    Meminta klien menghirup nafas dalam bersamaan dengan secara
perlahan mengaspirasi udara pada cuff (biasanya 5 cc). Mengamati
adanya kesulitan bernafas.
18.  Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur,
dan atur kembali ketinggian tempat tidur.
19.  Merapihkan peralatan.
20.  Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.

Unit terkait : Ruang Rawat inap


Ruang kamar ICU

Dokumen : - Form lembar catatan perkembangan terintegrasi


Form observasi tanda-tanda vital

2.9 Perwawatan Trakeostomi dan Pasca Trakeostomi


Adapun tahapan bagian perawatan trakeostomi adalah :
a. Bagian 1
1. Melakukan Pengisapan Selang
Siapkan peralatan yang diperlukan. Pengisapan selang trakeostomi penting
karena akan membantu membebaskan saluran udara dari produksi sekret
(lendir/mucus), sehingga memungkinkan pasien untuk bernapas lebih baik dan
mengurangi risiko infeksi paru-paru. Tindakan pengisapan yang tidak tepat
merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada orang yang menggunakan
selang trakeostomi (tracheostomy tube). Perlengkapan yang diperlukan
meliputi:
 Mesin pengisap/penyedot
 Selang kateter untuk melakukan pengisapan (untuk orang dewasa
digunakan ukuran 14 dan 16)
 Sarung tangan steril berbahan lateks
 Larutan garam fisiologik (Natrium Chlorida/NaCl 0,9%)
 Larutan garam fisiologik siap pakai atau dalam bentuk semprot/suntik
berukuran 5ml.
 Mangkuk bersih berisi air leding
2. Cucilah tangan Anda secara menyeluruh. Caregiver (baik di rumah sakit
ataupun di rumah) harus mencuci tangan mereka sebelum dan sesudah
perawatan trakeostomi. Tindakan tersebut terutama untuk melindungi pasien
dari infeksi karena bakteri yang masuk melalui lubang pada lehernya. Cucilah
tangan Anda dengan sabun dan air hangat minimal selama 20 detik dan jangan
lupa menggosok bagian-bagian di antara jari-jari Anda dan di bagian bawah
kuku.Keringkan tangan Anda menggunakan handuk kertas atau kain/lap
bersih.Matikan keran menggunakan handuk kertas atau kain/lap untuk
menghindari tangan Anda kembali terkontaminasi.Sebagai alternatif, sabun
tangan Anda dengan gel/cairan pembersih berbasis alkohol lalu keringkan
dengan cara diangin-anginkan.
3. Siapkan dan lakukan pengujian pada kateter. Paket mesin pengisap harus
dibuka secara hati-hati, saat membawanya jangan menyentuh ujung kateter.
Namun demikian, pengatur lubang angin yang terdapat di ujung kateter dapat
disentuh, jadi jangan khawatir mengenai hal tersebut. Kateter biasanya
direkatkan pada selang trakea yang dihubungkan ke mesin pengisap.Nyalakan
mesin pengisap dan lakukan pengujian melalui ujung kateter untuk
mengetahui berfungsi atau tidaknya mesin tersebut. Ujilah dengan
menutupkan ibu jari Anda di atas lubang *kateter lalu melepaskan.Boleh jadi
selang trakea tersebut memiliki satu atau dua bukaan/lubang, dan mungkin
juga dilengkapi balon (cuffed)—yang dapat diatur untuk menguragi risiko
aspirasi—atau tanpa dilengkapi balon (uncuffed), berlubang (memungkinkan
untuk berbicara) atau tidak berlubang.
4. Siapkan pasien dan ambil larutan garam (NaCl). Pastikan kepala dan bahu
pasien sedikit ditinggikan/diangkat. Keduanya harus nyaman selama prosedur
perawatan berlangsung. Untuk membuatnya tenang, izinkan pasien menarik
napas dalam-dalam sekitar tiga sampai empat kali. Segera setelah pasien
dalam posisi tepat, masukkan 3-5 mililiter larutan NaCl 0,9% ke dalam selang
kateter. Tindakan tersebut akan membantu merangsang pasien mengeluarkan
lendir dan menambah uap lembap pada membran lendir. Larutan NaCl 0,9%
harus digunakan teratur selama proses pengisapan untuk mencegah
pembentukan sumbatan lendir kental dalam tenggorokan, yang dapat
menghalangi jalan udara.Berapa kali NaCL 0,9% harus dimasukkan berbeda
untuk pasien satu dan yang lain tergantung pada seberapa kental dan banyak
lendir yang diproduksi oleh tenggorokannya.Caregiver harus memeriksa
warna, bau, dan juga kekentalan lendir untuk berjaga bilamana ada infeksi–
lendir berubah menjadi hijau keabu-abuan serta berbau tak sedap.
5. Masukkan kateter tersebut dan pasang pengisap. Arahkan kateter tersebut ke
dalam selang trakea dengan lembut sampai pasien mulai terbatuk hingga batuk
tersebut berhenti dan tidak berlanjut. Pada sebagian besar kasus, selang kateter
tersebut harus dimasukkan ke selang trakeostomi sedalam kira-kira 10,2
sampai 12,7 cm. Lengkungan alami kateter harus mengikuti lengkungan dari
selang trakea. Kateter tersebut harus ditarik sedikit ke belakang sebelum
pengisapan dilakukan, sehingga akan membuat pasien merasa lebih
nyaman.Pasang pengisap dengan menutup pengatur lubang angin saat menarik
kateter dari selang trakea dengan gerakan pelan dan memutar. Pengisap
sebaiknya tidak digunakan lebih lama dari kira-kira sepuluh detik, selama
waktu tersebut kateter akan terus memutar dan tertarik keluar. Pengisap akan
terlepas.Selang trakeostomi dibuat dalam beberapa ukuran dan bahan seperti
plastik semifleksibel, plastik keras dan logam. Beberapa jenis selang dibuat
untuk sekali pakai (disposable), sementara yang lain dapat digunakan secara
berulang.
6. Biarkan pasien menarik napas sesaat. Izinkan pasien menarik napas pelan dan
dalam sebanyak 3-4 kali di antara tahap pengisapan, sebab saat mesin
pengisap bekerja sangat sedikit udara yang dapat masuk ke paru-paru pasien.
Pasien sebaiknya diberikan oksigen setiap kali usai tahap pengisapan atau
berikan waktu untuk bernapas tergantung dari kondisi pasien.Bersama
pelepasan kateter, sedot air leding melalui selang tersebut untuk membuang
semua lendir kental, lalu cuci kateter dengan hidrogen peroksida.Ulangi proses
tersebut selama diperlukan jika pasien memproduksi lebih banyak lendir yang
terisap keluar dari selang trakea.Pengisapan diulangi sampai saluran napas
bersih dari lendir.Setelah pengisapan, aliran oksigen dikembalikan pada
tingkat dasar sebagaimana sebelumnya.

b. Bagian 2
Membersihkan Selang Trakea
1. Kumpulkan peralatan. Adalah hal penting untuk menjaga peralatan tetap
bersih dan bebas dari lendir dan kotoran lain. Jadi sebaiknya bersihkan
peralatan tersebut minimal dua kali sehari—idealnya adalah pada pagi dan
sore hari. Bagaimanapun, lebih sering lebih baik. Berikut adalah hal-hal yang
Anda perlukan:
 Larutan garam steril
 Hidrogen Peroksida setengah cair (½ bagian air dicampur dengan ½ bagian
hidrogen peroksida)
 Mangkuk kecil yang bersih
 Sikat lembut yang bersih
2. Cucilah tangan Anda. Sangat penting untuk mencuci tangan Anda dan
menyingkirkan semua kuman dan kotoran. Tindakan tersebut akan membantu
mencegah infeksi apa pun yang disebabkan oleh perawatan yang tidak
higienis.Prosedur mencuci tangan yang tepat telah didiskusikan pada bagian
sebelumnya. Hal terpenting yang harus diingat adalah menggunakan jenis
sabun yang lembut, menyabuni dengan baik, membilasnya, dan
mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih.
3. Rendamlah selang trakea. Masukkan ½ bagian larutan hidrogen peroksida ke
dalam sebuah mangkuk, sementara di mangkuk yang lain masukkan larutan
garam steril. Angkatlah selang trakea bagian dalam dengan hati-hati sambil
menahan pelat leher (neck plate/fange), yang sebaiknya telah diajarkan oleh
dokter atau perawat saat pasien masih dirawat di rumah sakit.Masukkan selang
trakea ke dalam mangkuk berisi larutan hidrogen peroksida dan biarkan
terendam sempurna sampai lapisan kerak dan partikel-partikel di dalamnya
melunak, larut, dan terlepas.Beberapa selang trakea dibuat untuk sekali pakai
dan tidak perlu dibersihkan jika Anda memiliki penggantinya.
4. Bersihkan selang trakea. Bersihkan bagian dalam maupun luar selang trakea
menggunakan sikat yang berbulu halus. Lakukan dengan hati-hati dan pastikan
selang tersebut bersih dari lendir dan kotoran lain. Berhati-hatilah, jangan
menggosok terlalu kuat dan hindari penggunaan sikat yang kasar/berbulu
besar untuk membersihkan selang trakea karena kemungkinan dapat
merusaknya. Setelah Anda selesai membersihkannya, masukkan selang ke
dalam larutan garam selama 5-10 menit untuk merendam dan membuatnya
steril.Jika Anda tidak memiliki lebih banyak air garam, merendamnya dalam
cuka putih yang dilarutkan dengan sedikit air juga akan berhasil baik.Jika
Anda akan menggunakan selang trakea berbahan plastik sekali pakai, lewati
saja langkah ini.
5. Pasanglah kembali selang ke dalam lubang trakeostomi. Segera setelah Anda
memegang selang trakea yang bersih dan steril (atau baru), berhati-hatilah
memasukkannya ke dalam lubang trakeostomi sementara masih menahan pelat
leher (neck plate). Putar bagian dalam selang sampai kembali terkunci dalam
posisi yang aman. Anda dapat menarik selang tersebut dengan lembut ke arah
depan untuk mengecek/memastikan bahwa bagian dalam selang telah terkunci
ke tempatnya.Prosedur pembersihan yang Anda lakukan telah lengkap dan
berhasil baik. Melakukan prosedur ini minimal 2 kali sehari dapat mencegah
infeksi, penyumbatan saluran, dan berbagai komplikasi lain.

c. Bagian 3
Membersihkan Stoma
1. Periksalah stoma. Stoma adalah istilah lain untuk lubang pada leher/trakea
tempat selang trakeostomi dimasukkan sehingga pasien dapat bernapas. Stoma
tersebut sebaiknya diperiksa setiap kali usai tindakan pengisapan untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan kulit dan tanda-tanda infeksi.Jika muncul
gejala infeksi (atau jika apa pun tampak meragukan) segera konsultasikan
pada dokter.
 Gejala-gejala infeksi stoma dapat meliputi: kemerahan dan bengkak, rasa
sakit dan produksi lendir dari nanah yang berbau tak sedap.
 ika stoma terinfeksi dan terjadi peradangan, selang trakea akan lebih sulit
dimasukkan.
 Jika stoma pucat dan kebiruan, mungkin hal itu mengindikasikan adanya
masalah dengan aliran darah hingga jaringan, dan sebaiknya segera
hubungi dokter.
2. Bersihkan stoma dengan antiseptik. Setiap kali Anda melepas selang trakea,
bersihkan dan lakukan disinfeks (pembasmian kuman penyakit) pada stoma.
Gunakan larutan antiseptik seperti larutan betadine atau larutan sejenis yang
lain. Stoma tersebut harus dibersihkan dalam gerakan memutar (dengan kain
kasa steril) mulai dari posisi jam 12 dan menyekanya turun ke posisi jam 3.
Selanjutnya gunakan kain kasa baru yang direndam dalam larutan antiseptik
dan usap ke arah atas ke posisi jam 9.Untuk membersihkan setengah bagian
terbawah dari stoma tersebut, usapkan kain kasa baru dari posisi jam 3 naik ke
posisi jam 6. Selanjutnya usap lagi dari posisi jam 9 bergerak turun ke posisi
jam 6.
3. Ganti pembalut secara teratur. Pembalut di sekeliling lubang trakeostomi harus
diganti minimal dua kali sehari.Penggantian pembalut membantu mencegah
terjadinya infeksi pada area stoma dan di dalam sistem pernapasan (paru-
paru). Penggantian pembalut juga mendukung kebersihan kulit. Pembalut baru
membantu mengisolasi kulit dan menyerap produksi sekret/lendir yang
mungkin bocor di sekitar stoma.Pembalut yang basah harus diganti
secepatnya. Pembalut basah cenderung tercampur bakteri dan dapat memicu
komplikasi kesehatan.Jangan lupa untuk mengganti pita (tali) yang menahan
selang trakea jika tampak kotor atau basah. Pastikan untuk menahan selang
trakea pada tempatnya saat melakukan penggantian pita/tali tersebut.

d. Bagian 4
Menguasai Perawatan Sehari-hari
1. Lindungi selang trakea saat berada di luar. Alasan mengapa para dokter dan
petugas kesehatan profesional terus-menerus melakukan penutupan selang
trakea adalah karena kotoran dan partikel-partikel asing dapat masuk ke dalam
selang yang tidak tertutup dan akhirnya memasuki batang tenggorokan pasien.
Partikel-partikel asing meliputi debu, pasir dan berbagai polutan yang ada di
atmosfer. Semua partikel tersebut dapat memicu iritasi dan bahkan infeksi,
sehingga harus dihindari.Masuknya kotoran ke dalam selang trakea memicu
produksi lendir berlebihan di dalam batang tenggorokan, yang dapat
menyumbat selang dan menyebabkan kesulitan bernapas serta terjadinya
infeksi.Pastikan lebih sering membersihkan selang trakea jika pasien
menghabiskan banyak waktu di luar rumah, terutama jika udara berangin
dan/atau berdebu.
2. Hindari aktivitas berenang. Berenang dapat sangat berbahaya untuk pasien
trakeostomi. Selagi berenang, lubang trakeostomi ataupun tutup pada selang
tersebut tidak benar-benar kedap air. Akibatnya, saat sedang berenang
kemungkinan besar air masuk langsung ke dalam lubang/selang trakeostomi,
yang dapat memicu suatu kondisi yang disebut “pneumonia aspirasi/infeksi
paru-paru”—air yang masuk ke dalam paru-paru yang memicu penciutan.
Pneumonia aspirasi, bahkan setelah masuknya sedikit air saja, dapat memicu
kematian karena tercekik.Masuknya air ke dalam paru-paru bahkan dalam
jumlah kecil juga dapat meningkatkan risiko infeksi oleh bakteri.Tutuplah
selang tersebut dan juga berhati-hatilah saat mandi atau berada di bawah
pancuran mandi.
3. Pertahankan untuk menghirup udara lembap. Saat seorang bernapas melalui
hidungnya (dan juga sinus—rongga kecil di belakang tulang pipi dan dahi)
udara cenderung menahan lebih banyak uap lembap, yang lebih baik untuk
paru-paru. Namun, orang-orang dengan trakeostomi tidak lagi memiliki
kemampuan tersebut, sehingga yang mereka hirup adalah udara dengan
kelembapan yang sama dengan udara luar. Di daerah beriklim kering, hal
tersebut dapat menimbulkan masalah, sehingga penting untuk berusaha dan
menjaga agar pasien dapat menghirup udara selembap yang bisa didapat.
 Tempelkan kain basah menutup selang trakea dan pertahankan
kelembapannya.
 Gunakan alat pelembap udara (humidifier) untuk membantu
melembapkan udara selama kondisi udara di dalam rumah kering.
 Pastikan selang trakea bersih dari sumbatan lendir, dan bawalah selalu
satu cadangan selang setiap kali melakukan perawatan.
 Setelah batuk pastikan untuk selalu membersihkan lendir dengan kain
atau tisu.
 Segera kunjungi dokter jika terjadi pendarahan dari lubang trakeostomi
atau jika pasien mengalami kesulitan bernapas, terserang batuk, sakit di
bagian dada, atau mengalami demam

Perawatan Pasca Trakeostomi


Perawatan pasien pasca trakeostomi di icu dan ruang rawat inap sangatlah
penting, karena perawatan yang buruk dapat mengakibatkankematian. Kematian yang
sering terjadi biasanya disebabkan olehsumbatan pada kanul karena penumpukan
sekret. (Bove dan Morris:2010).
Perawatan pasca trakeostomi menurut Dina (2015) antara lain:
 Pemberian humidifikasi buatan yaitu melembabkan udara pernafasan dengan
alat nebulizer tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekeringan pada
trakea,traketis,atau terbentuknya krusta.
 Pengisapan sekret secara berkala untuk menurunkan risiko sumbatan pada
kanul trakeostomi dan pengisapan dilakukan secara steril untuk mencegah
infeksi.
 Pembersihan canul dalam,dilakukan untuk mencegah adanya secret yang
menyumbat yaitu dengan cara merendam dalam air hangat kemudian disikat
kemudian dibilas dengan air hangat.Selama pembersihan kanul dalam
dipasang kanul pengganti.
 Perawatan stoma lubang pada trakeostomi karena seringnya banyak sekret
disekitarnya yaitu dengan pemberian kassa pada stoma dilakukan setiap hari
untuk mencegah eskoriasis dan infeksi luka operasi.

2.10 Indikasi Pelepasan Trakeostomi


Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi
atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai
dengan :
 Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.
 Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.
 Tidak terdapat infeksi lanjutan.
 Tanda-tanda vital klien normal.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan
membuat stoma atau lubang di dinding depan / anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga
dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalu lintas
udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan
penggunaan semantara,sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang
tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Jika dibagi
menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat
dengan persiapan sarana sangat kuran dan trakeostomi elektif (Persiapan srana cukup) yang
dapat dilakukan secara baik ( Soetjipto, Mangunkusumo, 2001).

3.2 Saran

Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara keseluruhan


dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan trakeostomi dengan
cermat.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.

Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC

Davis,FA.UnderstandingRespiratorySystem.2007.

Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract Anatomy. Scottish
UniversitiesMedicalJournal.,1(2),pp.174‐179.

https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28921/TRAKEOSTOMI.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Bryan, LR, Trinkle, J., Dublier L (1971) Reappraisal of tracheal injury from cuffed
trcheostomy tubes, Journal of The American Medical Association 215:4

Anda mungkin juga menyukai