Anda di halaman 1dari 9

Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

ANALISIS DISKRIMINAN PERSEPSI


WISATAWAN TERHADAP KUALITAS
KOMPONEN KEPARIWISATAAN DI
KAWASANA WISATA AGRO
A Gima Sugiama
Staf Pengajar Kepariwisataan, Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK

Persepsi wisatawan terhadap Kualitas Komponen Kepariwisataan sangat penting diungkap terutama berkenaan
dengan kepentingan pengembangan layanan wisatawan. Tulisan ini ditujukan untuk mengungkap apakah terjadi
perbedaan persepsi yang signifikan antara wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata agro yang berbeda.
Berdasarkan proses studi deskriptif dan konfirmatori mengenai persepsi wisatawan terhadap Kualitas Atraksi
Wisata, Kualitas Aksesibilitas, Kualitas Amenitas, dan Kualitas Ansilari, terungkap bahwa, meskipun kelompok
wisatawan berbeda dengan kawasan wisata agro yang dikunjunginya berbeda pula, ternyata wisatawan tersebut
memiliki persepsi sama di antara mereka terhadap Kualitas Komponen Kepariwisataan. Kesamaan persepsi
tersebut ditunjukkan oleh penilaian mereka terhadap karakteristik kawasan agrowisata di dua kawasan wisata
(Ciwidey dengan Lembang) baik pada Atraksi Wisata, Aksesibilitas, Amenitas maupun Ansilari. Kondisi
demikian tidak berarti bahwa karakteristik yang melekat di kedua kawasan absolut sama, namun kemiripan
karakteristik dalam Kualitas Komponen Kepariwisataan menjadi indikasi penilaian yang sama meskipun
pengunjungnya berbeda.
Kata Kunci: kualitas komponen kepariwisataan, persepsi wisatawan

khususnya di daerah pertanian Bandung Raya yang


INTRODUKSI melimpah sebagian telah dimanfaatkan sebagai
sumber plasma nutfah/genetik dan sebagai areal
Latar Belakang Masalah. Semua pihak dalam wisata sebagaimana yang dikembangkan di kawsan
pengembangan kawasan wisata perlu memperbaiki agrowisata Ciwidey dan Lembang (Puslitbang Deptan,
dan meningkatkan kualitas layanan terus-menerus 2009). Berbagai teknologi pertanian lokal, tanaman,
(Law dkk., 2003:545). Service improvement menjadi dan budaya bertani yang disesuaikan dengan tipologi
salah satu isu penting dalam bidang pelayanan lahan menjadi beragam daya tarik wisata. Corak
termasuk jasa pariwisata. Dalam konteks relationship keunikan pertanian tersebut merupakan aset yang
marketing, kajian kualitas pelayanan kepariwisataan, menarik bagi wisatawan (Deptan-a, 2009). Komponen
kepuasan pelanggan, dan kaitannya dengan loyalitas kepariwisataan di tiap kawasan wisata agro memiliki
pelanggan adalah topik yang tetap menarik dikaji perbedaan karakteristik dan kualitas yang spesifik.
hingga sekarang (Law dkk., 2003:546). Sebagai Perbedaan kualitas tersebut berpotensi membentuk
konsep, kualitas layanan telah diterima berbagai perbedaan persepsi bagi para pengunjung yang
pihak, dan topik ini sangat populer sejak tahun 1980- berbeda pula. Apakah karena perbedaan kelompok
an hingga sekarang. Hal ini disadari para ilmuwan dan wisatawan dan tempat yang dikunjunginya berbeda
praktisi, bahwa kualitas layanan menjadi andalan akan memiliki persepsi berbeda pula pada kawasan
dalam berkompetisi (Prayag, 2007:494). Pengukuran wisata agro berbeda? Hal ini penitng diungkap karena
derajat kepuasan dan loyalitas pelanggan, dikaji pada dengan diketahuinya persepasi pengunjung
pra-pembelian dan pasca-pembelian (Law pengembangan kawasan wisata agro dapat
dkk.,2003:545). dikembangkan berdasarkan perbedaan persepsi
pengunjung bersangkutan. Karena itu menarik diteliti
mengenai “Analisis Diskriminan Persepsi Wisatawan
Bandung dikenal sebagai destinasi wisata sejak lebih terhadap Kualitas Komponen Kepariwisataan di
dari dua dekade lalu. Selain wisata belanja dan wisata Kawasan Wisata Agro.”
kuliner, atraksi agrowisata adalah salah satu andalan
atraksi wisata di destinasi Bandung. Kekayaan alam

207
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

Pertanyaan dan Tujuan Penelitian: “apakah terjadi pemerintah setempat. Pemerintah harus bekerjasama
perbedaan persepsi yang signifikan antara wisatawan sinergis dengan semua pihak, dan menerapkan
yang segmennya sama terhadap kualitas komponen sustainable tourism development approach (Mc David
pariwisata di kawasan wisata agro yang berbeda.” dan Diaram, 2003:180., Altinay dan Kaship,
Adapun tujuannya untuk mengungkap derajat 2005:272). Dengan demikian, pengembangan sebuah
perbedaan persepsi antara dua kelompok wisatawan destinasi wisata itu harus menjadi bagian dari
berbeda namun memiliki segmen yang masing-masing lingkungan alam, kultur, dan manusia (Altinay dan
mengunjungi kawasan wisata agro berbeda. Kaship, 2005:272). Sebuah Destinasi Wisata atau
Sedangkan pertanyaan penelitian spesifiknya sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) secara struktural di
berikut: dalamnya menliputi beberapa Satuan Kawasn Wisata
Pertanyaan 1: (SKW). Sedangkan dalam setiap SKW mencakup
Apakah wisatawan dengan segmen sama yang sejumlah Kawasan Wisata (KW). Ada pun sebuah
mengunjungi kawasan wisata berbeda memiliki KW di dalamnya meliputi beragam Atraksi Wisata
persepsi berbeda pula bagi masing-masing kualitas (AW) atau Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).
komponen atraksi wisata di tiap kawasan wisata agro
Pertanyaan 2: Komponen Layanan Destinasi Wisata. Sebagai
Jika segmen wisatawan sama, apakah kualitas layanan konsep, kualitas layanan telah diterima berbagai pihak
aksesibilitas (transportasi) kawasan wisata agro yang dan sangat populer sejak 1980-an hingga sekarang.
berbeda tempat dipersepsikan berbeda pula oleh Kualitas layanan dijadikan sebagai andalan dalam
segmen wisatawan yang sama. berkompetisi (Prayag, 2007:494). Demikian pula
Pertanyaan 3: dengan pengembangan kualitas kawasan wisata.
Apakah jika kelompok wisatawan beda dalam sebuah Setiap destinasi harus disiapkan berbagai fasilitas
segmen wisatawan sama, mereka memiliki persepsi yang berkualitas untuk melayani wisatawan. Ada 4
yang berbeda terhadap kualitas layanan ameniti di tiap komponen kepariwisataan (tourism components) yang
kawasan wisata agro yang berbeda. harus disediakan di sebuah destinasi sebagaimana
Pertanyaan 4: dalam Gambar 1 (Cooper dkk, 1993:81, MacLaurin
Jika segmen wisatawan sama, apakah kualitas ansilari dan Wolstenholme, 2008:320-331, Wargenau dan
untuk layanan kawasan wisata agro di tiap kawasan Deborah, 2006:45-60):
berbeda dipersepsikan berbeda pula oleh wisatawan 1. Attraction yakni objek yang memiliki daya tarik
memiliki segmen sama. bagi seseorang untuk menikmati atau
menyaksikannya baik berupa atrakasi alam,
budaya, maupun atraksi minat khusus lainnya.
KAJIAN PUSTAKA 2. Access mencakup prasarana dan sarana
trasnportasi bagi wisatawan terutama fasilitas
Destinasi Wisata. Pengembangan destinasi wisata local transport, dan transport terminals.
adalah upaya memberdayakan berbagai potensi 3. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk
komponen kepariwisataan di sebuah daerah, sehingga memenuhi kebutuhan akomodasi terutama
dapat dijadikan sebagai destinasi wisata. Tujuan penyediaan makanan dan minuman, serta
utama pengembangan destinasi adalah untuk penginapan bagi wisatawan.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat 4. Ancillary services, yakni dukungan berbagai
(Tosun dan Tomothy, 2001:352). Pengembangan organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong
destinasi wisata berkaitan dengan sektor lainnya kepariwisataan di destinasi bersangkutan antara
dalam ekonomi di antaranya dengan pertanian, lain pihak pemerintah, asosiasi kepariwisataan,
industri manufaktur, transportasi, dan layanan publik dan lembaga swadaya masyarakat.
lainnya. Sebuah destinasi merupakan kumpulan dari
satuan kawasan wisata. Suatu destinasi dapat Keseluruhan komponen tersebut dipadukan secara
mencakup sebuah daerah tertentu, kabupaten, provinsi sinergis, sehingga ada keterkaitan antar satu
atau sebuah negara. Satu destinasi harus meliputi komponen dengan komponen lainnya. Di sisi lain,
kelengkapan semua komponen kepariwisataan yang perlu upaya terus-menerus guna menjamin
dibutuhkan wisatawan, sehingga memungkinkan keberlanjutan pengembangan destinasi bersangkutan
wisatawan melakukan kunjungan dan menginap di (Ayres, 2000:114-133).
tempat wisata bersangkutan (Qiu dan Terry Lam,
2004:45-46). Berdasarkan perspektif
pengembangannya, agar sebuah destinasi berkembang
secara berkelanjutan, maka pengembangannya harus
berorientasi pada kebutuhan pasar atau market driven.
Selain itu pengembangan destinasi juga harus berbasis
pada potensi masyarakat setempat (Watson dan
Denise, 2002: 253). Karena itu, pengembangan
destinasi tidak lepas dari keputusan kebijakan

208
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

Tabel 1 Komponen Kepariwisataan dalam Destinasi


Atraksi Wisata
Wisata Komponen Ragam Layanan
kepariwisataan
1. Atraksi wisata • Atraksi alam
Komponen Aksesibi- • Atraksi budaya
Ansilari kepariwisa- litas • Atraksi minat khusus
taan 2. Aksesiblitas • Melalui darat
• Melalui laut
Ameniti • Melalui udara
3. Ameniti • Akomodasi
• Transfer di destinasi (local
Gambar 1 Komponen Kepariwisataan Sebuah
transport)
Destinasi Wisata
(Altinay dan Kaship, 2005., Cooper dkk, 1993, Mc David
4. Ansilari • Pemerintah
dan Diaram, 2003, MacLaurin, Donald J dan Steve • Perusahaan swasta
Wolstenholmes, 2008., Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, • Asosiasi kepariwisataan
Joppe, 2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan
Deborah, 2006:45-60, Ibrahim dan Jacqueline Gill 2005) Sumber: Disintesis dari: Altinay dan Kaship, 2005.,
Cooper dkk, 1993, Mc David dan Diaram, 2003,
Kawasan agrowisata atau agritourism area adalah MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes
sebuah kawasan/tempat pariwisata yang mencakup (2008), Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, Joppe,
atraksi wisata yag timbul dari kativitas proses bertani, 2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan
hasil proses pertanian, dan beragam atraksi lain yang Deborah, 2006:45-60, Ibrahim (2005:172)
terkait dengan kegiatan pertanian. Beberapa contoh
agrowisata di antaranya kawasan perkebunan anggur, Pengukuran kualitas. Pengukuran kualitas pertama
perkebuanan apel dan lain-lain. Dalam sebuah dikenalkan Parasuraman dkk (Parasuraman dalam
kawasan agrowisata selain daya tarik dari tanaman dan Birdogan, 2009:108) dengan menggunakan model
cara-cara bercocok tanam, juga penyajian dari hasil SERVQUAL. Model ini dioperasionalisikan dengan
pertanian antara lain menjual daya tarik wisata kuliner cara mebandingkan antara ekspektasi dengan kinerja
yang menjual makanan dan minuman berbahan dasar yang diperoleh pelanggan setelah mengkonsumsi
dari kawasan pertanian tersebut, dan memungkinkan layanan yang menggunkan alat ukur kuesioner. Model
menjadi kawasan tempat belajar bagi para pengunjung lain pengukuran kualitas layanan adalah SERVPERF.
dlam mencari pengalaman berwisata (Wargenau dan Model ini didasarkan pada kinerja/performance pasca
Deborah, 2006:45-57). pembelian/pengkonsumsian. Dalam model ini
diyakini, bahwa pengukuran kualitas layanan itu dapat
Berlandaskan teori tentang komponen destinasi diungkap melalui pengukuran service performance.
wisata, dan kualitas layanan, serta berkenaan dengan Itu sebabnya model ini disebut SERVERF. Berbeda
kualitas layanan sebuah destinasi, dapat diidentifikasi dengan SERVQUAL, pada SERVPERF tidak perlu
variabel laten Kualitas Komponen destinasi wisata membandingkan ekspektasi dengan kinerja, namun
yang mencakup: 1) Kualitas Komponen Atraksi cukup mengukur sikap pembeli setelah mengkonsumsi
Wisata, 2) Kualitas Komponen Aksesibilitas, 3) layanan. Artinya model SERVPERF lebih sederhana
Kualitas Komponen Ameniti, dan 4) Kualitas karena menggunakan butir pertanyaan lebih sedikit
Komponen Ansilari (Altinay dan Kaship, 2005., (Prayag, 2007:497., Ramaswamy, Rohit, 1996).
Cooper dkk, 1993, Mc David dan Diaram, 2003,
MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes, Pengukuran Persepsi Pelanggan. Sikap atau attitude
2008., Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, Joppe, adalah suatu konstruk psikologikal atau konsep
2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan kejiwaan. Sebagai konstruk psikologikal, maka sikap
Deborah, 2006:45-60., Parasuraman dalam Birdogan, seseorang atau sekelompok orang itu bersifat
2009:108). hipotetis. Artinya sikap dapat diduga untuk kemudian
menguji hipotesis/dugaan tersebut (Sugiama,
Berdasarkan paparan di atas, berikut ini konklusi 2008:101).. Louis Thurstone salah seorang ahli
mengenai komponen kepariwisataan di sebuah psikologi sosial yang dikenal luas dalam bidang
destinasi sebagaimana dicerminkan dalam Tabel 1. ilmunya. Ia berhasil menciptakan “teknik pembuatan
Pada tabel tersebut ditunjukkan beragam layanan skala” yang kemudian dikenal dengan skala
untuk masing-masing komponen yang menjadi Thurstone. Menurut Thurstone “sikap adalah jumlah
alternatif bagi para pelaku dalam industri keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan,
kepariwisataan. prasangka dan bias, dugaan, gagasan, ketakutan, dan
hukuman mengenai suatu hal” (dalam Mueller,
1986:3). Berdasarkan definisi ini maka ada empat hal
penting dalam sikap yakni sikap itu:

209
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

1. pengaruh atau menolak terhadap sesuatu, adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan
2. penilaian atau evaluasi terhadap sesuatu, agrowisata Lembang dan Ciwidey. Adapun
3. menyukai atau membenci terhadap sesuatu, atau kakateristik anggota populasi (population frame):
4. pandangan positif atau negatif terhadap sesuatu wisatawan ialah wisatawan domestik baik pria
objek psikologis yang dihadapi seseorang. maupun wanita. Wisatawan dinaksud yakni mereka
yang sedang melakukan kunjungan dan sedang
Berkenaan dengan persepsi terhadap objek layanan menikmati layanan kawasan agrowisata di Ciwidey
kepariwisataan di sebuah kawasan wisata agro, tentu dan Lembang, serta wisatawan yang pernah
setiap wisatawan akan memiliki persepsi pada setiap berkunjung ke tempat serupa, memiliki kecakapan
petunjuk kualitas komponen kepariwisatataan. Untuk menilai secara kognitif, afektif, dan dapat
itu perlu diungkap melalui cakupan manifes mengekspresikan behavioral-nya masing-masing atas
pelanggan atau pengunjung mengenai tiga hal di komponen pariwisata yang diperolehnya.
bawah ini (adaptasi dari McMullan dan Audrey,
2006:1085): Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
1. Kognisi wisatawan artinya cerminan “tingkat menggunakan accidental sampling, yakni
keyakinan” wisatawan akan destinasi wisata yang menyebarkan kuesioner kepada pengunjung yang
dikunjunginya dapat ditemui dan bersedia mengisi angket yang
2. Afeksi wisatawan yakni cerminan tingkat perasaan diajukan. Ukuran sampel yang dapat dicapai adalah
wisatawan mengenai destinasi wisatanya sebanyak 374. Data responden diperoleh dari dua
3. Behavioral atau perilaku wisatawan yang berarti Kawasan Wisata: Ciwidey dan Lembang. Angket
ekspresi sikap dan kecenderungan tindakan yang dapat diolah dari kedua Kawasan Wisata di atas
menyangkut destinasi wisata yang dikunjunginya. berjumlah 374 (tiga ratus tujuh puluh empat) berkas
dari 400 beksemplar angket yang diedarkan. Dari 400
HIPOTESIS ksemplar angket itu sejumlah 22 angket cacat dan
gagal, sehingga tidak dapat diproses, sedangkan 4
Hipotesis: terjadi perbedaan persepsi signifikan angket lainnya tidak kembali. Angket diedarkan pada
terhadap kualitas komponen kepariwisataan oleh waktu hari Minggu antara bulan November hingga
segmen wisatawan sama yang mengunjungi kawasan Januari 2009. Pengisian angket sebagian besar
wisata agro yang berbeda. Untuk dapat mengukur dilakukan secara terbimbing oleh numerator, sehinga
hipotesis ini, kemudian dijabarkan ke dalam 4 menmperoleh jaminan tingkat pengembalian angket
hipotesis yang lebih spesifik: yang laebih tinggi. Adapun komposisi angket yang
Hipotesis 1: diolah sebagai berikut: dari Kawasan Wisata Ciwidey
Wisatawan dengan segmen sama yang mengunjungi berjumlah 182 (seratus delapan puluh dua) lembar dan
kawasan wisata berbeda memiliki persepsi berbeda dari Kawasan Wisata Lembang berjumlah 192 lembar.
pula bagi masing-masing kualitas komponen atraksi Berikut ini adalah gambaran umum data responden
wisata di tiap kawasan wisata agro yang dimaksud.
Hipotesis 2:
Kualitas layanan aksesibilitas (transportasi) kawasan Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan
wisata agro yang berbeda tempat dipersepsikan adalah non probability sampling dengan teknik
berbeda pula oleh segmen wisatawan yang sama. accidental (Sugiama, 2008). Adapun alat ukur
Hipotesis 3: variabel yang digunakan adalah kuesioner yang
Meskipun segmen wisatawan sama, namun mereka meliputi 34 butir pernyataan dengan menerapkan
memiliki persepsi yang berbeda terhadap kualitas landasan dari model SERVPERF. Skala variabel yang
layanan ameniti di tiap kawasan wisata agro yang digunakan untuk mengukur variabel adalah skala
berbeda. interval (Skaran, 2003., Sugiama, 2008). Metode dan
Hipotesis 4: teknik analisis data digunakan metode statistik dengan
Kualitas ansilari untuk layanan kawasan wisata agro proses pengujian mengaplikasikan model ‘Analisis
di tiap kawasan berbeda dipersepsikan berbeda pula Diskriminan” (Sugiama, 2008). Proses secara
oleh wisatawan memiliki segmen sama. operasional perhitungan menggunakan Program SPSS.

METODE PENELITIAN Validitas dan Reliabilitas: Alat ukur yang telah


dirancang dan diedarkan, serta telah diisi responden
Method Penelitian: Penelitian ini mengaplikasikan perlu diuji validitas dan realibilitasnya. Terdapat 374
pendekatan kuantitiatif, dan menurut jenis metode (tiga ratus tujuh puluh empat) angket yang layak untuk
yang diterapkan menerapkan metode deskriptif ditabulasi. Berdasarkan proses uji validitas terhadap 6
(Sugiama, 2008:37). Berdasarkan dimensi analisis variabel laten sebagi berikut:
respondennya, maka unit analisisnya adalah tingkat 1. Kualitas Komponen Atraksi Wisata
“individu” wisatawan. Sedangkan dari dimensi objek 2. Kualitas Komponen Aksesibilitas
yang dikaji, level/unit analisis penelitian ini adalah 3. Kualitas Komponen Ameniti
level “kawasan wisata agro.” Populasi yang dikaji 4. Kualitas Komponen Ansilari

210
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

5. Kepuasan Wisatawan berprofesi sebagai PNS; 10,50% pegawai swasta, dan


6. Loyalitas Wisatawan 15,47% berprofesi di bidang lainnya.
Dari tabel r untuk df = 374 – 2 = 372 dengan Di Kawasan Wisata Ciwidey, 57,14% berkunjung
sig. 5% diperoleh nilai 0,113. Angka tersebut lebih dari dua kali; 19,88% berkunjung dua kali; dan
kemudian dibandingkan dengan r hitung. Kriteria: jika 22,98% berkunjung untuk pertama kalinya.
r Alpha > r tabel, maka butir bersangkutan reliable Sedangkan di Kawasan Wisata Lembang, 54,40%
(andal)) dan sebaliknya. Berikut ini disajikan berkunjung lebih dari dua kali; 20,88% berkunjung
serangkaian tabel hasil proses uji validitas, dua kali; dan 24,73% berkunjung untuk pertama
perbandingan r tabel dangan r hitung, dan interpretasi kalinya.
hasil. Berdasarkan hasil uji reliabilitas data, dengan
jumlah responden (n of cases) sebanyak 374, maka Hasil Analisis Diskriminan. Penelitian ini
diperoleh tingkat reliabilitas (keandalan) alat ukur. mengelaborasi penilaian wisatawan di dua kawasan
wisata yakni di kawasan wisata agro Ciwidey dan
Keterbatasan Penelitian: batasan dalam penelitian Lembang. Berdasarkan karakteristik spesifik dari
ini yakni responden yang dijadikan sasaran yakni kedua kawasan tersebut, telah diajukan hipotesis
mereka yang merupakan kelompok berbeda dan dalam Bab 3. Untuk itu, berikut ini dilakukan proses
pengunjung kawasan berbeda. Penelitian akan lebih uji hipotesis dimaksud. Tabel 2 menunjukkan nilai
menarik jika kelompok wisatawan yang sama Wilks’ Lambda yang sempurna yakni bernilai 1,000
mengunjungi dua kawasan yang berbeda, kemudian dengan Sig. 0,865 > 0,05. Ini berarti tidak ada
mereka diminta mempersepsikan kualitas kedua perbedaan penilaian pada atraksi wisata antara
kawasan tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan wisatawan yang berkunjung ke Ciwidey dengan yang
dengan berbgai kendala dalam penelitian ini. mengunjungi Lembang. Namun perbedaan penilaian
tersebut tidaklah signifikan (Sig. 0,865 > 0,005).
HASIL DAN BAHASAN Variabel laten atraksi wisata yang dielaborasi dan
dijabarkan ke dalam variabel manifes atau indikator
Profil Responden. asal daerah wisatawan yang dalam penilaian atraksi tersebut mencakup:
mengisi angket. Di Kawasan Wisata Ciwidey, 85.89% 1. Tingkat daya tarik objek
berasal dari Jawa Barat; 5,52% berasal dari 2. Tingkat keragaman atraksi
Jabodetabek; dan 8,59% berasal dari dareh lainnya. Di 3. Tingkat pengetahuan yang diperoleh
Kawasan Wisata Lembang, 88,96% berasal dari Jawa 4. Tingkat autensitas atraksi
Barat; 13,5% berasal dari Jabodetabek; dan 6,75%
berasal dari dareh lainnya. Jika digeneralisasi maka Tabel 2 Perbedaan Penilaian Dua Kelompok
jumlah pengunjung baik ke Kawasan Wisata Agro Wisatawan terhadap Atraksi Wisata
Ciwidey maupun ke Lembang berasal dari Provinsi di Dua Kawasan
Jawa Barat. Sedangkan yang berasal dari daerah lain
masih jauh lebih terbatas. Jika dilihat dari umur Wilks' Lambda
responden, maka usia wisatawan terbanyak adalah Wilks'
yang berumur antara 17 tahun hingga 25 tahun. Test of FunctiLambdaChi-square df Sig.
1 1.000 .029 1 .865
Di KW Ciwidey, 16,2% responden berusia di bawah
17 tahun; 68,16% berusia antara 17 sampai 25 tahun;
15,64% berusia antara 26 sampai 55 tahun; dan tidak Tabel 3 mencerminkan hasil uji diskriminan yang
ada wisatawan yang berusia di atas 55 tahun. menunjukkan nilai Wilks’ Lambda sebesar 0,985
Sedangkan Di Kawasan Wisata Lembang, 12,04% dengan tingkat Sig. 0,019. Angka tersebut memiliki
responden berusia di bawah 17 tahun; 77,49% berusia arti bahwa, penilaian wisatawan pada aksesibilitas
antara 17 sampai 25 tahun; 10,47% berusia antara 26 yang berkunjung ke kawasan wisata Ciwidey dengan
sampai 55 tahun; dan tidak ada wisatawan yang yang menikmati kawasan wisata di Lembang.
berusia di atas 55 tahun. Jenis Kelamin responden di Indikator yang menjadi bahan penilaian dalam
Kawasan Wisata Ciwidey adalah sebagai berikut: variabel Kualitas Aksesibilitas terdiri dari:
60,44% laki-laki dan 39,56% perempuan. Sedangkan 1. Keragaman moda angkutan
Di KW Lembang, 46,88% laki-laki dan 53,13% 2. Kualitas prasarana
perempuan. 3. Kualitas sarana
4. Keamanan
Gambaran Pekerjaan responden di kedua Kawsan 1. Kenyamanan
Wisata Ciwidey dan Lembang adalah sebagai berikut.
Di Ciwidey, 55,73% responden mahasiswa; 22,92%
pelajar; 4,17% berprofesi PNS; 12,5% pegawai
swasta, dan 4,69% berprofesi bidang lainnya.
Sedangkan Di Kawasan Wisata Lembang, 38,67%
responden mahasiswa; 32,60% pelajar; 2,76%

211
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

Tabel 3 Perbandingan Penilaian Wisatawan terhadap sama. Hal itu dicerminkan oleh nilai Wilks’ Lambda
Kualitas Layanan Aksesibilitas pada Dua Kawawasan 0,992 dengan Sig. 0,089. Meskipun mereka sama-
Wisata (Ciwidey dan Lembang) sama mendapatkan kepuasan yang sama, namun hal
ini tidaklah signifikan (0,089 > 0,05). Tingkat
Wilks' Lambda
kepuasan ini didsarkan pada sembilan manifes yang
Wilks' terdiri dari:
Test of Functio Lambda Chi-square df Sig. 1. Layanan yang atraktif
1 .985 5.463 1 .019 2. Layanan yang memberikan inspirasi baru
3. Dapat melihat dan mendengar hal baru
Tabel 4 adalah gambaran tingkat perbedaan penilaian
4. Dapat mengecap makanan dan minuman rasa baru
wisatawan pada Kualitas Layanan Ameniti khususnya
5. Mendapat pengetahuan rekreasi baru yang
untuk penyediaan makanan dan minuman di tempat
bermanfaat
wisata. Ternyata Wilks’ Lambda menunjukkan 0,969
6. Dapat menemui keunikan layanan yang baru
dengan Sig. 0,001. Artinya antara wisatawan yang
7. Keinginan wisatawan untuk berekreasi lebih lama
berkunjung ke Ciwidey dengan yang mengunjungi
lagi
Lembang menilai sama terhadap layanan penyediaan
8. Layanan yang unik dan menyenangkan bagi
makanan dan minuman di kedua tempat wisatanya.
wisatawan
Berikut ini indikator yang menjadi manifes dalam
9. Rasa bangga setelah berkunjung ke destinasi
variabel ameniti:
tersebut dan akan tetap mengingatnya
1. harga makanan dan minuman
2. rasa makanan dan minumkan
Tabel 6 Perbedaan Tingkat Kepuasan
3. tampilan fisik makanan dan minuman
Wisatawan di Kedua Kawasan Wisata
4. tingkat higienitas makanan dan minuman
5. tingkat kelengkapan makanan dan minuman Wilks' Lambda

Wilks'
Tabel 4Perbedaan Penilaian Wisatawan pada Kualitas Test of FunctionLambda Chi-square df Sig.
Layanan Ameniti 1 .992 2.886 1 .089
di Ciwidey dan Lembang
Wilks' Lambda
Tabel 7 mencerminkan tingkat loyalitas yang sama
Wilks' antara wisatawan yang berkunjung ke Ciwidey dengan
Test of Function( Lambda Chi-square df Sig. yang ke Lembang. Nilai Wilks’ Lambda mendekati 1
1 .969 11.807 1 .001
yakni 0,995, namun tingkat signifikansinya > 0,05
yakni 0,176. Artinya meskipun mereka memiliki
Sebagaimana dicerminkan Tabel 5 bahwa, wisatawan tingkat loyalitas yang sama, namun tidaklah
yang berkunjung ke Ciwidey dengan yang ke signifikan.
Lembang menilai sama terhadap Kualitas Ansilari
yang ada di kedua kawasan wisata tersebut. Nilai
Wilks’ Lambda yang dicapai sebesar 0,988 dengan Tabel 7 Tingkat Perbedaan Loyalitas
Sig. 031 > 0,05 menunjukkan bahwa, kesamaan Wisatawan yang Berkunjung Ciwidey dan Lembang
penilaian kedua kelompok wisatawan tersebut ternyata Wilks' Lambda
signifikan. Ada lima indikator yang menjadi bahan
penilaian dalam variabel ansilari yakni: Wilks'
1. Tingkat kemudahan mendapat informasi Test of Functio Lambda Chi-square df Sig.
2. tingkat kebersihan fasilitas umum, 1 .995 1.833 1 .176
3. tingkat keamanan tempat wisata
4. tingkat kenyamanan tempat wisata
Mengacu pada kriteria penerimaan dan penolakan
5. daya dukung masyarakat setempat
hipotesis, maka berdasarkan hasil analisis
diskriminan, ternyata semua penilaian wisatawan yang
Tabel 5 Perbedaan Penilaian Wisatawan terhadap berkunjung ke kawasan wisata agro Ciwidey dengan
Kualitas Layanan Ansilari yang berwisata agro di kawasan Lembang memiliki
di Ciwidey dan Lembang penilaian yang sama terhadap karakteristik Kualitas
Wilks' Lambda Komponen Kepariwisataan. Demikian pula tingkat
Kepuasan yang diraihnya dan Tingkat Loyalitas yang
Wilks'
Test of Function( Lambda Chi-square df Sig. dimiliki mereka menunjukkan tingkat yang sama
1 .988 4.644 1 .031 secara apektif dan konatifnya.
Tingkat kepuasan wisatawan yang mengunjungi
kawasan wisata Ciwidey dengan yang berkunjung ke
Lembang, ternyata mereka meraih kepuasan yang

212
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

SIMPULAN DAN IMFLIKASI MANAJERIAL dinilai lebih daripada yang lainnya(distinctive


competence) di antaranya:
Simpulan: Berdasarkan proses studi deskriptif dan 1. Menonjolkan kekhasan kualitas layanan wisata
konfirmatori mengenai persepsi wisatawan terhadap agro yang meliputi: a) Pengelolaan dan bercocok
Kualitas Atraksi Wisata, Kualitas Aksesibilitas, tanam dalam pertanian yang dijalankan secara
Kualitas Amenitas, dan Kualitas Ansilari, terungkap tradisional. b) membentuk pengalaman wisatawan
bahwa, wisatawan yang memiliki segmen sama dengan pola wisata “drifter”. Untuk itu, para
ternyata memiliki kesamaan (tidak ada beda) pengelola dapat memperluas kesempatan bagi
persepsinya terhadap kualitas komponen wisatawan untuk berekreasi lebih leluasa di
kepariwisataan meskipun kawasan wisata agro yang kawasan wisata masing-masing, misal
dikunjunginya berbeda.” Kesamaan persepsi tersebut pengunjung diberi kesempatan menanam dan
ditunjukkan oleh penilaian mereka terhadap memanen sendiri, turut mengolah hasil panen,
karakteristik kawasan agrowisata di dua kawasan terlibat dalam kehidupan petani setempat misal
wisata (Ciwidey dengan Lembang) baik pada Atraksi masuk/berbaur dalam lingkungan sosial pedesaan.
Wisata, Aksesibilitas, Amenitas maupun Ansilari. Penduduk setempat dapat menyediakan
Kondisi demikian tidak berarti bahwa karakteristik penginapan yang memadai untuk wisatawan
yang melekat di kedua kawasan absolut sama persis, dengan mempertahankan karakteristik asli rumah
namun kemiripan karakteristik dalam Kualitas pedesaan. Konsep ini dapat dikembangkan
Komponen Kepariwisataan menjadi indikasi penilaian berbasis pada pengembangan “rural toruism”
yang dipersepsikan oleh mereka menjadi sama sejalan dengan pendapat Watson dan Denise
meskipun pengunjungnya berbeda dalam satu segmen (2002: 253). Konsep demikian cocok untuk
wisatawan yang sama. wisatawan individual dan ecotourism concern.
Petani sebagai host dalam kawasan wisata, perlu
Simpulan lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai ditingkatkan kemampuan dalam melayani
berikut: wisatawan antara lain: kemahiran berkomunikasi
1. Wisatawan dengan segmen sama yang terutama penyampaian informasi dan pengetahuan
mengunjungi kawasan wisata berbeda memiliki wisata bagi wisatawan, misal kemampuan
ternyata persepsi persepsi yang sama terhadap menjelaskan beragam objek wisata yang potensial
masing-masing kualitas komponen atraksi wisata menjadi atraksi wisata. Peningkatan kebersihan
di tiap kawasan wisata agro. Ini berarti bahwa, lingkungan fisik tempat di mana wisatawan
meskipun mereka berbeda kelompok namun jika berekreasi antara lain bebas dari sampah residu
segemennya sama, maka persepsinya tidak ada para pengunjung, dan peningkatan kebersihan
bedanya dalam menilai kualitas atrakasi wisata serta kesehatan makanan dan minuman.
meskipun berbeda tempat atau kawasan wisatanya. 2. Layanan tambahan (service extention) bagi
2. Jika segmen wisatawan sama dengan kelompoknya agrowisata dapat ditambahkan atrakasi wisata
berbeda, ternyata meskipun kawasan wisata seni dan budaya. Umpama, penduduk setempat
agronyanya berbeda tempat ternyata wisatawan dapat menyajikan kesenian dan budaya yang unik
memiliki penilaian yang sama terhadap kualitas bagi wisatawan. Layanan seperti ini merupakan
layanan aksesibilitas (transportasi) untuk kawasan salah satu konsep layanan yang bertumpu pada
wisata agro yang berbeda tempat. potensi masyarakat setempat sebagaimana
3. Meskipun kelompok berbeda dalam sebuah pendapat Watson dan Denise (2002: 253).
segmen wisatawan sama, ternyata mereka 3. Strategi meningkatkan jumlah pengunjung,
memiliki persepsi yang sama terhadap kualitas medorong wisatawan lebih lama tinggal, dan
layanan ameniti di tiap kawasan wisata agro yang menstimulasi wisatawan untuk berbelanja lebih
berbeda. banyak lagi di kawasan agrowisata adalah strategi
4. Jika segmen wisatawan sama meskipun yang perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai
kelompoknya berbeda, ternyata mereka memiliki unsur praktisi kepariwisataan. Strategi yang
persepsi sama pada kualitas layanan ansilari untuk penting diaplikasikan juga tourism marketing mix
layanan kawasan wisata agro di tiap kawasan yang mencakup 8 P yakni: product, people,
berbeda. packaging, programming, place, promotion,
partnership, dan pricing (Sugiama, 2009.,
Imflikasi Manajerial. Karakteristik kualitas layanan Morrison, 1996). Pihak utama yakni pemerintah,
wisata agro dimanapun ternyata menurut wisatawan perusahaan kepariwisataan, LSM, dan individu
dinilai sama atau tidak memiliki perbedaan signifikan. masyarakat setempat sebagai host dalam kawasan
Karena itu, para pengelola kawasan wisata perlu lebih agrowisata yang perlu bekerjasama sinergis
meningkatkan faktor autensitas layanan dalam khususnya dalam strategi rural tourism quality
kawasan bersangkutan. berkenaan dengan hal tersebut, improvement, sehingga pariwisata dapat
ada beberapa pemikiran teknis dan mendasar untuk menyumbang bagi peningkatan kesejahteraan
meningkatkan layanan agar wisatawan mendapatkan masyarakat sebagaimana dinyatakan Tosun dan
layanan yang dinilainya memiliki layanan berbeda dan Tomothy (2001:352).

213
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

REFERENSI 14. Joppe, Marion (2003), Optimizing Tourism


Destination Development in Canada,
1. Altinay, Mehmet & Kaship Husain (2005),
International Journals of Contemporary
Sustainable Tourism Development: A Case Study
Hospitality Management, Vol 14, No 6, pp. 308-
of North Cyprus, Int. Journals of Contemporary
311.
Hospitality Management, Vol. 17, No 3, pp.272-
15. MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes
280
(2008), An Analysis of Gamming in Niagara
2. Artur, Stephen Nan Ato &n John Peter Mesah
Region, Int. Journals of Contemporary
(2006), Urban Management and Heritage
Hospitality Management, Vol 20, No 3, pp. 320-
Tourism for Sustainable Development: The Case
331.
of Elmina Cultural Heritage and Management
16. McMullan, Rosalind dan Audrey Gilmore (2006),
Progrmme in Ghana, Management of
Customer Loyalty: an Empirical Study Customer
Environmental Quality: Int. Journals, Vol. 17,
Loyalty:, European Journal of Marketing, Vol 42,
No. 3, pp.299-312..
No. 9/10, pp. 1084-1094.
3. Ayres, Ron (2000), Tourism as a Passport to
17. Mc David, Hilton & Diaram Ramajeesingh
Development in Small States: a Reflections on
(2003), The State and Tourism: a Carrebean
Cyprus, Intrnational Journals of Social
Perspective, Int. Journals of Contemporary
Economics, Vol 27, No. 2, pp. 114-132.
Hospitality Management, Vol 15, No 3, pp. 180-
4. Basu, Parikshit K (2000), Conflict and Paradoxes
183
in Economic Development: Tourism in Papua
18. Molina, Arturo., David Martý´n-Consuegra, dan
New Guinea, Int. Juornals in Social Economics,
A´ gueda Esteban (2007), Relational benefits and
Vol 27, No 7, pp. 907-916
customer satisfaction in retail banking, Int.
5. Birdogan, Baki., Cigdem Sahin Basfirinci, Zuhal
Journal of Bank Marketing, Vol . 25 No. 4, pp.
Cilingir., dan Ilker Murat AR (2009), An
253-271.
application of integrating SERVQUAL and
19. Morrison, Alastair M (1996), Hospitality and
Kano’s model into QFD for logistics services: A
Travel Marketing, Second Edition, Delmar
case study from Turkey, Asia Pacific Journal of
Publishers, Boston
Marketing and Logistics, Vol. 21, No 1.
20. Prayag, Girish (2007), Assessing international
6. Chitty, Bill, Steven Ward and Christina Chua
tourists’ perceptions of service quality at Air
(2007), An application of the ECSI model as a
Mauritius, Int. Journal of Quality & Reliability
predictor of satisfaction and loyalty for
Management, Vol. 24 No. 5, pp. 492-514.
backpacker hostels, Marketing Intelligence &
21. Puslitbang Deptan, (2009), Agrowisata
Planning, Vol 5, No 6, pp. 563-580
Meningkatkan Pendapatan Petani, Majalah
7. Choi, Tat Y, dan Raymond Chu (2000), Levels of
Puslitbang Agroklimat,
Satisfaction Among Asian and Western
http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur
Travellers, Int. Journal of Quality and Reliability
.asp?id=3
Management, Vol. 17, No. 2, pp. 116-131.
22. Qiu, Hankin Jhang dan Terry Lam (2004),
8. Cooper, Chris dkk (1993), Tourism: Principles
Human Resourcer in The Development of
and Practice, Piman Publishing, London
Tourismin China: Evidence from Heilongjhiang
9. Deptan-a (2009), Departemen Pertanian RI,
Province. International Journals of Contemporary
http://database.deptan.go.id/ agrowisata/
Hospitality Management, Vol 64, No 1, pp. 45-
index.asp
51.
10. Dieke, Peter E (2003), Tourism in Africa’s
23. Ramaswamy, Rohit (1996), Design and
Economic Development: Policy Imflications,
Management of Service Process, Addison-
Management Decision Journal, Vol 41, No 3, pp
Wesley Pulishing Company Inc., Massachusetts
287-295
24. Sinclair, Donald & Chandana Jayawardenna
11. Law. Agnes K.Y., Y.V. Hui, & Xiande Zhao
(2003), The Development of Sustainable Tourism
(2003), Modeling repurchase frequency and
in The Guianas, Int. Journals of Contemporary
customer satisfaction for fast food outlets, Int.
Hospitality Management, Vol 15, No 7, pp.402-
Journal of Quality & Reliability Management,
407.
Vol. 21 No. 5, pp. 545-563
25. Skaran, Umma (2003), Research Method for
12. Harrison, Lynn dkk., (2003), Sustainable
Business, John Wiley & Sons Inc., Carbondale
Tourism Development in The Carebbean:
USA.
Practical Chalenges, Int. Journals of
26. Sugiama, A Gima (2004-a), Dampak
Contemporary Hospitality Management, Vol 15,
Pengembangan Usaha Keprawisataan Terhadap
No 5, pp.294-298
Kepuasan Pengalaman Berwisata: Suatu
13. Ibrahim, Essam E dan Jacqueline Gill (2005), A
Masukan Bagi Kebijakan Publik di Bidang
positioning strategy for a tourist destination,
Kepariwisataan), Disertasi Doktor, Jurusan
based on analysis of customers’ perceptions and
Teknik Industri, Program Pascasarjana ITB,
satisfactions, Marketing Intelligence & Planning
Bandung.
Journal, Vol. 23, No 2, pp. 172-188.

214
Industrial Research Workshop and National Seminar 2011

27. Sugiama, A Gima (2009), Pengantar Bisnis 31. Shortcomings in Approaches to Tourism
Pariwisata, Buku Bahan Ajar, Program Studi Development in Developing Countres: The Case
Usaha Perjalanan Wisata Polban, Bandung of Turkey, International Journals of
28. Sugiama, A Gima (2008), Metode Riset Bisnis Contemporary Hospitality Management, Vol. 13,
dan Manajemen, Guardaya Intimarta, Bandung No 7, pp. 352-359
29. Sugiama, A Gima (2002), Pengaruh Jumlah 32. Wargenau, Astrid dan Deborah Che (2006), Wine
Kunjungan, lama Tinggal, dan Pengeluaran Tourism and Tourism Marketing in Southwest
Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Michigan, International Journal of Wine
Kota Bandung, Jurnal ilmiah Tata Niaga, Vol.iii Marketing, Vol 18, No 1, pp. 45-60.
no. 1, April 2003, Politeknik Negeri Bandung 33. Watson, Sandra & Denise Drummond (2002), A
(Polban), Bandung Strategic Perspective to Human Resources
30. Sugiama, A Gima., Iwan Mulyawan, dan Dedy Development in ScottisTourism, Int. Journals of
Saefulloh (2004-b), Disain Pelayanan dan Contemporary Hospitality Management, Vol 14,
Penghantaran Layanan untuk Menciptakan No 5, pp. 253-254
Layanan Berkualitas Tinggi, Proceeding of the ---agisu---
Research and Studies Research Grant (Pertanian,
Sosial), Dirjen Dikti, Depdiknas, Jakarta

215

Anda mungkin juga menyukai