Anda di halaman 1dari 26

LARUTAN II

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang
konsep Asam-Basa, larutan Buffer, hidrolisis, dan kelarutan.

1
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat tentang pengertian asam dan basa baik
menurut teori Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
2. Mahasiswa dapat menentukan pH larutan asam dan larutan basa.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian larutan buffer, hidrolisis, dan kelarutan.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan garam.
5. Mahasiswa dapat menentukan pH larutan buffer.
6. Mahasiswa dapat menentukan pH larutan hidrolisis.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan larutan garam apa saja yang mengalami hidrolisis.
8. Mahasiswa dapat memberikan contoh larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari.
9. Mahasiswa dapat menentukan harga kelarutan garam dalam pelarut air.
10.Mahasiswa dapat menentukan harga Ksp dari larutan garam yang sukar larut.
11.Mahasiswa dapat menentukan pH larutan jenuh dari larutan garam yang sukar larut.

2
A.Teori Asam dan Basa
1.Teori Arrhenius
Menurut Svante August Arrhenius (1884), asam adalah zat yang
jika dilarutkan dalam pelarut air menghasilkan ion hidrogen
(H+), contoh HCl dan H2SO4
HCl(aq) → H+(aq) + Cl− (aq)
H2SO4 (aq) → 2H+ (aq) + SO42− (aq)
Basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam pelarut air
menghasilkan ion hidroksida (OH─),contoh NaOH , Ca(OH)2
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH− (aq)
Ca(OH)2 (aq) →Ca2+ (aq) + 2OH− (aq)

3
2.Teori Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Bronsted (1879 – 1947)
dari Denmark dan Thomas Martin Lowry (1874 – 1936) dari
Inggris, mendefinisikan asam dan basa berdasarkan serah
terima proton dari asam ke basa. Menurut teori ini, asam adalah
zat yang dapat melepaskan proton (donor proton) dan basa
adalah zat yang dapat menerima proton (akseptor proton)
Contoh:(1) H2O + NH3 NH4+ + OH−
asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
(2) CH3COOH + H2O H3O + + CH3COO−
asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
Pada reaksi (1), H2O memberikan H+ pada NH3 menjadi OH−, sehingga
H2O bertindak sebagai asam dan NH3 sebagai basa, sedangkan
pada reaksi (2) H2O menerima H+ dari CH3COOH memjadi H3O +,
sehingga H2O bertindak sebagai basa dan CH3COOH sebagai asam. Zat
seperti H2O yang dalam suatu reaksi bertindak asam dan dalam reaksi
lainnya bertindak sebagai basa dikenal dengan istilah amfoter (bersifat
amfiprotik).
Pada reaksi (1), NH3 menerima H+ dari H2O menjadi NH4+, sehingga NH3
bertindak sebagai basa dan NH4+ memberikan H+ pada OH−menjadi NH3
sehingga NH4+ sebagai asam dan OH− yang menerima H+ bertindak
sebagai basa, sedangkan
pada reaksi (2) H3O+ memberikan H+ pada CH3COO− menjadi H2O,
sehingga H3O+ bertindak sebagai asam dan CH3COO− sebagai basa.
Pasangan asam-basa yang terjadi sebagai akibat pelepasan atau
pengambilan proton disebut sebagai pasangan asam-basa
konyugasi . Asam NH4+ merupakan asam konyugat dari basa
NH3 dan sebaliknya NH3 merupakan basa konyugat dari NH4+.
3.Teori Lewis
Galsbert N. Lewis mendefinisikan asam dan basa pada tahun
1923, tetapi baru disempurnakan pada tahun 1938. Menurut
Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima (akseptor)
pasangan elektron dan
basa adalah zat yang dapat melepaskan (donor) pasangan
elektron.
Contoh: :NH3 + BF3 → H3N:BF3
basa asam kompleks asam-basa
Atom pusat N pada molekul NH3 memiliki 1 pasang elektron
bebas sedangkan atom pusat B pada molekul BF3 tidak memiliki
pasangan elektron bebas. Pada reaksi tersebut, NH3 bertindak
sebagai donor pasangan elektron dan BF3 sebagai akseptor
pasangan elektron, sehingga NH3 bersifat basa dan BF3 sebagai
asam.

7
B. KESETIMBANGAN IONISASI AIR
Meskipun sangat sedikit, air murni dapat mengalami ionisasi
membentuk ion hidronium dan ion hidroksida melalui reaksi
autoprotolisis: H2O + H2O H3O + + OH−
Yang penulisannya disederhanakan menjadi:
H 2O H+ + OH−
Pada suhu 250C, tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut
adalah 1,8 x 10−16, sehingga: K = [H+][OH-]/ [H2O]
= 1,8 x 10−16 . Konsentrasi air dalam air murni dan larutan
encer dianggap tetap sebesar (1000 g/liter)/(18gram/mol)
= 55,56mol/liter, sehingga diperoleh:[H+][OH−] = K.[H2O] =
(1,8 x 10−16)(55,56) = 1 x 10−14 = Kw (tetapan air)

8
C. DERAJAT KEASAMAN (pH)
1. Pengertian pH
Menurut Arrhenius, senyawa asam adalah senyawa yang jika
dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+, sedangkan senyawa
basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan
ion OH─. Semakin banyak ion H+ semakin kuat keasamannya
dan semakin banyak ion OH─ semakin kuat kebasaannya.
Kekuatan asam dapat juga dinyatakan dengan pH, yang menurut
Sorensen dirumuskan sebagai:
pH = ─ log [H+]
Nilai pH berkisar dari 0 sampai dengan 14.

9
Sedangkan kekuatan basa dapat dirumuskan sebagai:
pOH = ─ log [OH─]
Catatan: rumusan pH dan pOH ini hanya berlaku untuk
larutan encer dengan koefisien aktivitas = 1.
2. Hubungan pH dan pOH
Semakin kuat suatu asam, konsentrasi ion H+ makin besar,
berarti pH makin kecil. Sebaliknya, basa makin kuat,
konsentrasi ion OH─ makin besar, pOH makin kecil, sehingga
pH makin besar. Hubungan antara pH dan pOH adalah:
[H+][OH−] = Kw , pH + pOH = pKw = 14

10
3. Batasan pH
Suatu larutan dikatakan asam, bila memiliki pH kurang dari 7
dan lebih besar atau sama dengan 0, sebaliknya suatu larutan
bersifat basa, bila memiliki pH lebih besar dari 7 dan lebih kecil
atau sama dengan 14. Sedangkan larutan yang memiliki pH
sama dengan 7 bersifat netral.
Nilai pH Sifat Larutan
0≤ pH <7 asam
pH = 7 netral
7 > pH ≤ 14 basa

11
D. ASAM KUAT DAN BASA KUAT
1. Asam Kuat
Asam kuat adalah asam yang dalam pelarut air terionisasi
sempurna (derajat ionisasi α = 1) membentuk ion H+ dan ion
sisa asam, sehingga mol asam yang terionisasi sama dengan mol
asam mula-mula:
HA(aq) → H+ (aq) + A− (aq)
H2B(aq) → 2H+ (aq) + B2− (aq)
Harga pH ditentukan berdasarkan konsentrasi H+ dalam
larutan: pH =-log[H+] =-log [HA] = -log{2 x [H2B]}

12
2. Basa Kuat
Basa kuat adalah basa yang dalam pelarut air terionisasi
sempurna membentuk ion OH− dan ion sisa basa, sehingga mol
basa yang terionisasi sama dengan mol basa mula-mula
BOH(aq) → B+ (aq) + OH− (aq)
X(OH)2(aq) → X2+ (aq) + 2 OH− (aq)
Harga pOH ditentukan berdasarkan konsentrasi OH− dalam
larutan:
pOH =- log[OH−] =- log [BOH] = -log{2[X(OH)2]}

13
E. ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH
1. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang dalam pelarut air hanya terionisasi
sebagian (derajat ionisasi: 0 < α < 1) membentuk ion H+ dan ion
sisa asam: HA(aq) H+ (aq) + A− (aq)
H2B(aq) 2H+ (aq) + B− (aq)
Pada saat setimbang, [HA] = (1- α).[HA]0 dan [H+ ] = [A−] =
α[HA]0, sehingga: Ka = [H+ ][A-]/[HA]= α2/(1- α) . [HA]o,
karena α <<<1, maka 1- α ≈ 1, sehingga persamaan di atas
menjadi: Ka = [H+]2/[HA]o= α2[HA]o

14
Dengan demikian, maka pH dan α untuk asam lemah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
[H+] = Ka.[HA]o dan α = Ka/[HA]o
Tugas: bagaimana rumusan pH untuk asam lemah H2B?
2. Basa Lemah
Basa lemah adalah basa yang dalam air hanya terionisasi sebagian
membentuk ion OH− dan ion sisa basa, maka
BOH(aq) B+ (aq) + OH− (aq)
Dengan cara yang mirip seperti pada perhitungan asam lemah, maka
diperoleh; [OH−] = Kb.[BOH]o dan α =Kb/[BOH ]o
Tugas: bagaimana rumusan pOH untuk basa lemahY(OH)2?

15
F. LARUTAN BUFFER

Larutan buffer (penahan atau penyangga atau dapar) adalah


larutan yang dibuat dari asam lemah dan basa konyugasinya
(garamnya) atau dari basa lemah dan asam konyugasinya
(garamnya).
Sifat larutan buffer adalah mempertahankan harga pH,
tidak terpengaruh oleh pengenceran maupun penambahan
sedikit asam atau basa.

16
Keasaman larutan tersebut dapat ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Campuran asam lemah dan basa konyugasinya (misalnya campuran


CH3COOH dengan CH3COONa)
Dalam larutan, kedua zat tersebut terurai menurut reaksi:
CH3COOH H+ + CH3COO−
CH3COONa → Na+ + CH3COO−
Ka = [H+][CH3COO-]/[CH3COOH]
[H+ ] = Ka.[CH3COOH]/[CH3COO-]
Adanya ion sejenis A− menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke
kiri (derajat ionisasi mengecil), sehingga [CH3COOH] =
[CH3COOH]o dan [CH3COO−] = [CH3COONa]

17
Jadi [H+] = Ka .[HA]/[A- ] = Ka.[CH3COOH]o/[CH3COONa
=Ka [asam]o/[garam]
pH = pKa + log [garam]/[asam]o
2. Campuran basa lemah dan asam konyugasinya (garamnya),
misalnya campuran larutan NH4OH dan NH4Cl.
Dengan cara yang mirip seperti pada campuran asam lemah dan
basa konyugasinya,maka diperoleh
Jadi [OH−] = Kb.[NH4OH]/[garam]
pOH = pKb + log [garam ]/[basa]o
pH = pKw ─ pKb + log [garam]/[basa]o

18
G. HIDROLISIS
Hidrolisis adalah peguraian garam oleh air.
Garam yang mengalami hidrolisis adalah garam yang terbentuk
dari asam lemah dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah
serta asam lemah dan basa lemah.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak
mengalami hidrolisis .

19
1. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah (misalnya
NH4Cl)
Jika asam kuat dan basa lemah dicampurkan kemudian tepat bereaksi,
maka akan terbentuk garam yang mengalami hidrolosis sebagian
(kation NH4+ mengalami hidrolisis).
Garam tersebut dalam larutannya akan bersifat asam dan derajat
keasamannya ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
NH4Cl → NH4+ + Cl−
NH4+ + H2O NH4OH + H+

20
Untuk hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah, secara umum
dapat ditulis:
M+ + H2O MOH + H+
K.[H2O] = [MOH ][H+]/[M+]
Dalam larutan encer, [H2O] dianggap tetap serta [MOH] = [H+]
dan [M+] = [M+]o, sehingga
K.[H2O] = [MOH][H+]/[M+] = Kh (tetapan hidrolisis)=K.[H2O] =
[H+ ]2/[M+]o
Dengan mengalikan faktor [OH- ]/[OH- ], maka diperoleh:
Kh = [MOH ][H+][OH-]/[M+] [OH-]=Kw/Kb=[H+]2/[M+]o

21
[H+] = [Kw ][M+]/Kb = [Kw ][garam]/Kb
pH = ½ {pKw – pKb- log [garam]}
2. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat (misalnya
CH3COONa)
Jika asam lemah dan basa kuat dicampurkan kemudian tepat bereaksi,
maka akan terbentuk garam yang mengalami hidrolisis sebagian
(anion CH3COO- mengalami hidrolisis). Garam tersebut dalam
larutannya akan bersifat basa dan derajat kebasaannya ditentukan
mirip dengan hidrolisis kation:
[OH−] = [Kw ][M+]/Ka
= [Kw ][garam]/Ka
pOH = ½ {pKw ─ pKa – log [garam]}
pH = ½ {pKw + pKa + log [garam]}

22
3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
(misalnya CH3COONH4)
Jika asam lemah dan basa lemah dicampurkan kemudian tepat
bereaksi, maka akan terbentuk garam yang mengalami
hidrolosis total (baik kation NH4+ maupun anion CH3COO─
mengalami hidrolisis) dan keasamannya tergantung pada
perbandingan antara Ka dan Kb nya.
[H+] = Kw.Ka/Kb dan pH = ½ {pKw + pKa ─ pKb)
Jika: Ka < Kb, maka larutan bersifat basa (14 > pH > 7)
Ka > Kb, maka larutan bersifat asam (0 < pH< 7)
Ka = Kb, maka larutan bersifat netral (pH = 7)

23
H. HASIL KALI KELARUTAN

Garam elektrolit yang sukar larut, membentuk sistem kesetimbangan


AxBy (s) x A+y (aq) + y B−x (aq)
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut adalah:
K = [A+y]x[B─x]y/[AxBy]
K[AxBy] = [A+y]x[B─x]y
K[AXBY] adalah suatu tetapan (konsentrasi AXBY dianggap tetap) yang
disebut Ksp (hasil kali kelarutan). Dengan perkataan lain, Ksp
didefinisikan sebagai hasil kali konsentrasi ion-ion (berpangkat
koefisiennya) suatu zat elektrolit saat tepat jenuh. Jadi senyawa
elektrolit AxBy memiliki harga
Ksp = [A+y]x[B−x]y

24
PertanyaanTugas
(1) Apa syaratnya suatu basa lemah memiliki harga Ksp? Bilamana
suatu basa lemah memiliki harga Ksp dan bilamana memiliki harga
Kb ?
(2) Mengapa larutan asam lemah tidak memiliki harga Ksp.
1. Kriteria Pengendapan
Dalam proses pengendapan garam yang sukar larut (misalnya garam
(AxBy), berlaku ketentuan-ketentuan berikut.
1. Jika [A+y]x[B−x]y > Ksp, maka terbentuk larutan yang lewat jenuh
(terjadi endapan)

25
2. Jika [A+y]x[B−x]y < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi
endapan)
3. Jika [A+y]x[B−x]y = Ksp, maka terbentuk larutan tepat jenuh
Catatan: [A+y] dan [B−x] adalah konsentrasi ion A+y dan ion B−x
dalam campuran bukan konsentrasi mula-mula.
2. Pengaruh Ion Senama
Pada kesetimbangan zat elektrolit yang sukar larut, jika ditambahkan
asam, basa atau garam yang mengandung ion senama pada zat
elektrolit tersebut, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah pembentukkan (memperkecil kelarutan)

26

Anda mungkin juga menyukai