PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi
dengan meningkatkan kuantitas serta kualitasnya untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat. Selain dengan meningkatkan jumlahnya,
pemenuhan kebutuhan pangan juga dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan penggunaan sumber bahan pangan yang beraneka
ragam. Hal ini dilakukan sebagai upaya diversifikasi pangan dengan
memanfaatkan sumber daya pangan lokal (Depkes, 2003).
Beras ketan hitam merupakan beras yang memiliki nilai nutrisi
yang lengkap dan tidak kalah dibandingkan beras sehingga komoditi
pertanian ini layak untuk dipromosikan secara intensif sebagai pangan
alternatif untuk mendukung program diversifikasi karbohidrat.Beras ketan
hitam ini berkarbohidrat tinggi, terutama pati. Menurut Winarno (2002),
kadar amilosa beras ketan hitam sebesar 1-2%, sedangkan amilopektin
sebesar 98-99%. Dalam produk makanan, amilopektin bersifat
merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang
berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat
ringan, porus, garing, dan renyah (Koswara, 2009).
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang
terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O)
atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat.
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat
sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah
suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang
dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.
Salah satu metode kuantitatif dalam pengujian karbohidrat adalah
metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian
M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode
tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan
sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan
prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami melakukan
penelitian menghitung kadar karbohidrat menggunakan metode Luff
Schoorl.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana metode penganalisaan kandungan glukosa dari suatu
bahan ?
C. Tujuan Penelitian
Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa
kadar karbohidrat dari suatu bahan menggunakan metode luff schoorl.
D. Manfaat Penelitian
Dapat membantu para ahli gizi makanan untu menganalisa kadar
karbohidrat dengan metode kuantitatif Luff Schoorl dengan cara
menghitung kadar gula pereduksi dalam suatu bahan makanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Beras Merah
Nasi merah sering dijadikan alternatif makanan pokok selain nasi
putih. Bahkan nasi merah dijadikan asupan utama bagi mereka yang
sedang berdiet atau menjalani pola hidup sehat. Beras merah dianggap
sebagai salah satu jenis beras yang paling bernutrisi, karena proses
produksinya tanpa pembuangan kulit. Kandungan nutrisi beras merah
dalam 100 gram BDD (Berat Dapat Dimakan) adalah sebagai berikut:
Informasi Nilai Gizi
Per 100 g BDD
%AKG
Energi 149 kkal 6.93 %
Lemak total 0.40 g 0.60 %
Vitamin A 0 mcg 0%
Vitamin B1 0.06 mg 6%
Vitamin B2 0 mg 0%
Vitamin B3 1.60 mg 10.67 %
Vitamin C 0 mg 0%
Karbohidrat total 32.50 g 10 %
Protein 2.80 g 4.67 %
Serat pangan 0.30 g 1%
Kalsium 6 mg 0.55 %
Fosfor 63 mg 9%
Natrium 5 mg 0.33 %
B-karoten 0 mcg -
Karoten total -
Air 64 g -
Abu 0,30 g -
Sumber: https://nilaigizi.com/gizi/detailproduk/26/nilai-
kandungan-gizi-Beras-merah,-nasi
B. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan makromolekul yang penting bagi tongkat
kehidupan mahluk hidup. Senyawa karbohidrat menyumbangkan 70 –
80% sumber energi untuk aktivitas manusia. Konsumsi rata-rata
karbohidrat dalam makanan sekitar 65% dan energi yang dihasilkan dari
metabolisme selular karbohidrat tersebut akan digunakan untuk
metabolisme biomolekul lainnya seperti protein, lemak dan asam nukleat.
Selain itu, lebih dari 90% komponen penyusun tumbuhan kering adalah
karbohidrat. Secara umum, karbohidrat merupakan senyawa
polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan derivatnya dalam bentuk
unit tunggal yang sederhana maupun unit kompleks.
Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon dioksida (CO2) dan
air (H2O) melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk pati atau
selulosa. Binatang mensintesis karbohidrat dari lipid gliserol dan asam
amino, akan tetapi derivat karbohidrat yang digunakan oleh binatang
diambil dari tanaman. Glukosa bisa diabsorpsi langsung dalam aliran
darah dan gula bentuk lain akan diubah menjadi glukosa dalam liver
sehingga glukosa merupakan jenis karbohidrat yang penting. Sebagai
sumber utama energi pada mamalia, glukosa dapat disintesis menjadi
glikogen sebagai cadangan makanan, ribosa dan deoksiribosa pada asam
nukleat, galaktosa pada laktosa susu, glikolipid dan kombinasi dengan
protein (glikoprotein dan proteoglikan).
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton
atau zatzat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-
senyawa tersebut. Suatu kharbohidrat tergolong aldehida ( CHO ), jika
oksigen karbonil berikantan dengan suatu atom karbon terminal dan suatu
keton ( C = O ) jika oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon
internal.
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih,
yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air ( kecuali
beberapa sakarida ). Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul
yang rendah, manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk
zat-zat yang tergolong karbohidrat.
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu :
monosakarida, oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan
dari bahasa Yunani yang berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana,
terdiri dari hanya satu unit polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa
adalah monosakarida yang paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida
(bahasa Yunani oligos yang artinya sedikit ) terdiri dari rantai pendek unit
monosakarida yang digabungkan bersamasama oleh ikatan kovalen.
Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua
unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri
gula D-glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen.
Kebanyakan oligo sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit
monosakarida tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai
rantai samping polipeptida pada proteoglikan . Polisakharida terdiri dari
rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.
Beberapa polisakharida seperti selulosa, mempunyai rantai lenier,
sedangkan yang lain seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai
yang bercabang.Polisakharida yang paling banyak dijumpai pada dunia
tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua monosakarida dan
disakarida berakhiran –Osa.
8. Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan
pentose dengan HCl pekat akan menghasilkan furfural yang
berkondensasi dengan orcinol dan ion feri. Hasil pemanasan akan
menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya gula
pentosa.
b. Prinsip
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural
dengan penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan
berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
c. Cara kerja
1) 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) 10 tetes peraksi Bial dan 2 tetes HCl pekat ditambahkan
3) Campurlah dengan baik, lalu dipanaskan di atas api kecil
sampai timbul gelembung-gelembung gas dipermukaan
larutan.
4) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
Terbentuknya warna biru menunjukan adanya pentose.
9. Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji
iod juga dapat membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi
antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida.
Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat
berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak
membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan
iodin.
a. Prinsip
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati
dengan iodium menghasilkan warna biru , dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium
membentuk warna cokelat.
b. Cara kerja
1) 3 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 2 tetes larutan iodium
3) Diamati perubahan warna yang terjadi
10. Hidrolisa Pati
Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
a. Prinsip
Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil
hidrolisis dapat diuji dengan iodium dan menghasilkan warna
biru sampai tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis ditegaskan
dengan uji Benedict.
b. Cara kerja
1) 5 mL amilum 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 2,5 mL HCl 2 N
2) Campurlah dengan baik, lalu dimasukkan ke dalam
penangas air mendidih.
3) Setelah 3 menit, ujilah dengan iodium dengan mengambil 2
tetes larutan ditambah 2 tetes iodium dalam porselin tetes.
Catatlah perubahan warna yang terjadi.
4) Lakukan uji iodium setiap 3 menit sampai hasil berwarna
kuning pucat.
5) Lanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.
6) Setelah didinginkan, diambil 2 mL larutan hasil hidrolisis,
lalu netralkan dengan NaOH 2%. Uji dengan kertas lakmus.
7) Kemudian ujilah dengan Benedict.
8) Simpulkan apa yang dihasilkan hidrolisis pati.
B. Uji Kuantitatif
1. Analisis total gula (Metode Anthrone)
Gula dapat bereaksi dengan sejumlah pereaksi
menghasilkan warna spesifik. Intensitas warna dipengaruhi oleh
konsentrasi gula. Intensitas warna yang terbentuk diukur dengan
spektofotometer. Pereaksi Anthrone (9,10-dihidro-9-
oksoantrasena) 0,1% dalam asam sulfat pekat. Pereaksi Anthrone
bereaksii dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat
menghasilkan warna biru kehijauan. Intensitas absorbansnya
diukur pada λ=630nm. Metode ini digunakan untuk analisis total
gula bahan padat atau cair.
a) Prinsip :
Prinsip dasar dari metode anthrone adalah senyawa
anthrone akan bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat
dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan
yang khas. Senyawa anthrone (9,10-dihydro-9-oxanthracene)
merupakan hasil reduksi anthraquinone.
b) Cara kerja
1) Pembuatan kurva standar
a) Kedalam tabung reaksi bertutup, pipet larutan glukosa
standar sebanyak 0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ml (glukosa
standar 0,2 mg/ml), lalu encerkan sehingga total volume
masing-masing tabung 1,0 ml.
b) Buat larutan blanko dengan cara memipet 1 ml air
destilata ke dalam tabung reaksi lain.
c) Tambahkan pereaksi 5 ml Anthrone dengan cepat ke
dalam larutan glukosa standard an blanko kemudian tutup.
Voertex dan kocok hingga merata.
3) Perhitungan
Perhitungan metode ini adalah dengan menentukan
konsentrasi gula dalam contoh mengguanakan kurva standar
(hubungan antara konsentrasi gula standar dengan absorbans)
dan memperhitunkan pengenceran yang dilakukan. Rumusnya
dapat ditulis sebagai berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100, dimana:
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
2. Analisis total gula (Metode Fenol)
Metode ini digunakan untuk menetapkan total gula semua
bahan pangan. Sebelumnya contoh harus disiapkan seperti pada
persiapan contoh untuk analisis gula.
a. Prinsip
Gula sederhana, oligosakarida, polisakarida, dan
turunannya dapat bereaksi dengan fenol dalam asam sulfat
pekat menghasilkan warna oranye kekuningan yang stabil.
b. Prosedur
1) Pembuatan kurva standar
a) Ambil sebanyak 2ml larutan pada beberapa konsentrasi
b) Tambahkan 1ml larutan fenol (5%), lakukan vortex
c) Tambahakan 5 ml larutan asam sulfat pekat dengan
cepat secara tegak lurus kepermukaan cairan
d) Diamkan selama 10 menit, vorteks, dan tempatkan
dalam penangas air selama 15 menitUkur absorbansnya
pada 490nm untuk hekstosa sedangkan untuk pentosa
dan asam uronat 480 nm.
e) Buat plot kurva standar. Lalu tentukan persamaan
regresi linier.
2) Analisis contoh
a) Lakukan pengenceran contoh
b) Masukkan 2ml contoh ke dalam tabung reaksi dan
lakukan tahap seperti pada pembuatan kurva standar.
3) Perhitungan
Perhitungan menggunakan metode fenol adalah
konsentrasi gula dalam contoh ditentukan dengan
menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan
pengenceran yang dilakukan. Rumus perhitungannya dapat
ditulis sebagai berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100, dimana:
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
3. Analisis Gula Reduksi (Lane-Eynon)
Gula pereduksi dalam bahan pangan dapat ditentukan
konsentrasinya berdasarkan pada kemampuannya untuk
mereduksi pereaksi lain. Analisis gula pereduksi dengan metode
Lane-Eynon dilakukan secara volumetri dengan titrasi/titrimetri.
Metode ini digunakan untuk penentuan gula pereduksi dalam
bahan padat atau cair seperti laktosa, glukosa, fruktosa, maltosa.
a. Prinsip
Metode Lane-Eynon didasarkan pada reaksi reduksi
pereaksi Fehling oleh gula-gula pereduksi. Penetapan gula
pereduksi dengan melakukan pengukuran volume larutan gula
pereduksi standar yang dibuthkan untuk mereduksi pereaksi
tembaga (II) basa menjadi tembaga (II) oksida (Cu2O). Udara
yang mempengaruhi reaksi dikeluarkan dari campuran reaktan
dengan cara mendidihkan laruta selama titrasi. Titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan metilen blue yang warnanya akan
hilang karena kelebihan gula pereduksi di atas jumlah yang
dibutuhkan untuk mereduksi semua tembaga
b. Prosedur
1) Standarisasi larutan fehling
a) Masukkan 10 ml laruta campuran Fehling A dan B
kedalam erlenmeyer dan tambah 2-4 tetes metilen blue
0,2%.
b) Kemudian lakukan tahapan seperti pada analisis
contoh.
2) Analisis contoh
a) Campurkan larutan fehling A dan B dengan volume
yang sama
b) Pipet 10 ml larutan dari hasil persiapan contoh kedalam
erlemeyer
c) Tambahkan kedalam erlenmeyer 10 ml larutan
campuran fehling A dan B serta 2-4 tetes metilen blu
0,2 %.
d) Panaskan campura larutan di atas hot plate magnetic
stirrer
e) Setelah mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula
standart sampai warna biru hilang
f) Titrasi dilakukan dengan cepat, maka perlu
ditambahkan larutan glukosa standar dengan volume
tertentu.
3) Perhitungan
Gula pereduksi (%) = [(V0 Vs)xGxTsxFx100]/(TxW)
Dimana:
Vo = volume larutan glukosa standar untuk titrasi
larutan Fehling (ml)
Vs = volume larutan glukosa standar untuk titrasi
contoh (ml)
G = konsentrasi larutan glukosa standar (g/ml)
Ts = volume contoh total dari persiapan contoh (ml)
T = volume contoh yang diperlukan untuk titrasi (ml)
W = berat contoh (g)
F = faktor pengenceran
4. Analisis Gula Reduksi (Nelson-Somogyi)
Metode in digunakan unttuk mengetahui kadal gula
pereduksi dalam sampel.
a. Prinsip
Metode Nelson-Somogyi didasarkan pada reaksi
reduksi pereaksi tembaga sulfat oleh gula-gula pereduksi.
Gula pereduksi mereduksi pereaksi tembaga (II) basa
menjadi tembaga (I) oksida (Cu2O). Cu2O ini bersama
dengan arsenomolibdat membentuk senyawa komplek
berwarna. Intensitas warna menunjukkan banyaknya gula
pereduksi dengan pengujian menggunakan λ=520 nm.
b. Prosedur Kerja
1) Pembuatan kurva standar
a) Siapkan 6 tabung reaksi masing masing diisi dengan
0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml larutan glukosa standar.
b) Tambahkan aquadest dalam tiap tiap tabung tersebut
sehingga volume untuk tiap-tiap tabung mencapai 1
ml
c) Tambahkan 1 ml reagensia Nelson pada tiap-tiap
tabung dan panaskan dalam air mendidih selama 20
menit
d) Dinginkan semua tabung dengan cara direndam dalam
3) Perh
itun
gan
Perhitungan dalam metode ini adalah kandungan
gula pereduksi dalam contoh ditentukan dengan
menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan
pengenceran yang dilakukan. Apabila kandungan gula
pereduksi diketahui, maka kandungan gula non-pereduksi
dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula
dengan kadar gula pereduksi.
Total gula = gula pereduksi + gula non-reduksi
5. Analisis Total Pati, Amilosa, Amilopektin
Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan
secara volumetrik/titrimetri atau kolorimetri. Penentuan total pati
adalah dengan cara menghidrolisis pati secara sempurna menjadi
glukosa. Hidrolisis pati menjadi gula dapat terjadi saat ada
perlakuan asam yaitu memecah ikatan glikosidik yang
menghubungkan antar glukosa. Dapat juga terjadi secara enzimatis
(enzim α-amilase dan glukoamilase) yang memecah molekul-
molekul amilosa dan amilopektinn menjadi gula sederhana.
Kandungan glukosa dapat ditentukan menggunakan metode
penetapan gula seperti metode Anthrone, metode fenol, metode
Lane-Eynon, metode Nelson-Somogyi. Kandungan pati ditentukan
menggunakan fakor pengali (0,9). Sehingga kandungan pati adalah
kandungan glukosa x 0,9. Dapat ditentukan untuk analisis kadar
pati pada contoh padat atau cair.
a. Prosedur kerja
1) Persiapan sampel
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian campuran (mixed methods). Metode kombinasi adalah
pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan
penelitian kuantitatif dan kualitatif (Creswell, 2009; Sugiyono, 2013 :
19).
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Produk
a. Sampel A
250 gram beras merah
- dicuci bersih
- ditambahkan 900 gram air
- ditanak hingga matang
b. Sampel B
250 gram beras merah
- dicuci bersih
- ditambahkan 900 gram air
- ditanak hingga matang
2. Analisis Karbohidrat
a. Pengolahan sampel
5 gram sampel
- dimasukan dalam labu Erlenmeyer
- ditambahkan aquades 100 ml
- direfluks selama 15 menit
- didinginkan
- ditambah 100 ml NaOH
- dinetralkan dengan penambahan HCl 100ml
- disaring menggunakan kertas saring
Filtrat Residu
- ditambah aquades hingga volume 200 ml
- ditambahkan larutan luff, KI dan H2SO4
- panaskan hingga berwarna hijau
- dititrasi dengan Na2S2O3
Volume Na2S2O3
b. Pembuatan blanko
10 ml H2O
- ditambah aquades hingga volume 200 ml
- ditambahkan larutan luff, KI dan H2SO4
- panaskan hingga berwarna hijau
- dititrasi dengan Na2S2O3
Volume Na2S2O3
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
+ 2H2O (l)
Dari reaksi sebelumnya, I2 yang dihasilkan kemudian dititrsi
menggunakan Na2S2O3 1M (larutan tidak berwarna) menghasilkan larutan
berwarna jingga sebagai tanda Na2S4O6 telah terbentuk. Sebelum titik
ekivalen atau saat larutan masih berwarna jingga muda, ditambahkan 2
tetes larutan amilum yang kemudian bereaksi membentu senyawa komplek
iod-amilum yang memiliki warna spesifik, dalam praktikum ini berwarna
merah.
Proses titrasi sampel A dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3
kali. Dengan prosedur yang sama, dilakukan uji yang sama pada larutan B
(komposisi tepung kanji 250 gram) dengan volume 5 ml dan H2O dengan
volume 10 ml sebagai larutan blanko. Dari hasil pengulangan sebanyak
tiga kali didapatkan volume rata-rata sebagai berikut:
Larutan Volume Na2S2O3
Sampel A 1,25 ml
Sampel B 1,5 ml
Blanko 0,8 ml
Dengan perhitungan secara stoikiometri didapatkan persen berat
monosakarida dalam cireng beras merah. Cireng dengan komposisi kanji
125 gram atau sampel A memiliki berat monosakarida sebesar 23%.
Cireng dengan komposisi kanji 250 gram atau sampel B memiliki berat
monosakarida sebesar 56%.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dengan perhitungan secara stoikiometri didapatkan persen
berat monosakarida dalam cireng beras merah. Cireng dengan
komposisi kanji 125 gram atau sampel A memiliki berat
monosakarida sebesar 23%. Cireng dengan komposisi kanji 250
gram atau sampel B memiliki berat monosakarida sebesar 56%.
B. SARAN
Dalam menentukan penetapan kadar gula ini, sebaiknya
praktikan lebih cermat dalam melakukan langkah-langkah
percobaan seperti penimbangan sampel awal agar tidak terjadi
kesalahan yang akan berpengaruh pada perhitungan kadar gula
sampel.